Aini hari ini baru saja pulang dari sekolahnya, ia berniat untuk kerja kelompok dulu di rumah temannya. Yang rumahnya dekat dengan sekolah, tiba-tiba saja mobil yang di kendarai oleh Aini menabrak seseorang. Aini pun langsung keluar dari mobil, dan mereka pun membawa korban ke rumah sakit terdekat.
Sang sopir langsung menghubungi nyonya nya yaitu Selly Welly Halilintar, Selly langsung menuju ke rumah sakit. Dan ia langsung memeluk Aini, kemudian menanyakan keadaan korban.
" Bagaimana keadaan korban? " tanya Selly.
" Korban ada di dalam nyonya, tapi ada yang aneh. " ucap supir itu dan membuat Selly penasaran.
" Apa yang aneh? " tanyanya.
" Lebih baik nyonya melihatnya sendiri. " ucap sopir itu dan Selly pun langsung masuk ke dalam, dan alangkah terkejutnya ia ketika melihat wajah korban yang sangat mirip dengan putrinya.
Kini ia mulai curiga kalau putrinya tertukar, karena sikap Evi sangat jauh berbeda dengan ia dan juga Aini. Ia pun langsung mendekati gadis kecil itu, dan mengambil rambutnya sebelum sadar. Dan kemudian meminta dokter untuk mengecek DNA nya dan juga Aini.
" Bunda untuk apa mengambil rambutnya? " tanya Aini.
" Sebenarnya Bunda ragu untuk mengatakannya sayang, tapi Bunda punya keyakinan kalau dia adalah saudara kembarmu. " jelas Selly.
" Yang Bunda bilang ada benar, mungkin saja dia dan Evi tertukar di rumah sakit seperti yang di film itu ya Bunda. " ucap Aini dan Selly pun mengangguk.
" Iya sayang, karena tidak mungkin anak kembar bisa memiliki wajah yang sama dengan orang lain, jadi Aini bersedia melakukan tes DNA? " tanya Selly.
" Tentu aja aku bersedia Bunda, karena aku sangat ingin memiliki saudara yang memiliki hobby yang sama dengan ku. " jelasnya.
Dokter pun melakukan tes DNA, dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Akhirnya hasil tes pun telah keluar, dan sesuai dengan tebakan awal ternyata itu memang adalah saudara kembar Aini. Selly pun kembali ke ruangan rawat, dan ia pun melihat korban. Dan kebetulan korban sudah sadar.
" Halo sayang. " ucap Selly yang bersikap setenang mungkin.
" Halo Tante, maaf aku nggak bisa melihat Tante. Karena sebenarnya aku buta. " jawabnya.
" Apa, sungguh kasihan sekali kau sayang. Kau sudah seperti ini sejak lahir, atau... " ucap Selly.
" Baru beberapa tahun yang lalu Tante. " jawabnya.
" Ibumu tidak memperhatikanmu? " tanyanya.
" Kata Tante Juli, ibu aku sudah meninggal Tante. " jawabnya.
" Apa, maafkan Bunda ya sayang. " ucapnya.
" Apa maksud Tante? " tanyanya.
" Bunda nggak tau kalau selama ini kau tertukar, hal itu bisa terbukti dari wajah mu sangat mirip dengan kembaranmu. Selama ini Bunda tidak tau hal ini, dan justru membesarkan anak orang lain, Hiks... Hiks. " ucapnya.
" Jadi aku bukan anak haram dan ibu kandungku belum meninggal, jadi Tante ibu kandungku dan aku memiliki saudara kembar. " ucapnya yang tidak percaya.
" Halo Kakak, aku Aini dan aku maunya jadi adik. Boleh kan? " tanya Aini.
" Aku nggak masalah jadi adik atau kakak, yang terpenting aku bisa bertemu dengan keluarga ku. " ucapnya dan Aini pun langsung memeluknya.
" Aku juga sangat bahagia, ternyata aku kembar identik bukan tidak identik. Akhirnya aku bisa seperti anak-anak yang lain, bercanda sedang bercermin. " ucapnya.
" Tapi aku buta. " jawabnya.
" Tapi tidak sebentar lagi, Bunda sudah mengurusnya. Dan kita akan segera menemukan donor mata untukmu sayang, dan setelah itu kamu bisa melihat lagi. " ucap Selly.
" Yang Bunda bilang benar kak, dan setelah itu kita akan main dan sekolah bareng. " ucap Aini.
" Sekolah... Apakah aku bisa sekolah? " tanyanya.
" Tentu saja kakak bisa sekolah. " ucap Aini.
" Yang dikatakan Aini benar sayang, secepatnya kamu akan sekolah. Oh iya, gimana kalau sekarang kita pulang ke rumah dulu, nanti kamu tidur di kamar Aini dan besok kita baru ke rumah Tante Juli. " ucap Selly.
" Iya Ibu. " ucapnya dengan tersenyum.
" Jangan panggil ibu sayang, panggil Bunda ya sayang. " ucapnya.
Selly pun segera mengurus administrasi, dan mereka pun segera pulang. Sebelumnya Selly sudah mengabari ke grup keluarga, dan mereka sudah berkumpul di rumah untuk menyambut kedatangan Aini dan juga kembarannya.
" Dimana dia? " tanya Awan Delta Halilintar yang merupakan Pak uwek dari Aini.
" Iya, dimana dia sayang. Umi sudah sangat tidak sabar untuk bertemu dengannya. " ucap Dita Hulma Halilintar, istri dari Pak
uwek.
" Abi sama Umi tenang dulu ya, dia lagi sama Aini. Tapi satu yang perlu aku kasih tau, dia buta Bi, Mi. " jelasnya.
" Astaghfirullah, lalu apakah kau sudah mencari pendonor untuknya? " tanya Dita.
" Aku sudah menghubungi pihak rumah sakit, dan pihak rumah sakit sedang mencarikan pendonor untuk Melodi." ucapnya.
" Jujur saja aku tidak menyangka, ternyata selama ini Evi bukanlah saudara kembar dari Aini. Lalu siapa sebenarnya Evi, dan mengapa ia bisa berada di dalam keluarga kita." ucap Dita.
" Aku juga sudah mencari tahunya, tetapi tidak ada yang mengatakan sama sekali Kalau terjadi kesalahan. Kemungkinan besar ini semua ada hubungannya dengan ayah dari Aini." ucapnya.
" Apa maksud pertanyaan ini semua ada hubungannya dengan Erdi?" tanya Awan.
" Bukannya aku ingin suudzon dengan mas Erdi, tetapi data yang kudapatkan. Ternyata orang yang merawat melodi selama ini adalah istri kedua dari Mas Erdi, dan mungkin saja Evi adalah anak mas Erdi dengan istri keduanya itu." jelas Selly dan semuanya pun terkejut.
" Kamu jangan sembarangan menyebarkan rumor Selly." ucap Awan yang tidak terima.
" Mau percaya atau tidak, itu semua tergantung pada ayah sendiri. Ini adalah bukti yang aku dapatkan ketika mengecek identitas dari Melodi, dan sebenarnya aku masih sangat tersakiti ketika membaca itu semua." ucapnya.
Awan dan Dita pun membaca semua data yang telah diberikan oleh Selly, alangkah terkejutnya mereka ketika membaca informasi tersebut. Mereka sangat tidak percaya kalau anak semata wayangnya itu ternyata memiliki dua istri, dan bisa saja semua ini adalah rencana dari anaknya itu agar Evi bisa masuk ke dalam keluarga besar mereka.
" Bunda masih tidak percaya dengan ini semua, ternyata selama ini Evi bukanlah anak kandungmu Selly." ucap Dita.
" Jujur saja aku juga masih tidak mempercayainya Bunda, tetapi semua bukti telah terpampang dengan sangat jelas di sini. Bahkan di sini juga disebutkan nama ibu kandung Evi, namanya adalah Juli." jelas Selly.
" Itu anak memang harus dihajar, iya telah mencoreng nama keluarga besar Halilintar." ucap Awan kemudian ia segera menelpon Erdi.
" Segera baca grup, dan langsung menuju ke rumah sakit." ucap Awan dan kemudian langsung mematikan sambungan telepon.
...----------------...
Alangkah kagetnya Erdi ketika membaca pesan di dalam grup, kini ia merasa frustasi karena rencananya selama ini telah diketahui. Ia pun segera menghubungi istri keduanya, karena ia takut kalau orang dari keluarganya akan menyakiti istri keduanya itu.
" Juli, sepertinya kamu harus segera pindah dari rumah itu." ucap Erdi.
" Memangnya apa yang terjadi Mas, mengapa Mas sampai meminta aku pindah dari sini?" tanyanya.
" Keluarga aku sudah mengetahui semuanya, tanpa sengaja mereka bertemu dengan Melodi di jalan." jelasnya.
" Mengapa ini semua harus terjadi, lalu bagaimana dengan Evi?" tanyanya yang mengkhawatirkan putrinya.
" Kamu tenang saja, walau bagaimanapun Evi adalah anakku. Dan aku yakin mereka tidak akan mungkin menyakiti Evi, tetapi kamu yang saat ini berada dalam bahaya. Lebih baik kamu segera pindah dari sana, dan untuk Evi biar aku yang akan menjaganya." ucap Erdi.
" Baiklah kalau itu adalah keputusanmu Mas, aku akan segera pindah dari sini. Dan tolong jaga Evi baik, jangan biarkan siapapun menyakiti dia." ucapnya kemudian Juli segera mematikan sambungan telepon.
Juli pun segera mengemasi barang-barangnya, karena ia akan segera pindah ke luar negeri. Ia sangat tidak ingin bila ditemukan oleh keluarga Halilintar, karena hal tersebut akan membahayakan nyawanya.
Kini Erdi segera menuju ke rumah sakit, setelah sampai ia pun langsung di sidang oleh kedua orang tuanya. Orang tuanya ingin mencari tahu siapa sebenarnya Evi, karena mereka tidak ingin kalau sampai ada orang lain yang hidup dengan nama belakang keluarga mereka.
" Sekarang kamu ikut ayah!" ucap awan dan mereka pun segera pergi dari sana.
Dan kini mereka pun segera tiba di suatu tempat, Erdi pun segera didudukkan di sebuah kursi.
" Erdi... Sekarang jawab pertanyaan ayah, siapa sebenarnya Evi dan apakah benar dia adalah anak dari istri keduamu?" tanya Awan dan Erdi pun hanya mengangguk saja.
" Ayah sangat kecewa denganmu, kau telah menghianati kepercayaan Ayah selama ini. Kau juga sudah menghancurkan nama baik keluarga kita, tidak ada sejarahnya keluarga kita memiliki istri kedua."
Plak
Terdengar suara pukulan yang menggema, dan Dita pun segera masuk ke dalam ruangan tersebut.
" Sudahlah mas, semuanya sudah terjadi. Setidaknya kita mengetahui siapa sebenarnya Evi, jadi kita masih tetap bisa mempertahankannya di dalam rumah keluarga besar kita." ucap Dita.
" Sebenarnya aku sangat kecewa dengannya, tetapi aku juga tidak bisa membiarkan cucu keluarga besar kita untuk hidup di jalanan. Untuk kali ini saja Ayah memaafkan, namun bila sampai hal ini terjadi kembali. Jangan salahkan Ayah jika mengusir mu dari rumah kita, dan tentunya juga akan mencabut nama keluarga Halilintar dari namamu." ucap Awan kemudian langsung pergi meninggalkan keduanya.
Kini hanya tinggal Dita dan juga Erdi saja, Dita pun langsung menghampiri putranya itu. Sebenarnya Ia juga sangat kecewa dengan putranya, tetapi ia tidak sanggup melihat putranya
menderita.
" Bunda tidak menyangka kau bisa melakukan ini Erdi, Bunda sangat kecewa dengan mu. Bahkan kau membiarkan Melodi hidup menderita, Bunda yakin kau juga mengetahui kondisi Melodi. Sekarang Bunda tau mengapa sikapmu kepada Evi dan Aini berbeda, tetapi tetap saja mereka juga anakmu walaupun kau tidak mencintai Selly." ucap Dita kemudian ikut pergi meninggalkan Erdi.
" Yang dikatakan oleh Bunda benar, tidak seharusnya aku berbuat seperti ini. Aku selalu ingin dekat dengan Evi, tapi aku menjauh dari Aini. Dan bahkan aku juga membiarkan Juli menyiksa Melodi yang juga merupakan anakku." ucapnya.
" Apa... jadi ini semua ulahmu mas. Aku tidak menyangka kau bisa setengah itu pada anak kita mas, keputusan ku sudah bulat, aku mau kita pisah." ucap Selly.
" Tidak, jangan sayang. Aku janji tidak akan seperti ini lagi, plis..." ucapnya memohon.
" Aku nggak bisa mas, aku nggak nyangka kalau kau sangat tega. Lebih baik aku kembali ke rumah kedua orang tuaku, dan jangan ganggu kami lagi." ucapnya kemudian langsung meninggalkan Erdi.
Selly pun segera menghubungi kedua orang tuanya, dan ia pun menceritakan semuanya. Keduanya pun mendukung keputusan Selly, mereka juga tidak ingin anak mereka tersiksa. Apalagi setelah melihat kondisi cucu mereka yang bisa di bilang sangat mengerikan.
Kini semuanya berkumpul di ruang tunggu begitu juga dengan Aini, kini tiba-tiba saja Aini teringat dengan Evi. Dan ia pun menjadi penasaran dengan siapa sebenarnya Evi, kemudian ia mengingat kalau Evi pernah bertemu dengan seorang wanita. Dan mereka juga memiliki rencana jahat untuk Bundanya.
" Aini sayang, Bunda sudah memutuskan untuk berpisah dengan Ayah. Bunda tidak ingin memaksamu ikut dengan siapa, hanya saja Bunda berharap kau ikut dengan Bunda." ucapnya.
" Tentu saja Aini akan ikut denganku Bunda, Aini nggak mau Pisa sama Bunda dan Melodi." ucapnya.
" Kalau begitu nanti Aini ikut pulang sama Paman Azam ya." ucapnya.
" Iya Bunda."
...----------------...
Kini waktu sudah petang, hanya ada Selly saja di ruangan Melodi. Ia sengaja meminta kakaknya Azam untuk menjemput Aini karena ia tidak mau putrinya itu menyaksikan pertengkaran yang besar, walaupun akan sangat sulit mengeluarkan Aini dari keluarga Halilintar, ia tidak akan perduli dan akan terus berusaha.
" Bunda sedang menangis ya?" tanya Melodi.
" Nggak kok sayang, Bunda nggak sedang menangis." ucapnya.
" Bunda nggak usa bohong, aku sudah mendengarnya." ucapnya dan Selly pun langsung memeluknya.
" Maafkan Bunda ya sayang, selama ini Bunda nggak tau kalau kau tidak di rumah. Dan kau justru tinggal bersama dengan istri kedua ayahmu." ucapnya dan membuat Melodi kaget.
" Jadi Tante Juli istri kedua ayah, kalau begitu ayah aku berarti paman Erdi dong." ucapnya.
" Iya sayang."
" Ayah jahat banget sama aku, selama ini ayah selalu saja tau kalau Tante Juli menyiksaku. Tetapi ayah tidak pernah menolong ku, aku benci sama ayah." ucapnya dengan berderai air mata.
" Kamu jangan bersedih dulu ya sayang, kau kan baru di operasi. Maafkan Bunda yang tidak menyadarinya." ucapnya.
" Ini semua bukan salah Bunda, ini semua pasti sudah di rencanakan. Kalau begitu Evi tinggal sama Bunda dong, kalau begitu Bunda harus hati-hati dengannya." ucapnya.
" Kenapa Bunda harus hati-hati, Bunda baik-baik saja sayang?" tanyanya yang penasaran.
" Ya intinya Bunda harus hati-hati." ucapnya yang tidak mau menjelaskan.
" Yaudah kalau memang tidak mau menjelaskannya." ucapnya yang pasrah.
" Melodi sekarang tidur ya, besok lagi kita ngobrol-ngobrol nya." tambahnya.
Melodi pun segera terlelap, Selly terus memandangi wajah anaknya itu. Ia sangat menyayangi Melodi, dan ia juga merasa bersalah karena tidak mengetahui keberadaan Melodi.
...----------------...
Sinar mentari telah menyapa, hari ini Aini bangun seperti biasanya. Ia pun segera bersiap dan pergi menuju sekolahnya, Aini tidak bertegur sapa dengan Evi. Hal tersebut membuat banyak teman-temannya menjadi heran, karena yang mereka ketahui Aini dan Evi adalah anak kembar.
" Aini, kau kenapa nggak bareng sama Evi?" tanya Hafza yang merupakan sahabat dari Aini.
" Oh itu ya, aku nggak tidur di rumah tadi malam." jawabnya.
" Memangnya kau dimana?" tanyanya yang penasaran.
" Tadi malam aku menginap di rumah paman ku." jawabnya.
" Paman Azam?"
" Iya bener."
" Kenapa Evi ngga ikut juga, biasanya kau selalu bersama dengannya. Dan hal itu membuat kami kesal, karena si Evi ini tidak pintar. Dan lagian dia juga beda kelas sama kita." ucapnya.
" Kau tidak usah berbohong, ada sesuatu yang sedang kau sembunyikan?" tanyanya dengan tatapan sinis.
" Atau jangan-jangan kau uda tau ya?"
" Ya aku sudah tau semuanya, jadi kau nggak usa menutupinya lagi. Karena percuma saja, dan tolong bantu aku untuk mengetahui niat jahat orang padaku." ucapnya.
" Kau tenang saja ya, aku tidak akan mengulanginya lagi. Mulai sekarang apa pun yang terjadi, yang berhubungan dengan mu. Aku akan langsung melaporkannya padamu." ucapnya.
" Syukurlah kalau kau sudah mengerti, aku akan menceritakan semuanya. Tapi nanti aja, karena aku merasa tidak nyaman di sini." Ucapnya.
Mereka pun langsung pergi menuju kelasnya, kini mereka melakukan pembelajaran dengan sangat serius. Karena kelas mereka adalah kelas plus +, yang di mana selalu saja ada perebutan untuk rangking. Dan juga di setiap semesternya pasti akan ada yang keluar dan juga masuk ke dalam kelas tersebut, tetapi syukur alhamdulillahnya Aini tidak pernah keluar dari kelas tersebut.
Aini dan Hafza sudah berteman sejak kelas 1 SD, karena mereka memang selalu di kelas yang sama. mereka berdua selalu saja bersaing dalam nilai, tetapi mereka adalah sahabat yang sangat dekat. Hafza sudah mengenal semua keluarga dari Aini, begitu juga hal ini yang sudah mengenal semua kerabat dari Hafza.
Pembelajaran berjalan dengan sangat lancar, mereka semua belajar dengan sangat aktif. Guru di kelas itu juga sangat senang melihat respon dari mereka, karena kelas itu tidak pernah mengecewakan guru. Mereka selalu berhasil membuat guru bangga dengan mereka, apalagi kinerja otak mereka yang sangat cepat dan tentunya membuat banyak prestasi untuk sekolah.
Tanpa disadari kini sudah waktunya pulang, Aini menghubungi bundanya kalau iya akan pulang ke rumah pamannya bersama dengan Hafza. Dan Bundanya yang memang sudah mengenal Hafza dengan sangat dekat pun mengizinkan, karena sahabat dari putrinya itu adalah anak dari sahabatnya. Dan ia juga telah menceritakan semuanya kepada sahabatnya, dan ia yakin kalau putri dari sahabatnya itu juga sudah mengetahui semuanya.
Kini kedua sahabat itu sedang berada di sebuah kamar, Ini adalah kamar yang memang dibuat khusus untuk Aini. Sebenarnya kamar Ini adalah kamar milik Selly, sejak dulu aturan keluarga menyatakan putri bungsu adalah anak kesayangan. Dan karena itu semua Kakak dari Selly pasti membuatkan kamar untuk Selly, mau di rumah manapun Seli memiliki kamar.
Kedua sahabat itu pun berbincang, Aini pun menceritakan awal pertemuannya dengan Melodi. Hafza yang memang sudah sempat mendengar beritanya dari sang mama, Ia pun langsung memeluk sahabatnya itu. Ia tahu kalau sahabatnya itu pasti merasa sangat tersakiti, apalagi saat melihat kondisi saudara kembarnya yang menurutnya sangat mengerikan.
" Kalian pasti sedang membicarakan mengenai Melodi dan juga Evi ya?" ucap seorang gadis yang masuk ke dalam kamar itu.
" Kak Nana." ucap Aini.
" Hai Nana..." ucap Hafza.
" Jangan manggil aku Nana, nama aku Zaina Samira ikhlas. Jadi tolong ya Hafza, jangan panggil aku dengan nama Nana. Hanya adik kecilku saja yang boleh memanggilnya dengan nama itu, Aku tidak suka jika ada orang lain yang memanggilku dengan nama itu." ucapnya dengan wajah manja.
" Yaelah Zaina, kita itu udah kenal lama." ucap Hafza
" Ya udah deh kalau gitu, tapi nggak boleh ada orang lain yang manggil aku dengan nama itu selain kamu. Yang orang luar maksud aku, kalau keluarga aku mah memang selalu manggil aku dengan nama Nana." ucapnya dengan tersenyum imut.
" Nggak usah berdebat deh kalian berdua, Aku di sini memang lagi mau cerita mengenai Melodi dan juga Evi. Kalau Kak Nana juga mau dengar, ayo masuk dan juga duduk. tapi tolong pintunya ditutup, nanti takutnya ada yang masuk." ucap Aini dan Nana pun mengangguk kemudian Ia pun segera menutup pintu dan berhambur dengan mereka.
" Bagaimana kondisi Melodi?" tanya Zaina yang penasaran.
" Kata Bunda kondisi Kak melodi sudah mulai baikan, kebetulan semalam ada pendonor yang cocok jadi ke Melodi langsung dioperasi deh." jelasnya dengan tersenyum lebar.
" Bagaimana penyelidikan kita mengenai Evi, apakah kita perlu melanjutkannya?" tanya Hafza.
" Tentu saja kita perlu melanjutkan, aku yakin ada sesuatu yang tidak beres dengan ini semua. Aku yakin Evi pasti terlibat dalam ini semua, karena selama ini ia justru suka pergi dengan seorang wanita yang bernama Juli itu." ucapnya.
" Mengingat tentang wanita bernama Juli itu ya, aku mendapatkan info kalau dia sudah terbang ke luar negeri." ucap Nana yang tentu saja mengejutkan Aini.
" Enak aja itu tante-tante gila, aku baru tahu loh kalau itu tante-tante gila ternyata selama ini menyiksa Kak Melodi. Kayaknya kita perlu seseorang buat memberi hukuman pada itu tante-tante gila." ucap Aini.
" Kamu nggak usah mikirin tentang itu Aini, semua yang dilakukan oleh itu tante-tante gila selalu dalam pengawasan kita. Dan aku yakin itu tanda-tanda gila pasti akan menderita tinggal di sana, karena dia memilih negara yang salah." ucap Hafza.
" Sepertinya kalian berdua sudah bergerak cepat daripada aku, tetapi makasih ya udah mau bantu aku. Jujur aja aku nggak nyangka loh, kalau ternyata Evi itu anaknya itu tante-tante gila. Kalau gitu pantes aja dia selalu bareng sama itu tante-tante gila, padahal mah aku nggak suka banget sama dia." ucap Aini.
" Tetapi setidaknya kita telah berhasil menemukan melodi, tapi aku sangat heran selama ini kita selalu menyelidiki itu tante-tante gila bukan. Tetapi bagaimana kita tidak bisa mengetahui keberadaan melodi, atau jangan-jangan mereka memang sudah mengetahui kalau kita telah mengintai mereka." ucap Zaina dan mereka pun kini menjadi khawatir.
" Yang kau katakan ada benarnya juga Nana, tetapi dia tidak pernah memberikan penyerangan terhadap kita." ucapnya.
" Woi, gimana Mereka mau memberikan penyerangan kepada kita. Orang status yang kita berikan untuk mengawasi mereka aja bukan nama asli kita, kita ini seseorang dibalik layar geblek." ucap Aini yang baru menyadarkan mereka dengan apa yang telah mereka lakukan selama ini.
" Oh iya aku lupa, kalau begitu jika misalnya dia pun mengetahui kalau kita mengintai. Dia nggak akan mungkin tahu kalau kita yang telah mengintainya, karena selama ini kita menggunakan nama samaran. Dan aku yakin tidak akan mudah untuk menemukan kita, kita ini orang profesional dalam penyelidikan." ucap Hafza.
" Okelah kita termasuk orang profesional, tetapi kita harus tetap saja memperkuat pengawasan kepada bundaku. Kalian juga mendengar apa yang disampaikan oleh orang suruhan kita kemarin bukan, dia berniat jahat kepada bundaku dan ingin masuk ke dalam rumah keluarga besar ku sebagai Nyonya rumah. Aku takut kalau iya kan menyakiti Bunda, tetapi untuk saat ini aku tidak bisa selalu bersama dengan Bunda. Mungkinkah aku harus berkompromi dengan Melodi, tetapi bagaimana kalau ia tidak mau?" ucapnya yang khawatir kalau Melodi tidak mau membantu.
" Aku yakin Melodi pasti mau membantu kita, apalagi ini berhubungan dengan Bunda kalian. Dia pasti tidak mau kalau ada yang menyakiti Bunda kalian, apalagi kalian baru bertemu setelah sekian lama." ucap Zaina dan keduanya pun mengangguk.
" Kalau begitu secepatnya kita harus segera membicarakan kepada Melodi, kenapa aku merasa pikiranku tidak tenang tentang bunda." ucap Aini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!