Kalundra Ananda Ramones, pewaris tunggal keluarga Ramones, kini sudah tumbuh menjadi pria dewasa. Kekayaan yang melimpah tidak membuatnya tinggi hati.
Sifatnya yang tak tersentuh wanita lain kecuali keluarganya, membuat semua wanita semakin mengagguminya. Pria dingin itu selalu menjaga pandangannya karena hatinya sudah terisi satu wanita yaitu Kayra Prameswari.
Saat ini dia tengah menggantikan posisi Erik sebagai pemegang saham terbesar di EL Group dan juga mengurusi perusahaan Ramones, warisan dari kakek neneknya yang sudah 10 tahun yang lalu meninggalkan dunia ini.
Saat ini dia tengah berada di dalam kamarnya, mempersiapkan diri, karena sebentar lagi dia akan bertemu dengan klien. Kalun berdiri di depan cermin menatap rahangnya yang telihat kokoh, bibirnya tertarik ke atas, saat menyadari bahwa bentuk wajahnya sama persis dengan papanya saat masih muda.
Drttt ... drttt ... drttt
Dia melirik sekilas ke arah ponsel yang dia letakkan di meja, tangannya lalu terulur untuk mengambil ponsel, dia melihat sejenak nama yang ada di layar ponselnya.
“Hallo ... katakan saja!” Kalun berucap sambil mengancingkan kemeja biru yang dia kenakan.
“Sudah ditunggu klien Pak, mereka sudah tiba,” ucap lelaki di ujung telepon yang tidak lain adalah Doni, sekertaris Kalun yang dipilihkan oleh Erik.
“Baiklah aku akan segera berangkat,” kata Kalun sambil menutup panggilan telepon dari Doni.
Kalundra mengikuti jejak Erik, dia mengambil kuliah di Harvard, dia masuk ke dalam 10 besar mahasiswa berprestasi, meski kepintarannya tidak melebihi Erik, tapi setidaknya dia berkompeten dalam bidang Manajemen Bisnis.
Kalun terlihat menuruni anak tangga rumah yang dia tempati, matanya mengabsen satu persatu anggota keluarga yang tengah duduk di sofa, ketiga adik perempuannya langsung menoleh ke arah Kalun, saat mendengar derap langkah kaki kakaknya.
Kalun sangat menyanyangi keempat wanita yang menghuni rumahnya itu, terutama mamanya, dia selalu panik ketika melihat Ella menangis. Walau kadang tangisannya adalah candaan.
“Kakak mau ke mana?” tanya Riella saat Kalun sudah berada di depannya.
“Kakak keluar sebentar, ada pertemuan dengan klien,” jawab Kalun sambil mengacak rambut adiknya yang paling besar.
“Malam-malam begini?” tanya Erik menatap curiga ke arah Kalun yang berdiri di depannya.
“Iya, katanya dia baru tiba dari Amsterdam,” jelas Kalun pada Erik yang sedang rebahan di pangkuan mamanya.
“Jangan pulang terlalu malam, kabari Mama jika sesuatu terjadi padamu!” peringat Ella saat Kalun mencium pipi kirinya. Ella membalas dengan usapan di pipi Kalun.
“Nggak akan terjadi sesuatu yang buruk padaku Mam,” sahut Kalun lalu berjalan pergi meninggalkan ruang keluarga.
Kalun berjalan mendekati mobil sport yang terparkir di depan rumah, dia mulai menyalakan dan memanasi mobilnya, karena sudah dua hari, dia tidak menggunakannya untuk pergi ke kantor.
“Kalun!” teriak Ella memanggil-manggil Kalun. Dia berlari kecil menghampiri mobil Kalun, tapi sayangnya anak lelakinya itu sama sekali tidak mendengar panggilannya. Ella hanya mampu menatap mobil Kalun yang perlahan menghilang dari pekarangan rumahnya.
“Kenapa?” tanya Erik yang sudah berdiri di sampingnya. Ella lalu menunjuk jaket kulit yang ada di tangannya.
“Dia lupa lagi, padahal cuaca di luar sedang buruk,” jelas Ella yang khawatir pada kondisi Kalun. Dia lalu menatap ke arah atas langit yang terlihat gelap karena awan mendung.
“Sudahlah, dia sudah 26 tahun, dia sudah menjadi pria dewasa bukan lagi anak remaja yang apa-apa harus disediakan,” ucap Erik sambil membawa Ella masuk ke dalam rumah, dia takut Ella kedinginan karena embusan angin yang mulai kencang, sedangkan Ella hanya memakai daster tipis yang membalut tubuhnya.
“Perasaanku tidak enak dari kemarin, itu sebabnya aku juga tidak membiarkanmu pergi hari ini,” ucap Ella sambil berjalan di samping Erik.
“Tenanglah, kita semua akan baik-baik saja,” jelas Erik, lalu memeluk Ella dari arah samping.
“Ayo kita ke kamar, sepertinya sudah malam.”
“Papa duluan saja, aku mau nungggu Kalun sampai dia pulang,” balas Ella sambil mendudukkan tubuhnya di kursi meja makan.
“Sayang ... kamu sudah tua loh ... nggak boleh begadang terus!” peringat Erik.
“Lebih tuaan kamu, jika kamu lupa itu!” peringat Ella sambil tersenyum tipis ke arah Erik.
Erik lalu menemani Ella yang tengah duduk terdiam di sana.
Namun, akhirnya Ella hanya bisa mengalah, saat terdengar suara hujan mulai turun. Dia mulai mengikuti langkah Erik menuju kamarnya yang terletak di lantai bawah.
Ruang Vip Resto ternama di Jakarta.
Kalun tengah mengadakan pertemuan dengan klienya yang baru saja tiba dari Amsterdam, dia tengah memperhatikan lelaki tua yang tengah menjelaskan presentasinya, dia terlihat puas dengan presentasi lelaki yang lebih tua darinya itu.
Saat rapat sudah selesai, pelayan mulai menyiapkan jamuan makan malamnya, beberapa pelayan wanita masuk ke ruang meeting Kalun, mereka menyiapkan makanan yang sudah dipesan oleh tangan kanan Kalun.
Mata Kalun menatap lekat wanita yang memakai baju putih yang tengah menuangkan anggur di gelas yang ada di depannya, wanita itu punya wajah imut, rambutnya yang diikat memperlihatkan lehernya yang begitu kecil, tubuhnya juga mungil mungkin tidak lebih dari 170. Tapi saat ditatap senyuman wanita itu begitu menyejukkan hatinya, dia membuang wajahnya ke arah lain, saat wanita itu membalas tatapan mata dan senyuman Kalun.
Bukan karena wanita itu ganjen ataupun genit, tapi begitulah etiketnya ketika bekerja.
Kalun yang tersadar langsung meraih ponsel yang ada di kantong celananya. Dia menatap foto wanita cantik yang di jadikan gambar utama layar ponselnya.
Kalun termasuk lelaki yang setia terhadap satu pasangan, saat dulu dia kuliah, dan Kayra berada di Jakarta untuk memgambil kuliah kedokterannya, dia bisa setia hingga waktu mereka bersama itu tiba, saat itu pula dia memutuskan untuk mengikat hubungannya dengan Kayra dengan cincin manis yang melekat di jari kirinya, tapi selang beberapa bulan Kayra memutuskan untuk berkuliah kembali ke London, karena dia ingin mendalami dunia fashion, dia selalu mendukung apapun yang Kayra inginkan, karena Kalun sangat mencintai Kayra, dia juga tidak akan berani memainkan hati gadis yang sebentar lagi akan dinikahinya itu.
“Sepertinya aku sudah merindukanmu,” lirihnya yang tidak menyadari jika semua orang yang berada di sana tengah memperhatikannya ucapannya.
“Pak Kalun,” panggil Doni sekertaris Kalun, saat mendengar ucapan Kalun.
“Hah! Maaf ... maafkan saya, saya sedang tidak fokus tadi, sekarang lanjutkan!” perintah Kalun sambil memasukkan kembali ponselnya ke dalam kantong celananya.
Apa-apaan Pak Kalun ini rapat kan, sudah selesai? Doni hanya mampu berucap dalam hati, dia tidak berani menegur bos nya itu secara langsung karena dia juga harus menjaga image pemimpinnya itu.
Rapat dan jamuan malam sudah selesai, mereka sepakat untuk mengabari pihak tamu secepatnya, mengingat proyek yang akan di tangani termasuk proyek besar.
Tamu dari Amsterdam itu meninggalkan ruangan, kini hanya tertinggal Kalun dan Doni yang masih duduk santai di sana.
“Bapak tidak mau saya antar? Di luar sepertinya cuacanya sedang buruk,” tawar Doni saat melihat Kalun akan beranjak dari kursinya.
“Tidak usah, segera pulang dan istirahatlah!” ucap Kalun dia lalu berjalan meninggalkan ruangan.
Resto sudah terlihat sepi mungkin mereka tadi adalah pengunjung terakhir di tempat ini. Saat dia berjalan keluar, mata Kalun menatap ke arah wanita yang tengah menempelkan ponselnya di telinga.
Wanita ini lagi. Batin Kalun yang belum melepaskan pandangannya dari wanita yang melewatinya.
Apa dia tidak mengenalku? harusnya dia menyapaku dengan hormat. Batin Kalun sambil mengerutkan keningnya.
“Ini terakhir kalinya kamu akan menjemputku, besok aku sudah tidak bekerja lagi di sini, aku diterima di perusahaan impianku.”
Terdengar suara wanita itu saat Kalun melewatinya. Dia sebenarnya tidak ingin peduli, tapi suara wanita itu begitu keras, apalagi suara tawanya yang renyah, membuat Kalun menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis.
Bukan cuma aku yang gila! Bahkan semua orang bisa gila hanya karena cinta. Ucapnya dalam hati.
"Aku akan menunggumu, cepatlah datang Sayang."
Kalun mengerutkan dahinya lagi, saat mendengar wanita itu berkata sayang dengan nada manja. Pikirannya langsung tertuju pada kayra yang tengah berada jauh darinya, dia semakin rindu dengan gadis itu. Dia lalu berjalan meninggalkan resto itu menuju tempat parkir mobilnya.
Kalun memasuki mobil sport warna hitam miliknya, sebelum dia menyalakan mobil dia memakai earphone di telinganya, dia hendak menelepon wanita pujaanya. Dia sudah teramat merindukan Kayra, karena sudah 2 hari ini dia tidak menelepon tunangannya.
Kalun memainkan layar ponselnya, mencari nama calon istrinya yang ada di phonebooknya.
Tut ... tut ... tut ...
“Hallo ....” Terdengar sapaan gadisnya di ujung telepon.
“Hallo Sayang ... lagi di mana?” tanya Kalun saat mendengar bunyi dentuman musik dari arah ponsel Kayra.
“Hah! Apa Sayang! Ini aku sedang berada di acara pesta ulang tahun temanku, dia merayakannya di club,” ucap Kayra di ujung telepon. Kalun sudah mengeratkan cengkraman tangannya yang berada di atas stir mobil, ketika mendengar kayra pergi ke tempat yang paling dia hindari.
“Apa di club? Kenapa kamu masuk di tempat seperti itu?” tanya Kalun yang sudah menaikkan nada bicaranya.
“Hanya sekali Sayang, ini juga karena kebetulan saja.” Kalun terlihat marah saat dia mendengar jawaban dari Kayra. Dia tidak ingin siapapun wanita yang di kenalnya masuk ke dalam tempat seperti itu. Termasuk pada ketiga adik perempuannya, Karena menurutnya, tempat seperti itu hanya akan menambah dosa ketika masuk ke dalam, karena dia selalu menjaga pandangannya terhadap perempuan lain yang belum dia halalkan.
“Pulang sekarang, jangan datang ke tempat seperti iti lagi!” Perintah Kalun dengan mada marah.
“Kalun ....” Kayra sudah mengubah nama panggilannya, membuat Kalun semakin bertambah emosi.
“Kayra ...!”
“Nggak! Hanya sekali ini, please ngertiin aku!” Kayra yang berada di ujung telepon juga sudah mulai menaikkan nada bicaranya.
Kalun yang emosi segera memutus teleponnya secara sepihak, dia marah saat mendengar Kayra pergi ke club dengan temannya, andai dia berada di Jakarta pasti di sudah menyeret wanitanya itu untuk pulang ke rumah. Tapi saat ini mereka terpisahkan oleh jarak, hingga membuatnya tidak bisa berbuat apa-apa.
Kalun menambah kecepatan mobilnya, dia memang hobi balapan mobil dan selalu juara dalam perlombaan, tapi tidak di jalan umum seperti ini. Dia membayangkan Kayra yang tengah berada di dalam club, mungkin gadis itu sedang berjoged dengan para temannya dan ditatap mata lapar lelaki di sekelilingnya.
“Aaaahhhh ... harusnya aku tidak mengizinkanmu pergi ke London,” ucapnya yang semakin emosi. Dia tidak memperhatikan kondisi jalanan saat itu. Dia berpikir jika malam sudah larut, kondisi jalanan juga sudah lenggang, tapi dia sontak kaget saat melihat motor yang tiba-tiba menyebrang sembarangan di depannya.
Braaakkk ....
.
TBC
👣
* Hai readers ... ketemu lagi dengan saya🤗. Ini novel saya yang ketiga ya, dan ini termasuk sequelnya Kepincut Cinta Dokter, tapi Insya Allah bisa nyambung jika mau membaca langsung. Minta dukungannya ya, jangan lupa untuk like, vote, komentar, dan satu lagi berhubung ini novel baru, di atas sinopsis kan ada tanda bintang, kasih bintang 5 ya, dan jangan lupa favoritkan biar bisa tahu updatenya kapan. Biar saya juga semangat terus buat mengetik. 1000 X ucapan terima kasih tidak cukup untuk mengucapkan rasa terima kasih saya.
Kiss Online😘
Rehuella.
1. Kalundra Anandra Ramones.
Saya tetap pakai Pon Nawash ya, karena memang masih keturunannya, dan saya juga fans beratnya, yang nggak setuju bisa skip.
Biodata :
Nama : Kalundra Ananda Ramones
Usia saat ini : 26 Tahun
Hobi : Balapan mobil, Membaca buku, Traveling.
Ciri -ciri :
Tinggi Badan 189 cm, Berat Badan 78 kg, kulit putih, hidung panjang, cakep seperti papanya.🤓
Sifat :
Penyayang, cuek, irit bicara, cerdas, setia.
Tentang Kalundra :
Putra tunggal dari pasangan Erik dan Ella. Dia menyayangi mama dan adiknya, dia pria dingin di mata wanita di luar sana. Tapi sebenarnya dia hanya menjaga pandangannya saja, terhadap wanita yang tidak dicintainya. Karena dia tipe setia terhadap pasangan, seperti papanya.
Kalundra, di usianya yang terbilang masih muda, dia mampu menjalankan tugas yang Erik berikan dengan baik. Menjadi salah satu mahasiswa lulusan terbaik di universitas terkenal di Amerika, membuktikan bahwa kecerdasaanya tidak kalah dengan papanya.
👣
2. Kayra Prameswari.
Piyawat Pongsakul, visual ini saya pakai sebagai tokoh Kayra.
Biodata :
Nama : Kayra Prameswari.
Usia saat ini : 26 tahun
Hobi : Menyukai semua hal yang berhubungan dengan pakaian, Traveling.
Ciri - ciri :
Tinggi Badan 179 cm, Berat Badan 58 kg, kulit putih, hidung panjang, bibir sexy, cantik seperti gambar.
Sifat :
Keras kepala, cerewet, glamour.
Tentang Kayra :
Putri pertama dari pasangan Rendi dan Viona. Kayra dan Kalun dari kecil tumbuh bersama, dan pada akhirnya mereka menjalin hubungan sebagai pasangan. Kalun yang sangat mencintainya, tidak mampu menolak setiap apa yang Kayra inginkan, meski sebenarnya tidak sesuai yang diharapkan.
Setelah menyelesaikan kuliah kedokteran di Indonesia, Kayra kembali menempuh belajarnya di dunia fashion, dia mengambil kuliah di London. Kayra menjalani hubungan LDR dengan Kalun sudah hampir 5 tahun lamanya. Karena dulu Kalun juga meninggalkannya saat kuliah di Harvard University.
👣
3. Aluna Dinda Soeharjo
Baifern Pimchanok, visual ini saya pakai sebagai tokoh Aluna.
Nama : Aluna Dinda Soeharjo.
Usia saat ini : 25 Tahun.
Hobi : Bernyanyi, dan memainkan alat musik, Membaca.
Ciri-ciri :
Tinggi badan 169 cm, berat badan 49 kg, kulit putih, rambut ikal, badan kecil, berwajah imut, semakin di pandang semakin cantik, semoga seperti bayangan readers😁
Sifat :
Periang, tegar, pemberani, keras kepala, cerdas.
Tentang Aluna :
Aluna lulusan terbaik jurusan arsitek di salah satu universitas ternama di Solo. Dia anak dari Budi Soeharjo dan Asri Sundari. Ibunya meninggal saat dia berusia 12 tahun. Ayahnya menikah lagi dengan janda beranak satu, yang usianya terpaut 2 tahun dengan Aluna.
Aluna terpaksa pergi ke Jakarta untuk menghindari ibu tiri dan kakak tirinya yang terus memaksanya untuk berhubungan intim. Dia harus meninggalkan Ayahnya, karena takut jika mahkotanya akan benar-benar hilang di tangan kakak tirinya.
Aluna bekerja sebagai pelayan di sebuah cafe ternama di Jakarta, sekaligus sebagai penyanyi di sana. Saat hari terakhir bekerja di cafe, kemalangan menimpanya, lima hari sebelum hari pernikahan calon suaminya meninggal karena tragedi kecelakaan.
Pesan Author :
Semua gambar diambil dari pinters ya ... semoga sesuai dengan cerita dan karakter tokohnya. Mohon maaf bila ada kesalahan dan persamaan dalam pemilihan tokoh. Dan jangan lupa untuk tekan favorit, vote dan like ya, dan yang belum menyumbang bintang 5 segera beri penilaian ya, aku tunggu loh.🤓
Terima Kasih. 🙏
“Aaaahhhh ... harusnya aku tidak mengizinkanmu pergi ke London,” ucapnya yang semakin emosi. Dia tidak memperhatikan kondisi jalanan saat itu. Dia berpikir jika malam sudah larut, kondisi jalanan juga lenggang, tapi dia sontak kaget saat melihat motor yang tiba-tiba menyebrang sembarangan di depannya.
Braaakk ....
Kecelakaan itu tidak bisa terhindarkan lagi, suara decitan rem yang keluar dari mobil Kalun terdengar sangat nyaring. Tubuh Kalun membeku ketika melihat sosok laki- laki yang tergeletak di depan mobilnya. Dia lalu melepaskan seatbelt yang dia kenakan, mencoba turun untuk melihat lelaki yang baru saja dia tabrak.
“No ... nggak mungkin, aku nggak mungkin melukai orang!” ucapnya sambil menggelengkan kepalanya, dia melihat ke arah lelaki dewasa yang sudah bersimbah darah di depannya itu. Dia lalu kembali ke mobil meraih ponsel yang ada di dashboard, dia segera menghubungi Doni yang mungkin belum keluar dari resto tempatnya meeting tadi.
Tidak banyak yang melihat kejadian malam itu, mungkin tidak lebih dari 5 orang. Mereka tidak berani mendekat, karena kondisi lelaki yang ditabrak Kalun memang terlihat parah.
Doni yang sudah tiba langsung mendekat ke arah Kalun, dia mengangkat tubuh lelaki yang berlumuran darah tadi ke dalam mobilnya, dan segera membawa lelaki itu ke rumah sakit terdekat.
Saat berada di dalam mobil Kalun terus menoleh ke arah kursi belakang, sambil mengepalkan tangannya, demi mengurangi rasa khawatirnya. Saat sampai di rumah sakit terdekat, mereka langsung membawanya ke ruang UGD.
Sudah hampir 30 menit mereka menunggu dokter yang tengah menangani lelaki tersebut, tapi dokter tidak kunjung keluar untuk mengabari kondisi pasien, Doni yang mendengar dering ponsel dari jaket lelaki yang ditabrak Kalun, hanya menatap layar ponsel itu, dia membaca nama yang tertera di layar ponsel yang dia pegang.
“Mau diangkat Pak?” tawar Doni sambil memperlihatkan nama yang tertera di layar ponsel.
“Angkatlah!” perintah Kalun yang langsung diikuti Doni.
“Hallo ...” ucap Doni saat mengangkat telepon.
“Hallo Sayang ... kamu di mana? Aku sudah lama menunggumu,” ucap wanita di ujung telepon.
“Maaf Nona, pemilik ponsel ini mengalami kecelakaan, dia sedang ditangani oleh dokter, kalau Anda bisa datang, segeralah ke rumah sakit xx sekarang juga.” Telepon terputus secara sepihak. Doni hanya menatap layar ponsel yang sudah berubah menjadi warna hitam tersebut.
Cukup lama Kalun dan Doni menunggu dokter untuk menangani pasien yang Kalun tabrak, Kalun khawatir jika nyawa orang yang berada di dalam tidak akan selamat, dia pasti akan merasa sangat bersalah Pada keluarganya, dia hanya bisa berjalan mondar-mandir seperti orang kebingungan.
Suara langkah kaki berlarian mendekat ke arah Kalun dan Doni, wanita itu terlihat panik sambil berdiri cemas di depan pintu ruang UGD, terlihat wanita itu mengeratkan kepalannya, menggigit kuku jempol demi meredam rasa khawatirnya , Kalun hanya memperhatikan wanita yang baru dua jam tadi bertemu dengannya.
Pintu ruang UGD terbuka, dokter keluar untuk memberitahukan kondisi pasien pada keluarganya. Tangan Kalun mencegah Doni yang ingin mendekat ke arah dokter, dia hanya ingin mendengarkan dari arah kejauhan, dan ingin mengetahui siapa wanita yang berdiri di sana.
“Maafkan kami,” ucapan dokter itu tertahan karena merasa berat untuk menyampaikan berita duka itu pada keluarga pasien.
“Katakan Dok, apa yang terjadi dengan calon suami saya!” ucap wanita itu yang sudah menaikan nada bicaranya. Kalun yang tadi menunduk, langsung menoleh ke arah wanita tersebut.
“Maafkan kami yang tidak bisa menyelamatkan pasien, kami tidak bisa menghentikan pendarahan di kepalanya,” jelas dokter pada wanita yang berdiri di depannya, wanita itu terlihat lemas, saat mendengar kabar itu, tubuhnya berusaha mencari sandaran, supaya tidak terjatuh.
Kalun yang melihat wanita itu menangis, merasa kasihan dengannya, beberapa jam yang lalu dia bisa melihat senyuman manis dari wanita yang berdiri di sana, tapi sekarang dia hanya bisa melihat kesedihan dan tangisan di bibirnya.
“Apa saya bisa melihatnya?” tanya wanita itu, yang langsung diangguki oleh dokter. Kalun yang penasaran, akhirnya ikut melangkahkan kakinya masuk ke ruang UGD.
Kalun hanya bisa melihat dan mendengar suara wanita di depannya, dia merasa sangat bersalah karena sudah menyebabkan calon suaminya meninggal. Pikirannya langsung tertuju pada mama dan adik-adiknya, bagaimana jika mereka akan menerima balasan dari perbuatannya saat ini? Dia mengembuskan nafas kasar, dia lalu berjalan keluar kamar ruang UGD. Namun, dia menghentikan langkahnya, saat mendengar suara pintu terbuka keras dari arah luar.
Suara tangisan dari pasangan suami-istri itu semakin menambah rasa bersalahnya. Mereka kehilangan orang yang mereka cintai karena kesalahannya, dia yang lalai ketika mengendarai mobil.
“Ini semua gara-gara kamu!” maki wanita paruh baya sambil menunjuk ke wajah wanita di depannya.
Kalun hanya memperhatikan kejadian di depannya, dia menajamkan pendengarannya untuk mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya, dia penasaran akankah seperti drama indonesia yang selalu dilihat para pelayannya di rumah?
“Kalau kamu tidak hadir dalam hidup anak saya, dia tidak akan meninggalkan kami. Pergi dari sini, aku tidak mengizinkanmu mendekat ke anakku! Meski dia sudah menjadi jenazah sekalipun, perempuan pembawa sial!” lanjutnya memaki wanita di depannya.
Ya Allah drama apa ini, apa ada orang kehilangan bisa memaki orang seperti itu. Ucap Kalun dalam hati.
“Tapi Ma ....”
“Jangan panggil aku Mama, anakku meninggal gara-gara kamu, dia pergi dengan terburu-buru untuk menjemputmu,” jelas wanita paruh baya itu, “Coba saja kamu lebih sabar! Pasti dia tidak akan pergi!” lanjutnya dengan air mata yang berderai.
“Cepat pergi! Jangan lagi muncul di hadapan kami!” makinya lagi sambil menunjuk ke arah pintu keluar ruang UGD.
Kalun menatap wanita muda yang tengah menatap calon suaminya. Bibir wanita itu bergumam mengucapkan kata ‘maaf’ berulang kali pada jenazah calon suaminya. Wanita itu lalu keluar ruangan meninggalkan jenazah calon suaminya yang sudah turbujur kaju di brankar rumah sakit.
Kalun terus mengikuti wanita itu, yang tengah berjalan keluar rumah sakit dengan air mata yang berderai. Wanita itu mengambil ponsel di tasnya yang sejak tadi berdering.
“Iya Pa ...” ucapnya saat menempelkan ponsel di telinga. Suasana hening tidak ada sahutan di ujung telepon yang bisa kalun dengar.
“Kak Fandi, sudah pergi Pa ... hiks, dia meninggalkan Luna. Dia tidak bisa menepati janjinya Pa ... Apa yang harus Luna lakukan sekarang?” tanya wanita yang bernama Luna itu pada lelaki di ujung telepon.
“Nggak papa Lun, tenanglah! Jangan pikirkan lagi ... urus jenazah Nak Fandi dengan baik,” jelas lelaki di ujung telepon, Kalun tidak bisa mendengar suara lelaki itu meskipun dia berusaha menajamkan pendengarannya.
Kalun masih terdiam menatap wanita di depannya, cukup lama wanita itu bertelepon. Jaraknya memang tidak begitu dekat, tapi dia bisa merasakan ke khawatiran wanita di depannya itu.
Wanita itu lalu menutup ponselnya, dia kembali meneruskan langkahnya untuk keluar dari rumah sakit.
Kalun masih mengikuti langkah wanita yang membelah derasnya air hujan. Angin kencang mulai datang, bahkan dia tidak mempedulikan kondisinya lagi, dia merasa kasihan dengan wanita yang tidak sengaja dia sakiti. Dia mendengarkan rintihan kecil yang keluar dari bibir wanita di depannya, yang sepertinya tengah memanggil-manggil nama calon suaminya.
“Kenapa kamu tega meninggalkan aku Fan, bahkan di hari sebelum kamu akan menikahiku, hiks ... hiks ... aku nggak mau Fan, ini sakit please tolong jangan pergi,” gumam wanita itu yang bisa di dengar oleh Kalun.
Wanita di depan Kalun itu terlihat putus asa, dia terus berjalan di tengah hujan yang menguyur kota Jakarta. Dia lalu berhenti di sebuah jembatan yang dia lewati.
“Ya Allah izinkan aku untuk menyusulnya, aku sangat mencintainya hiks ... aku tidak akan sanggup jika dia meninggalkan aku, aku tidak bisa lagi menahan perihku ya Allah. Apalagi Mama yang pasti akan malu karena batalnya pernikahan ini hiks ... hiks ....”
Kalun yang mendengar ucapan wanita itu segera mendekat. Dia yang berdiri di belakang wanita itu hanya memperhatikan saja. Baju Kalun yang bewarna biru kini sudah terlihat basah karena guyuran air hujan.
“Maaf Pa ... maafkan Aluna,” ucapnya lirih sambil mengankat kakinya ke tembok jembatan.
“Hey! Jangan bertindak bodoh!” teriak Kalun pada wanita di depannya. Wanita itu diam sejenak, tidak menoleh ataupun mengindahkan ucapan Kalun. Dia langsung mengangkat kaki satunya, bersiap untuk melompat ke dasar sungai, air matanya yang belum berhenti semakin terasa deras mengalir di pipinya. Dia lalu melompat ke sungai itu, beruntungnya Kalun berhasil menangkap tangan kanan wanita yang dianggapnya bodoh tadi.
“Jangan lakukan! Pegang tanganku kuat!” perintah Kalun dengan sedikit berteriak. Namun, wanita itu hanya menggelengkan kepalanya, sambil mencoba melepaskan tangan Kalun yang mengenggam erat tangannya, hujan yang semakin deras membuat tangan wanita itu sulit untuk Kalun tahan. Dia lalu menggunakan kedua tangannya untuk menarik tubuh wanita tadi.
“Biarkan aku pergi, ku mohon biarkan aku pergi! hiks ...” mohon wanita tersebut dengan air mata yang masih mengalir, tapi Kalun masih berusaha mengangkat wanita di depannya itu, meski sulit Kalun berusaha sekuat tenaga mencoba menyelamatkan wanita di depannya ini.
“Nggak! Jangan melakukan hal bodoh!” maki Kalun sambil menahan tangan wanita itu supaya tidak terlepas.
Kalun menjatuhkan tubuhnya di pinggir jembatan, saat berhasil menolong wanita itu.
“Apa maksudmu!” maki wanita itu sambil mendorong tubuh Kalun.
“Aku tidak pernah mengenalmu! Kenapa kamu mencegahku untuk terjun ke bawah sana? Hah!” ucapnya lagi sambil mendorong keras tubuh Kalun.
Kalun berpikir hendak mengatakan semuanya pada wanita itu. Tapi dia mengurungkan niatnya saat wanita itu berceloteh tentang hubungannya dengan lelaki yang dia tabrak tadi.
“Aku akan dinikahinya 5 hari lagi, apa kamu tahu itu? 5 hari lagi!” bentaknya di depan tubuh Kalun.
“Pikirkan undangan sudah tersebar di kampungku sana! Tapi dia justru meninggalkan aku! Kamu tahu rasanya bagaimana? Nggak kan! Jadi? Jangan mencoba lagi menghalangiku untuk terjun ke sana, aku sudah capek menjalani semua ini! Ini tidak adil untukku, please biarkan aku menyusulnya,” ucap wanita itu panjang lebar dengan air mata yang masih mengalir, dia sudah mendekat ke arah tembok jembatan. Tapi kalun yang sudah berdiri berusaha menahan tangan wanita itu. Dia lalu membawa wanita itu ke dalam pelukkannya.
“Jangan lakukan lagi!” ucapnya sambil memeluk erat wanita itu, dia sedikit nerveos, karena ini pertama kalinya dia memeluk wanita selain keluarganya.
“Jangan mencegahku! Kamu tidak akan tahu betapa sakitnya ini.” Kalun tetap mengeratkan pelukannya, membiarkan wanita itu meluapkan kesedihan di dalam pelukkannya.
“Lepaskan ... ku mohon! Kita tidak saling mengenal, jadi biarkanlah aku pergi, anggap saja kamu tidak pernah melihat kejadian ini,” ucap wanita itu, dia masih menangis keras di sana, pelukkan Kalun yang erat tidak mampu menenangkan suara tangisnya.
Kalun berpikir sejenak, sambil berulang kali mengucapkan kata ‘maaf’ dalam hatinya.
“Aku akan menikahimu.”
👣
Jangan lupa untuk like dan vote ya.🙏👍
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!