HARI PERTAMA BEKERJA
Los Angeles — USA
“Tuan sudah datang, ayo cepat semuanya berkumpul!” suara tepukan tangan tiga kali hingga menggema di seisi ruangan.
Seketika suara gadung dari banyaknya langkah kaki para maid segera berbaris bak pagar yang berjajar dari pintu masuk sampai ke tangga. Para maid yang mengenakan pakaian dress hitam putih di atas lutut dengan rambut tergelung rapi beserta bandana putih, semuanya tertunduk dengan kedua tangan mereka menyatu di depan paha masing-masing.
Tidak ada maid tua di sana, semuanya masih segar mulai dari usia 20-30 tahun. Namun hanya ada satu maid tua yang menjadi kepala pelayan, yaitu Maida— wanita tua yang sudah berusia 59 tahun, berjiwa tegas dan tidak suka basa-basi seperti apa yang sudah tuan mereka perintahkan.
Setelah memperhatikan semua para maid dengan barisan rapi serta kepala tertunduk. Maida kembali ke barisan kedua, tepatnya di sebelah seorang wanita muda berkulit putih dengan mata indah warna cokelat yang malah mendongak penasaran. Biasa, maid baru.
“Tundukan kepalamu jika tidak ingin dipenggal.” Tegas Maida menatap tajam ke wanita itu hingga mereka langsung tertunduk.
Grace! Nama yang cocok untuk si maid baru itu.
“Kenapa kita harus menundukkan kepala?” tanya Grace Kennedy (28th) berbisik.
“Jangan banyak tanya, akan aku jelaskan nanti. Dasar anak baru.” Cerca Maida sangat malas jika harus menanggapi maid-maid baru. Apalagi anak-anak muda jaman sekarang sangat susah diatur.
Tak berselang lama, sepasang kaki berbalut sepatu mahal warna hitam baru saja melangkah masuk bersama beberapa anak buahnya juga asisten setianya yang selalu mengikuti disetiap langkah bosnya.
Grace merasakan aura yang sangat mencengangkan saat tuan pemilik Mansion tiba. Hanya ada hening dan suara langkah kaki saja di sana. Saat dia ingin mengintip, Maida malah menekan kepalanya untuk tetap tertunduk. -‘Dasar wanita tua menyebalkan.’ Caci Grace dalam hati.
Setelah tuan mereka sudah naik ke atas lantai dua, barulah para maid dipersilahkan bubar dan kembali ke pekerjaan masing-masing.
Kini, Maida menatap marah dengan kedua tangannya terlipat di depan perut serta kepala yang sedikit mendongak. “Ikut aku anak baru.” Pinta wanita tua itu kepada Grace.
.
.
.
“Dengarkan aku. Kau sudah menjadi seorang maid di sini, jadi kau perlu tahu peraturan-peraturan nya.” Ujar Maida berjalan menyusuri taman depan yang sungguh luas bak lapangan sepak bola. Namun sayangnya tidak terlalu banyak tanaman di sana, hanya ada pohon dan paving jalanan untuk mobil.
Grace mengikuti langkah Maida sambil mendengar dengan saksama.
“Saat tuan datang, maka kita harus berbaris rapi dan menundukkan pandangan. Jika kau melakukan kesalahan sekecil biji sawit, maka kau akan diseret dihadapan tuan kita.
Grace mengangguk ngeri mendengarnya, menjadi ART di Indonesia saja tidak seperti itu. Tapi setidaknya di sini gajinya lebih besar.
“Bangun di saat semua orang masih tidur.”
“Ma-maksudnya?” tanya Grace masih tak faham dengan aturan barusan hingga dia menelengkan kepalanya.
Maida menoleh dengan tatapan tegasnya serta senyuman miring. “Lebih tepatnya di jam 3 pagi semua maid sudah bekerja tanpa membuat suara gaduh agar tuan kita tidak terganggu.”
“Lalu jam istirahat bagaimana?”
“Para maid boleh istirahat jika tugas mereka selesai. Tapi satu hal yang tidak boleh ditolak oleh para maid.” Langkah Maida berhenti dengan memperlihatkan jari telunjuknya.
“Apa?”
“Saat tuan memanggilmu untuk ritual hariannya, maka kau tidak boleh menolak. Kau akan mendapatkan bonus besar setelah melakukan itu.” Jelas Maida.
Mendengar bonus besar kedua mata Grace terbelalak hingga berpikir berapakah bonus tersebut?
Wanita polos itu tersenyum lebar tak sabar mendapatkan panggilan ritual yang Maida maksud tadi. Dia bahkan tidak memperdulikan ritual apa itu.
“Aku tidak sabar mendapat panggilan itu!” ucap Grace tanpa dosa.
Mendengar hal itu, Maida tersenyum miring melihat kepolosan maid baru yang nampak sedikit konyol dan ceroboh pastinya.
Tak berhenti di situ, Maida masih menjelaskan semua aturan dan tugas-tugas maid di sana. Apa yang tidak boleh dan apa yang boleh dilakukan selama di Mansion tersebut.
Namun yang membuat kesal Grace disepanjang penjelasan Maida adalah. Ketika wanita tua itu terus menyebut tuan mereka hanya kata <
Kini, berada di meja makan khusus maid. Grace dan Maida duduk di sana, “Apa aku boleh memakan itu?” tanya Grace menunjuk ke arah buah-buahan yang ada di mangkuk atas meja.
Tanpa menjawabnya dan hanya berwajah datar, Maida mengangguk hingga Grace mengambil buah anggur di sana dan melahapnya sambil mendengarkan penjelasan Maida.
“Dan iya. Satu hal yang tidak akan pernah dimaafkan oleh tuan— yaitu kebohongan.”
Grace menghela napas panjang sambil mengunyah anggur, lalu menatap ke Maida dengan sedikit kesal. “Dari tadi Anda terus menyebut tuan. Apa tuan kita tidak punya nama?” sedikit ketus tapi percayalah, Grace wanita yang baik hanya saja dia terlalu formal dan hanya akan malu jika dia membuat kesalahan atau bertemu orang-orang yang membuatnya terancam.
Para maid yang ada di sana hanya menatap diam ke arah Grace dan Maida.
“Kami biasa memanggilnya Tuan Vin! Namanya Vincent Douglas.”
Deg! Seperti ada yang mendorong anggur di tenggorokan Grace hingga ia tersedak saat mendengar nama tuannya.
Grace terbatuk-batuk hingga memukul-mukul dadanya agar anggur kecil tadi keluar. Saat berhasil keluar, wanita itu kembali menatap ke Maida dengan wajah gelisah.
“Bi-bisa Anda sebutkan lagi namanya.” Pinta Grace sedikit memelas.
Sangat tidak tahu dengan sikap maid baru itu, Maida hanya bisa pasrah akan nasibnya yang bertemu dengan wanita seperti Grace.
“Tuan Vincent Douglas, paham.”
Kedua mata Grace masih terbelalak tak percaya. “Vi-vi-vi-vi-vi-vi-vi Vincent....” Brugg!
Grace pingsan begitu saja dalam posisi duduk dan kepala lemas yang kini menempel meja makan. Mereka yang ada di sana tentu saja terkejut.
“HEY! Ayo bantu dia.” Pinta Maida kepada para maid yang ada disana untuk segera membawa Grace pergi dari hadapannya.
“Cih, gadis payah.” Gumam Maida sangat malas sekali menghadapi wanita tadi. Entah bagaimana surat lamaran wanita itu bisa keterima.
Maida sudah memiliki firasat buruk akan kedatangan Grace di Mansion VincentDo.
Jujur saja, di semua banyak maid yang sudah pernah dia berikan penjelasan hingga bekerja di sana, hanya Grace lah yang paling berbeda.
...***...
Grace yang masih tak sadarkan diri, dia mulai bergerak-gerak tanpa membuka matanya.
“Oh.. Mr.Vin— ” lirih Grace dengan kening mengernyit dan kepala bergerak ke kanan dan kiri seperti orang kesurupan padahal di dalam mimpinya.
Seorang pria berkemeja hitam dengan dua kancing terbuka sedang menjamah tubuhnya yang berbalut dress merah merona dengan belahan dada yang terekspos jelas. Napas Grace memburu panas saat melihat wajah tampan bak dewa Yunani yang kini menatapnya penuh kehausan.
“Welcome!” bisik pria itu bernada sensual bersuara dingin dan berat serta seringaian kecil di bibirnya. Hingga tangan berurat milik pria tampan bermata biru itu tiba-tiba menekan area sensitifnya di bawah.
Deg! “Hooh... ” Grace langsung terbangun dari pingsannya dengan peluh di dahinya.
Itu bukan sekedar mimpi, melainkan ingatannya. Apa itu benar ingatannya waktu itu???
...°°°...
Hai guyss!!!!!!!! Saya kembali dengan cerita dark romance sesuai yg saya ucapkan. Akhir-akhir ini aku suka dark romance jadi aku akan mengajak kalian berimajinasi dengan tema wanita indo yang pergi ke luar negeri lalu bertemu dengan mafia uyyyyyyy (≧▽≦)
Semoga kalian suka dan mohon berikan dukungan kalian yaaaa!!! jangan lupa tinggalkan jejak semangatnya.
Like ☑️
Coment ☑️
Vote ☑️
Favorit ☑️
Rate 🌟 ☑️
Thanks and See Ya ^•^
MENYAMAR MENJADI WANITA KAYA
Three Days Before (Tiga Hari Sebelumnya)
Dua orang wanita berbeda penampilan, saling duduk berhadapan di sebuah cafe tertutup. Satu di antara mereka adalah wanita kaya, anak dari konglomerat Los Angeles. Pakaian yang elegan dan sedikit terbuka dengan kulit putih serta aksesoris mewah yang dia pakai.
Sementara di sisi lainnya, seorang wanita berbalut pakaian sederhana berupa kaos dan jaket hitam. berkulit putih dengan rambut sepunggung yang tergerai.
“Tugasku hanya berkencan saja kan? Maksudku, tidak ada kegiatan lainnya.” Tanya wanita cantik bernama Grace Kennedy itu kepada wanita di depannya yang bernama Jacqueline Odelia (25th). Ya, dia masih muda, lebih muda dari Grace.
“Iya. Temui pria yang akan bekerja sama dengan ayahku untuk satu hari saja. Setelah itu aku akan memberimu upah.” Jelas wanita itu membuat Grace berpikir kembali. Mereka bahkan sama-sama tidak mengerti bagaimana tampang dan kepribadian pria yang akan ditemui nanti.
“Bukankah kau butuh biaya asuransi untuk melunasi hutang.” Tebak wanita bernama Jacqueline itu membuat Grace ingat kembali dengan kejadian hari itu.
“Tapi kami korban, kenapa harus membayar semua tagihan itu?” gumam Grace sedikit didengar oleh wanita di depannya, namun dengan sigap Grace mengelaknya.
“Baiklah aku terima. Hanya untuk satu hari tidak membuatku masalah! Apa yang perlu aku lakukan? Rupanya Grace tak ada pilihan lain untuk mendapatkan uang jumlah besar, apalagi dia masih tidak ada panggilan pekerjaan.
...***...
Tanpa butuh waktu yang lama. Jacqueline mengajarkan apa saja yang harus Grace lakukan saat bertemu, bahkan pakaian dan penampilan wanita itu pun dirubah total hingga tak ada yang bisa mengenalinya sebagai Grace Kennedy.
Selang beberapa jam saat menjelang makan malam. Sepasang jenjang kaki yang indah baru saja melangkah masuk di sebuah restoran mewah.
Seorang wanita cantik bertubuh langsing bak model dengan body yang wah baru saja mencuri perhatian banyak orang di sana hingga dia berdiri tepat di salah satu meja yang terdapat seorang pria dengan setelan jas hitam panjang, rambut hitam yang rapi, kulit yang tak terlalu gelap dan tidak juga putih serta mata birunya yang selalu memikat kaum wanita.
“Good evening Mr.Vincent!” sapa wanita cantik tadi dengan nada menggoda layaknya wanita kaya yang manja pada umumnya.
Pria dengan tatapan tegas dan dingin itu menatap intens dari ujung kaki sampai rambut pendek lurus wanita di depannya saat ini.
“Good evening Mrs. Jacqueline— ”
“A, a, a, a... Call me Jac!” potong wanita itu sedikit memperjelas bibir seksinya yang merah merona.
Sejujurnya dia bukanlah Jacqueline yang asli, tapi Grace Kennedy.yang menyamar menjadi wanita itu. Tanpa diminta, Grace duduk berhadapan dengan pria tampan berkarisma yang memiliki rahang tegas.
-‘Oh, dia benar-benar bukan manusia. Dia sangat tampan.... Tapi sedikit, acuh.’ Batin Grace dalam hati.
“Jadi Nyonya Jac! Ayahmu meminta pertemuan ini hanya untuk merayuku agar aku mau bekerjasama dengan bisnisnya.” Jelas pria bernama Vincent itu terdengar santai dan bersuara berat.
Segelas wine baru saja pria itu tuangkan untuk Jacqueline alias Grace.
“Kau tahu apa sebutan kasarnya?”
Kini pria itu menatapnya tajam. “Menjual putrinya sendiri hanya untuk berbisnis! Konyol sekali.” Tak ada tawa melainkan smirk licik yang pria tu tunjukkan.
Sementara Grace terkejut mendengarnya. Kehidupan orang kaya memang berbeda. Tapi bodohnya Grace, dia tak tahu bahwa yang sedang dia hadapi adalah seorang mafia beringas, hot, and cruel!
Meski sejujurnya Grace mulai gugup dan panik, wanita itu pandai merubah topik menjadi lebih releks. “Ah, itu... Aku sudah mengetahuinya. Dan soal menggodamu— ”
Wanita itu berhenti saat matanya melirik menatap Vincent yang juga sama menatapnya. -‘Sial! Tiba-tiba tubuhku merinding. Auranya benar-benar mencengkram ku.’ Grace tersadar kembali dengan senyuman remang. “I'm sorry!” lanjutnya terlihat bodoh.
Bahkan di kedua sisi pria itu ada anak buah berbadan besar-besar yang siap menjaga bos mereka. Grace menelan ludahnya kasar, jika sampai salah bicara mungkin nyawanya akan terancam.
“Lupakan soal bisnis untuk sejenak! Apa kau tidak merasa jijik melihatku? Maksudku, penampilan seksi seperti ini sangat jarang dipakai, iya kan!” kekonyolan apa lagi ini. Sambil menyelipkan rambutnya di balik telinga, Grace juga membelai leher jenjangnya dengan jari-jarinya dengan kuku panjang warna merah.
Bahkan dress merah merona yang ia pakai hanya memperlihatkan belahan dada dan pahanya yang mulus. Masih Ada banyak pakaian yang lebih terbuka yang pernah Vincent lihat di tubuh para wanita lainnya.
Pria itu masih diam sehingga Grace terlihat seperti seseorang yang berbicara sendiri.
Merasa bodoh sendiri, Grace kembali diam dan mulai meneguk segelas wine nya hingga habis. Sementara Vincent masih mengamatinya. “Sudah punya kekasih?” tanya Vincent.
Mendengar hal itu Grace sedikit terkejut hingga hampir tersedak. “Ak-aku... Hahaha! Tentu saja tidak. Sudah lama aku ingin bersamamu Mr.Vin!” ucap Grace. Ucapan dan hati sangatlah berbeda. Grace bahkan merasa aneh dengan ucapan tersebut, tapi bagaimana lagi, itu merupakan dialog dari Jacqueline.
Dengan curiga, Vincent menatap wanita di depannya sementara Grace masih menggertakkan giginya di dalam rongga mulutnya.
“Bawa dia.” Seketika suara perintah dari Vincent kepada kedua anak buahnya membuat Grace terbelalak polos dan kebingungan. Tanpa pikir panjang, pria bernama Vincent itu berjalan pergi dan salah satu anak buahnya yang bertubuh besar berkulit cokelat langsung menggendong Grace bak karung beras.
“Hei! Apa yang kau lakukan? Hei lepaskan aku. HELP ME!! HELP ME!” teriak Grace meminta tolong kepada orang-orang yang berada di restoran mewah tadi hingga suaranya serak. Namun tak ada yang memperdulikannya.
Napas Grace mulai memburu dan dia benar-benar tak tahu harus berbuat apa dan hanya bisa berdoa agar nyawanya terselamatkan. Tangan Grace mencoba memukul punggung pria bertubuh besar itu, namun tak sekuat wonder woman.
Dengan kasar Grace di lempar ke dalam mobil lalu kedua matanya ditutup oleh kain merah dan kedua tangannya juga ditali. “Hei, aku mohon lepaskan aku. Kalian bisa dituntut dan di penjara.” Sentak Grace tak terima dengan perilaku pria bernama Vincent itu.
“Kau yang bermain dulu denganku, Mrs. Jacqueline! Ayo jalan.” Suara dingin bercampur seringaian kecil sungguh mengerikan.
Grace yang duduk di belakang mobil bersama Vincent hanya bisa menoleh ke akan dan kiri karena dia tidak bisa melihat apapun. -‘Aku bukan Jac, aku bukan Jac. Oh, Ya Tuhan tolong aku hahh— hahh— Hahh... ’ Grace menelan ludahnya karena tenggorokannya mulai kering karena panik.
Tas nya juga belum sempat dia bawa, dia tidak bisa meminta tolong kepada wanita bernama Jacqueline itu. -‘Jangan bilang kalau ini jebakan nya.’ Gerutu Grace dalam hati benar-benar ketakutan.
Vincent menoleh ke wanita yang tak bersuara namun napasnya tersengal-sengal, dadanya naik turun tak karuan hingga peluh membasahi leher serta dadanya. Pria itu menyeringai licik, jari telunjuknya terulur mengusap butiran tetes keringat yang hampir masuk ke sela belahan dada Grace.
Saat kulit jari Vincent menyentuh kulitnya, Grace terkejut bak disengat listrik hingga dia meronta kasar namun Vincent langsung menekan lehernya ke dinding mobil.
NASIB MALANG BERTEMU VINCENT
Grace merasakan sebuah tangan mencekik lehernya hingga dia kesusahan untuk bergerak. “A-apa yang..”
“Sssttt— ”
Jantung Grace berdebar tak karuan. Dia benar-benar tidak tahu siapa pria yang dia hadapi. Tapi Grace merasakan napas panas milik Vincent di dekat bibirnya. “Bukankah ini yang kau inginkan? Maka kau akan mendapatkannya.” Ucap suara bariton terdengar sensual di telinga Grace.
Sontak Grace menggeleng tak setuju karena itu bukan kemauannya melainkan hanya sebuah dialog saja.
Tiba-tiba tangan kiri Vincent mulai meraba paha Grace yang terekspos jelas. Darah Grace berdesir dan tubuhnya mulai gemetar. Dia tak bisa menggerakkan kedua tangannya karena terikat ke belakang.
Melihat ketakutan dan kepanikan di wajah mangsanya, itu sama saja membuat nafsu makannya bertambah. Vincent meremas keras paha putih itu hingga Grace refleks membuka mulutnya namun tak bersuara.
“Beautiful expression!” Vincent melepaskan tangannya dari leher dan paha Grace, kembali duduk dengan tenang meninggalkan jejak tangannya di paha putih Grace.
Menyadari keberadaan pria gila tadi yang mulai berjarak, Grace menjadi lebih lega.
.
.
.
Selang beberapa menit berlalu. Wanita malang berbalut dress merah maron itu masih kebingungan saat mobil berhenti cukup lama sampai seseorang mulai melepaskan ikatan di talinya dan menggendongnya ala karung beras.
“LEPASKAN AKU!!! HEI, SIAPAPUN TOLONG AKU!!” teriak histeris Grace yang mencoba meraih penutup di matanya hingga terbuka.
Keberadaannya saat ini baru saja memasuki sebuah ruangan di salah satu hotel ternama. Saat hendak memukul punggung pria yang menggendongnya, Grace dibanting di atas kasur begitu saja.
“DASAR PRIA GILA! AKU AKAN MELAPORKAN TINDAKAN MU KE POLISI!” teriak Grace dengan mata berkaca-kaca namun masih berani berbicara lantang.
Tak memperdulikan ancaman Grace, Vincent mencengkram pergelangan tangan Grace dan memborgolnya di tiang kasur yang berada di sudut ranjang tersebut. Bukan satu, melainkan kedua tangannya hingga kini Grace tidur terlentang dengan kedua tangannya terbuka lebar, sementara kakinya masih bebas bergerak.
“Let me in!” ucap Grace sangat-sangat ingin dilepaskan. Wig pendek yang masih dia gunakan, sama sekali merekat kuat di kepalanya.
Satu persatu Vincent melepaskan jas hitam, lalu dasinya lalu sabuk dan satu kancing kemejanya. Oh, pria itu tampak sangat menggoda di mata Grace! Wanita itu langsung menggeleng sadar.
“Aku sudah menandatangani kontrak kerja ayahmu tapi itu tidak gratis Mrs. Jacqueline.”
“Em ak-aku bukan, bukan... Jac.. Ma-maksudku...” Vincent langsung menggerakkan tangannya di atas tubuh seksi Grace, memberi belaian dari paha ke atas hingga ke leher.
Grace mencoba menahan desahannya dengan mengigit bibir bawahnya di dalam.
Pria itu menghentikan aksinya sejenak, meneguk segelas beer lalu menindihi tubuh Grace dengan kasar. rambut tipis yang tumbuh di dagu dan rahang tegasnya serta kumisnya membuat pria itu terlihat seperti pria dewasa yang hot.
“Your lips look sexy.” Ujar Vincent tak berhenti menggodanya. Napas Grace sudah memburu ketika tangan Vincent mulai bergerak kembali memegang pinggangnya, merambat ke atas di dua gundukannya dan menyentuhnya hingga meremasnya secara bertahap.
“Hentikan... Aku mohon lepaskan aku, sialan!” gertak Grace masih berani melawan walaupun tubuhnya mulai bereaksi akan sentuhan itu.
Vincent mendekatkan bibirnya ke pipi Grace lalu berbisik. “Welcome.” Jleb! Satu jari tangannya berhasil menusuk goa Grace yang masih terhalang CD hingga wanita itu tersentak kaget mengeluarkan suara desahnya.
Sungguh malam yang ironis bagi Grace. Jacqueline bilang dia hanya akan berkencan di restoran sambil berbincang, lalu apa ini? Pria asing itu malah membawanya pergi ke hotel berbintang dan menidurinya, mengambil paksa virgin-nya dengan gerakan yang sangat panas dan kasar seperti... Seperti... Seorang Mafia yang ada di novel dan film-film.
...***...
“Aku benar-benar tidak tahu kalau semua itu akan terjadi Grace! Aku turut prihatin.” Ucap wanita cantik bernama Jacqueline itu kepada Grace yang hanya diam dengan tatapan kosongnya. Wajahnya pucat dan rambutnya tergelung acak-acakan.
Dia merasa sudah runtuh karena kegiatan semalam. Itu hari dan momen yang paling menyebalkan dalam hidupnya.
“Kau membohongiku. Kau bilang aku hanya perlu berkencan, apa itu sebabnya kau mencari pengganti?” tanya lirih Grace tanpa semangat. Bukankah itu sama saja menjual keperawanannya kepada seseorang.
“Aku benar-benar minta maaf. Dan ini... Sesuai kerjasama kita kemarin! Dengar, Grace. Di sini wanita no virgin itu sudah hal biasa dan malah menjadi kata wajib. Tidak akan ada yang memperdulikan keperawanan seseorang di kota ini.” Jelas wanita kaya itu tanpa malu.
Masalahnya Grace bukan berasal dari negara itu, dia orang baru yang baru berpindah di Los Angeles.
Tak bisa berkata-kata lagi, Grace hanya diam meratapi nasibnya.
Tak berselang lama, mereka berpisah. Wanita cantik dengan pakaian sederhana itu melangkah ringan hingga memberikan uang yang sudah dia ambil dari bank untuk melunasi hutang kerusakan mobil milik 6 orang akibat kecelakaan 4 hari yang lalu.
Sudahlah dia hidup sendirian di apartemen kecil, kini dia di bohongi oleh seseorang yang sama saja menjual keperawanannya alias seperti seorang psk.
...***...
3 Hari saat ini.
Grace masih terdiam di atas kasurnya. Setelah mendengar nama bosnya, dia seperti kehilangan selera untuk bekerja, padahal bayaran menjadi maid di sana sangatlah besar, tapi jika sampai wajahnya dikenali oleh tuannya nanti bagaimana nasibnya?
“Kau sudah bangun anak baru?” tiba-tiba suara Maida membuat Grace menatapnya hingga wajah sedihnya pun ikut hilang.
“Hm..” Balas Grace masih lemas. Bukan karena tubuhnya atau kepalanya yang lemas, tapi memikirkan untuk bisa keluar di sana sebelum semuanya terjadi.
Maida berdiri di depan tempat tidur Grace. Ya, di sana ada semacam ruang untuk para maid tinggal.
“Jika kau pingsan tiba-tiba saat bekerja. Maka tidak hanya pingsan saja, kau tidak akan bisa bangun lagi dan akan tidur selamanya.” Jelas Maida terdengar mengerikan di telinga Grace.
Grace terdiam dengan bibir mengerucut.
“Em.. Apa nama tuan kita— ”
“Ya. Vincent, panggil tuan Vincent tidak boleh disingkat.” Potong Maida.
Wanita cantik yang malang itu seketika menunduk sedih akan nasibnya nanti. Seketika Grace punya ide untuk risign selagi masih perkenalan.
“Kalau aku risign, apa boleh? Bukankah aku masih belum bekerja?!”
Itu adalah hal yang luar biasa untuk tidak mengajar wanita seperti Grace. Maida yang curiga hanya menatap tenang dengan kelopak mata sendunya.
“Tentu saja boleh. Tapi kau harus minta tanda tangan Tuan Vincent dan persetujuan serta alasan yang jelas.” Ujar Maida membuat Grace jantungan.
Alasannya keluar adalah satu, untuk menghindari Vincent Douglas. Jika dia harus meminta tanda tangannya berarti harus bertemu dengannya, itu sama saja masuk ke kandang singa.
Seketika Maida memukul pelan lengan Grace sampai wanita itu kembali menatapnya.
“Apa yang sedang kau pikirkan?”
Grace menggeleng cepat. Sepertinya dia akan memilih tetap bekerja di Mansion VincentDo, namun Grace akan menghindari bertatap muka dengan tuannya. Itulah yang akan dia lakukan dan usahakan.
Wanita itu mengangguk yakin hingga membuat Maida menatapnya penuh heran dan gelengan kepala. “Up to you.”
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!