NovelToon NovelToon

Possesive Playboy

1. Langit si Playboy

Suara alunan musik dan juga kemerip lampu clup malam membuat Giselle mengikuti alunan musik itu, bahkan didepannya dia sudah menyanding dua botol minuman beralkohol dan satu botol sudah ludes. Malam ini Giselle cukup terpuruk dengan keadaanya yang mana papa dan mamanya pisah ditambah lagi dengan diputuskannya Giselle dengan laki laki yang sangat dicintai karena kesalah fahaman.

"Sell lo jangan gila, lo mau mati karena minum terlalu banyak?" Pekik Raka teman baik Giselle yang bekerja diclub itu.

"Haha gue Gila Rak, gue capek dan gue mau mati" lirih Giselle dengan menempelkan kepalanya pada meja bar

"Gue tau masalah lo berat, gue tau Sel tapi gak gini caranya, semua masalah ada jalan keluarnya"

Giselle terkekeh dengan menggelengkan kepalanya "Jalan keluarnya dengan gue mati Rak,"

"Raka sini!" Teriak temannya

Hingga Raka menoleh kebelakang "Aelah bentar kenapa ini temen gue mabok anjir"

"Halah biarin aja, biasanya juga gitu kan gak akan mati dia! Lo dipanggil pak bos, cepetan jangan sampai lo kena marah lagi"

Raka menghela nafasnya sambil beranjak berdiri dan mengelus kepala Giselle "Jangan minum lagi, tunggu disini jangan keluar dari ruangan ini, gue anterin lo balik setelah ini"

Jujur Raka tidak tega dengan Giselle yang jika datang ke club malam hanya mau melampiaskan segala kekesalannya yang mana gadis itu banyak sekali beban yang dipikulnya, dan Raka tau jika Giselle hari ini tengah galau dengan kandasnya hubungannya yang Giselle bangun selama hampir dua tahun itu. Tapi Raka tidak tau alasan kenapa keduanya bisa putus.

"Arrhhhh gue benci dengan hidup gue, gue capek"

"Hahaha jelek banget nasib gue, mending mati aja kan ya!" Lirih Giselle dengan meraba mejanya

"Ck Rakaaa, minum gue mana, gue mau minum Rak!"

"Ihh lo temen nyebelin gue benci sama lo, gue benci sama Samudra gue benci sama semuanya"

"Dasar brengsek! Semua bisanya nyakitin" lirih Giselle dengan mata memejam karena kepalanya terasa sangat berat.

Dari kejauhan seorang laki laki tampan tersenyum smrik dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Gue targetin lo jadi milik gue!"

"Woy bro, tumben ga ada wanitanya mana gebetan lo?" Tanya Leon sambil melirik kanan dan kiri

Langit menyenderkan tubuhnya dengan menujuk kearah bar "Ada tuh lagi ambil minum"

"Busettt cewek baru lo? Seksi mana cakep lagi, ck itu cewek lo yang keberapa?" Tanya Elang sambil duduk disamping Langit

"Dia cewek pas gue gabut sih, bukan cewek gue tapi gebetan, cewek gue lagi sibuk ngerjain tugas dan anti yang namanya clup malam"

"Gila emang lo, simpanan lo banyak ya masih mau nambah?" Tanya Leon dengan mengambil gelas dan minuman.

"Gue nargetin satu cewek, dia cakep dan gue akan cari tau dia siapa"

"Disini?" Tanya Elang dengan menatap sekeliling

Langit menganggukan kepalanya bertepatan dengN gebetan Langit yang datang membawa satu botol minuman dan gelas,

"Ck kamu mah nyuruh aku kesana,kamu tau gak aku hampir dilecehin sama om om genit baju biru tuh" tunjuknya pada laki laki buncit yang ada didepan sana dengan bergoyang heboh.

Langit menepuk kursi yang ada disampingnya "Memang lo mengoda sih sayang, lagian kalau lo diapa apain sama laki laki itu tinggal lo panggil gue juga dia akan lari kok,"

"Mau kesana gak kita nikmati malam ini" tawar gadis itu dengan menujuk banyaknya manusia tengah menikmati musik disana

Langit menatap jam dipergelangan tangannya sambil menggelengkan kepalanya "kayanya gak bisa deh, gue ada urusan mendadak,lo bisa pulang sendiri kan?"

"Ck kok lo gitu sih Langit, kita disini belum ada setengah jam, minum pun juga belum gue kangen tau sama lo,lo kan jarang ada waktu"

Langit menoel dagu gadis itu dengan senyum khas playboynya "Lain kali ya, ini beneran urget, antara hidup dan mati jadi maaf ya gue gak bisa anterin lo"

Elang menatap malas temannya yang banyak drama itu "Urget apaan orang paling mau nemuin ceweknya" gumannya

"Kaya gak tau sifat temen lo aja" kekeh Leon dengan beranjak berdiri

"Kita ikut lo deh Langit, lagian ini juga udah malam cowok baik baik harus sudah pulang sebelum jam sepuluh malam, nanti dimarahi mama kalau pulang telat."

Elang lagsung tergelak sambil menoyor kepala Leon "Cowok baik baik gak ada yang kelayapan keclup malam anjir"

"Stttt diam pura pura bego sekali lali napa sih"

Elang memenye menyekan bibirnya punya teman modelan bangsat semua ya gini, harus kuat mental walaupun sebenarnya dirinya juga bangsat tapi pura pura jadi baik saja kan.

***

Ternyata Langit bukan mau urusan urget, dia tadi melihat gadis cantik itu tengah dibopong oleh laki laki yang memakai seragam clup tersebut dan sialnya Langit malah kehilangan jejak sampai diluar gadis yang dia targetkan sudah tidak ada,

"Ck sialan, gara gara si Geby gue jadi kehilangan jejak cewek incaran gue kan"

Leon yang hendak menaiki mobilnya diurungkan dan menutup kembali pintu mobilnya "Ck jadi urusan yang lo maksud urget tadi si target lo yang kesekian itu? Mana sih orangnya sampai lo sepenasaran itu"

"Lo tuli apa budeg sih Leon, Langit bilang dia sudah kehilangan jejak, itu artinya cewek incaran Langit lepas gitu aja," sebal Elang

Leon terkekeh sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ya sorry namanya juga gagal fokus, lagian secantik apa sih sampai lo sepenasaran ini, dan gue yakin lo juga gak bakal ketemu lagi sama dia, jadi mending cari lain aja atau setia sama Anisa"

Langit terkekeh dengan senyum smriknya "Setia? Apa itu setia gue bahkan tidak mengenal kata setia dan seorang Langit tidak akan setia kaya gak tau gue aja lo"

"Awas nanti malah bucin mampus sama cewek yang gak bisa lo takhlukin" ledek Elang sambil menepuk bahu Langit

"Gak akan, gadis diluar sana antri mau jadi cewek gue,dan gue rasa kalau lo bilang gitu gue rasa sangat mustahil, karena dalam satu sentilan saja cewek juga sudah akan bertekuk lutut sama gue"

"Karma nyata kali Lang, jadi gue rasa apa yang diucapin Elang ada benarnya juga" saut Leon

"Lo nyumpahin gue?"

Leon menggelengkan kepalanya sambil mengidikan bahunya "Gak ada yang nyumpahin anjir, gue hanya bilang gitu aja tadi, yaudah balik yuk"

"Gak usah difikirin omongan Leon kaya gak tau aja mulut dia gimana," saut Elang sambil menepuk bahu Langit "Gue duluan"

"Hemm" jawab Langit acuh.

Jujur dalam benaknya malah terlontas wajah cantik gadis yang tengah mabuk tadi.

"Sialan gue penasaran sama dia"

2. Tanpa Alasan Yang Jelas

Giselle mengerjabkan matanya dengan memegangi kepalanya yang berasa sangat berat, dia menatap sekeliling yang mana ini bukan rumahnya melainkan rumah sakit, bahkan kedua orang tuanya tidak ada disana. Hingga Giselle meneteskan air matanya.

"Seengak penting itu Giselle dimata kalian, kalian pisah tanpa persetujuan Giselle dan sekarang Giselle harus benar benar berjuang sendiri? dan Samudra lo kenapa setega ini sama gue, apa gue seburuk itu hingga lo memilih ninggalin gue tanpa kepastian disaat gue butuh sandaran seperti ini?"

Giselle menghapus air matanya, dengan beranjak dari brangkarnya dan melepas infus yang menancap di punggung tanganya.

"Gue harus pulang,!"

"Loh kamu mau kemana Sel? Kamu masih sakit Raka nitipin kamu sama tante loh nanti kalau kamu kenapa napa gimana?" ucap sang dokter wanita yang tak lain adalah adik dari mamanya Raka

"Giselle gak papa kok tan , Giselle juga sudah sembuh toh cuma tinggal pusing dikit aja ini, maaf tan ngerepotin, bilang sama Raka makasih sudah anterin Giselle kesini bukan kerumah."

"Kamu beneran gak apa apa? Lagian kalau ada masalah itu jangan dilampiasin sama minum Sel, badan kamu gak kuat mending kamu cerita sama tante, walaupun tante bukan dokter psikolog tapi tante bisa kok jadi tempat ternyaman untuk kamu ajak curhat."

Giselle hanya tersenyum sambil menganggukan kepalanya "Aman kok tan, gak usah khawatir, orang tua Giselle aja gak khawatir in Giselle kan"

"Kalau gitu Giselle pamit ya tan, makasih dan maaf ngeeepotin"

Dokter cantik itu hanya mengangguk dengan menatap punggung gadis itu yang semakin menjauh, terlihat jelas dari sorot mata Giselle kalau gadis itu memiliki beban hidup yang cukup berat.

***

Seperti orang tak tau arah, Giselle membawa langkah kakinya menyusuri ramainya jalanan, padahal hari ini bukan weekend tapi lihatlah gadis cantik ini malah berkeliaran di jalanan.

"Samudra" lirih Giselle dengan menatap kearah sebrang jalan, yang mana laki laki itu tengah berada diatas motornya sedang ngobrol via telfon,

"Lo selama disekolah hindari gue kan, bahkan lo ninggalin gue tanpa kepastian bukannya sekarang gue harus cecar lo kenapa lo ninggalin gue!"

Tiiiiinnnnnn

Brukkkkk

"Awhhhhh"

"Kalau jalan itu lihat lihat dong mbak,kamu kira ini jalanan punya nenek moyang kamu apa!" bentak seorang pengendara motor yang hampir menabrak Giselle

Samudra yang sedang menelfon pun menoleh, hingga dia turun dari motornya dan berlari kearah Giselle.

"Sel lo gak papa?"

Dengan kasar Giselle menepis tangan Samudra "Gak usak sok Care lo, gue seperti ini juga gara gara lo jadi enyah dari hadapan gue sekarang juga!"

Entahlah tadi padahal Giselle hendak minta penjelasan sama Samudra, tapi nyatanya saat Samudra dihadapannya hatinya malah sakit saat Samudra memutuskan hubunganya tanpa adanya masalah atau apapun itu.

"Sel soal hubungan kita.."

Giselle langsung berdiri sambil menepuk nepuk celananya yang kotor bahkan sikunya juga lecet,

"Gak usah dibahas,hubungan kita selesai dan lo yang mutusin gue secara sepihak jadi antara lo dan gue bukan apa apa lagi," ucapnya dengan tersenyum sambil menepuk bahu Samudra "Thanks atas semuanya selama hampir dua tahun dan maaf kalau gue terlalu buruk buat lo,hingga lo mutusin gue secara sepihak seperti ini. Gue harap lo bisa dapatin yang lebih baik dari gue satu lagi anggap antara kita tidak terjadi apa apa, Anggap gue sama lo adalah orang asing yang tidak saling mengenal sebelumnya."

Samudra menatap punggung Giselle yang mulai menjauh jujur ada rasa sesal dihatinya,

"Gue sayang sama lo Sel, gue sebenarnya gak mau lepasin lo tapi orang tua gue gak mau menerima lo, dan dia malah nyariin gue cewek lain maaf jika keputusan gue nyakiti lo, tapi gue harap nanti gue bisa kembali lagi sama lo Sel, gue akan cari tau gimana pilihan mereka. Dan gue harap lo jauh lebih unggul dari dia"

Sudah jatuh tertimpa tangga mungkin itu yang patut jadi paribahasa Giselle saat ini, dia menatap rumahnya yang mana banyak koper yang sudah berada didepan rumahnya dan salah satunya koper miliknya ada disana,

"Ma, kenapa barang barang kita diluar? Kita mau kemana?"

Sinta yang sedang mengeret kopernya menatap sekilas Giselle "Dari mana kamu? anak gadis bukannya dirumah semalaman malah gak pulang? Sama Samudra lagi? Sudah mama bilang Samudra itu bukan laki laki yang baik buat kamu Giselle harus berapa kali mama bilang, dan semalam kamu dimana? Nginep sama laki laki itu? Mama itu bekerja siang malam buat kamu,hargai pengorbanan mama Giselle!"

"Samudra nginep dirumah sakit" lirih Giselle dengan mengambil kopernya "Papa usir kita ma?"

Sinta yang tadinya mengebu ngebu ngebu langsung menghela nafas "Maafin mama,udah nuduh kamu yang engak engak, Jangan bilang kamu dirumah sakit karena mabok lagi?"

"Maaf"

"Mama sudah berapa kali bilang sama kamu Sel, mama itu sayang sama kamu, mama gak pernah ada waktu sama kamu itu karena mama kerja buat sekolah kamu, mama sayang sama kamu Sel!"

Giselle mengangkat pandanganya sambil menatap Sinta yang matanya sudah berair "Maafin Giselle ma, maaf Giselle egois gak pernah dengerin kata kata mama, hanya karena Giselle merasa kalian semua gak sayang sama Giselle"

"Kita pergi sekarang, nanti mama jelasin semuanya dan jangan ulangi masuk clup malam, pergaulan kamu sejak bersama Samudra jadi sebebas ini, mama gak izinin kamu sama dia" tegas Sinta sambil membuka pintu mobilnya.

"Giselle sudah putus sama dia ma, jadi mama tenang aja Giselle gak akan buat mama nangis lagi, Giselle akan berubah menjadi lebih baik lagi buat mama, hidup Giselle sekarang hanya sama mama dan Giselle gak akan egois buat mama selalu ada sama Giselle"

Yang tadinya Sinta hendak masuk, dia menutup kembali pintu mobilnya dan berjalan kearah Giselle yang mana juga berada disamping mobil miliknya.

Tangis Sinta pecah,dia memeluk putrinya dengan erat ada rasa menyesal, sakit dan juga kasian secara bersama terhadap Giselle. Gadis yang tidak tau apa apa kenapa Sinta dan Surya pisah, dan sekarang dia berlaga sok kuat didepan Sinta.

" Maafin mama sayang, maafin mama karena mama hidup kamu jadi hancur, kamu harus kehilangan sosok yang kamu anggap cinta pertama kamu, mulai sekarang mama akan jadi papa sekaligus juga mama yang tangguh buat kamu Sel"

"Udah ih kok malah nangis, kita pergi yuk ma, Giselle juga bahagia jika sama mama dan mama tidak tertekan lagi."

Sinta menganggukan kepalanya sambil berjalan kearah mobilnya "Kamu ikuti mobil mama, kita kerumah baru kita, walaupun gak besar tapi bisa buat kita nyaman sayang"

"Semoga hidup gue dan mama bisa tertata kembali, Tuhan beri gue kebahagiaan nantinya"

3. Sekolah Baru

Giselle mengerutkan keningnya saat menatap diatas ranjangnya ada seragam sekolah baru.

Bukan seragamnya yang baru melainkan itu bukan seragam sekolah yang biasanya dia pake,melainkan itu adalah seragam dari sekolah lain.

"Maaa!"

"Iya kenapa? Kalau sudah cepet turun terus sarapan, jangan selalu telat mulu kamu Sel"

Giselle tidak langsung menjawab melainkan membawa seragam barunya turun, dan menghampiri Sinta yang ada dimeja makan "Ini seragam siapa ma? Terus seragam Giselle mana masa iya mama gak bawa pas packing itu?"

"Sengaja, karena mama sudah pindahin kamu kesekolah baru. Selain biar kamu gak ketemu Samudra,sekolah ini jauh lebih dekat dari mansion kita sekarang. Jadi gak ada alasan kamu buat telat dan sebagainya"

Giselle duduk dimeja makan sambil memakan roti "Jujur Giselle penasaran sama mama, kenapa sih mama sebenci itu sama Samudra? oke fine emang Samudra sekarang nyakiti Giselle dan Giselle juga sudah gak sama dia, tapi sebelum Samudra dan Giselle ada masalah ini, mama kenapa selalu larang Giselle sama Samudra?"

Sinta tidak langsung menjawab dia duduk dengan mengambil teh hangatnya

"Mama gak bisa jawab, tapi nanti kamu tau sendiri faktanya Sel, mama gak mau kamu semakin terluka dan kamu gak akan percaya sama mama. Jadi biarkan waktu yang menjawab semuanya sekarang kamu siap siap kesekolah mama gak mau kamu alasan telat karena sekolah jauh"

Giselle mengangkat seragamnya dengan bibir yang mengerucut "Harus banget ya ma sekolah sekarang? Besok aja deh Giselle males, mana sekolah baru dan juga gak ada teman Giselle disana"

Sinta menarik tangan Giselle "Gak usah banyak alasan cepetan ganti, mama yang anterin untuk kesekolah pertama kamu"

"Kaya anak kecil aja dianterin ,gak ah mama kerja aja Giselle bawa mobil sendiri tinggal nanti mama bilang aja SMA apa dan juga alamatnya."

Sinta menganggukan kepalanya sambil mengacak rambut Giselle "Anak mama banyak berubah sekarang, maafin mama ya"

"Maafin Giselle juga ma" lirih Giselle dengan mata berkaca kaca

"Gak usah drama nangis kalau nantinya kamu malah alasan telat, anak baru pencitraan dulu kalau udah lama terserah"

Giselle tidak bisa menahan tawanya "Oke mamaku sayang, seminggu pencitraan setelahnya kembali kesetelan pabrik"

"Terserah lah kamu itu sukanya yang jalan sesat"

Giselle sekarang tau kenapa mamanya dulu jarang dirumah, mungkin dia tertekan sama papanya yang menyuruh Sinta hidup serba sempurna, dan lihatlah sekarang sang mama jauh berubah setelah hidup berdua dengan Giselle, jujur dulu Giselle sempat berfikir jika Mamanya tidak sayang sama Giselle karena mamanya hanya kasih uang bukan kasih sayang, tapi sekarang lihatlah bahkan Sinta bisa bercanda denga Giselle sampai tertawa seperti itu.

"Giselle jadi penasaran, apa penyebab dari perceraian kalian"

***

Hari ini mungkin hari termalas untuk Giselle yang mana dia harus pindah sekolah, bahkan Giselle tidak tau kapan mamanya mengurus semuanya hingga dia tinggal masuk saja, tapi bukannya ada untungnya Giselle pindah sekolah dan dia tidak ketemu lagi sama Samudra.

"Mungkin ini jalan yang terbaik buat gue, lupain Samudra memulai semuanya dari awal di Cendrawasih High School ini" gumannya sambil menghela nafasnya berat.

Giselle memejamkan matanya sebelum.benar benar turun dari mobilnya.

"Oke Sel anggap ini awal dari hidup baru lo, gak perlu lo bawa perasaan sama Samudra dan gak perlu lo sampai bawa masa lalu lo kesini, di SMA Bakti mereka semua penghianat, gak teman gak cowok semua sama. Okey Giselle sekarang lo harus jadi diri lo disini,gak usah jaga perasaan orang lain gak usah sok baik dan sok manis, jadi diri sendiri adalah hal yang terbaik buat gue kedepannya."

Baru juga turun Giselle sudah menjadi lusat perhatian anak anak diparkiran, jadi pusat perhatian selain cantik dia juga siswi baru, wajahnya terlihat manis, cantik dan juga tegas.

"Gila dia murid baru? Anak orang kaya coy mana cantik lagi"

"Anjir bidadari Cendrawasih makin banyak coy"

"Modelnya aja kaya gitu,fiks dia bakal masuk circle Bella"

"Tapi satu kelas gak sama Bella"

"Wihh gue malah curiganya dia jadi inceran si Langit gak sih?"

"Langit ada Anisa anjir, dia kan masih pacaran jalan dua minggu, masa si Langit dah bosen biasanya juga satu bulan baru ganti"

"Halah kaya gak tau sama Langit aja lo, dia kan spikannya banyak, ceweknya dimana mana"

Dari kejauhan Elang menatap dengan kagum gadis cantik yang ada didepannya itu,

"Gila,kalau ini mah gue yakin si Langit juga bakal demen, eh tapi kalau Langit gak mau gue juga mau kali," gumanya dengan mencari nomor milik Langit,

"Lang lo dimana, gue ada hot news pokoknya ini hot hot banget lo harus tau sekarang juga"

"Apaan sih kaya gak tau tongkrongan kita aja lo, gue sama Leo ada dikantin, emang berita hotnya apaan?".

Tut

"Eh anak monyet emang ditanyain apa hot newsnya malah dimatiin" sebal Langit sambil meletakan ponselnya.

Leo mengangkat pandanganya sambil menusuk cimolnya "Elang emang ngapain nelfon tumben banget, lagian base sekolah gak ada berita up date hari ini,yang seliweran cuma kita kita aja sama gengnya Belle Belle itu"

"Bela monyet, bukan Belle" sebal Langit sambil memakan gorengan didepannya.

"Ehhh misi misi orang ganteng mau lewat, misi" pekik Langit dengan mendorong gadis gadis yang ada didekat Langit "Kalian semua enyah dari sini gue mau ngobrol bertiga sama temen gue penting!"

"Apaan sih lo El main usir aja, Langit aja gak usir kita kenapa lo malah sok sokan"

Elang berdecak sambil berkicak pinggang "Heh, jangan mentang mentang Anisa gak sekolah lagi ngejar lomba kalian seenaknya deketin Langit ya, Lang lo usir mereka ini gue beneran mau ngobrol sama lo dan lo"

Langit mengibaskan tanganya kearah gadis gadis cantik yang ada didepannya "Kalian bisa pergi cantik, nanti kalau kalian beruntung bisa nemenin gue makan lagi"

"Yahhhh"

"Halah gak usah lebay kalian" sebal Leo

Langit hanya tertawa pelan sambil menatap Elang "Dah hot newsnya apaan? Kalau gak penting awas aja lo"

"Lo udah tau belum, eh tali dibase belum ada gue yakin lo belum tau kan kalau disekolah kita ada murid baru dan sumpah cakep banget anjir, kalau lo gak mau gue mau deketi dia" ucap Elang dengan mengebu ngebu

"Kalau menye menye juga gue ogah walaupun cantik, Anisa aja mau gue hempas karena terlalu manja"

"Wait, gue ada fotonya"

Tak butuh waktu lama Elang menyodorkan kearah Leo dan Langit.

"Busett ini mah damage bukan main, dia murid baru disekolah kita?"

"Yup, gue tau tadi karena bertepatan gue juga datang tadi"

Langit tersenyum smrik "Ini inceran gue sejak beberapa hari yang lalu, gue lihat di Clup malam, dan gue cari tau gak ada dan sekarang dia malah datang kehadapan gue"

"Jadi...."

"Dia orangnya"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!