NovelToon NovelToon

Berdua : Menjadi Penakluk Bersaudara

#1 – Kewajiban seorang kakak I

Di hari yang menjelang sore, Reno baru saja kembali dari kantor KUA setelah menjalani tes kelayakan nikah. Kini di depan pintu gerbang besinya yang tinggi, perlahan dan pasti, dengan energi yang terkuras selama seharian, Reno pun membuka pintu, menggesernya dengan berat.

Di lantai yang dingin, sepi namun tampak begitu terawat, ini adalah rumahnya yang ia beli dari hasil jeri payahnya. Reno kemudian membuka pintunya lalu menyalakan setiap lampu yang ada di ruangan, berjalan menaiki tangga menuju kamarnya dan membuka pintu kamarnya yang dipenuhi dengan stiker-stiker superhero.

Di dalam kamarnya, semua terlihat rapi dan tertata beserta dengan aroma sejuk dari pewangi ruangan, membuat Reno menghela nafas lega dengan refleknya. Kemudian tepat di sebelah kiri pintunya, tepat di bawah saklar lampu, Reno pun meletakkan sebuah buku Note yang tak sengaja terbuka.

Di halaman depan buku note-nya tertulis banyak list pencapaian yang sudah ia capai dengan cara dicoret. Dari pekerjaan dengan pangkat tertinggi, rumah pribadi, mobil, bisnis, pemasukan pasif dan juga punya pacar. Kemudian di bawahnya ada bertuliskan "menikah" yang mana belum dicoret olehnya, terdapat pula sebuah kata harapan berupa "Kesembuhan untuk Rena" di barisan teratas yang juga tampak belum tercoret.

Sebagai seorang pria berumur 28 tahun, hal itu adalah benar-benar sebuah pencapaian, dan hanya tinggal beberapa langkah lagi, maka Reno akan menjadi pria yang lengkap dan sempurna.

Namun, kehidupannya tidak selancar yang terlihat, Reno juga memiliki tanggung jawab lain. Dengan dirinya yang selesai mandi dan memakan sebuah roti lapis bekal yang ia beli di minimarket, ia pun berjalan keluar kamar dan menuju kamar di sebelahnya, hendak menanggung tanggung jawab yang benar-benar sepenuh hati ia lakukan dan tanggung dengan seluruh jiwa dan raganya.

Kini Reno berdiri, menghela nafas panjang dan mulai membuka pintu kamar lain. Namun kini berbeda dengan pintu kamarnya, kini pintu kamar itu dipenuhi dengan berbagai tempelan kartu ucapan dan harapan, doa-doa yang sudah lima tahun selalu diganti dan ditimpa.

Kini Reno memasuki kamar di sebelahnya, kamar Adik perempuannya, Rena. Berbeda dengan kamarnya yang normal dan rapi, kamar Rena terdapat dua kapsul DDVR (Deep Dive Virtual Reality), alat-alat elektronik pemantau, layar TV yang menyala dan juga berbagai alat-alat medis lainnya.

Di dalam salah satu kapsul DDVR, terdapat tubuh seorang wanita muda yang sudah tampak kurus, dia adalah Rena, adik perempuannya yang sudah delapan tahun mengalami koma akibat dari kecelakaan kendaraan tragis yang juga merenggut nyawa kedua orang tuanya.

Tubuh Rena yang terkapar koma, tampak dipenuhi dengan selang-selang penunjang kehidupan dan juga sebuah helm DDVR yang terpasang di kepalanya. Sebuah alat yang merupakan satu-satunya sarana bagi Rena agar tetap terbangun di dalam lelapnya, dan juga satu-satunya sarana untuk bisa terhubung dan berkontak langsung dengan dunia luar dan juga satu-satunya keluarga yang ia punya, kakaknya, Reno.

Di dalam layar Tv yang menyala kini menampilkan tampilan webcam yang kosong. Namun tak berselang lama, seorang wanita duduk di depan webcam tersebut, dan dia adalah Rena di dalam apartemen virtualnya.

"Oh, kakak sudah pulang, toh. Hehe, jadi bagaimana tesnya? Apakah kakak layak?"

Reno tersenyum sambil menghadap layar TV, menatap kamera kecil 360 derajat yang terpasang di sisi atas TV. "Kamu meledek saja. Tentu kakak lulus lah, masa iya test uji kelayakan nikah malah tidak lulus."

Rena tersenyum lebar, menyeringai menunjukkan gigi pada tubuh Virtualnya. "Hehehe, terus bagaimana dengan mbak Lana?"

"Ya lulus dia … dia lulus kok. Dan tiga minggu lagi kakak akan menikah, loh. Oh iya, kamu jangan lupa datang, ya, hehehe!" Reno membalasnya dengan candaan penuh tawa.

"Ihhh, kakak, mah! Sudah mah begini, masih sempat saja Dark Joke!" gelagat Rena tampak merajuk, namun senyumannya tampak gembira.

"Oh iya, kakak sudah pesan dua DDVR 2 loh. Dan kira-kira dua hari lagi akan sampai. Selain itu, kakak juga sudah menonton trailer [World of Fantasy 2] yang katanya bisa transfer akun, loh. Jadi kita tidak perlu capek-capek grinding lagi."

Penjelasan penuh ceria Reno gagal membuat kejutan gembira ke diri Rena, dan justru Rena tampak murung dan mulai menunduk. "Game baru enam tahun sudah ada sekuelnya dan mau tutup server pula. Sementara aku, delapan tahun belum juga bangun."

Reno tampak terkejut dengan pernyataan itu, dan mulai mendekatkan wajahnya ke kamera. "Hei hei hei, jangan ngomong begitu. Tenang saja, kamu tidak perlu khawatir, karena mau sampai kapanpun, kakakmu ini akan menunggu dan merawat kamu. Jadi, kamu yang sabar ya sayang."

Rena memalingkan wajahnya, kemudian berkata, "ya sudah sini masuk, karena WoF sedikit lagi mau tutup server, jadi kenapa tidak habiskan waktu saja di dalam game?"

"Oh … jadi, sekarang tutupnya?" Reno tambah terkejut dengan informasi tersebut.

"Ya, iyalah!" balas Rena dengan keras. "Lagipula, WoF 2 sudah keluar dari tahun kemarin! Kakak kemana saja?!"

Reno pun terpaku dengan wajah penuh keterkejutan setelah mendengar kenyataan itu, sementara tanpa sadar memperlihatkan kilas baliknya yang sangat sibuk di dalam alam bawah sadarnya.

***.

Bersambung ….

***.

#2 – Kewajiban seorang kakak II

Seharian berlalu begitu saja sejak keduanya memulai memainkan WoF bersama sambil menunggu tutupnya server. Mereka terus memburu monster, memperbanyak Exp mereka meskipun sudah tidak bisa dialokasikan lagi karena level mereka yang sudah maksimal, yakni level 1000.

Reno yang memiliki karakter game berupa ras Devil yang ia beri nama Ouros, terus membantai dan men-solo boss monster yang bisa ia temukan. Sedangkan Rena yang memiliki karakter berupa ras Angel yang ia beri nama Auriel, terus memberikan Heal dan Buff kepada Reno dari belakang.

Beberapa saat kemudian, Boss terkuat bernama Jormungandr yang berupa ular raksasa pun berhasil dikalahkan.

"Fuhhh, akhirnya selesai juga. Entah sudah berapa kali kita membunuh monster ini," Reno menghela nafas panjang, kemudian menoleh ke belakang menatap adiknya yang hanya berdiri dengan santai. "Lalu sekarang apa?"

Rena kemudian berjalan mendekati Reno, lalu melaluinya begitu saja sambil berkata, "Entahlah."

Di belakang Reno adalah mayat Jormungandr yang mulai memuai, lenyap menjadi partikel Exp, sementara di belakang Jormungandr adalah puncak bukit yang menghadap sebuah lembah dengan hutan yang lebat di bawahnya. Dari lembah itu, berdiri pegunungan tinggi dengan puncaknya yang ditutupi salju.

Rena pun berjalan dan sampai di pinggir jurang, di puncak bukit yang menghadap lembah. Ia terdiam untuk sesaat, memandang langit yang mulai menguning. "Sepertinya di dunia nyata sudah jam 12 malam."

Reno menyusul, berjalan mendekati Rena, lalu berdiri di belakangnya dan mulai mengusap bahu kiri Rena. "Hmm, apakah kamu khawatir dengan kakakmu ini? Tenang saja, hari masih panjang. Lagipula, besok kan hari minggu, jadi tenang saja."

Rena sedikit menoleh, lalu memiringkan kepalanya dan mulai menempelkan pipinya ke tangan Reno. "Tangan kakak … aku tidak bisa merasakan suhu sama sekali. Aku benci game ini."

"Ya … namanya juga game jadul, pastinya fungsinya tidak begitu lengkap. Oh iya, kakak juga dengar-dengar kalau fungsi di WoF—"

"Sudah tahu!" potong Rena dengan bibirnya yang cemberut. Lalu jeda untuk sesaat dan mulai menghela nafas panjang. "Aku tidak sabar dengan WoF 2, karena dari artikel yang aku baca juga, mereka memiliki keakuratan yang mendekati 98% dengan dunia nyata. Oleh karena itu, kali ini gamenya diberi rating Adult."

"Kalau begitu, itu akan menjadi simulasi, bukan game lagi. Apa serunya jika game begitu mirip dengan dunia nyata? Apakah kita perlu untuk buang air juga di dalam game? Haaa." Keluhannya terdengar jelas dengan helaan nafas yang terdengar malas.

Rena menoleh dan menatap wajah Reno yang terkena cahaya matahari sore dan mulai memiringkan satu alisnya dengan penuh heran dan ledekan. "Mereka akan menambahkan fungsi genital di dalam game kali ini. Dan … hehe … dengan begitu pastinya, para player bisa melakukan hal-hal yang tidak-tidak di dalam game. Mhm, tapi setidaknya itulah yang aku baca dari artikelnya."

Kini bergantian Reno lah yang menatap Rena dengan tatapan hilang harapan. "Setelah mendengar penjelasan itu, kakak jadi merasa sedih dengan kamu."

"Ih! Kakak, mah!" Rena merajuk, memanyunkan bibirnya sambil memukul-mukul lengan Reno. "Kalau begitu, makanya pasangkan karakter AI buat apartemen Virtual Ku! Aku juga kan kesepian lama-lama, ih!"

Reno mulai menahan pukulan demi pukulan penuh candaan Rena sambil tertawa-tawa. "Hahaha, iya, iya, kakak akan pasangkan, deh. Soalnya kakak pikir kamu belum puber."

"Kak! sekarang aku sudah 26 tahun! Hm!" tatapan menyorot Rena menatap tajam Reno yang masih tertawa meledeknya, sementara menghentikan pukulannya, lalu mulai duduk di atas rerumputan.

Reno pun tersenyum hangat melihat Rena terduduk begitu saja dengan tatapannya yang terpaku pada pegunungan di depannya yang menyembunyikan langit jingga dan matahari yang mulai tenggelam di baliknya. Reno pun ikut duduk di sampingnya, dan mulai menatap cakrawala yang sama.

Dengan dua kaki menekuk yang ia rangkul dengan kedua tangannya, Rena kemudian menaruh pipinya kembali di lengannya sambil menoleh ke samping, menatap Reno yang juga duduk di sebelahnya. Tatapannya tegar menatap Reno dengan bibir yang mulai terbuka, hendak bertanya.

"Kak, jadi … setelah kakak menikah, apakah aku akan sendirian?"

Reno tidak menoleh, matanya masih terpaku pada langit virtual yang begitu nyata. "Kamu jangan khawatir, kakak akan selalu berada di samping kamu sampai kamu benar-benar bangun dan bisa beraktifitas dengan normal. Kamu tidak perlu khawatir."

Rena tersenyum lega, namun matanya yang melirik ke rerumputan, berkata lain. Ia terlihat ragu dengan jawaban Reno. "Dengan memiliki keluarga baru, memang kakak masih ada waktu? Memang kakak yakin bisa membagi waktu buat aku?"

Reno menoleh dan ikut tersenyum, sementara tangannya mulai mengusap kepala Rena. "Kamu jangan khawatir, kakak tidak akan mengingkari kewajiban kakak kok."

"Benar?" tanya Rena berusaha meyakinkan dirinya sendiri.

"Benar," balasnya dengan jawaban pasti sambil terus mengusap kepala Rena seakan memberikan kepastian yang mutlak.

Mereka pun terus menunggu, meratapi masa depan bersama di dalam dunia Virtual. Dengan waktu yang terus berlalu, hitungan mundur penutupan server di depan pandangan mereka pun tampil.

10 … 9 … 8 … 7 …, Reno mulai merangkul erat Rena, memeluknya dan menempelkan pipinya di kepala Rena. 6 … 5 … 4 … 3 … 2 … 1 … 0. Dengan menghilangnya hitungan mundur di hadapan mereka, tiba-tiba saja keduanya dalam sekejap berpindah tempat ke padang rumput yang hijau dan luas.

Tentu keduanya terkejut, karena kilatan cahaya matahari yang tiba-tiba menyinari wajah mereka kini menunjukkan tidak hanya tempat saja yang berubah, tetapi waktu juga berubah. Dan tak sampai disitu, tampilan yang selalu ada di pandangan mereka seperti minimap dan status Health, Mana dan Energy pun juga ikut menghilang. Lalu dengan kebingungan yang melanda, keduanya pun saling menatap satu sama lain dengan raut wajah yang sama bingungnya.

Reno pun berdiri dan mulai menekan-nekan apapun yang ada di depannya, berharap antarmuka menu muncul di tampilannya. "Loh, loh, loh, kenapa tidak ada?! Bug, kah?"

Rena yang masih terduduk, bisa merasakan timbulan-timbulan tanah dan rerumputan yang ada di bokongnya. Ia pun menjadi penasaran dan mulai menyentuh tanah dan rerumputan yang ada di sekitarnya. Setelahnya, ia tampak terkejut, namun tidak mengatakan apa-apa, sementara Reno terus berusaha menekan-nekan udara dengan telunjuknya.

"Ada apa ini?! Halo! Halo!?" Reno mencoba menghubungi costumer service dengan menggunakan gestur menekan telinga kirinya. "Kenapa ini tidak tersambung?! Halo! Siapapun?! Tsk, kenapa jadi begini? Halo!?"

Pikiran Reno pun berkelana kemana-mana, dan mulai memikirkan kemungkinan terburuknya, yakni kemungkinan dirinya yang terjebak di dalam kapsul. Kepanikan pun mulai melanda dirinya, apalagi mengingat bahwa ia pernah mendengar tentang kasus beta tester DDVR yang tidak bisa logout dari game dan akhirnya merusak jaringan otaknya dan akhirnya meninggal.

"tidak, tidak, tidak, ini tidak mungkin … semua pencapaianku selama ini! Aaaaarghhh!!!" teriak Reno. "Minggu depan menikah pula, aduh, bagaimana ini?! Semua interface juga tidak ada yang bisa ditampilkan!! Kok bisa seperti ini, sih??!!!"

Di tengah kepanikan Reno, Rena pun berdiri dan mulai mencoleknya sambil menunjukkan rerumputan yang ia cabut di tangannya. "Kak … sepertinya ada yang aneh."

"Hah? Maksudnya? Kenapa kamu memberikan kakak rumput—tunggu … lah kok bisa?!" dan Reno pun mulai menyadari akan keanehan yang terjadi, dan mulai meraih rerumputan yang ada di tangan Rena. "Tunggu, tunggu, tunggu, kenapa—"

"Sepertinya kita bukan lagi di game, deh," ucap Rena yang entah bagaimana suaranya agak berbeda dengan suara aslinya. Kini, suaranya yang seharusnya terdengar seperti gadis pada umumnya yang terdengar berfrekuensi tinggi, kini suaranya terdengar lebih rendah dan dewasa seakan mengikuti tubuh karakter game-nya.

Reno menatap Rena dengan tatapan bingung, sementara ia bisa mendengar suaranya yang berbeda. Tidak hanya itu, perilaku Rena seakan terlihat agak berbeda dengan perilaku aslinya, kini ia terlihat jauh lebih tenang. Tatapannya juga terlihat begitu sejuk seakan baru saja melepas segala beban pikiran.

Reno pun menjadi tambah khawatir sesaat dirinya sadar akan kemungkinan lain dengan dirinya yang berkemungkinan telah masuk ke dalam virtual lucid dream, yang mana kasus ini juga pernah terjadi ke beberapa orang, yakni ketika mereka masuk ke dalam dunia mimpi di saat masih menggunakan perangkat DDVR dan hanya bisa bangun ketika mereka mencapai batas rasa sakit tertentu untuk bisa terbangun.

"Jangan bilang ini—"

Plak!

Rena menampar Reno, dan Reno merasakan sakit yang luar biasa dengan tamparan yang sangat keras dari adiknya itu, yang mana bahkan sampai sempat membuat ledakan Sonic boom dan memancarkan cahaya keemasan di tangan nya, sampai membuat Reno terdiam dan terpaku pada wajah adiknya yang tampak tenang-tenang saja di hadapannya.

"Ini bukan virtual lucid dream, kak," ucap Rena dengan tenangnya, kemudian menoleh memalingkan wajahnya dari Reno. "Sepertinya ini dunia nyata … atau lebih tepatnya, kita telah berpindah dunia."

Tatapan panik Reno pun menjadi semakin jelas. Kini ia menjadi semakin terpikirkan tentang dunia nyata yang sebenarnya, dunia nyata yang selama ini ia jalani dengan penuh usaha dan kepedihan, semua pencapaiannya, semua tentang usaha dan aset-asetnya, dan juga tentang pernikahannya yang kini lenyap begitu saja.

"Berpindah dunia?!! tidak, tidak, omong kosong macam apa—" Reno pun terdiam, sesaat melihat Rena mengeluarkan air matanya, menatap jauh ke sampingnya, masih memalingkan wajahnya dari Reno. "Rena? Kamu … hush~." Dan ia pun langsung memeluk Rena.

"Jika … jika ini adalah benar-benar dunia nyata, aku sungguh bersyukur." Rena menempelkan pipinya di dada Reno, berbisik dan masih menatap pemandangan yang tersedia di depan dan menggenggam rerumputan yang ia cabut. "Apakah kakak akan mencari jalan pulang?" bisiknya.

Angin berhembus dan aroma musim semi pun mulai melintas di hidung keduanya, dan Reno pun mulai menjadi tenang. Pikirannya tentang segala apa yang ditinggalkan kini tergantikan dengan perasaan tanggung jawab dan sayang kepada adiknya.

"tidak … kakak akan tetap bersama kamu sampai kapanpun. Kan kakak sudah bilang, kakak akan selalu di samping kamu dan menemani kamu." Meskipun jauh di dalam benaknya, Reno tetap menginginkan dan mulai memikirkan jalan untuk kembali.

Apakah ini dunia lain? Apakah tidak ada jalan pulang? Pikir Reno sementara itu.

****.

Bersambung ….

#3 – Ke Dunia yang Berbeda

Kini Reno dan Rena hanya bisa terpaku dengan keduanya saling memikirkan hal lain. Di sela-sela itu, Reno terus mencoba-coba berbagai macam kemampuan, yang mana kini tak satupun sistem dari game yang bisa ia gunakan, kecuali inventaris. Namun, di tengah itu semua, Rena yang tampak saja sambil memejamkan mata, menemukan bahwa setidaknya informasi untuk level, exp, Health, Mana dan Energy bisa dilihat dengan cara berfokus dengan meniatkan hal yang ingin dilihat.

"Kak, coba deh lakukan dengan cara berfokus dan niatkan bahwa kakak ingin melihat informasi diri sendiri. Maka kakak akan bisa melihat status penting yang muncul di depan mata kakak."

Setelah mendengar hal itu, Reno pun mencoba untuk berfokus sambil meniatkan hal yang ingin ia lihat. Lalu, dengan cara yang misterius, menu status berwarna biru muncul di depan matanya. "Wow, benar juga ya. Ini berbeda dari game yang mana menggunakan gestur dan perintah suara."

Mari coba apakah bisa membuka menu?

Kemudian dengan mencoba metode yang sama, Reno pun mencoba untuk membuka menu. Namun sayang, itu sama sekali tidak berhasil, sedangkan dirinya hanya bisa menghela nafas kecewa.

Rena sementara itu, sudah dapat menggunakan kemampuan dan sihirnya tanpa menggunakan gestur dan perintah suara. Kini perspektifnya bisa melihat dengan jauh, yang mana mampu membuatnya bisa melihat melalui perspektif penglihatan drone dengan menggunakan sebuah sihir berupa mata yang mengambang di udara. Dan sihir ini bernama [Divine Eye].

Rena pun terus mencari, mencoba mengenali medan. Dari atas ia bisa melihat dengan jelas padang rumput yang luas, berikut dengan rusa-rusa dan burung-burung yang berkeliaran. Lalu, ketika mata ilahi nya terus menyusuri setiap jengkal medan, ia melihat ratusan ribu pasukan dari dua belah pihak terlihat saling berhadapan.

Rena yang cukup terkejut dengan penemuannya itu pun langsung mencolek Reno yang berada di sampingnya. "Kak, kak, apakah kakak lihat di sana?" ucapnya sambil menunjuk.

Tentu Reno tidak dapat melihatnya, karena ia masih belum sadar cara menggunakan kemampuan dan sihirnya. "Lihat apa? Kakak tidak lihat sama sekali tuh," ucapnya dengan mencoba memicingkan matanya, memantau ke arah Rena menunjuk.

Rena yang melihat gelagat bingung Reno pun hanya bisa memanyunkan bibirnya, ia terlihat agak jengkel. "Serius? Kakak dari tadi belum bisa menggunakan kemampuan dan sihir? Haaa."

"Memangnya bagaimana caranya?" tanya Reno dengan bingung.

"Beda dengan cara melihat status yang mana tersedia dari sistem, kali ini kakak hanya butuh merasakan sebagaimana kakak punya anggota tubuh lain."

"Huh, bagaimana caranya?"

Wajah Rena tampak semakin jengkel. "Ihh, kakak tinggal rasakan saja!"

"Oke, oke." Dan Reno pun mulai merasakan anggota tubuh lain yang tidak pernah ada. Lalu dengan sekelebat, ia bisa merasakan semuanya. Dari seluruh kemampuan dan sihir, sampai pasif dan spesialnya, kini ia bisa rasakan seakan masing-masing dari itu semua sudah sejak lama menjadi anggota tubuhnya.

"Wih, benar-benar bisa," ucapnya dengan antusias, sementara ia mulai mengeluarkan sihir kegelapan bernama [devil Touch] di telapak tangannya.

Sementara itu, Rena pun mulai memperhatikan para pasukan yang hendak berperang dengan mata ilahi nya. Terlihat, di sisi kirinya, terdapat prajurit yang lebih banyak dan lebih siap, sementara di sisi kanannya adalah pasukan dengan prajurit yang lebih sedikit dan kurang siap.

Kemudian dengan kemampuannya, Rena bisa melihat semua nama di tas kepala para pasukan berikut dengan pekerjaan, ras dan sedikit asal usul mereka. Kali ini ia menggunakan kemampuan yang mana dimiliki oleh semua player, atau bisa dikatakan sebuah kemampuan dasar untuk mengecek informasi yang merupakan bagian dari sistem game.

Ternyata kemampuan dari sistem yang terbawa tidak hanya inventaris dan menu status, tapi juga mata untuk melihat informasi. Hmmm, aku jadi semakin suka dengan dunia ini, hehehe. Kekeh Rena di dalam benaknya.

Sementara itu Reno berhasil melihat pasukan yang dibicarakan Rena dari jauh karena kemampuan spesial dari salah satu ras nya yang merupakan Devil Lord. Dan kemampuan spesial ini bernama [Devil Lord Vision]. Dan tak hanya berfungsi sebagai teropong, kemampuannya ini juga bisa melihat status Health, Mana dan Energy dari target yang ia lihat, tidak seperti kemampuan dari sistem yang hanya bisa melihat nama, pekerjaan dan ras dan sedikit informasi asal-usul.

"Oh kakak bisa melihat mereka. Luar biasa, dengan begini—mhm," ucap Reno berhenti di tengah kalimat karena terlalu bersemangat. "tidak, tidak, kita harus pergi dari sini, meskipun kakak bisa melihat status mereka, tapi ini berbeda, karena hanya berupa persenan bukan desimal, yang mana itu berarti kita belum bisa mengukur seberapa kuat dan tangguh mereka."

"Tidak … lebih baik kita menghentikan mereka sebelum banyak korban jiwa yang berjatuhan," balas Rena yang tampak memejamkan sebelah matanya.

Reno masih menggunakan sihirnya untuk melihat jauh sambil berusaha meyakinkan Rena. "Dengar, Rena, seperti yang kita duga, dunia ini adalah dunia nyata, dan jika kita mati, kita tidak akan respawn lagi. Dan juga, apa jaminannya kalau dunia ini punya hukum yang sama dengan yang ada di game, huh?"

Di tengah pembicaraan itu, dua belah pasukan pun akhirnya bergerak dan mulai saling serang. Sementara Rena tiba-tiba mengeluarkan sayap malaikatnya, dan mulai ia kepakkan. Lalu dengan bantuan sihir juga, ia pun langsung lepas landas begitu saja tanpa sepengetahuan Reno.

"Mau bagaimanapun juga, aku akan menghentikan mereka!" ucap Rena dan terbang begitu saja, meninggalkan Reno yang masih terpaku pada penglihatan iblisnya.

Kini tampak kavaleri yang sudah menunggu di dua posisi sayap dari masing-masing pasukan pun mulai menerjang duluan dan saling menabrakkan satu sama lain. Sementara pasukan infanteri dengan perisai dan lembing mereka pun ikut bergerak, menjaga tempo gerak dan barisan mereka sambil melemparkan lembing dari masing-masing pasukan. Begitu juga dengan pasukan pemanah yang terus melontarkan anak panah mereka dari barisan belakang dan sambil terus berjalan, menyempitkan jarak mereka.

Reno yang telat merespon pun langsung ikut memunculkan sayapnya dan terbang menyusul. "Rena~! Jangan main pergi saja!"

Sial, sial, sial, kumohon tuhan, jangan sampai terjadi apa-apa lagi dengan Rena. Pikirnya dengan perasaan yang penuh akan kekhawatiran, sementara jarak keduanya dengan pasukan yang sedang saling berperang adalah sejauh 14 km.

****.

Bersambung …

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!