Kesombongan seringkali membuat seseorang lupa akan jatidirinya sebagai manusia. Rasa yang seharusnya dimiliki oleh sang pencipta seringkali dikuasai oleh iblis yang bertahta di dalam hati dirinya sendiri.
Sebagai seorang kultivator yang mampu mencapai tingkat keabadian, Liu Feng merasa dirinya sudah tidak menemukan lawan dan ia beranggapan jika semua makhluk hidup lemah sehingga bisa ia perlakukan semaunya. Liu Feng yang juga merupakan pendiri Sekte Angin Ribut sering melakukan tindakan penghakiman sendiri dan membuat peraturan yang berubah-ubah sesuai dengan kondisi hatinya.
Bahkan Kaisar Li yang sering bersinggungan dengan dirinya terpaksa harus meregang nyawa akibat dibunuh oleh Liu Feng pada suatu kesempatan. Kaisar Li dibunuh beserta keluarganya dan nama Klan Li pun dihapuskan dari Benua kehidupan oleh Liu Feng. Hal ini menyebabkan banyak rakyat yang marah dan kecewa, Kaisar Li terkenal dengan kebaikan dan juga memiliki rasa keadilan terhadap rakyatnya. Mereka yang memusuhi Liu Feng pun akhirnya dibunuh tanpa ampun, kekuatan Sekte Angin Ribut menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat biasa.
Tindakan semena-mena ini membuat banyak pihak menjadi geram, tetapi tidak banyak yang bisa mereka perbuat. Hingga seorang gadis bernama Fang Yin berdoa di sebuah kuil, meminta keadilan pada para dewa atas tindakan kesewenangan yang dilakukan oleh Liu Feng. Fang Yin merupakan putri seorang suami istri yang menjadi korban pembunuhan yang dilakukan oleh anak buah Liu Feng.
Permintaan Fang Yin ini didengar oleh Dewa Kehidupan dan juga Dewa Kematian, sehingga kedua Dewa tersebut sepakat memberikan hukuman kepada Liu Feng berupa seratus kali reinkarnasi. Dalam setiap satu reinkarnasi Liu Feng akan mengalami cobaan hidup sekaligus siksaan hidup hingga dirinya meninggal dalam situasi yang sangat mengenaskan.
______________________________________________
Lima ratus tahun kemudian....
Di sebuah rumah makan di Kota Xi'an, terlihat seorang pemuda yang sedang membersihkan sisa-sisa makanan pada tumpukan piring bekas makan.
"Liu Feng cepat bersihkan piringnya dan kembali layani para tamu!" ucap seorang kepala pelayan kepada bawahannya.
Liu Feng, pria yang baru saja diperintahkan itu terlihat mengangguk dan raut wajahnya menggambarkan kelelahan. Dia menggunakan pakaian sederhana dan tampak tidak seperti pemuda seusianya yang terbiasa bersenang-senang menikmati masa mudanya. Tubuh kurusnya terlihat begitu memilukan, ia tampak seperti orang yang kekurangan gizi. Kendati demikian, ia memiliki tenaga yang besar untuk menunjang pekerjaannya yang biasa ia lakukan dari pagi hingga malam hari.
Itu adalah rutinitas yang harus ia jalani setiap harinya, mencuci piring dan melayani para tamu sambil tetap tersenyum dengan ramah. Dari pekerjaannya tersebut ia mendapatkan upah lima keping perak yang dibayarkan ketika ia menyelesaikan pekerjaannya.
Tidak jauh dari tempatnya bekerja, seorang lelaki tua dengan pakaian kusam tengah asyik menyantap makanan bersama seekor kucing yang selalu menemaninya. Setiap malam ia selalu berada di tempat ini untuk menunggu sisa-sisa makanan pemberian Liu Feng, seperti biasanya malam ini pun mereka berdua makan dengan lahap tanpa sedikitpun merasa canggung.
Di sela-sela melakukan pekerjaannya, Liu Feng sesekali memandang ke arah lelaki tua tersebut dan memastikannya jika ia makan dengan cukup. Lelaki yang dikenal sebagai pengemis di Kota Xi'an tersebut tidak memiliki sanak keluarga, sehingga dengan keterbatasannya Liu Feng masih memperhatikan dengan cara memberikan makanan sisa yang memang masih layak.
Hal ini sudah berlangsung sekitar tiga tahun, sejak Liu Feng mulai bekerja di tempat ini ia sudah mengenal lelaki tua tersebut dan memperlakukannya dengan baik meski mendapat cemoohan dari sesama rekan kerjanya.
Di sisi lain, pengemis tua tersebut memperhatikan Liu Feng dan memberikan penilaian jika dia sudah berubah dengan tulus dan dapat menghargai kehidupan dengan baik.
"Kali ini bergantung padamu, di kehidupan mu yang keseratus ini akan menentukan takdirmu" gumam pengemis tua di dalam hatinya, ia sebenarnya memiliki jati diri lain sebagai jelmaan Dewa Kehampaan.
Sebagai Dewa yang memiliki kepribadian yang unik dan selalu berpindah-pindah tempat, ia memperhatikan nasib Liu Feng yang mendapat hukuman dari Dewa kehidupan dan Dewa kematian. Sebagai sesama ras Dewa, pengemis tua tersebut memiliki rasa simpati atas penderitaan kehidupan yang sudah dialami Liu Feng sebanyak sembilan puluh sembilan kali.
"Pada kesempatan kali ini, aku akan memberikan sebagian kekuatanku kepadamu. Jika kau mengulanginya seperti dulu maka tidak akan ada yang bisa menolong mu lagi" batin Dewa kehampaan sambil mengorek giginya karena ada makanan yang nyangkut.
Liu Feng tentu tidak tahu dengan identitas pengemis tua itu sebenarnya, ia juga tidak menghiraukan orang-orang yang berada di sekitarnya dan merasa jika hidupnya sudah terlalu sulit. Kebaikan yang ia rasakan hanyalah ketika dirinya memberi makanan kepada pengemis tua dan kucing peliharaannya setiap malam.
Liu Feng tidak memiliki cita-cita dan menganggap semuanya berjalan apa adanya, baginya hidup hanya sebuah penderitaan panjang dan pada akhirnya ia pun akan meninggal dengan menyedihkan seperti sebelum-sebelumnya. Sebenarnya ia sudah sangat lelah hingga tidak pernah ingin dilahirkan kembali dan mengalami siklus penderitaan hidup yang menyakitkan.
Pada saat ini, tidak jauh dari posisi Liu Feng berada sebuah kereta kuda berhenti. Sepasang laki-laki dan perempuan turun dari kereta kuda tersebut dan berjalan ke arah Liu Feng.
Wanita tersebut tampak sangat cantik dengan pakaiannya yang berkualitas serta warna kulitnya yang putih membuat perhatian banyak orang tertuju kepadanya. Di samping wanita tersebut, seorang lelaki tampak berjalan dengan jarak yang cukup dekat dan menimbulkan kesan mesra.
Liu Feng menyipitkan matanya ke arah wanita tersebut, ada rasa keterkejutan di wajahnya dan dengan cepat ia memanggilnya.
"Ling'er..."
Wanita itu adalah tunangannya, Shiao Ling.
"Panggil aku Nona Shiao.." Shiao Ling memandang ke arah Liu Feng dengan tatapan hina dan jijik.
Kedatangannya ke tempat ini karena ingin mengakhiri pertunangan dengan Liu Feng, ia sudah menemukan seorang lelaki yang benar-benar layak untuk menjadi suaminya kelak.
Wajah Liu Feng berubah muram dan tersenyum pahit saat mendengar perkataan dari wanita yang sudah ditunangkan dengan dirinya sejak lahir. Semua bermula dari perjodohan yang sudah ditentukan oleh kedua kakek mereka, kini setelah kakek Shiao Ling meninggal maka ia memutuskan untuk mengakhiri pertunangan yang hanya merugikan dirinya saja. Selama masa tiga tahun hubungan mereka sering menjadi omongan dan cibiran dari para penduduk Kota Xi'an.
Kendati demikian, Liu Feng tidak ambil pusing dan menjadikan hal itu sebagai suatu masalah, Liu Feng justru bersemangat bekerja lebih keras siang dan malam demi mewujudkan kebahagiaan Shiao Ling. Ia berharap di kehidupan ini akan menemukan cinta sejatinya dan bisa merasakan sedikit kebahagiaan pada akhirnya.
"Kenapa?" tanya Liu Feng keheranan.
"Aku ingin memutuskan pertunangan.." ucap Shiao Ling sambil mengeluarkan sebuah gulungan.
"Segera tandatangani dengan cepat..!" sambung Shiao Ling dengan wajah ketus.
Wajah Liu Feng berubah muram dengan mengerutkan keningnya, memandang gulungan kertas yang berisi tentang perjanjian pembatalan pertunangan antara dirinya dengan Shiao Ling.
"Apa salahku?" tanya Liu Feng dengan ekspresi heran.
"Kamu terlalu miskin, kamu juga tidak bisa beladiri seperti para pemuda lainnya. Hanya mengandalkan pekerjaan mu sebagai pelayan di tempat ini, bagaimana bisa aku bisa menikmati hidup ke depannya" ucap Shiao Ling dengan alis meninggi.
Mendengar penghinaan yang dilakukan oleh Shiao Ling, emosi di dalam diri Liu Feng menggebu-gebu, ia yang sudah bekerja sangat keras dan mengumpulkan uangnya pada gadis tersebut kini justru mendapatkan perlakuan yang tidak layak.
"Sudah, jangan banyak berpikir. Cepat tandatangani surat pemutusan hubungan pertunangan kita. Setelah ini kita sudah tidak ada hubungan apa pun, sehingga aku bisa menjalin hubungan dengan Ming Wei. Anggap saja selama ini aku sedang sial bisa menjalani kontrak pertunangan dengan dirimu" ucap Shiao Ling dengan ekspresi jijik di wajahnya, di sampingnya tampak seorang pria menggandeng tangannya.
Liu Feng mengepalkan tangannya, menahan amarahnya terhadap kelakuan wanita yang tidak tahu malu ini. Jika bukan karena kakeknya, ia juga tidak mau menjalani pertunangan dengan wanita seperti Shiao Ling. Di masa lalu, kakeknya adalah teman dekat Shiao Shuxiang yang merupakan kakek Shiao Ling. Hubungan keduanya begitu baik hingga ingin menyatukan kedua keluarga melalui hubungan pernikahan, dalam hal ini Liu Feng dan Shiao Ling menjadi jembatan atas hubungan itu.
Liu Feng kemudian membaca perjanjian itu dengan seksama lalu menandatanganinya tanpa pertanyaan apa pun. Setelah itu, ia mengembalikan gulungan tersebut dengan pandangan yang dingin ke arah Shiao Ling.
"Bagus, ternyata kamu cukup tahu diri juga" ucap Shiao Ling dengan nada mencibir.
"Lalu bagaimana dengan uangku yang selama ini aku kumpulkan padamu?" tanya Liu Feng.
"Uang apanya? Bagaimana bisa lelaki miskin seperti mu memberiku uang? Lihat saja pakaianmu dan bagaimana keadaan mu yang begitu menyedihkan" Shiao Ling memandang Liu Feng penuh dengan penghinaan.
Liu Feng menggertakkan giginya, jika bukan karena di depan umum ia sudah melampiaskan kemarahannya karena selalu direndahkan. Dalam hatinya ia bergumam, " Lihat saja nantinya, kamu akan menyesal karena sudah menjadi budak uang".
"Ingat jangan pernah katakan kau pernah mengenalku, karena hal itu hanya akan menodai nama keluargaku" ucap Shiao Ling sebelum meninggalkan restoran tempat Liu Feng.
Meski beberapa pasang mata tampak melihat ke arahnya namun ia tidak peduli. Shiao Ling merasa ada kepuasan tersendiri saat dirinya menghina Liu Feng dan mempermalukannya di depan umum.
Liu Feng menatap kepergian Shiao Ling dengan penuh kekesalan, ia tahu hanya bisa menahannya saja. Apalagi saat seorang pria menggandeng tangannya dengan mesra membuat Liu Feng yakin jika ia tidak salah dalam mengambil keputusan. Wanita yang di awal sudah mengesampingkan kerja kerasnya, maka tidak akan layak untuk menemaninya ke puncak kesuksesan.
Namun memikirkan tentang kesuksesan, wajah Liu Feng terlihat menggelap. Saat ini ia tidak memiliki apapun, setelah kejatuhan keluarganya ia hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri bekerja di tempat ini dengan penuh tekad.
Sebelumnya ia adalah seorang tuan muda keluarga Liu, namun setelah usaha kakeknya direbut oleh keluarga Zhu maka ia dan seluruh anggota keluarga Liu lainnya terpaksa meninggalkan kediaman lama mereka dan hidup terpisah-pisah satu dengan yang lainnya.
Liu Feng sebenarnya masih memiliki kedua orang tua yang tinggal di salah satu Desa di Kota Shaanxi, ia juga seharusnya memiliki seorang adik yang belum pernah ia temui. Ketika kedua orang tuanya memilih Kota Shaanxi sebagai tujuan, ibunya tengah hamil besar pada saat itu. Sedangkan Liu Feng memutuskan tetap bertahan di Ibukota Xi'an untuk mencoba peruntungannya. Namun siapa sangka setelah lima tahun bertahan, akhirnya ia merasakan pil pahit kehilangan harapannya.
Dari tempat Liu Feng berada, pengemis tua yang dari tadi memperhatikan kejadian tersebut hanya tersenyum ringan. Ia sedikit takjub dengan tindakan Liu Feng yang tidak mempermasalahkan sebuah perpisahan dengan wanita yang selama ini ia perjuangkan.
"Bagus, begitulah seharusnya lelaki tidak lemah apalagi hanya karena urusan wanita" ucap pengemis tersebut pelan.
Hingga menjelang akhir pekerjaannya, Liu Feng tetap bekerja hingga beberapa tugas ia selesaikan dengan baik. Saat ini ia berjalan ke bagian kasir yang juga merupakan pengelola rumah makan untuk mengambil upahnya sebagaimana seperti biasanya, uang yang biasanya ia kumpulkan untuk masa depannya. Namun memikirkan tentang uang, hatinya tiba-tiba terasa pedih mengingat tentang jerih payahnya selama ini diambil oleh Shiao Ling.
"Tuan, aku ingin mengambil bayaran ku untuk pekerjaan hari ini" ucap Liu Feng dengan tenang.
"Bayaran? Tidak ada bayaran untuk mu, anggap saja itu sebagai kompensasi atas makanan yang kau berikan setiap harinya untuk pengemis. Mulai besok kamu tidak perlu lagi bekerja di tempat ini" ucap pengelola rumah makan dengan nada mencibir.
"Hah? Memangnya apa salahku?" tanya Liu Feng keheranan.
"Kau seharusnya tahu jika lelaki yang bersama dengan mantan tunangan mu adalah tuan muda Ming Wei yang merupakan pemilik beberapa properti di wilayah ini, restoran ini adalah salah satunya" ucap pengelola restoran tersebut dengan angkuh.
Liu Feng tersenyum getir, ia tidak menduga akan ada hal seperti ini kemalangannya hari ini benar-benar sangat menyakitkan dan membuatnya bertekad untuk keluar dari ketidakberdayaan.
Tidak lama kemudian Liu Feng membereskan barang-barangnya yang biasanya ia gunakan untuk bekerja, ia membungkusnya dan berjalan meninggalkan restoran tersebut saat situasi sekitar mulai terlihat sepi.
Rutinitas seperti ini sudah biasa ia lalui, namun kali ini kepalanya tertunduk pasrah memikirkan tentang hari esok yang harus ia lalui. Tanpa pekerjaan, ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk menyambung kehidupan sehari-harinya. Ia juga tidak bisa mengandalkan kehidupan sederhana ayah dan ibunya yang sama-sama hidup di bawah kesederhanaan.
Meski dalam cahaya yang tidak begitu terang, Liu Feng tetap berjalan untuk menghampiri pengemis tua dan ingin memberikan makanan untuk terakhir kalinya. Liu Feng juga ingin berpamitan, mengatakan jika dirinya tidak bekerja di rumah makan itu lagi mulai besok.
Melihat Liu Feng datang, pengemis tua itu berdiri sambil memangku kucing kesayangannya.
"Tuan, ini adalah pemberianku yang terakhir. Mulai besok aku tidak bisa lagi memberi mu makanan" ujar Liu Feng sambil menghela napas.
"Hahaha, sepertinya kau sedang mengalami masalah yang cukup serius" pengemis tua itu sedikit tertawa sambil memandang ke arah Liu Feng.
"Jika kau percaya padaku, maka aku bisa mengubah kehidupan mu menjadi lebih baik" sambung pengemis tua itu dengan tenang.
Mata Liu Feng membesar, ia juga terkejut dengan perkataan pengemis tua yang sudah ia kenal selama beberapa tahun terakhir ini. Bagaimana caranya ia bisa mengubah hidup orang lain sementara kehidupannya sendiri saja berada pada kondisi yang menyedihkan.
Namun, pada saat ini Liu Feng tidak memiliki pilihan. Hidupnya yang sudah tidak berarti, ditambah dengan penghinaan dari Shiao Ling membuat hatinya terasa pilu. Belum lagi kejadian yang selalu menemaninya dalam beberapa tahun terakhir selalu membuatnya tidak nyaman. Ia juga masih memiliki kedua orang tua yang harus ia bahagiakan, tidak mungkin dirinya selalu menyusahkan di hari tua mereka.
Liu Feng sudah tidak remaja lagi, usianya sudah menginjak 25 tahun dan oleh karenanya ia selalu merasa sangat bersedih karena tidak mempunyai pencapaian apapun. Untungnya di Kota Xi'an berlaku peraturan yang ketat, dimana rakyat biasa seperti dirinya masih dilindungi oleh tuan Kota yang berasal dari Klan Xie. Seorang Kultivator dilarang melakukan tindakan kekerasan kepada masyarakat biasa, jika hal itu terjadi maka Xie Haoran sendiri yang akan memusnahkan kultivator tersebut sebagai hukuman.
Peraturan ini berlaku sejak lama, menjadikan Kota Xi'an satu-satunya Kota Provinsi yang paling aman dan damai. Sementara di kota-kota lainnya berlaku hukum rimba dimana siapa yang kuat dapat memangsa yang lemah, hukum yang biasa diterapkan oleh kultivator pada umumnya.
Kehidupan tempat tinggal Liu Feng disebut Benua Biru, terdiri dari beberapa wilayah mengikuti petunjuk arah mata angin. Wilayah Barat, Utara, Timur dan Selatan. Masing-masing wilayah dikuasai oleh sebuah kerajaan yang pada dasarnya merupakan perwakilan dari anggota Klan terkuat yang berada di wilayah tersebut. Sementara saat ini, Liu Feng berada di wilayah Tengah. Wilayah terluas yang dikuasai oleh Klan Xie dan tidak membentuk kerajaan seperti wilayah-wilayah yang lainnya.
"Baiklah, aku mempercayaimu.." ucap Liu Feng kepada pengemis tua tersebut, ia sudah berpikir segalanya.
"Baguslah, mulai sekarang kau bisa memanggilku guru" pengemis tua berkata dengan sikap yang tenang.
Liu Feng yang sudah membulatkan tekadnya tersebut lalu berlutut dan bersujud, mengambil sumpahnya sebagai seorang murid. Tidak lama kemudian, tiba-tiba pengemis tua menghampirinya dan meletakkan jari telunjuknya di dahi Liu Feng. Pandangan Liu Feng menjadi kabur dan kesadarannya pun hilang, dalam sekejap ia sudah tidak sadarkan diri.
"Gunakanlah kesempatan ini, aku secara khusus yang melatih mu" ucap pengemis tua yang merupakan perwujudan dari Dewa kehampaan itu.
"Whush..."
Setelah berkata seperti itu, pengemis tua mengangkat tangannya lalu tubuh Liu Feng pun terangkat ke udara dan menghilang ke ruang hampa.
Pada sebuah puncak gunung dengan suhu udara yang sangat dingin, sebuah cahaya terang berwarna keemasan tampak berkilau di tengah malam. Sesaat kemudian, tubuh Liu Feng muncul dari kehampaan dalam posisi berbaring bersamaan dengan kedatangan sosok tubuh tua.
Beberapa saat kemudian, Liu Feng membuka matanya dan memperhatikan tubuhnya yang sudah berpindah dari tempat sebelumnya.
"Dimana ini?" tanya Liu Feng sambil bangkit mencoba untuk duduk.
"Besok kau akan tahu. Sebaiknya kau sekarang beristirahat saja dahulu" ucap pengemis tua tersebut.
"Baik guru.."
Liu Feng yang semula ada sedikit rasa keraguan, kini merasakan jika pengemis tua yang kini menjadi gurunya tersebut bukanlah orang biasa. Liu Feng hanya pernah mendengar hal-hal seperti ini bisa dilakukan oleh para orang sakti yang bisa menguasai puncak kehidupan di Benua Biru.
Dengan beralaskan batu besar dan beratapkan langit, Liu Feng memaksakan diri untuk beristirahat seperti apa yang dianjurkan oleh gurunya. Namun suhu udara yang begitu dingin membuatnya tidak berdaya menahan hawa yang sangat tidak lazim bagi tubuh kurusnya.
Liu Feng memang memiliki kekuatan fisik yang lebih kuat dibandingkan dengan pemuda lain, tetapi rasa dingin yang begitu menusuk membuatnya benar-benar merasa sangat tersisa.
Pengemis tua hanya tersenyum melihat tubuh Liu Feng yang menggigil kedinginan, suhu udara di tempat ini memang sangat berbeda dengan tempat tinggal dimana dunia Liu Feng berada. Liu Feng sebenarnya berada pada dunia kehampaan, dunia kehidupan yang dibuat oleh Dewa kehampaan itu sendiri.
Andai saja Liu Feng tahu jika saat ini ia sedang mengkondisikan tubuhnya pada energi terbaik bumi dan langit, maka posisinya akan menjadi rebutan kultivator dunia fana yang sangat mendambakan kekuatan dan keabadian.
Meski pada saat ini Liu Feng belum bisa berkultivasi, energi langit dan bumi itu terserap dengan baik membentuk nutrisi alami di dalam tubuhnya. Secara perlahan penguatan tulangnya pun berlangsung secara alami berbarengan dengan rasa dingin yang menusuk hingga ke tulangnya tersebut.
Hingga keesokan paginya, saat sinar matahari mulai bersinar tubuh Liu Feng pun tergerak untuk bangkit seperti biasanya dimana ia mulai menjalani rutinitas untuk berangkat kerja di rumah makan tempat sebelumnya ia bergantung hidup.
"Bagaimana istirahat mu" tanya pengemis tua yang bernama asli Fang Yuan itu.
"Sedikit membuat tubuhku kaku dan pegal-pegal" jawab Liu Feng tanpa menyembunyikan perasaannya.
"Hmm.. Sepertinya kau harus lebih terbiasa untuk tinggal di tempat ini" ucap gurunya tersebut.
"Guru, sebenarnya aku berada dimana?" tanya Liu Feng yang masih penasaran sejak semalam.
"Ini adalah dunia kehampaan, sebuah tempat tinggal yang berada di bawah pemahaman mu. Kelak jika kamu sudah memiliki kekuatan yang cukup maka kau akan memahaminya" ucap Fang Yuan menjelaskan.
"Dunia kehampaan?" Liu Feng tertegun dan tidak bisa berpikir apa-apa.
Sebagai seorang awam yang belum mengenal dunia kultivator ia hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu.
"Apakah ini masih di Kota Xi'an juga?" tanya Liu Feng lagi dengan ekspresi heran.
"Tinggallah di sini, maka kau akan mengerti. Semua yang ada di sini bisa kau makan dan minum sesukamu" ucap Fang Yuan sambil tersenyum.
"Baik guru, lalu bagaimana jika terjadi hujan? Apakah tidak ada Gua atau tempat tinggal untuk berlindung?" tanya Liu Feng yang masih lugu tersebut.
"Sesuai perkataan ku sebelumnya, aku akan merubah mu kepada kehidupan yang lebih baik. Namun semuanya memerlukan proses, jika kamu memiliki mental yang kuat maka kamu layak menjadi muridku dan tinggal di tempat ini lebih lama. Jika tidak, maka aku akan pastikan kau tidak akan pernah merasakan apa yang pernah kau rasakan sebelumnya" Fang Yuan berkata dengan santai, namun setiap katanya membuat Liu Feng merasakan hawa ketakutan.
"Baik guru, aku berjanji tidak akan mengecewakan mu" Liu Feng berkata dengan sungguh-sungguh pada akhirnya.
Berada di tempat yang asing seperti ini tidak selalu rugi, selama dirinya masih bisa makan dan minum untuk bertahan hidup itu sudah cukup. Hal lainnya tidak pernah ia pikirkan setelah dirinya bertubi-tubi dilanda cobaan hidup yang seperti tiada habisnya itu.
"Bagus kalau begitu, mulai sekarang kau sudah bisa berlatih untuk menempa tubuh fisik mu terdahulu" ucap Fang Yuan sambil tersenyum penuh minat.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!