NovelToon NovelToon

Takan Ku Lepas

Kabar Menyakitkan

Nayra cepat-cepat membereskan peralatan tulisnya kala dosen perempuan itu keluar dari kelasnya.

"Buru-buru banget Nay, mau kemana sih?"

Pertanyaan itu membuat Nayra menatap ke samping. Erina-sahabatnya sejak awal masuk kampus itu menatapnya dengan raut bingung.

"Ada deeh. Yang jomblo mending diem." ejek Nayra sembari terkekeh pelan. Buru-buru Nayra pun kembali memasukkan buku-bukunya ke dalam tas.

Erina mendengus kesal. Nayra memang selalu mengejeknya seperti itu, membuat dirinya harus mengelus dada sabar. "Palingan juga ngebucin sama si Evano." cibir Erina.

Nayra memang sudah berhubungan dengan Evano sejak masa orientasi kampus, keduanya memang kerap kali bersama dan sampai sekarang pun mereka telah resmi berpacaran. Mungkin jika dihitung, sudah hampir 2 atau 3 tahunan? Ahh entah, Erina lupa.

Nayra tertawa pelan menyampirkan tas kecilnya di pundak. "Yee lo syirik aja. Makanya cari pacar sana."

"Lo kita nyari pacar kaya nyari kutang apa?! Gampang banget kalo ngomong." sinis Erina.

Mereka berjalan beriringan di koridor kampus, tidak ada lagi jadwal sehingga keduanya dapat pulang lebih awal.

"Pacar lo belum jemput?" tanya Erina sesampainya di parkiran kampus.

Nayra menggeleng, membuka ponselnya dan melihat satu pesan dari Evano.

Sayang, aku agak telat ya. Isi bensin dulu.

Nayra tersenyum kecil. Pesan singkat itu setidaknya mampu membuat hatinya sedikit lebih tenang. "Lo duluan aja, dia lagi di jalan kok." terang Nayra memberitahu kepada sahabatnya.

Erina mengangguk. Gadis itu mulai menaiki motor matic nya. "Gue duluan, Nay." pamit Erina sembari menstrater motornya.

"Atiati di jalan, jangan ngebut." teriak Nayra kala melihat Erina tengah menjalankan motornya menjauh. Erina hanya mengacungkan jempolnya saja.

Nayra menggeleng pelan melihat tingkah sahabatnya. Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya yang ditunggu-tunggu pun datang. Nayra tersenyum cerah, tangan nya melambai kala dari kejauhan motor milik Evano mulai mendekat.

"Kamu nunggu lama?" tanya Evano setelah menghentikan laju motornya. Evano pun memberikan helm biru kepada Nayra. Tetapi gadis itu hanya diam, tak berniat untuk mengambil.

Sebalah alis Evano terangkat. "Kenapa?" tanya Evano kala Nayra tak kunjung mengambil helm nya.

"Pasangin." suara Nayra terdengar merengek. Evano terkekeh, dan mulai memakaikan helm biru itu di kepala Nayra.

"Dasar manja." cetus Evano sembari menyentilhhh kening Nayra pelan. Gadis itu mangaduh, walau tidak terlalu sakit, tetap saja Nayra mengusap keningnya.

"Sakit tau." Nayra cemberut. Namun langsung tersenyum, kala Evano lah yang kini menggantikan tangan nya untuk mengusap keningnya.

"Maaf, sakit ya?" Evano mencondongkan tubuhnya ke depan untuk bisa meniup kening Nayra pelan. "Masih sakit?" tanya Evano memastikan.

Nayra tersenyum dan menggeleng pelan. "Udah gak sakit kok." Nayra menjauhkan tangan Evano dari keningnya. "Ayo, katanya mau jalan-jalan."

"Astaga aku sampai lupa." Evano terkekeh menepuk pelan kepalanya karena sempat melukapan janjinya dengan sang pacar. "Yaudah, ayo naik." lanjut Evano yang mulai membantu pacarnya agar menaiki motornya yang tinggi.

Setelah melihat Nayra duduk nyaman di belakang tubuhnya. Evano menarik kedua tangan Nayra agar memeluk perutnya. "Pegangan ya, aku mau ngebut. Udah mendung soalnya mau hujan." Evano mulai menjalankan motornya membelah kota Jakarta yang padat oleh pengendara lain.

Nayra tersenyum, kedua mata tertutup menikmati sapuan angin yang menerpa wajahnya. Kepalanya bersender di punggung tegap milik Evano.

"Nyaman." gumam Nayra pelan yang hanya terdengar oleh dirinya saja.

.....

Sesampai mereka di cafe, Nayra lebih dulu turun dan menyerahkan helm kepada Evano. "Untung saja hujan nya pas kita sampai." celetuk Nayra yang mulai merapihkan rambutnya yang terlihat berantakan.

Hujan semakin deras, Evano yang sudah melepaskan helm nya langsung menarik Nayra ke tepian. Evano tak ingin Nayra sakit karena kehujanan. Evano dengan cepat menangkup pipi Nayra menggunakan kedua tangan nya.

"Dingin ya?" Evano mengusap pipi Nayra yang terlihat memerah. Mendapat anggukan dari pacarnya, Evano langsung melepaskan jaket kulitnya, memakaikan nya pada tubuh kecil Nayra.

"Kalo aku yang pake nanti kamu gimana?" raut sedih terpancar dikedua mata itu. Evano tersenyum kecil lalu di kecupnya pipi Nayra sekilas.

"Gak apa-apa, aku ini cowok." timpal Evano.

Mendengar itu Nayra cemberut. "Nanti kalo kamu sakit gimana?"

"Ya jangan sampe dong. Masuk aja ayo, disini dingin." Evano lalu menggiring Nayra memasuki cafe. Nayra sendiri pun hanya bisa mengangguk dengan bibir yang mulai terlihat membiru.

Keduanya lalu duduk di sudut ruangan.

"Aku pesenin coklat panas, mau?" Evano menggosok tangan Nayra yang terasa dingin. Sesekali Evano meniupnya sehingga menghantarkan rasa hangat.

Nayra mengangguk saja, membiarkan Evano yang memilih menu makanan nya. Entahlah, Nayra memang paling lemah jika sudah cuaca seperti ini, dirinya akan mudah sekali terserang flu.

Selang beberapa menit, pesanan pun datang. Nayra mengerutkan keningnya bingung melihat hanya dirinya saja yang dipesankan. "Kamu gak makan?" tanya Nayra.

Evano menggeleng. "Kamu aja yang makan, aku cuman pesen coffe kok." Evano lalu meraih gelas yang terlihat mengepul itu, meniupnya sesaat.

"Kita makan berdua ya?"

"Enggak, buat kamu aja. Aku udah makan tadi sehabis pulang kerja." jelas Evano. Cowok itu memang selesai kuliah akan langsung bekerja di rumah makan padang untuk mengisi waktu luangnya. Sama seperti dirinya yang bekerja di supermarket dekat rumah.

"Habisin ya, jangan sampe ada sisa." lanjut Evano yang mulai menyeruput kopinya.

Waktu terus berlalu, hujan pun sudah mulai mereda, hanya rintik-tintiknya saja yang membasahi bumi. Nayra bahkan sudah menghabiskan semua makanan nya sampai tak tersisa. Nayra memang lapar, sejak siang tadi perutnya belum terisi apapun.

Jam sudah menunjukan pukul 7 malam, Nayra menatap Evano yang sedang memainkan ponselnya. "Vano, ayo pulang. Aku takut Bunda khawatir." kata Nayra.

"Ayo, kamu tunggu disini ya. Aku bayar dulu." mendapat anggukan dari Nayra, Evano mulai beranjak dari duduknya untuk membayar.

Hanya sebentar, karena cafe yang sepi membuat Evano dengan cepat menyelesaikan pembayaran nya. Lalu keduanya mulai berjalan keluar. Evano lebih dulu memakaikan helm di kepala Nayra, barulah diikuti dirinya yang mulai menaiki motornya.

"Pegangan." setelah merasakan jika Nayra memeluknya, Evano pun mulai menjalankan motornya.

.....

Tangan Nayra melambai melihat motor pacarnya yang perlahan menjauh. Setelah tak terlihat lagi, barulah kakinya bergerak melangkah memasuki rumahnya.

"Loh, Kak Sarah mau kemana?" melihat kakaknya yang lebih dulu membukakan pintu membuat Nayra refleks terdiam. Menatap Sarah yang mulai berlari menjauh.

"Bunda belum pulang, kamu jaga rumah." teriak Sarah dari kejauhan. Tanpa mendengar balasan dari Nayra, Sarah langsung masuk ke dalam taxi yang sudah di pesan nya.

Nayra mendengus, lagi-lagi dirinya di tinggal. Sarah memang tak pernah betah dirumah, ada saja alasan yang membuat cewek itu pergi.

Setelah melihat taxi itu menjauh, barulah Nayra mulai memasuki rumahnya.

Sepi.

Ayahnya memang meninggal sejak setahun yang lalu, dan itu masih membekas di relung hatinya yang terdalam. Penyakit jantung yang diderita ayahnya membuatnya tak dapat bertahan lebih lama.

Dert

Dert

Sebuah panggilan masuk dari nomer tak dikenal. Nayra ragu untuk mengangkatnya. Ia pun menimbang sebentar, setelah dirasa yakin Nayra langsung menggeser tombol hijau itu.

'Halo, kami dari pihak kepolisian ingin mengabarkan jika saudara yang bernama Evano Danendra tengah mengalami kecelakaan lalu lintas di jalan xira.'

Prak

Ponsel yang di gengamnya meluncur, tubuh Nayra limbung sampai terbentur sisi sofa. Jantungnya berdetak cepat, masih tak menyangka.

'Saudra Evano telah dilarikan ke rumah sakit Medika. Dimohon untuk-'

Nayra tak lagi dapat mendengar suara itu, telinganya ditutup rapat-rapat menggunakan kedua tangan nya. Tidak! Ini tidak mungkin. Padahal jelas-jelas Evano baru saja mengantarnya pulang.

Bersambung....

Jangan lupa. vote and coment sebagai dukungan kalian untuk cerita ini.

Sampai bertemu di part selanjutnya

See you

ranintanti

Tanpa Evano

Happy Reading ❤

Nayra menangis. Air matanya sejak tadi tak mau berhenti setelah mendapatkan kabar bahwa Evano kecelakaan. Hatinya berdenyut sakit, masih tak percaya dengan kenyataan yang menyakitkan ini.

Nayra memukul, menampar bahkan menjambak dirinya sebagai bentuk pelampiasan agar ia bangun dari mimpi yang menyakitkan ini. Nayr berharap ini mimpi. Khayalan yang diciptakan sewaktu tidur, tapi sayangnya semua ini nyata.

Nayra masih tak sanggup, lututnya seperti jelly yang tak mampu menopang tubuhnya. Berkali-kali Nayra terhuyung tatkala dirinya mencari taksi. Untunglah Nayra bisa bertemu dengan Sang Bunda yang baru saja pulang kerja, Farah namanya, Sang Bunda yang membantunya mencari taksi.

Sampai saat ini dirinya kini duduk termenung di dalam mobil. Menatap pejalan kaki yang sedang berteduh di ruko-ruko kecil. Hujan yang sejak sore tadi mengguyur bumi tak kunjung berhenti, sampai saat ini pukul 8 malam hujan diluar sana sangatlah deras.

Tanpa memperdulikan hujan yang mengguyur tubuhnya, dengan langkah pasti Nayra keluar setelah menyerahkan beberapa lembar uang kepada supir taksi. Langkah nya tak pernah ragu, Nayra berlari memasuki gedung Rumah Sakit Medika yang terlihat menjulang. 

"Maaf, pasien yang kecelakaan atas nama Evano Danendra dimana ya?" Nayra bertanya kepada resepsionis dengan suara bergetar menahan tangis.

"Pasien masih berada di ruang UGD. Mbak tinggal lurus aja, lalu belok kiri." jelas suster itu.

"Terima kasih, Sus." 

Nayra pun langsung mengikuti arahan yang suster itu tunjukkan, sesampainya di tempat, Nayra lebih memilih duduk dikursi yang telah di sediakan. Dengan jantung berdebar, harap-harap cemas Nayra kembali mengusap matanya yang mulai berembun. 

Ceklek

Mendengar pintu terbuka Nayra mendongak menatap Dokter yang sedang melepaskan maskernya. "Bagaimana keadaan nya, Dok?" tanya Nayra dengan berjalan cepat mendekati Dokter tersebut.

Dokter itu hanya menghela napas sesaat, sebelum akhirnya berucap pelan. "Pasien kritis, sehingga harus di observasi. Gumpalan darah di kepalanya yang menyebabkan pasien saat ini tidak bisa membuka matanya dalam waktu dekat ini." 

Luruh sudah air mata yang sejak tadi Nayra tahan. Air matanya kembali mangalir membasahi pipinya." To,,, tolong selamatkan Evano, Dok. Saya mohon, selamatkan Evano. " ucap Nayra lirih, suaranya terdengar putus asa mendapati keadaan Evano saat ini.

"Saya akan berusaha semaksimal mungkin." Dokter itu tersenyum, seolah memberikan semangat kepada Nayra. "Kamu harus sabar, saya yakin Evano bisa melewati masa kritis nya. Kalo begitu, saya permisi dulu. " Dokter itu pun pamit dan meninggalkan Nayra yang tengah menangis sesegukan.

Nayra mengusap air matanya kasar, langkahnya kian mendekati pintu. Namun, saat Nayra hendak membua pintu, Nayra terpaku menatap kaca kecil yang memperlihatkan Evano tengah berbaring disana, begitu banyak peralatan yang tertempel di tubuh itu, perban yang melilit di kepala Evano. 

Nayra tak kuasa menahan tangis, air matanya semakin deras mengalir.

"Nay."

Mendengar namanya di panggil, Nayra menoleh memutar kepalanya sehingga di dapati Farah dan Sarah yang berdiri di belakang tubuhnya.

Nayra langsung berhambur memeluk Bundanya erat, sangat erat, seolah ketakutan dalam hatinya perlahan akan merenggutnya seperti tahun lalu, dimana ia pun mengalami posisi yang sama seperti ini. Bedanya, jikalau tahun lalu Ayah nya yang terbaring di sana, dan sekarang...

Evano. Nayra menggeleng mengusir bayang-bayang Ayahnya ketika merengang nyawa. Nayra yakin Evano kuat, Evano pasti bisa melewati semuanya.

"Bunda." gumama Nayra pelan.

Farah mengusap pungguh kecil Nayra yang bergetar. "Kamu yang sabar, Nay. Bunda yakin Evano pasti bangun." ucap Farah sembari membalas pelukan anaknya tak kalah erat.

"Kita bantu doa ya, Nay. Kakak bahkan langsung pulang, kaget dapet kabar dari Bunda kalo Evano kecelakaan." kata Sarah.

Nayra mengangguk, ia pun menghapus air matanya. "Iya, makasih ya Kak." ujar Nayra tulus.

"Kamu udah kabarin orangtuanya Evano?" tanya Farah

"Aku gak tega, Bun. Mereka pasti sedih dikampung." Nayra menunduk lesu. Evano memang anak perantau, semenjak kuliah Evano lebih banyak menghabiskan waktunya di Jakarta ketimbang di kota kelahiran nya.

"Yasudah, gak papa biar Bunda aja yang kabarin mereka." kata Farah yang mulai merogoh tas kecilnya, dimana di dalamnya terdapat ponsel dan beberapa lembar uang di dalam dompet.

Sebelum pergi, Farah menatap Sarah lebih dulu. "Kamu jagain adikmu dulu." pesan Farah lalu bergerak menjauhi kedua anaknya untuk menghubungi keluarga Evano.

....

Pagi pun menjelang. 

Kedua mata Nayra tak pernah teralihkan dari tempatnya Evano berbaring. Cowok itu tak banyak bergerak seperti biasanya, hanya tertidur dengan beberapa alat sebagai penopang hidupnya.

"Vano." Nayra bergumam lirih. Kedua matanya sejak semalam tak bisa tidur nyenyak. Suara dari mesin yang memperlihatkan detak jantung Evano seakan menjadi nada paling menyeramkan di telinganya. Takut jika Evano akan pergi meninggalkan nya sama seperti Ayahnya waktu itu.

Bunda, dan Kak sarah sudah ia suruh pulang sejak semalam. Jadilah hanya Nayra sendiri yang menjaga Evano, orang tua Evano sampai saat ini pun belum juga sampai membuat Nayra sedikit khawatir.

"Bangun Vano." Nayra semakin menggenggam erat tangan Evano. Membawa tangan dingin itu ke arah pipinya, diusapnya lembut sebelum diakhiri dengan kecupan singkat dipunggung tangan Evano.

"Kamu udah janji gak bakal ninggalin aku." lirih Nayra.

Kepalanya menunduk, air mata yang sejak tadi ditahan akhirnya kembali mengalir mengingat kenangan-kenangan yang begitu indah ia lewati bersama Evano. Tidak ada hari tanpa kehadiran cowok itu, akan ada saja tingkah Evano yang selalu menghibur hari-harinya.

"Kamu mimpi apa sih? Kenapa gak mau bangun?" Nayra menghapus air matanya. Tangan nya bergerak untuk mengelus kepala Evano yang terdapat perban disana. "Kamu pasti ketemu sama cewe-cewe cantik ya, makanya gak mau bangun?" Entah kenapa Nayra malah terkekeh miris. 

"Aku boleh ikut gak? Pengen liat kamu mimpi apa aja semalem?" 

Nayra tersenyum kecil, mengecup kening Evano sebelum dirinya beranjak. "Cepet sembuh, sayang." Kecupan singkat sebanyak dua kali sebagai penutup pembicaraan nya.

Ceklek

Nayra menoleh mendengar suara pintu terbuka, dilihatnya Jasmin-Ibu dari Evano berjalan mendekat dan langsung memeluk tubuh Nayra.

"Gimana keadaan Evano, Nay?" tanya Bu Jasmin. Nayra menunduk lesu, tak berani menatap Sang Ibunda Evano yang kini menatap nya dengan tatapan menuntut meminta penjelasan.

"Masih sama, Bu." jawab Nayra lesu.

Wajah Bu Jasmin semakin murung, tubuhnya bergerak mendekati anaknya yang tengah tertidur dengan damai. "Kenapa bisa sampai seperti ini, Nay? Kenapa Evano selalu saja keras kepala, anak itu selalu membawa motor dengan ugal-ugalan itu yang membuat Ibu was-was. Dan lihat..." Jasmin terkekeh sedih. "Nyawanya bahkan sedang berada diantar hidup dan mati." Bu Jasmin menutup kedua matanya. Mencoba menguatkan hatinya jikalau anak semata wayang nya kini terbaring koma dengan peralatan yang begitu banyak tertempel ditubuhnya.

Nayra melepaskan pelukan nya, menatap Bu Jasmin yang tengah berlinang air mata. Nayra mencoba tersenyum, tangan bergerak menghapus air mata itu. "Jangan nangis, Bu. Evano pasti sedih lihat Ibu nangis seperti ini, yang dia butuhin cuma doa, Bu. Bukan tangisan seperti ini."

Bu Jasmin mengangguk. "Kamu benar, Evano membutuhkan doa dan dukungan dari kita semua." sejenak Bu Jasmin menghentikan ucapan nya, tatapan nya menatap Nayra dengan penuh kasih sayang. "Nay, tolong jangan tinggalin Evano ya?"

"Ibu ngomong apa sih? Aku gak ada pemikiran kesitu. Udah, Ibu tenang aja. Nay akan selalu ada buat Evano." janji Nayra. Setidaknya ucapan itu bisa membuat Bu Jasmin sedikit lebih tenang.

"Bapa mana, Bu?" tanya Nayra tatkala matanya tak menemukan sosok Ruri.

"Bapak,,,," Bu Jasmin kembali murung, bibirnya terkatup rapat seolah ragu untuk mengatakan nya.

"Kenapa, Bu?" 

Bu Jasmin menggeleng. Nayra mengangkat sebelah alisnya melihat Bu Jasmin yang seperti sedang menyembunyikan sesuatu. "Ada apa, Bu? Bapa kemana?" tuntut Nayra cemas.

"Bapak...sakit, tekanan darahnya kambuh lagi."

Nayra terbelalak. "Kenapa Bisa, Bu? Harusnya ibu temenin Bapak disana. Evano biar aku yang urus."

"Bapa yang maksa Ibu buat kesini. Bapak juga yang minta jangan kasih tau Evano tentang Kondisinya. Bapa cuma gak mau buat Evano khawatir. Maafin Ibu, Nay." Bu Jasmin menunduk dengan air mata yang tak mau berhenti. Berat sekali cobaan yang harus diterima saat ini.

Nayra menghela napas menarik Bu Jasmin ke dalam pelukan nya. "Sabar ya, Bu. Kita lewati semuanya sama-sama. Nay yakin semuanya akan baik-baik aja. Kita akan kumpul lagi kaya dulu." Nayra mencoba tersenyum. Walau tak menangis, tapi percayalah hatinya menjerit sakit.

^^^Bersambung....^^^

...Jangan lupa. vote and coment sebagai dukungan kalian untuk cerita ini....

...Follow juga ig...

...story_relationship...

...Sampai bertemu di part selanjutnya...

See you

ranintanti

Klub Malam

Happy Reading ❤

Nayra masuk kuliah seperti biasanya. Sehabis pulang dari Rumah Sakit, Nayra langsung bergegas mandi dan langsung menuju kampusnya. Setidaknya ia bisa sedikit lebih tenang dengan kehadiran Bu Jasmin, wanita paruh baya itu bisa menjaga Evano untuk sementara waktu sampai kuliahnya selesai.

"Nay." panggil Erina.

Nayra menoleh, menatap Erina yang tengah berjalan mendekat. "Kenapa?"

"Gimana keadaan Evano?" tanya Erina setelah sampai dihadapan Nayra.

"Masih sama, gak ada kemajuan." ujar Nayra dengan lesu. Nayra pun duduk di salah satu bangku, diikuti Erina yang duduk di samping nya.

"Lo yang kuat, ya." 

Nayra mengangguk, setidaknya masih ada Erina yang akan selalu ada untuknya.

"Gue mau cari kerja lagi, Rin." ujar Nayra. Tatapan nya kosong kedepan.

"Ha? Yang bener aja! Lo mau nyiksa diri lo sendiri. Lo tuh udah punya kerjaan, dan lo mau cari lagi?!!" teriak Erina kesal. Bagaimanapun Erina tak mau melihat sahabatnya seperti ini.

"Gue lagi butuh biaya banget buat pengobata Evano, Rin."

Erina terdiam, menatap kasian Nayra yang matanya kini sudah mulai berair. Erina menarik Nayra kedalam pelukan nya, mengusap punggung yang kini mulai berger.

"Keluarin semuanya, Nay." ujar Erina. 

Nayra malah semakin menangis, tangan nya bergerak memeluk Erina erat.

Selang beberapa menit akhirnya tangisan Nayra mereda. Pelukan keduanya terlepas saat Erina menjauhkan tubuhnya.

"Gue punya kenalan, namanya Eros. Dia lagi cari seseorang buat ditempatkan di klub nya yang sedang ramai saat ini. Tapi..."

"Gue mau kok." Nayra menjawab mantap.

Erina menatap tak percaya. Nayra adalah gadis baik-baik. Gadis itu sama sekali tak pernah memasuki area terlarang seperti itu, haram untuk Nayra menginjakan kakinya disana.

Tapi lihatlah sekarang, gadis itu bahkan tak memperdulikan resikonya jika bekerja di klub malam.

"Lo,,, serius mau?" 

Anggukan Nayra membuat Erina menghela napas pasrah.  Dia lalu menelepon teman nya yang bernama Eros itu, deringan ketiga akhirnya terhubung.

Nayra menatap cemas Erina yang kini tengah berteleponan. Semoga saja, semoga ia bisa memiliki pekerjaan tambahan untuk pengobatan nya Evano.

"Gimana?" tanya Nayra penasaran.

"Lo bisa langsung kerja dari jam 9 malem sampai jam 3 pagi." jelas Erina.

"Lo serius? Gak perlu pake surat lamaran segala?"

"Tenang aja, gue kenal banget sama pemiliknya. Jadi lo tinggal terima beres aja."

Brukk

"Waaaaww." Erina hampir saja terjengkang saat mendapat pelukan mendadak dari Nayra.

"Makasih, Rin."

Erina mengangguk berusaha melepaskan pelukan Nayra yang semakin mencengkik lehernya.

"Lepas! Lo mau bikin gue mati apa?!!" Sentak Erina kesal. Nayra terkekeh dan melepaskan pelukan nya.

"Tapi inget, kalo ada apa-apa lo tinggal telepon gue aja. Gue bisa aduin langsung sama pemiliknya." 

Nayra mendengus lalu kepalanya mengangguk semangat mendengar kekhawatiran itu.

....

Malam pun tiba.

Kini Nayra tengah berada di tengah-tengah manusia yang sedang berhura-hura. Pakaian seksi yang dikenakan nya sungguh membuatnya risih, apalagi tatapan para pria hidung belang itu selalu menatap bajunya yang memperlihatkan sedikit belahan dadanya.

"Nay, bisa anterin minuman ini ke ruangan atas nomer satu?" suara teriakan Doni terdengar sangat kecil di telinganya karena suara bising musik dj di lantai dansa.

Nayra mengangguk. "Bisa, Bang." 

Nayra pun meraih nampan yang berisi 3 buah botol minuman yang tak diketahui namanya. Kemudian langkahnya terayun sampai tibalah dilantai atas.

Sesaat Nayra ragu untuk masuk kedalam. Ruangan ini terlihat sangat privasi, dan megah karena pintu masuknya pun hanya bisa diakses oleh kartu yang dipegang nya sekarang.

Kartu itu hanya dimiliki oleh pekerja disini, dan ia pun mendapatkan nya tepat setelah ia mulai bekerja sejak dua jam yang lalu.

Setelah memantapkan hatinya. Perlahan Nayra menggesekan kartu itu hingga terdengar bunyi 

'Klik'

"Wuiih, akhirnya datang juga. Sini-sini taruh di meja ya, cantik."

Nayra meneguk ludahnya susah payah. Baru juga memasuki ruangan, tetapi godaa dari lelaki asing itu sungguh membuatnya tak nyaman. Suasana disini terlihat sangat mencekam, dekorasi nya pun hanya berwarna hitam dan gold membuat suasa semakin menakutkan.

Nayra menyimpan botol-botol itu diatas meja sesuai instruksi cowok tadi.

"Silahkan di nikmati, Tuan." ucap Nayra lembut. 

Setelah dirasa tugasnya sudah selesai, Nayra kembali berdiri dan siap untuk meninggalkan ruangan ini, tetapi suara dingin selanjutnya membuat tubuh Nayra menegang kaku.

"Mau kemana? Temenin gue dulu disini." cowok itu menarik tangan Nayra sampai jatuh membentur dada bidangnya.

"Hmm,,,, wangiiinya." cowok itu meracau, sambil menghirup wangi Vanilla yang keluar dari tubuh Nayra.

Nayra menahan napasnya, kedua tangan nya mencoba melepaskan pelukan yang kini melilit di tubuhnya. Cowok itu mabuk, Nayra panik saat tangan cowok itu mulai merayap ke pahanya.

"Tolong jangan kurang ajar, Tuan." Nayra mendorong cowok itu sampai terhuyung kebelakang, kemudian ia berbalik dan siap meraih gagang pintu. Tapi rencananya gagal tatkala cowok itu lebih cepat menarik tangan Nayra hingga tubuhnya jatuh diatas sofa.

Cowok itu tertawa, mengusap pipi Nayra yang terasa sangat lembut. "Wooow baru kali ini ada yang nolak gue." cowok itu mengukung tubuh menggoda yang kini berada di bawahnya. Baru saja bibirnya hendak menempel, tapi seseorang datang dengan rusuh membuat cowok itu langsung bergerak menjauh.

"Astaga! RIZKY!!! Lo bener-bener ya! Lo apain pegawai gue!!!" teriakan itu membuat Nayra mendongakan kepalanya. Eros, pemilik klub itu membantu Nayra untuk berdiri.

"Kamu gak papa?" tanya Eros membuat Nayra menggeleng kaku.

"Saya tidak papa, terima kasih Pak." ucap Nayra tulus.

Eros pun mengangguk, tatapan nya beralih menatap sahabatnya.

"Minta maaf gak lo? Dia temen gue Ky lo jangan malu-maluin gue." kesal Eros sambil menipuk kepala Rizky dengan map yang berada ditangan nya.

Rizky mendengus sebal, tubuhnya bergerak ke samping memunggungi sahabatnya. "Ogah! Gue belum apa-apain dia juga. Jangan lebay lo!" sahut Rizky yang kembali menutup matanya dengan tangan, kepalanya berat sekali karena terlalu banyak minum.

"Lo-"

"Gue ngantuk Ros jangan ganggu gue." Rizky mengibaskan tangan nya menghentikan ucapan Eros.

"Sialan! Udah berapa kali gue bilang jangan panggil gue kaya gitu." sungut Eros sambil membuang napas nya kasar. Eros paling tidak suka jika sudah mendengar namanya di sebut dengan nama perempuan. Ah sudahlah berbicara dengan orang mabuk sama saja berbicara dengan orang gila. batin Eros kesal.

"Kalo begitu, saya permisi dulu Tuan." setelah merapihkan sedikit pakaian nya yang terlihat berantakan, Nayra menundukan kepalanya untuk pamit undur diri.

Eros mengalihkan tatapan nya menatap Nayra. Bibirnya menyungging senyum yang dapat memikat hati para wanita. Tetapi tidak untuk Nayra, gadis itu terlihat sangat risih jika berdekatan dengan nya.

"Hm, kembalilah bekerja. Lain kali jangan sendiri jika mengantar minuman ke ruangan privasi seperti ini." ucap Eros memperingati. Pasalnya Erina, gadis bar-bar itu sudah meneror nya untuk memantau sahabatnya yang bernama Nayra. Untung saja dirinya tepat waktu dan bisa menyelamatkan Nayra dari buaya darat seperti Rizky.

Nayra hanya mengangguk saja, lalu berbalik dan keluar dari ruangan yang membuat jantung nya berdebar takut.

^^^Bersambung....^^^

...Jangan lupa. vote and coment sebagai dukungan kalian untuk cerita ini....

...Follow juga ig...

...story_relationship...

...Sampai bertemu di part selanjutnya...

See you

ranintanti

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!