Di dalam ruang tamu, nampak Revanni sedang berbincang dengan ibunya. Mereka membicarakan sang kakak yang bernama Revinna yang bekerja sebagai seorang model di sebuah perusahaan. Revinna keluar dari rumah setahun lalu karena sang ibu menentang keras pekerjaannya, hingga sampai saat ini ia tidak pernah kembali sekalipun untuk menjenguk ibunya.
" Vanni, pergilah ke rumah kakakmu! Bujuk dia supaya dia mau pulang ke rumah nak. Ibu sangat merindukannya." Bukan tanpa alasan ibu Meli begitu merindukan putri sulungnya, pasalnya Revinna begitu sulit untuk di temui. Padahal bu Meli sudah mencoba berulang kali ke rumahnya namun tidak pernah ketemu. Mungkin karena saking padatnya jadwal Revinna hingga ia tidak punya waktu di rumah walau sebentar saja.
" Apa ibu mulai menerima dan mendukung kariernya? Kalau tidak lebih baik tidak usah mengharap dia pulang bu. Dia tidak akan pulang selama ibu masih menentangnya." Ujar Revanni. Ia tahu seberapa keras kepala kakaknya itu, kakak yang hanya selisih satu tahun dengannya namun pola pikirnya lebih kecil dari adiknya. Apapun yang dia inginkan harus ia dapatkan, apalagi menjadi seorang model adalah cita citanya dari kecil. Itu sebabnya ia memilih keluar dari rumah daripada mendengarkan ibunya.
Bu Meli menghela nafasnya, jujur ia tidak suka jika Revinna menjadi seorang model, apalagi sayup sayup ia mendengar jika putrinya juga menjadi model majalah dewasa. Namun mau bagaimana lagi? Ia tidak mau putri sulungnya semakin menjauh darinya. Sesungguhnya ia ingin kedua putrinya memiliki pekerjaan yang lebih baik. Seperti Revinna, walaupun ia hanya membuka restoran namun bu Meli bangga kepadanya. Berkat kerja kerasnya, kini restoran keluarga yang mereka bangun memiliki cabang di berbagai daerah.
" Katakan padanya, jika dia mau pulang ibu akan menerimanya." Senyuman Revanni mengembang begitu mendengar jawaban dari ibunya. Inilah moment yang ia nantikan selama ini. Sejujurnya ia menginginkan hubungan ibu dan kakaknya kembali seperti dulu sejak lama, namun keduanya tetap dengan pemikiran masing masing. Menjadi sebuah keluarga yang begitu harmonis dan saling mengasihi adalah impian Revanni selama ini.
" Baiklah, aku akan ke sana." Ujar Revanni penuh semangat.
Setelah berpamitan kepada ibunya, Revanni segera menaiki motor maticnya menuju apartemen milik kakaknya. Cuaca hari ini memang sedikit mendung namun Revanni tidak membawa jas hujan. Ia berpikir hujan akan turun setelah ia sampai di apartemen kakaknya karena jarak antara rumah dan apartemen tidak terlalu jauh. Namun apa yang ia pikirkan tidak jadi kenyataan, kenyataannya justru hujan turun sebelum ia sampai di apartemen.
" Aish pakai hujan segala lagi, mana tanggung banget lagi udah mau sampai." Decak Revanni merasa kesal.
" Oh hujan kenapa kau tidak sabar ingin turun membasahi bumi? Harusnya tunggu sebentar lagi, tunggu aku sampai di apartemen baru kau turun." Kepalang tanggung, Revanni kembali melanjutkan perjalanan sambil gerimisan.
Sampai di apartemen, ia segera menuju kamar kakaknya lalu memencet bel.
Ting tong...
Tak lama Revinna pun membukanya dari dalam.
" Vinna!!!!! " Teriak Vanni saat melihat sang kakak tercinta sambil merentangkan kedua tangannya. Memang sejak kecil ia memanggil kakaknya dengan namanya, pasalnya selisih mereka hanya satu tahun jadi mereka lebih terlihat seperti saudara kembar. Entah Vinna berumur berapa bulan, ibunya sudah mengandung Vanni saat itu.
" Ya Tuhan adik tercantikku." Vinna pun memeluk Vanni. Ia begitu merindukan adiknya yang periang ini.
" Astaga kamu basah begini." Menyadari jika Vanni basah, ia melepas pelukannya. Ia menatap adiknya yang cantik, rambut panjang basah dan sedikit acak acakan serta bibir sedikit membiru karena kedinginan.
" Masuklah!" Vinna menggandeng tangan Vanni menuju ruang tamu apartemennya.
" Duduklah dulu, aku ambilkan baju ganti untukmu. Jangan sampai kamu sakit atau bisa bisa ibu akan memarahiku." Ujar Vinna di balas cengiran kuda oleh Vanni.
Vinna masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil baju ganti. Merasa risih dengan bajunya yang basah, Vanni pun membukanya di situ juga. Tidak lupa ia juga membuka celana jeansnya hingga kini ia hanya menggunakan hotspant di atas paha dan thanktop saja hingga membuat kulit putihnya terekspos begitu saja. Saat ia mengeringkan rambutnya menggunakan bajunya, tiba tiba ia di kagetkan dengan seseorang memeluknya dari belakang.
Grep...
" Sayang kau seksi sekali membuatku selalu merindukanmu."
Degh...
Jantung Vanni berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya begitu tahu jika yang memeluknya seorang pria.
Siapakah dia? Kenapa pria ini memeluknya? Sayang? Siapa yang sebenarnya ia panggil sayang?
Belum hilang keterkejutan Vanni karena pria ini tiba tiba terdengar teriakan seorang wanita yang memenuhi kamar apartemen kakaknya.
" Dasar wanita jalang!!!!"
Teriakan itu refleks membuat Vanni membalikkan badannya membuat pria tersebut terkejut setelah melihat wajah Vanni.
" Ka.. Kamu." Ucapnya.
" Bagus.. Jadi begini kelakuanmu di belakangku pa. Jadi ini wanita simpananmu hah." Wanita itu berjalan mendekat ke arah mereka berdua. Vanni yang kebingungan hanya mengedarkan pandangan menatap orang orang yang mulai berdatangan menghampiri mereka.
Cekrek... Cekrek...
Rupanya orang orang itu dari media yang langsung mengambil gambar Vanni dan pria tua itu.
" Ma kamu salah paham, gadis ini tidak ada hubungannya dengan papa." Pria itu mencoba menjelaskan sesuatu namun sang istri tidak menerimanya.
" Masih mau mengelak kamu? Aku melihat kamu memeluknya dengan mata kepalaku sendiri. Kau tidak bisa mengelak lagi, Abraham." Teriaknya.
" Ma.. Maaf nyonya. Ada kesalahpahaman di sini." Vanni juga ikut menjelaskan namun wanita itu justru menatapnya dengan tatapan nyalang. Ia mendekati Vanni lalu..
Plak...
Tamparan keras mendarat sempurna di pipi mulus Vanni membuat sudut bibirnya terluka.
" Dasar wanita tidak tahu malu, bisa bisanya kau menjadi simpanan suamiku. Aku harus memberimu pelajaran supaya kamu tidak pernah berpikir untuk mengulangi kesalahanmu lagi."
Wanita itu menjambak rambut Vanni membuat Vanni berteriak kesakitan. Rasanya kulit kepalanya hampir lepas dari tempatnya karena rasa perih dan panas bersamaan.
" Lepaskan ma! Lepaskan dia!" Ujar pria bernama tuan Abraham itu sambil memegangi tangan sang istri. Namun hal itu membuat sang istri semakin menggila karena merasa tuan Abraham lebih membelanya.
" Awh sakit nyonya, tolong lepaskan!" Pekik Vanni.
Sang anak yang sedari tadi hanya menonton perdebatan ini pun ikut melerai.
" Ma lepaskan dia! Jangan kotori tangan mama dengan membunuhnya! Atau mama sama tidak terhormatnya dengannya."
Mendengar ucapan putranya, wanita itu pun melepaskan tangannya dari rambut Vanni.
" Reval, papa kamu.. " Tiba tiba nafas wanita itu tersengal membuat suami dan putranya panik.
" Mama kenapa ma?" Pria yang bernama Reval langsung memeluk ibunya. Namun tiba tiba wanita itu tidak sadarkan diri dalam pelukannya membuat semua orang yang berada di sana ikut panik.
" Mama... "
" Reval segera bawa mamamu ke rumah sakit! Papa takut jantung mama kamu kambuh." Tanpa membantah Reval segera membopong ibunya. Sebelum pergi ia menatap tajam ke arah Vanni dengan penuh kebencian.
" Jika terjadi sesuatu pada mamaku, kau harus bertanggung jawab." Ucapnya penuh intimidasi.
Vanni menatap kepergian Reval dan yang lainnya dengan penuh kebingungan. Ia duduk di sofa sambil menghela nafasnya. Ia mencoba mencerna apa yang terjadi padanya kali ini.
" Ya Tuhan apalagi ini... "
TBC.....
Halo Hai readers tersayang author kembali dengan cerita baru setelah sekian lama. Jangan lupa tinggalkan jejak cinta untuk author ya... Terima kasih...
Tap.. tap.. tap...
Mendengar langkah Vinna mendekat Vanni langsung mengarahkan tatapan tajam padanya. Mendapat tatapan mematikan dari adiknya membuat Vinna menundukkan kepala. Ia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, apa lagi kalau bukan mendapat kemarahan dari sang adik yang galaknya melebihi kak ros jika ia melakukan kesalahan.
" Jadi ini yang membuatmu tidak mau pulang? Bukan karena ibu yang tidak mendukung kariermu tapi karena kau ingin menghabiskan waktu dengannya setiap saat kan? Kau bahagia dengan hubungan ini? Kau bahagia menjadi model sekaligus wanita penggoda suami orang? Kau bangga Vinna." Ucap Vanni penuh penekanan, ia menodongkan berbagai pertanyaan yang sebenarnya ia sendiri sudah tahu jawabannya.
" Kami saling mencintai." Ucapan Vinna benar benar membuat Vanni terkejut hingga matanya terbelalak dengan sempurna. Ia beranjak lalu mendekati Vinna masih dengan tatapan nyalangnya.
" Cinta?" Mendapat tatapan seperti itu dari sang adik membuat Vinna merasa seperti sedang di introgasi oleh pihak intelegensi.
" Kau tidak akan mengerti soal ini." Vinna memberanikan diri menatap Vanni.
" Siapa yang tidak mengerti dengan hal bodoh seperti ini Vinna?" Vanni mengulang ucapan Vinna.
" Kamu bilang cinta?" Vinna menganggukkan kepalanya.
" Benarkah dia mencintaimu? Atau hanya menginginkan tubuhmu saja?"
Deg...
Vinna tidak bisa berbuat apa apa. Ia hanya bungkam dan mendengarkan ocehan adiknya yang besar kemungkinan memang benar adanya.
" Jika dia mencintaimu, lalu kenapa dia tidak meninggalkan istrinya dan memilih untuk menikahimu kakakku tersayang. Kenapa dia masih bertahan dengan istrinya dan menjadikanmu hanya sebagai simpanan." Lagi lagi ucapan Vanni membuat hati Vinna mencelos. Benar kata Vanni, kenapa ia tidak memikirkan hal ini sebenarnya? Vinna memukul kepalanya sendiri. Ia memang bodoh tapi ia tidak peduli akan hal itu yang penting ia bahagia dengan hubungan ini.
" Kenapa? Sudah sadar kah dengan kebodohan yang kamu lakukan ini?" Tanya Vanni.
" Bukan dia tidak mau meninggalkan istrinya, tapi ini demi menjaga privasi karierku yang baru naik. Itu sebabnya kami menjalin hubungan diam diam." Meskipun begitu Vinna masih bisa membantah ucapan adiknya.
" Ha ha ha... Sungguh cinta yang salah alamat. Atau mungkin cintamu sedang tersesat?" Ujar Vanni terkekeh. Bisa bisanya kakaknya yang pintar itu memilih jalan yang salah dalam mencintai seseorang seperti tidak laku saja, pikir Vanni.
" Vanni dengarkan aku!" Vinna menyeret Vanni untuk duduk kembali.
" Aku mohon jangan katakan apapun pada siapapun apalagi ibu." Ujar Vinna sambil menggenggam tangan Vanni.
" Apa maksudmu?" Tanya Vanni tidak mengerti.
" Biarkan orang orang mengira jika kau simpanan tuan Abraham."
" Apa? Apa kau gila Vinna?" Pekik Vanni tidak percaya. Ia benar benar tidak mengerti dengan jalan pikiran kakaknya itu.
" Aku mohon Vanni! Aku tidak mau karier yang aku bangun dengan susah payah ini hancur begitu saja karena skandal ini. Impianku sangatlah besar pada karierku ini Vanni, aku ingin menjadi model internasional yang di sanjung dan di akui berbagai negara. Aku tidak bisa membiarkan karierku hancur begitu saja Vanni. Aku mohon padamu! Sebagai kakak bukankah aku tidak pernah meminta apapun padamu? Aku mohon kali ini, berkorbanlah untukku. Demi kakakmu yang sangat mencintaimu." Vinna menatap Vanni sambil mengatupkan kedua tangannya. Namun bukannya iba, Vanni justru murka.
" Kau serakah Vinna, kau tidak akan pernah puas dengan pencapaian yang akan kau dapatkan meskipun suatu hari nanti kau menjadi model internasional. Jika kau tidak mau kariermu hancur, kenapa tidak kau akhiri saja hubunganmu dengannya? Dengan begitu kau bisa fokus pada kariermu bukan pada suami orang. Lalu kenapa kau harus melibatkan aku dalam hal ini Vinna? Aku memang mencintaimu karena kau saudaraku satu satunya, tapi aku tidak bisa mendukungmu jika kau melakukan kesalahan." Ujar Vanni menatap Vinna.
" Akhiri hubunganmu, kembalilah ke jalan yang benar maka hidupmu akan bahagia." Sambung Vanni.
" Jika aku mengakhiri hubungan ini, berarti aku juga mengakhiri karier ini." Ucap Vinna membuat Vanni mengerutkan keningnya.
" Siapa yang akan membantuku mencapai kesuksesan selain tuan Abraham, Vanni." Ujar Vinna.
" Sudah aku duga, kalian hanya saling membutuhkan saja. Kau butuh dukungan darinya, dan dia butuh kehangatan darimu. Benar benar manusia menjijikkan." Vinna tidak sakit hati dengan ucapan adiknya, yang ada di pikirannya adalah menjadi model internasional.
" Baiklah tidak apa apa jika kau tidak mau membantuku, tapi jangan harap aku mau pulang ke rumah bertemu ibu. Karena aku yakin kau kemari atas suruhan ibu kan?"
Vanni menepuk jidatnya, ia bahkan melupakan tujuannya datang kemari. Vinna tersenyum penuh arti karena tebakannya benar. Ia akan memanfaatkan moment ini untuk memeras Vanni.
" Pergilah ke kamarku! Ganti dulu bajumu setelah itu mari kita lakukan negosiasi." Ucap Vinna mengerlingkan sebelah matanya.
" Dasar licik." Gerutu Vanni merebut baju dari tangan Vinna lalu masuk ke dalam kamar Vinna.
Brakkkk...
Karena kesal Vanni menitip pintu dengan keras.
" Astaga adikku." Vinna menyentuh dadanya.
Setelah mengganti bajunya Vanni kembali menghampiri Vinna. Ia duduk di sofa samping Vinna.
" Buatkan aku minum, aku cukup terkejut dengan kejadian hari ini." Ucap Vanni memberi perintah. Tanpa menyahut Vinna segera membuatkan minuman coklat panas untuk adiknya. Setelah itu ia memberikannya pada Vanni.
" Hmm bagus, coklat ini cukup mengembalikan modd baikku yang sempat hilang." Ujar Vanni lalu menyeruput coklat panas buatan kakaknya.
" Bagaimana?" Tanya Vinna.
" Kenapa kau begitu jahat pada ibu? Hanya untuk menemui ibu saja aku harus menukar harga diriku." Cibir Vanni yang di balas Vinna hanya dengan senyuman. Ia yakin adiknya ini akan melakukan apapun demi sang ibu.
" Karena inilah yang terbaik untuk kita semua."
" Untukmu saja." Sahut Vanni.
" Aku akan pulang malam ini jika kau setuju dengan syaratku. Tapi kalau kau menolak, maka aku tidak akan pulang sampai kapan pun. Meskipun sejujurnya aku juga merindukan ibu, tapi aku tidak akan mau menemuinya setelah penolakanmu." Ujar Vinna sedikit memberi ancaman.
Vanni semakin bingung, jika ia menuruti kakaknya maka ia harus menanggung malu hingga waktu yang tidak bisa di tentukan. Bahkan mungkin selamanya. Namun jika ia menolak, bagaimana dengan ibunya? Ibunya sangat merindukan kakaknya, ibunya ingin mereka bertiga berkumpul kembali. Mungkin Vanni harus menuruti keinginan Vinna demi sang ibu, setelah ini ia akan mencari cara untuk membuat tuan Abraham meninggalkan Vinna dengan sendirinya.
" Baiklah aku setuju tapi kau harus memastikan keselamatanku karena aku yakin berita pasti sudah menyebar ke media. Dan jangan sampai ibu mengetahui semuanya atau aku akan memburumu dan membunuhmu." Ujar Vanni balik mengancam.
" Jangan khawatir! Aku akan meminta tuan Abraham untuk mengendalikan semuanya. Terima kasih adikku sayang." Ucap Vinna menciumi pipi Vanni membuat Vanni risih lalu mengusap usap bekas kecupan Vinna.
Di tempat lain, tepatnya di rumah sakit rasia medika, Reval sedang berduka karena kepergian sang ibunda tercinta. Beliau menghembuskan nafas terakhir dalam perjalanan menuju rumah sakit. Reval begitu terpukul, ia hanya bisa terduduk lesu sambil menangis.
" Reval, apapun yang terjadi jangan biarkan papamu menikahi wanita itu. Mama yakin wanita itu hanya menginginkan harta papamu saja. Satu hal yang mama sembunyikan darimu, papamu sangat mencintai wanita itu. Mama yakin papamu sudah termakan bujuk rayu wanita itu, mama khawatir papamu akan berbuat nekat dengan menikahinya. Sebelumnya papamu pernah meminta cerai namun mama menolaknya, mama sangat mencintai papamu. Mama tidak sanggup kehilangan papamu sayang. Jika pun nanti mama mati, mama tidak rela papamu bersanding dengan wanita lain."
Bukan karena egois nyonya Abraham melakukan semua itu, karena ialah satu satunya wanita yang menemani tuan Abraham dari nol. Bahkan sebagian kekayaan yang tuan Abraham miliki saat ini merupakan harta warisan milik nyonya Abraham dari keluarganya. Kemarin setelah tuan Abraham meminta cerai dengan alasan sudah tidak mencintainya, nyonya Abraham pun curiga jika suaminya memiliki wanita lain. Namun di desak seperti apapun tuan Abraham tetap tidak mau mengakuinya. Ia beralasan jika ia tidak sanggup lagi hidup bersama istrinya karena sikap kasar nyonya Abraham bukan karena ada wanita lain di hatinya. Benar benar tidak masuk akal.
Nyonya Abraham tidak percaya begitu saja, ia menyelidiki semua di belakang tuan Abraham hingga saat tadi ia membuntuti tuan Abraham, saat itulah ia menemukan tuan Abraham bersama dengan Vanni yang ia yakini sebagai wanita simpanannya.
Reval mengusap air matanya, ia mengepalkan erat tangannya saat mengingat wanita yang telah membuat ibunya tiada. Bahkan saat ini ayahnya pun tidak ada di sampingnya, ia yakin jika saat ini ayahnya sedang bersama wanita simpanannya.
" Kau tidak akan bisa lepas dariku jalang, akan aku pastikan kau akan hidup menderita bersamaku. Tunggu waktu itu tiba, aku akan merasa senang bisa menyiksamu setiap hari." Geram Reval.
TBC....
Sesuai janji Vinna pada Vanni, kini ia sudah kembali ke rumah berkumpul bersama ibu dan adiknya. Pagi ini mereka duduk santai bertiga sambil menikmati teh hangat buatan ibunda tercinta. Beruntung weekend ini Vinna tidak ada jadwal pemotretan jadi bisa menghabiskan waktu bersama keluarga yang telah lama ia rindukan.
" Vinna, apa hari ini kamu free tidak ada jadwal?" Tanya bu Meli sambil menatap putri sulungnya.
" Hari ini free bu, aku ingin menghabiskan waktu bersama kalian. Karena jujur, aku juga merindukan saat saat seperti ini. Sampai sampai aku lupa kapan terakhir kita bisa duduk bertiga seperti sekarang ini." Sahut Vinna di balas senyuman oleh ibunya.
" Maafkan ibu yang egois selama ini, secara tidak langsung ibulah yang telah menghancurkan kebersamaan kita selama ini." Bu Meli nampak sedih membuat Vinna merasa bersalah karena telah menyinggung ibunya. Ia mendekati ibunya lalu menggenggam tangannya.
" Bukan salah ibu, tapi semua ini salahku. Maafkan aku yang lebih memilih karierku daripada keluarga kita. Menjadi model adalah impianku sejak kecil, aku merasa ada kesempatan makanya aku tidak membuang kesempatan itu bu dan lebih memilih karierku. Tapi sekarang aku akan selalu bersama ibu dan Vanni." Ujar Vinna. Mendengar itu Vanni menggerutu dalam hati.
" Bohong bu, dia cuma ingin bersenang senang sama suami orang." Andai saja Vanni punya keberanian untuk memberitahu ibunya, pasti kesalahan yang di lakukan Vinna tidak akan berlanjut lebih lama lagi. Ada banyak pertimbangan untuk tidak memberitahu ibunya, pertama Vanni tidak mau ibunya membenci kakaknya. Yang kedua Vanni tidak mau hubungan yang baru membaik ini menjadi lebih buruk dari sebelumnya. Alangkah baiknya jika ia memilih untuk diam saja, namun ia akan bergerak di belakang Vinna.
Mereka melanjutkan mengobrol hingga jam sembilan ada panggilan masuk di ponsel Vanni. Ia nampak mengangkatnya lalu berbicara sambil mengangguk anggukkan kepala. Entah apa yang sedang di bicarakan oleh lawan bicaranya namun sepertinya itu hal serius. Selesai menerima telepon, Vanni berpamitan pada ibu dan kakanya. Ia pergi ke sebuah caffe untuk menemui seseorang. Hanya membutuhkan waktu lima belas menit, ia sampai di cafe anggur jaya yang berada di jalan xx tak jauh dari rumahnya.
Di sana nampak seorang pria tua yang tak lain adalah tuan Abraham sedang duduk di kursi nomer empat menunggu kedatangan Vanni. Melihat itu Vanni langsung menghampirinya.
" Akhirnya kau datang juga." Ucap tuan Abraham sambil menatap Vanni dengan mata genitnya membuat perut Vanni merasa mual saja. Sepertinya beliau memang mata keranjang yang tidak bisa tenang melihat gadis secantik Vanni.
" Tinggalkan Vinna!" Ucap Vanni to the point lalu duduk di kursinya.
" Aku mencintainya, lalu kenapa aku harus meninggalkannya?" Bukannya menyetujui, tuan Abraham malah melempar pertanyaan pada Vanni.
" Jika cinta kenapa tidak menikahinya?" Vanni balik bertanya sambil menatap tuan Abraham dengan tajam.
" Aku suka dengan gadis ketus sepertimu." Rayu tuan Abraham.
" Tidak perlu berbicara omong kosong, jawab saja pertanyaanku." Ujar Vanni. Ia merasa gerah jika berlama lama dekat dengan pria buaya seperti tuan Abraham. Ia bahkan yakin jika bukan hanya Vinna yang menjadi simpanannya.
" Tunggu sampai tiga bulan, istriku baru saja tiada. Aku... "
" Apa?????" Pekik Vanni tidak percaya membuat orang orang yang berada di sana langsung menatapnya.
" Maaf maaf!" Ucap Vanni sambil nyengir kuda.
" Ja.. Jadi maksudmu istrimu tidak terselamatkan alias... " Vanni menggantung ucapannya.
" Ya, dia meninggal saat perjalanan menuju rumah sakit. Sekarang tidak ada lagi yang menghalangi hubungan kami, jadi aku akan menikahi Vinna tiga bulan ke depan." Ujar tuan Abraham. Vanni mengembangkan senyumannya mendengar hal itu, itu tandanya ia akan segera bebas dari perannya menjadi wanita simpanan palsu. Namun sedetik kemudian senyuman itu menghilang karena mengingat ancaman putra dari tuan Abraham.
" Berarti ini saatnya aku terbebas dari ancamannya." Batin Vanni.
" Berarti aku sudah tidak harus menyamar sebagai simpananmu kan. Aku akan mengatakan kepada seluruh dunia jika aku wanita baik baik dan bukan wanita simpanan seperti berita yang beredar." Belum juga tuan Abraham menjawab tiba tiba suara seseorang mengagetkan mereka berdua.
" Dasar kalian memang tidak punya hati."
Vanni dan tuan Abraham menoleh ke arah orang itu, mata Vanni membelalak sempurna saat tahu suara siapa itu.
" Re.. Reval." Vanni nampak gugup, ia yakin Reval pasti semakin salah paham padanya.
" Mama baru saja meninggal pa, sekarang papa malah enak enak an bersama wanita jalang ini." Cibir Reval dengan kesal. Ingin sekali ia mencekik gadis di hadapannya ini sampai mati namun tidak semudah itu ia membiarkan Vanni tiada dengan mudah. Ia sudah punya rencana lain untuk membuat Vanni menderita.
" Eh tidak tidak... Kamu salah paham, aku dan papamu tidak... " Tiba tiba tuan Abraham menggenggam tangan Vanni membuatnya sedikit terkejut.
" Maaf Reval, papa tidak bisa jika tidak bertemu dengan kekasih papa. Papa sangat mencintainya dan saat ini kami sedang membicarakan pernikahan kami."
Jeduarrrrr....
Bagai di sambar petir di siang bolong, Vanni benar benar terkejut dengan apa yang telah di ucapkan tuan Abraham. Bisa bisanya tuan Abraham memperkeruh suasana. Ingin sekali ia menampar mulut orang yang bicara tidak pakai logika. Vanni yang kebingungan hanya bisa menatap tuan Abraham dan Reval bergantian.
" Aku tidak akan pernah membiarkan itu terjadi." Ucap Reval.
Reval menatap tajam ke arah Vanni membuat nyali Vanni menciut.
" Kau harus bertanggung jawab wanita jalang, ibuku telah tiada karena perbuatanmu dengan ayahku. Kau harus menanggung akibat dari perbuatanmu." Bentak Reval sambil menunjuk wajah Vanni.
" A.. A... Aku.. " Di bentak seperti itu benar benar membuat Vanni mati kutu pasalnya selama ini tidak ada yang berbicara kasar kepadanya.
" Menikahlah denganku!"
Deg...
Jantung Vanni berdetak kencang mendengar ucapan Reval.
" Apa apaan ini? Kenapa aku harus menikah denganmu?" Ujar Vanni.
" Karena kau tidak akan pernah bisa menjadi istri papaku, kau hanya bisa menjadi istriku." Sahut Reval.
" Aku akan jelaskan padamu." Karena masalahnya menjadi rumit, Vanni ingin mencoba menjelaskan yang sebenarnya. Ia menghiruo nafas dalam dalam lalu mengeluarkannya melalui mulut untuk menetralisir kegugupannya.
" Aku bukan simpanan papamu." Ucap Vanni pada akhirnya. Tuan Abraham menatap kecewa pada Vanni.
" Kalau begitu buktikan!" Tantang Reval.
" Aku akan membuktikannya, ak... "
" Dengan menikahiku." Sahut Reval. Vanni membulatkan matanya sambil sedikit membuka mulutnya. Lagi lagi itu yang Reval inginkan. Sebenarnya Reval menginginkan apa dari pernikahan ini? Kenapa ia begitu ngotot ingin menikahi Vanni, pikir Vanni.
" Apa yang sebenarnya kau inginkan dari pernikahan ini? Aku tidak bisa menikah denganmu atau dengan ayahmu. Aku tidak mau terlibat dengan kalian berdua lagi, sungguh membuat kepalaku pusing saja." Vanni merasa tidak harus berhubungan dengan kedua pria itu lagi. Siapa yang salah siapa yang menanggung akibatnya. Benar benar membuat hidup Vanni semakin kacau.
" Kau harus menikah denganku, dengan begitu aku akan percaya jika kau bukan wanita simpanan ayahku. Jika kau menolaknya, aku akan menyebarkan berita penangkapanmu bersama ayahku saat di apartemen. Dan akan aku pastikan berita ini sampai ke telinga ibumu, kau bisa bayangkan bagaimana reaksi ibumu saat tahu jika anak gadisnya menjadi simpanan pria beristri sampai mengakibatkan istrinya meninggal." Vanni mulai bimbang, pikirannya terkuras dengan ancaman ancaman yang Reval berikan. Sedangkan tuan Abraham hanya diam saja, toh dia tidak di rugikan dengan masalah ini.
" Dan satu lagi, aku akan mencari tahu siapa wanita jalang itu sebenarnya. Dan akan aku pastikan dia dan keluarganya hancur sehancur hancurnya. Aku tidak akan pernah mengampuni perbuatannya pada keluargaku." Lagi lagi Reval kembali memberi ancaman kepada Vanni membuat Vanni semakin gelisah.
Tidak mau semakin terjebak dengan situasi rumit ini, Vanni pergi meninggalkan mereka begitu saja. Reval tersenyum smirk menatap kepergiannya.
" Lihatlah jalang penderitaanmu akan di mulai setelah ini." Ujar Reval dalam hati.
Kira kira mau nggak nih Vanni menerima Reval? Jangan lupa tinggalkan jejak terbaik kalian, di tunggu bintang limanya ya... Terima kasih...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!