AYUNDA RIZANA adalah seorang janda yang masih muda belia tanpa seorang anak dalam pernikahannya. Ayu yang berparas cantik jelita, nekat pergi dan hidup terkatung-katung dirantau orang tanpa ada sanak saudara.
Semenjak bercerai dengan Adam setahun yang lalu, dia lebih memilih hidup sendiri disebuah kota yang cukup jauh dari kota dimana ia berasal.
Dirinya yang tak memiliki saudara kandung disebabkan mamanya yang meninggal dunia saat dia masih bayi dan papanya yang sudah menikah lagi dengan perempuan lain, membuat Ayu tak punya siapa-siapa lagi untuk mengadukan nasibnya.
Ayu yang mandiri dan pekerja keras lalu bekerja serabutan untuk penyambung hidupnya dirantau orang. Tekadnya sudah bulat, apapun yang terjadi, ia takkan kembali kekota tempat yang pernah mengukir kenangan buruk antara ia dan mantan suaminya Adam.
Penghinaan dan caci maki dari keluarga Adam telah membuat hatinya hancur remuk redam. Begitu pula dengan sikap Adam yang selalu menuduhnya bersikap buruk dan kurang ajar karna melawan perkataan orang tua dan saudara Adam yang seringkali menghinanya. Kemiskinan keluarganya serta kekurangannya yang belum bisa memberi keturunan selalu menjadi senjata oleh mereka untuk merendahkan Ayu.
Dirinya yang lahir menjadi anak piatu, dan kurang dipedulikan oleh Papa kandungnya, sangat tak dihargai dimata keluarga Adam yang merupakan salah satu keluarga terpandang dikota itu.
Sekian lama hidup tersiksa, akhirnya Ayu tak tahan lagi dan memilih bercerai dengan Adam yang walau berat hati terpaksa mengikuti kemauan Ayu yang sudah mantap untuk hidup terpisah.
Warung Mak Siti.
Ayu menghampiri warung didepannya dengan cuek. Perempuan bertubuh ramping dan mungil dengan style urakan ala-ala tomboy itu pun melangkah cepat memasuki warung mencari si pemilik warung.
Meski tampilannya slengean seperti lelaki, namun tak bisa menutupi kecantikan wajahnya yang mengundang perhatian beberapa pria yang berkumpul didalam warung.
"Mak! Mak Siti...!" Suara Ayu yang merdu terdengar keras dan lantang memanggil si pemilik warung yang merupakan wanita yang sudah tua.
Mak Siti tergopoh-gopoh keluar dari pintu belakang warung dan segera menghampiri Ayu dengan nafas tersengal-sengal.
"Duh, non Ayu! Jangan teriak-teriak. Jantung Mak bisa copot!" Mak Siti memegangi dadanya dengan wajah cemberut.
Ayu terkekeh, kemudian berbisik pelan ketelinga Mak Siti.
"Biasa Mak, ngutang rokok sebungkus!" bisik Ayu pelan ke telinga Mak Siti.
Mata perempuan cantik itu berkedip mencoba merayu Mak Siti dengan senyuman manis penuh akal bulus.
Kedua mata Mak Siti seketika membesar dan menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Gak ah, hutang non sudah banyak, ntar mau bayar pake apa?" Mak Siti menolak, raut wajahnya berubah masam dengan bibir maju lima senti.
Ayu yang cerdik, tak kehabisan akal. Dia mengeluarkan ponsel dari kantong jeans belelnya yang sobek dibagian lutut.
"Mak liat nih! Aku ditransfer duit dari teman aku. Ntar sore uangnya bisa di ambil. Tenang aja, semua utang-utang ku bakal ku bayar lunas sepulangnya dari ATM." bujuk Ayu meyakinkan Mak Siti.
Ayu memamerkan screenshoot transaksi bank miliknya yang sudah kadaluarsa pada Mak Siti. Ia sengaja memperbesar layar ponsel agar Mak Siti tak bisa melihat tanggal transaksinya.
Pandangan mata Mak Siti yang sudah mulai kabur memang tak bisa membaca tulisan yang lain. Ia hanya menatap nominal angka yang tertulis disana dengan senyum sumringah.
Ayu buru-buru menutup layar ponselnya dengan cepat.
"Ayo dong Mak, masa gak percaya sama aku sih?" desak Ayu tak sabaran.
"Bentar non, Mak ambil kan. Tapi janji ya, ntar sore utangnya harus lunas semua?" ucap Mak Siti memandang Ayu penuh harap.
Wajah Mak Siti masih terlihat ragu.
Ayu menganggukkan kepala cepat, sebelum Mak Siti berubah pikiran. Matanya berbinar, melihat Mak Siti bergegas membuka etalase warungnya yang penuh dengan rokok berbagai merk.
Wanita tua itupun mengambil sebungkus rokok dan memberikannya ketangan Ayu.
"Makasih ya Mak! Jangan lupa bon nya di catat. Ntar lupa!" Ucap Ayu berseru senang.
Perempuan cantik itu tersenyum menatap sebungkus rokok yang sudah berpindah alih ketangannya.
Tubuh mungilnya berbalik pergi meninggalkan Mak Siti yang langsung sibuk mencari buku bon yang lupa ia taruh dimana.
Tak lama kemudian.
Ayu sampai dirumah kontrakannya. Rumah satu kamar yang pengap dengan satu jendela diruang tamu tanpa sirkulasi udara yang cukup, ditambah dapur dan ruang tamu yang menjadi satu dengan kamar mandi kecil.
Tak banyak barang yang dimiliki Ayu. Hanya sebuah kasur dan satu lemari plastik untuk menaruh beberapa helai pakaiannya.
Ayu menghela nafas pendek dan menghempaskan pantatnya di atas kasur dengan kasar. Ia pun mengeluarkan sebatang rokok dan mengambil sebuah korek api yang tergeletak asal-asalan diatas lantai kamar.
Perlahan wajah cantiknya terlihat tenang menikmati kepulan asap rokok yang keluar masuk dari hidung dan mulutnya.
TOK TOK TOK...!
Suara ketukan dipintu membuat Ayu tersentak kaget. Dia segera bangun dan mencoba mengintip siapa yang mengetuk pintu dari balik gorden jendela rumahnya.
Tamu mana yang nyasar kesini? Benak Ayu diliputi pertanyaan.
Ayu yang pendek, menjinjit kaki mengintip dari balik jendela yang agak tinggi. Tak ada satupun orang yang terlihat.
"Ayu, buka pintunya!"
DEG !
Suara teriakan Bu Rosa pemilik rumah kontrakan membuat jantungnya berhenti berdetak.
"Saya tau kamu ada didalam!" Teriakan Bu Rosa membuat Ayu menutup rapat mulutnya.
"Sudah dua bulan kamu nunggak bayar kontrakan. Kapan mau dibayar?" Bu Rosa berteriak sambil terus menggedor-gedor pintu rumah dengan keras.
"Kamu mau keluar nggak? Atau pintu ini saya dobrak!" Suara Bu Rosa terdengar makin emosi karna tak ada jawaban dari Ayu.
Ayu tersenyum geli, gertakan Bu Rosa terasa lucu.
Dobrak aja, yang rugi bukan aku ! Ayu tertawa dalam hati.
Perempuan cantik bertubuh mungil itupun mengendap-endap kembali duduk ke atas kasur untuk menikmati hisapan rokoknya yang tinggal separo.
"Ayu...!" panggil Bu Rosa lagi.
Bu Rosa terus menggedor pintu rumah kontrakan dan berteriak memanggil nama Ayu.
Berisik memang, tapi Ayu tetap stay cool. Dia belum punya uang untuk bayar kontrakan. Maklum, pekerjaan nya yang serabutan, membuat ia sulit mengumpulkan uang.
"Saya kasih kamu kesempatan satu Minggu. Jika tidak, silahkan tinggalkan rumah saya. Kamu cari kontrakan lain!" jerit Bu Rosa marah.
Seperti biasa, Bu Rosa meninggalkan pesan yang sama setiap kali ia lelah menagih uang kontrakan pada perempuan tomboy itu.
Suasana pun kembali hening, sunyi senyap tanpa teriakan Bu Rosa.
Dia pasti sudah pergi! Pikir Ayu dengan perasaan bersalah.
Ayu tak punya niat untuk mengabaikan Bu Rosa. Namun apa daya, dirinya saat ini tak memegang uang sepeserpun. Ayu tak mau ribut apalagi posisinya memang bersalah. Dia tak ingin dipermalukan Bu Rosa dan mempermalukan dirinya sendiri.
Ayu menarik nafas lega, setelah memastikan sosok Bu Rosa benar-benar sudah pergi dari depan rumah kontrakannya.
Dengan mengendap-endap, ia pun keluar rumah. Celingak-celinguk ke kanan dan ke kiri. Setelah dia merasa aman, Ayu pun kembali pergi keluar rumah dengan hati gundah.
Langkah kakinya bergerak cepat menembus pekatnya malam yang mulai merambat pelan selepas azan magrib berbunyi.
Perempuan berwajah cantik yang terpaksa berdandan tomboy, urakan dan bersikap bar-bar untuk menjaga dirinya dari kejahatan para lelaki hidung belang itu terus berjalan menyusuri trotoar tanpa arah dan tujuan.
Dia harus mencari uang, agar bisa membeli sepiring nasi untuk makan malamnya hari ini. Matanya berpendar memandangi setiap tempat yang ia lalui .
Berbagai toko, warung dan kedai, ia singgahi untuk meminta pekerjaan. Sayangnya kebanyakan tempat sudah punya tenaga kerja dan karyawan.
Ayu tak putus asa, ia terus berjalan meski cacing di perutnya sudah meronta-ronta minta di isi. Rasa haus pun mulai singgah ditenggorokannya yang sedari tadi kering tanpa air minuman.
Ia pun merogoh kantong celananya, masih ada lembaran dua ribuan yang bisa ia pergunakan untuk membeli minuman gelas.
Ayu melirik ke kanan dan ke kiri, tak ada satupun warung yang berjarak dekat tempat ia sekarang berada. Dia pun menghentikan langkahnya sejenak dan memandang ke sebrang jalan. Disana ada sebuah warung kecil yang menjual minuman.
Rasa haus yang sangat menyiksa membuat Ayu jadi ceroboh. Tanpa lirik kanan dan kiri, Ia berlari menyebrang jalan yang ia rasa cukup sepi dari kendaraan berlalu lalang.
Mendadak, sebuah mobil berkecepatan tinggi melesat kencang dari sebelah kanan.
Ayu terkejut, tubuh nya refleks mengelak mundur ke belakang. Namun, ia tak mampu menjaga keseimbangan tubuhnya hingga Ayu terhempas dengan kepala terbentur ke trotoar.
Tak ayal lagi, Ayu pun pingsan ditempat. Orang-orang pun berlarian mengerubuti tubuh Ayu yang pingsan dan terluka dibagian kepala.
"Angkat cewek itu ke mobil !" Sebuah teriakan perintah yang terdengar panik, sempat terdengar samar sebelum Ayu pingsan tak sadarkan diri.
Seorang pemuda tampan dengan out fitnya yang modis dan keren terlihat turun dari mobil sedan yang tadi menyerempet Ayu. Ia memerintahkan seseorang pemuda tampan lain yang juga ikut turun dari kursi belakang untuk membawa tubuh Ayu kedalam mobil yang tampak mewah dan mahal.
Beberapa orang remaja tampak terpukau . Tatapan terpesona karna ketampanan kedua pemuda itu membuat mulut mereka menganga lebar, cukup untuk dimasukin beberapa ekor lalat.
Mereka pun terlihat kasak kusuk seolah pernah melihat salah satu pemuda itu yang terlihat seperti seorang artis ternama.
Pemuda tampan yang berlagak seperti tuan muda dan tampak sombong itu, seketika jadi bahan gunjingan di antara para remaja yang sedang dilanda masa pubertas itu.
Sayangnya, kedua pemuda tampan itu bergerak cepat, sehingga para remaja itu tak sempat mengabadikan moment yang seharusnya bisa jadi viral dalam sekejap.
Siapakah pemuda keren dan tampan yang nyaris menabrak perempuan itu?
.
.
BAB Selanjutnya 👉
Jangan lupa di Like dulu yaa, makasiiihh 🤗😘
.
HAI, Hai,,hai,,
PARA READERS TERSAYANG ku yang baik, cakep, cantik-cantik dan ganteng-ganteng.
Kali ini aku bikin novel Romantis lagi,, biar kalian pada baper & bucin habisss,, 😍
Jangan lupa baca, baca, baca,, sampai kisah nya tamat y 💃
Jangan cuma mampir baca ya sayangkuuuuu..
Tinggalkan jejak mu,,
Kasih KOMEN biar othor terinspirasi juga dari mu.
LIKE,, setiap kali baca satu Bab,, biar othor semangat 😘💪
VOTE,, biar novel nya banyak yang baca 😍
⭐⭐⭐⭐⭐,, Kasih nilai karya othor biar bisa ditingkatkan lagi.💪
Kasih GIFT,,, sebagai tanda penghargaan untuk karya othor ❤️🥰
Makasih,, banyak banyak lope,, untuk kamu-kamu yang sudah berkunjung,, Smoga kamu betah 🤗🤩 💃💃💃
Maaf kalau Author ada penulisan kata atau kalimat yang kurang di mengerti silahkan beri kritik dan saran 🙏
Jika Suka novel nya, silahkan ,👣❤️🌹⭐ di kolom komentar 🤗
Jangan lupa subscribe & vote ya, biar author makin semangat nulis nya 🥰
Makasih semua 😍
Mari saling support 😘
TUAN VARENT DEALOVA...?!
Perawat diruang ICU menautkan alis mata memandang sosok pemuda tampan yang berdiri dihadapannya.
Dia memperhatikan pemuda itu dari atas hingga bawah. Mulai dari rambut, hingga ujung sepatu tak luput dari penglihatan matanya. Kedua matanya tampak menyipit, heran.
"Maaf, apa Anda tuan Varent Dealova?" tanya si perawat dengan tatapan penuh selidik.
"Bukan, saya sopirnya." Jawab pemuda itu dengan senyum dikulum.
Perawat itu spontan merungut cemberut.
"Sopirnya aja ganteng! Apalagi tuan Varent yang artis itu." pujinya dalam hati.
Wajahnya tampak kecewa karna yang datang bukan artis pujaannya.
"Bagaimana kabar perempuan tadi suster? Apa dia baik-baik saja?" Radith, sopir pribadi sekaligus sepupunya Varent Dealova bertanya pada si perawat.
"Pasien sudah sadar, anda boleh melihatnya ke dalam." Perawat itu menjawab ketus.
Sikapnya yang awalnya tampak ramah kini berubah jadi jutek.
Radith hanya tersenyum dan segera berlalu pergi masuk ke ruangan ICU.
DIRUANG ICU.
"Kakak sudah sadar?" tanya Radith.
Ayu terkejut menatap pemuda tampan yang mendadak muncul dihadapannya dan menyapanya seolah sudah akrab.
"Kamu siapa?" Mata Ayu mengernyit, ia tak mengenal pemuda itu.
"Aku Radith, sepupu nya Varent. Dia yang menyuruh ku membawa kamu kesini." ujar Radith menjelaskan.
"Oh ya, kalau begitu sepupu mu itu baik sekali. Boleh aku bertemu dengannya?" Ayu langsung antusias menyadari siapa yang telah membawanya ke rumah sakit.
"Maaf Kakak, dia tidak ada disini." Radith menolak permintaan Ayu.
Saat ini, Varent pasti sedang sibuk live streaming di studionya.
"Telpon, coba kamu telpon dia!" Desak Ayu lagi.
Dia sangat penasaran dengan wujud penolongnya yang bersikap misterius itu.
Radith memandang Ayu dengan hati bimbang.
Penampilan Ayu yang urakan dan duduknya yang tak sopan dengan kaki terangkat sebelah ke atas tempat tidur membuat pemuda itu jadi risih.
"Jangan-jangan dia preman!" Pikir Radith dalam hati.
"Slow bro, jangan tegang gitu. Aku cuma mau ngucapin terima kasih. Jarang lho, di zaman modern ini masih ada orang baik kayak sepupu mu itu." Ayu seakan mengerti apa yang dirasakan Radith.
"Cih, baik apanya?!" Radith mendecih dalam hati saat mendengar Ayu melontarkan pujian untuk Varent.
"Sebentar Kakak, biar ku coba untuk menelpon nya. Oh ya, nama Kakak siapa?" tanya Radith sembari mengeluarkan handphone dari dalam saku celananya.
"A-Y-U-N-D-A! Ayunda, panggil saja Ayu!" jawab Ayu bersemangat.
"Oh Ayu. Sebentar ya kak Ayu." ucap Radith sopan.
"Silahkan!" sahut Ayu tersenyum manis.
Radith tampak menghubungi seseorang lewat handphonenya. Dia pun tampak berbicara dengan suara setengah berbisik dihadapan Ayu.
"Halo, itu, cewek yang tadi, memaksa mau bertemu. Katanya ingin mengucapkan terima kasih padamu karna telah menolongnya." bisik Radith pelan lewat handphone.
"Hah!"
Varent Dealova yang baru saja selesai live streaming, langsung mengangkat telpon dari Radith, sepupu sekaligus sopir pribadinya. Suaranya terdengar heran dari sebrang sana.
"Siapa yang menolongnya? Dasar cewek tolol !" Ujar Varent tersenyum mengejek mentertawakan kebodohan Ayu.
"Katakan padanya, saat ini aku sibuk. Semua biaya perawatan di rumah sakit, sudah dibayar lunas. Dia tak perlu khawatir, dan tak perlu berterima kasih. Jika ada keluhan lain, bantu aku mengurus cewek itu, tinggalkan nomor handphone mu padanya!" Varent memerintahkan Radith untuk mengurus Ayu dan menutup panggilan dari Radith.
Radith tertegun, yang nabrak siapa? Yang repot siapa! Hati nya teramat jengkel.
Ada penyesalan terukir diwajah tampannya. Andai saja ia tidak membiarkan Varent membawa mobil. Mungkin Ayu takkan mengalami hal yang seperti ini.
"Maaf kak Ayu, Dia tak bisa di ganggu. Semua biaya pengobatan dan perawatan Kak Ayu sudah dibayar lunas olehnya. Kak Ayu tak usah khawatir dan berterima kasih. Karna semua yang di alami Kak Ayu adalah tanggung jawabnya yang sudah tak sengaja menabrak Kak Ayu." ucap Radith dengan perasaan tak enak.
Radith yang dari dulu kurang menyukai sifat sepupunya itu, sengaja berterus terang pada Ayu. Dia tak mau disalahkan.
"Apa? Jadi dia yang menabrak ku?" Ayu langsung naik pitam.
Perempuan cantik berambut panjang dengan rambut di gelung ke atas itu terlihat kesal, ternyata dia salah paham. Orang yang ia anggap dewa penolong rupanya adalah pelaku utama yang menyebabkan luka di kepalanya.
"Sini kau! cepat, kesini!" jerit Ayu yang jadi gusar dan marah terhadap Radith.
Tubuh mungilnya berusaha bangkit dari pembaringan tanpa mempedulikan kepalanya yang di lilit perban. Untung saja, slang infus yang tertancap ditangan Ayu menghalangi gerakannya sehingga ia sulit mendekati Radith.
Radith berdiri menjauh menjaga jarak dari Ayu yang sedang berusaha mencabut slang infusnya. Dia tak mau menjadi sasaran kemarahan Ayu yang jika di lihat dari penampilannya, adalah perempuan bar-bar, sangar dan menyeramkan.
"Jika kakak ada apa-apa, kakak datang saja ke studio. Maaf, permisi!" ucap Radith ketakutan.
Radith buru-buru menaruh sebuah kartu nama di sisi pembaringan. Tak lupa menundukkan kepalanya memberi hormat dan bergegas kabur dari hadapan Ayu yang jadi bengong melihat pemuda itu lari secepat kilat.
"Woi...! Jangan lari kau!" Teriak Ayu jengkel.
Hatinya sangat kesal karna tak bisa mengejar Radith yang sudah tak kelihatan batang hidungnya.
"Dasar monyet kecil! Aku di bohongin sama dia dan sepupunya. Lihat saja, saat kalian berdua ku temukan. Ku kupas-kupas kulit wajah kalian!" ucap Ayu mengepalkan tangannya.
Ayu menggerutu panjang melampiaskan kekesalan hatinya.
Tangannya terulur, dengan susah payah ia mencoba meraih kartu nama yang ditinggalkan Radith.
"VARENT DEALOVA! VD Company Studio." gumam Ayu pelan.
Ayu menyipitkan matanya membaca kartu nama yang telah berada digenggamannya.
Keningnya berkerut, dia tak mengetahui dimana letak studio itu apalagi pemiliknya. Hanya saja ia membayangkan, si penabrak itu pasti kaya raya. Buktinya, dia mampu membayar biaya perawatan Ayu di rumah sakit yang sudah tentu sangat mahal.
"Huh, mentang-mentang orang kaya, bersikap seenaknya. Dia pikir uang bisa membayar segalanya. Dia belum kenal Ayu, Ayunda Rizana. Akan ku buat hidupnya merana!" dengus Ayu marah.
Ayu mengepalkan tinjunya lagi dengan mata nyalang mendelik tajam.
Dia sangat geram dan marah karna hampir tertipu kebaikan pemuda itu.
Sementara itu, Radith tampak ngos-ngosan setelah melarikan diri dari Ayu. Ia mulai mengatur langkahnya kembali setelah merasa agak jauh dari ruangan ICU.
Senyuman puas mengembang disudut bibirnya yang tipis. Rencananya untuk memancing emosi Ayu sepertinya akan berhasil.
Dia sudah tak sabar menunggu hari esok saat Ayu mendatangi Studio tempat Varent bekerja.
Entah bagaimana sikap dan tanggapan sepupunya yang sombong dan arogan itu saat mendapat sedikit pelajaran etika dari perempuan bar-bar seperti Ayu, Radith sangat penasaran.
Yah, Varent Dealova harus mendapat ganjaran atas sikapnya yang selama ini suka memperlakukan Radith sewenang-wenang.
Walaupun Radith bekerja sebagai sopir pribadinya, tidak seharusnya Varent menyuruhnya melakukan semua pekerjaan yang bukan urusannya.
Mulai dari urusan pakaian, makan, pacaran dan juga masalah pribadi lainnya. Seperti hari ini, Radith dipaksa mengurus perempuan bar-bar yang ditabrak Varent karna kelalaiannya sendiri dalam mengemudi.
Awalnya, Varent yang tak di izinkan mamanya untuk mengendarai mobil, ditengah perjalanan memaksa Radith untuk pindah ke jok belakang. Varent ingin cepat sampai di studio dengan alasan dikejar waktu, telat live streaming. Radith pun terpaksa menyerahkan mobil untuk dikemudikan Varent.
Dan akibatnya, kecelakaan itupun terjadi. Varent yang mengemudi dengan ngebut, terkejut melihat Ayu yang menyebrang jalan sehingga mobilnya oleng saat rem mendadak. Untung secara refleks Ayu sangat cepat menghindar, jika tidak, Varent bisa-bisa berakhir masuk penjara karna menabrak orang sampai meninggal.
Teringat akan Ayu yang ia tinggalkan sendirian di ruang ICU, Radith jadi terbebani dalam hati. Ada rasa kasihan yang menyelinap dihati kecilnya. Ayu, si perempuan bar-bar itu, seperti orang terlantar yang tak punya sanak saudara. Baju kaosnya tampak lusuh, dan celana jeans yang di pakainya pun sudah robek-robek banyak tambalan.
"Apa dia punya uang buat makan?" Hati Radith pun sejenak merasa gundah.
.
.
.
BERSAMBUNG !!!
SIANG ITU , di studio VD COMPANY.
Varent sedang menatap layar hpnya yang sedang memutar vidio live streaming yang ia tayangkan kemarin. Hasilnya cukup memuaskan, ada jutaan viewer yang menonton livenya.
Senyuman puas terukir di bibirnya yang tipis. Sambil menonton, Ia mereguk segelas cappucino latte yang nyaris dingin karna tak disentuh sedari tadi.
Varent Dealova...!
Phuih...!
Cappucino yang ia telan nyaris muncrat saat seorang perempuan tak dikenal berdandan ala preman menerobos masuk ke dalam studionya yang sepi saat jam makan siang.
"Siapa kau?" Tegur Varent marah.
Dia jadi bingung melihat sikap permusuhan yang ditunjukan perempuan itu terhadap nya.
"Kau? Dasar anak kemarin sore. Aku jauh lebih tua dari mu. Harus nya kau panggil aku kakak!" Bentak perempuan itu kurang senang.
"Dasar pecundang kecil kamu ya!" Perempuan itu langsung mengamuk hendak memukul Varent dengan kedua tangannya.
Varent terkejut, tubuh nya mengelak cepat dari serangan perempuan yang ia anggap adalah orang gila karna menyerangnya tiba-tiba.
"Jangan lari kamu, kesini!" Perempuan itu jadi naik pitam.
Tubuh mungilnya pun bergerak cepat mengejar Varent yang kabur menghindar dari serangannya. Aksi kejar-kejaran pun terjadi dalam studio.
Varent terengah-engah. Perempuan bertubuh mungil dan berparas cantik itu sangat kuat. Ia terus mengejar Varent yang berlari mengitari studio dengan kakinya yang pendek namun berlari dengan lincah. Artis tampan yang jarang berolah raga itupun akhirnya menyerah.
"STOP...!" Teriakan Varent yang lantang membuat aksi ganas perempuan itu terhenti seketika.
Tubuh Varent dipepet si perempuan itu ke sudut ruangan studio hingga ia tak bisa bergerak. Sebelah kaki perempuan itu tampak terangkat lurus ke dinding tembok menghalangi gerakan Varent untuk bisa keluar dari kungkungannya.
"Kau, apa mau mu?" Varent tampak kesal dengan nafas tersengal-sengal.
"Kau lagi, panggil aku Kak Ayu. Kakak Ayunda Rizana! Itu nama ku!" ucap nya lantang.
Perempuan sangar yang ternyata adalah Ayu, tampak membesarkan bola matanya pada pemuda tampan yang ia yakini masih berumur dua puluhan lebih sedikit.
Varent memperhatikan Ayu dengan seksama. Dilihat dari wajahnya, perempuan itu masih sangat muda untuk ia panggil kakak. Umur nya palingan beda satu atau dua tahun dengan Varent. Begitu yang ada dalam pikiran Varent.
"Emang kenapa aku harus memanggil mu kakak? Aku bukan adik mu!" Varent tetap ngotot tak mau memanggil Ayu dengan sebutan kakak.
"Dasar bocah keras kepala! Tahun depan umur ku tiga puluh. Enak saja kau bicara tak sopan dengan ku." ucap Ayu gregetan.
"AKH...!" jerit Varent kesakitan.
Ayu menurunkan kakinya cepat dan menjewer kuping Varent yang langsung menjerit sakit karna di plintir Ayu keras.
"Minta maaf pada ku!" Ujar Ayu dengan mimik wajah yang tampak geram.
"Maaf? Untuk apa aku minta maaf pada mu?" Varent menatap Ayu tak mengerti.
Dia merasa tak mengenal Ayu, kesalahan apa yang dimaksud perempuan bar-bar itu.
"Minta maaf karna kau telah menabrak ku!" Bentak Ayu dengan kaki bergerak cepat menginjak sepatu yang di pakai Varent hingga pemuda itu kembali mengaduh kesakitan.
"ADUH...!" Varent meringis sakit.
Dia teringat kejadian kemarin. Paras tampannya berubah pucat pasi. Tak disangka, perempuan yang ia tabrak kemarin adalah Ayu. Perempuan bar-bar yang saat ini sedang bersiap-siap untuk menghajarnya sampai keblinger.
"Kalau aku nggak mau gimana?" ucap Varent bersikeras dengan pendiriannya.
Sikap arogannya yang tak mau kalah malah membuat Ayu tertawa kesal teramat sangat.
"Ha ha ha, kalau kamu nggak mau, Aku akan melaporkan mu ke polisi, meneror akun mu setiap hari, mempublikasikan pada media bahwa kamu adalah pelaku tabrak lari. Kebetulan, rekaman cctv kejadian hari itu lumayan banyak." Jawab Ayu dengan santainya duduk di atas meja kerja milik Varent.
Dia lalu tersenyum dan mengedipkan mata ke arah Varent yang jengkel setengah mati melihat kelakuan tidak sopannya.
Varent menarik nafas berat, Ia malas berdebat dan tak mau berurusan panjang dengan perempuan bar-bar di hadapannya. Tak ada pilihan lain selain mengikuti kemauan Ayu.
"Oke, kalau begitu aku minta maaf!" Ujar Varent terpaksa.
"Eits, bukan begitu caranya." Ucap Ayu sambil melompat turun dari meja.
Dia segera menghampiri Varent yang berdiri tegak di hadapannya.
Ayu menatap pemuda itu sambil tersenyum di kulum.
"Aku ingin permintaan maaf lewat sosial media!" ucap Ayu cuek.
Varent tertawa keras mendengar permintaan Ayu yang ia anggap terlalu berlebihan.
"Ha ha ha, bilang saja kau pengen tenar!" Varent mencibirkan bibirnya.
HMMPH...!
Mendadak mulutnya bungkam tertutup gumpalan tisu yang disumbatkan Ayu ke dalam mulutnya.
"Sekali lagi kau bicara seenaknya, aku akan masukan sandal kotor ku ke mulut mu!" Gertak Ayu kesal.
Varent tersinggung, kesabarannya habis sudah.
Perempuan bar-bar yang ada di hadapannya seperti singa yang baru lepas dari kandangnya. Dia tak mau, kehadiran Ayu di studionya akan membuat keributan lebih besar lagi. Apalagi jam makan siang akan berakhir. Mau ditaruh dimana mukanya jika anak buahnya datang dan melihat pertengkaran mereka.
Sedari tadi ia hanya diam di permainkan Ayu. Hatinya sangat marah dan ingin menarik perempuan itu agar segera keluar dari ruangan studionya.
Dengan penuh emosi, tiba-tiba Varent menangkap tangan Ayu dan berusaha menyeretnya keluar ruangan.
"Ayo keluar!" Varent menyeret Ayu kuat.
Ayu kaget dengan perubahan Varent yang jadi kasar.
"Lepaskan!" jerit Ayu dongkol.
Ia menahan tubuhnya agar tidak terseret. Tarik menarik pun terjadi di antara mereka.
Seberapapun kuatnya Ayu, tenaga Varent jauh lebih kuat. Alhasil tubuh Ayu ke tarik maju dan terjerembab menimpa tubuh Varent yang lebih dulu jatuh kehilangan keseimbangan.
Tak ayal lagi, posisi mereka pun terlihat seperti orang berbuat mesum.
Bertepatan saat itu, beberapa orang anak buah Varent yang habis makan siang masuk ke dalam ruangan studio dan menyaksikan keadaan mereka yang tampak tak lazim.
Semua kejadian itu, tak luput dari pandangan Radith yang rupanya semenjak kedatangan Ayu di ruangan studio, diam-diam telah merekam kejadian itu dari sebuah tempat yang tersembunyi di dalam studio.
"Varent, apa yang terjadi?" tanya Radith pura-pura tak tahu.
Radith bergegas keluar dari kerumunan pekerja seolah ia baru saja datang dari arah luar.
Varent yang masih belum bisa menguasai rasa terkejutnya bergegas bangkit dan salah tingkah. Ia menatap tajam pada pekerja studio yang berkumpul saling kasak kusuk, sikut-sikutan.
"Lihat apa sih?! Awas ya kalau kalian cerita yang aneh-aneh. Keluar kalian semua, keluar! Dan kau Radith, tetap disini!" Usir Varent dengan nada emosi.
Para pekerja studio saling berpandangan sesaat lalu bergegas keluar secara serentak meninggalkan Varent dan Ayu yang masih shock dengan kejadian barusan.
Sementara Radith yang di perintahkan Varent untuk tetap tinggal di dalam ruangan, melirik ke arah Ayu dengan cemas. Sikap Ayu yang ganas dan beringas, membuat nyali Radith agak ciut. Ia khawatir dijadikan tumbal lagi oleh Varent yang suka memanfaatkannya diberbagai situasi.
DEG!
Jantung Radith berdegup kencang saat tubuh Ayu yang ramping mungil mulai berjalan pelan mendekatinya.
"Mau apa cewek berandal ini mendekat?" Batin Radith jadi tak tenang.
Radith pun bersikap waspada, menjaga jarak memperhatikan gerakan kaki Ayu yang makin lama makin mendekat padanya.
.
.
.
BERSAMBUNG !!!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!