NovelToon NovelToon

Kontrak Pernikahan Season2

Pengenalan Tokoh

Hallo reader sekalian, pasti sudah tidak sabar ya nunggu episode KONTRAK PERNIKAHAN season 2 (pede banget ya aku🤭). Di season kedua ini akan lebih mengisahkan kisah percintaan anak dari Babang Rangga dan Bintang, siapa lagi kalau bukan Tama dan Mikha yang lucu dan unyu-unyu, tapi itu dulu. Sekarang mereka sudah menjadi dua remaja yang ganteng dan juga cantik (anggap saja begitu ya, piss✌️😁).

Agar Author semangat dalam menulis, author tetep boleh donk minta like, komen dan rate bintang 5 nya, kalau bisa sih votenya juga ya! (Itu kalau kalian mau 🤗✌️)

Di season ke dua ini, Tama yang tak lain adalah saudara kembar Mikha, masih tetap Tama yang dulu, yang selalu jahil terutama pada adik dan anak dari teman mommynya, Kiara. Tapi dia akan bersikap serius ketika itu berhubungan dengan keluarga dan perusahaan Wijaya.

Dan Mikha kembarannya, masih tetap Mikha yang polos, lugu, ceplas-ceplos dan kadang ceroboh. Maklumlah dia sedikit menuruni karakter mommynya yang kadang ceroboh, namun pinter.

Nah, di season satu Bintangkan sedang hamil anak ke tiganya tuh. Kira-kira anaknya cowok, cewek atau kembar lagi? (pada kepokan?😁).

Di season 2 ini, juga akan ada penambahan tokoh baru, supaya cerita ini bisa sedikit greget gitu. Tapi berbeda dengan season 1 yang kebanyakan tokoh, hingga kadang author lupa siapa-siapa saja tokohnya. Di season 2 ini, author hanya fokus kepada 2 tokoh utama yaitu Tama dan Mikha tentu saja dengan kerikil-kerikil kehidupan cinta keduanya. Walau sesekali-kali author akan menampilkan tokoh yang lain😁.

Yuk kita kenalan dulu dengan pemeran utamanya!

Pratama Attarillah Putra Wijaya (Tama), anak pertama pasangan Bintang dan Rangga ini. Selain terkenal dengan kejahilannya, dia juga jago dalam meneruskan perusahaan milik daddynya.

Mikhaila Azzariyah Putri Wijaya (Mikha), gadis cantik yang sedikit banyak menuruni sikap mommynya. Dia terpaksa menikah dengan seseorang yang sama sekali tidak dia cintai dan juga tidak mencintainya. (Bingungkan😁). Sengaja biar kalian penasaran✌️!

Kiara, anak dari pasangan Nando dan Dewi memiliki sifat yang tidak jauh berbeda dengan Mikha. Dia selalu menjadi korban kejahilan Tama, akankah kejahilan itu tetap berlanjut ketika keduanya sama-sama merasakan cinta, tapi enggan untuk mengakuinya?

Dion Bastian, anak dari rekan kerja Rangga Wijaya ini, memiliki sifat yang sedikit temperamental. Karena suatu kejadian tak terduga, dia terpaksa harus menikah dengan Mikha. Padahal dia sudah memiliki kekasih hati yang bernama Cantika. Akankah Dion bisa mencintai Mikha, di saat sang kekasih terus mengejarnya?

Cantika, artis yang sedang naik daun ini menolak untuk di nikahi oleh kekasihnya karena lebih mementingkan karir keartisannya. Namun, saat tahu sang kekasih hati menikah dengan orang lain, dia berusaha untuk mendapatkan kembali kekasih hatinya tersebut. Kira-kira berhasilkah Cantikan ini merebut Dion dari Mikha??

Bagi yang kepo dan ingin tahu kisah mereka selengkapnya, tetap baca dari awal hingga akhir ya.

🏵️HAPPY READING 🤗🤗

Sejak pagi keluarga Wijaya di hebohkan dengan pertengkaran Tama dan Mikha. Ya, keduanya kembali beradu mulut ketika sedang berebut untuk mandi di kamar mandi umum yang ada di dapur. Maklum kamar dua bersaudara itu sedang tahap renovasi. Bukan hanya kamar mereka, tetapi beberapa kamar yang lain juga sedang di renovasi.

"Aku duluan, akukan yang lebih dulu bangun dari kamu," kata Tama seraya menarik tangan saudara kembarnya, Mikha.

"Ih, Tamakan abang, seharusnya Tama yang mengalah untuk adiknya. Lagian cowok itu wajib hukumnya mengalah dengan cewek," tukas Mikha.

"Ogah banget aku ngalah sama kamu," sarkas Tama. Dia tetap menarik tangan adik kembarnya yang hendak masuk ke kamar mandi tersebut.

"Tamaaa," teriak Mikha saat dia terjatuh akibat tarikan tangan kembarannya tersebut.

"Sukurin, makanya biasakan antri," ejek Tama ketika melihat kembarannya itu jatuh terduduk di lantai.

"Mommy,"

Teriakan Mikha membuat Bintang datang menghampirinya.

"Mikha, ada apa Sayang?" tanya Bintang ketika tiba di depan kamar mandi umum yang ada di dapur. Dia melihat anak gadisnya masih terduduk lantai.

"Lihat, Mom. Gara-gara Tama, Mikha jatuh!" Mikha mengadu pada sang mommy.

"Apa sih yang kalian rebutkan?" tanya Bintang kepada dua anak kembarnya tersebut.

"Mikha mau mandi duluan, Mom. Tapi Tama malah narik tangan Mikha hingga Mikha terjatuh," jawab Mikha dengan mengerucutkan bibirnya.

"Akukan yang bangun lebih dulu dari pada kamu, jadi wajar kan aku mandi duluan," jawab Tama yang juga tidak mau kalah.

Bintang menggelengkan kepalanya melihat tingkah kedua anaknya. Sejak kecil mereka memang selalu ribut, bahkan untuk hal-hal yang bisa di bilang sepele.

"Mikha, kamukan bisa mandi di kamar Mommy!" seru Bintang kepada anak gadisnya tersebut.

"Tidak mau," jawab Mikha.

"Kenapa?" tanya Bintang.

Mikha diam tidak menjawab, bukan tanpa sebab Mikha menolak mandi di kamar mandi orang tuanya. Terakhir dia mandi di kamar orang tuanya, tanpa sengaja dia melihat kedua orang tuanya sedang berciuman. Mungkin kalau ciuman itu hanya sekedar ciuman biasa, Mikha tidak akan merasa risih melihatnya. Tapi saat itu yang dia lihat adalah ciuman panas yang sedang di lakukan oleh kedua orang tuanya. Sejak saat itu, Mikha selalu menolak untuk mandi di kamar mandi orang tuanya tersebut.

"Jadi kamu lebih milih, kesiangan berangkat ke kampus dari pada mandi di kamar Mommy?" tanya Bintang sekali lagi.

Untuk sesaat Mikha terdiam, dia tidak mungkin berangkat ke kampus tanpa mandi terlebih dulu. Selain karena tidak nyaman, dia tidak mau teman-temannya menjauhi dia karena bau yang pasti akan di timbulkan kalau dia tidak mandi.

"Iya, deh. Mikha mandi di kamar Mommy. Tapi janji ya, daddy harus keluar dari kamar Mommy terlebih dulu," pinta Mikha kepada mommynya.

"Iya, Sayang," jawab Bintang.

Akhirnya Tama bisa tenang masuk ke dalam kamar mandi, tanpa gangguan dari saudara kembarnya tersebut. Sementara Mikha dia mengikuti langkah mommynya menuju kamar kedua orang tuanya.

Begitu sampai di dalam kamar, Bintang mempersilahkan putrinya tersebut untuk masuk ke dalam kamar mandi.

"Renovasi kamar mereka belum selesai juga, Sayang?" tanya Rangga yang sedang duduk di sofa yang ada di dalam kamar.

"Belum, Mas. Katanya hari ini selesai," jawab Bintang.

"Mas, ingat ada Mikha di dalam!" tolak Bintang saat suaminya hendak menciumnya.

"Baiklah, tapi saat mereka sudah berangkat aku mau yang lebih dari sekedar ciuman," bisik Rangga di telinga Bintang.

"Akukan harus berangkat ke rumah sakit, Mas," kata Bintang.

"Sekarang itu kamu bukan pekerja rumah sakit, tapi kamu adalah pemilik dari 2 rumah sakit besar di kota ini. Jadi tidak masalah jika kamu sedikit terlambat," tukas Rangga.

"Iya-iya, aku akan melayanimu setelah anak-anak berangkat," ucap Bintang yang akhirnya mengalah dengan keinginan suaminya. Karena bagaimanapun dia tidak akan pernah bisa menghindari keinginan suaminya.

Selang 10 menit kemudian Mikha ke luar dari kamar mandi orang tuanya. Dia sudah memakai pakaian rapih, karena dia memang sudah membawa pakaiannya itu ke dalam kamar mandi.

"Mom, Dad kapan adek pulang dari liburannya?" tanya Mikha kepada kedua orang tuanya.

"Besok, Sayang," jawab Bintang.

"Makasih ya Mom, tumpangan kamar mandinya," ucap Mikha sebelum keluar dari kamar kedua orang tuanya.

Ohya, Mikha tidak mengikuti jejak ibunya yang menikah muda. Saat ini dia dan saudara kembarnya sedang melanjutkan sekolah di sebuah universitas terkemuka di kota tersebut. Keduanya selalu berangkat bersama dan pulang pun selalu bersama.

BAB 1

Bintang, Rangga dan kedua anaknya sudah berkumpul di meja makan, aktifitas yang tidak pernah di lewatkan oleh keluarga tersebut.

Bintang mengambilkan piring berikut nasi lengkap dengan lauk di atasnya, kemudian dia memberikannya kepada suami dan kedua anaknya.

"Mommy, kenapa Tama yang di ambilkan terlebih dulu?" protes Mikha saat sang Mommy lebih dulu memberikan piring yang sudah ada nasi dan lauknya kepada saudara kembarnya Tama. Tantu saja setelah terlebih dulu mengambilkan untuk sang suami tercinta.

"Itu tandanya Mommy lebih sayang sama aku ketimbang sama kamu," sela Tama yang sengaja ingin membuat adik kembarnya itu merasa iri.

"Mommy," panggil Mikha, anak gadis keluarga Wijaya itu memajukan bibirnya.

"Mikha, kalian berdua adalah anak kesayangan mommy, jadi mana mungkin mommy lebih menyayangi Tama atau lebih menyayangi Mikha. Karena kasih sayang Mommy pada kalian berdua itu sama," tutur Bintang kepada kedua anaknya.

"Tuh, Tama dengerkan? Mommy itu sayang sama kita berdua, jadi bukan hanya sayang sama Tama doang," timpal Mikha.

"Tapi Tama rela kalau mommy lebih sayang sama adek," imbuh Tama. Dia sengaja mengatakan itu itu untuk menggoda sudara kembarnya itu.

"Tuh kan, Mom. Tama selalu begitu sama Mikha."

"Sudah sudah, kalian lanjutkan makan kalian! Ini sudah siang lho," seru Bintang mengingatkan.

Sudah jadi hal yang lumrah jika Tama dan Mikha selalu berdebat, karena itu memang ciri khas mereka sejak kecil. Namun di luar itu, mereka berdua akan selalu saling melindungi dan menyayangi.

"Tama, bagaimana dengan proyek baru yang kamu tangani?" tanya Rangga kepada anak laki-lakinya.

"Semua lancar, Dad. Tinggal eksekusi saja," jawab Tama.

Tama memang masih berstatus mahasiswa, tapi kemampuan dia dalam berbisnis bisa di bilang sudah cukup mumpuni. Dia mewarisi bakat daddy-nya yang selalu handal dalam menjalankan perusahaan. Bahkan beberapa proyek besar bisa dia dapatkan dengan mudah. Dan saat ini, Tama di percaya oleh Rangga untuk memegang salah satu cabang perusahaan milik keluarga Wijaya.

"Kamu kenapa, Sayang?" tanya Bintang kepada putri cantiknya yang tiba-tiba terdiam.

"Daddy selalu saja Tama yang di tanyain, kenapa Mikha tidak di tanyain juga?" protes Mikha dan kali ini protes itu dia layangkan kepada daddynya. Dan lagi-lagi Mikha memajukan bibirnya.

Rangga menatap istrinya, berharap Bintang akan membantu memberikan jawaban yang tepat untuk putrinya.

"Sayang, apa yang harus daddy tanyakan padamu. Daddykan tidak tahu menahu soal orang sakit dan sejenisnya," ujar Rangga kepada putri cantiknya tersebut.

Saat ini Mikha memang sedang menempuh pendidikan S1nya di fakultas kedokteran. Sementara Tama dia di fakultas ekonomika dan bisnis, karena dia memang bercita-cita melanjutkan perusahaan milik daddy-nya. Tadinya Rangga ingin menyekolahkan anak-anaknya di luar negri, tapi hal itu di tentang oleh istrinya, karena Bintang memang tidak pernah bisa jauh dari anak-anaknya terlalu lama.

"Baiklah, Daddy minta maaf karena tidak bertanya tentang kuliah putri Daddy yang paling cantik ini," ucap Rangga. Dia mencuit hudung putrinya gemas.

Namun Mikha masih memasang wajah cemberutnya.

"Sekarang apa yang Mikha minta agar Mikha mau maafin, Daddy?" tanya Rangga kepada putrinya itu.

"Tapi bener lho ya, Daddy mau memberikan apapun yang Mikha minta," jawab Mikha dengan di sertai senyum manisnya.

"Iya, Daddy janji," jawab Rangga.

"Belikan Mikha mobil dong, Dad! Mikha kan bosen tiap hari harus berangkat dan pulang bareng Tama mulu. Belum lagi jadwal kuliah kita berduakan tidak sama, Mikha harus nungguin Tama jemput pas Tama sudah pulang duluan," pinta Mikha. Dia berharap dengan alasannya tersebut, daddy-nya akan membelikan dia mobil.

"Modus itu Dad," seloroh Tama.

Rangga diam sejenak, dia mempertimbangkan jawaban anaknya barusan.

"Baiklah, siang ini Daddy akan membelikan mobil baru untukmu," kata Rangga dan di sambut teriakan gembira oleh Mikha.

"Yey, akhirnya aku bisa berangkat kuliah dengan mengendarai mobil sendiri," teriak Mikha kegirangan.

"Tapi Daddy tetap tidak mengijinkanmu mengendarai mobil sendiri, Daddy akan carikan sopir pribadi untukmu!" ujar Rangga.

"Itu sama juga bohong, Dad. Apa bedanya coba Mikha berangkat bareng Tama sama Mikha berangkat di antar sama sopir?" Mikha sedikit protes dengan sikap daddy-nya.

"Jelas bedalah, kalau kamu berangkat sama abangmu ini, kamu akan menjadi pusat perhatian karena satu mobil dengan orang ganteng. Tapi kalau sama sopir, kamu akan di tertawakan teman sekampus karena di kira anak kecil," timpal Tama dengan narsisnya di sertai tawa untuk mengejek adik kembarnya itu.

"Tama," tegur Bintang, seketika Tama menghentikan tawanya.

"Pis, Mom. Tama cuma bercanda," kata Tama dengan mengacungkan jarinya membentuk huruf V.

"Tidak usah deh, Dad. Mikha berangkat bareng Tama saja," jawab Mikha yang akhirnya lebih memilih satu mobil dengan saudara kembarnya di banding harus di antarkan oleh sopir.

Mereka pun kembali melanjutkan sarapan mereka. Usai sarapan Tama dan Mikha segera berpamitan untuk berangkat menuju kampus.

"Mas, apa kamu masih tetap mau membelikan Mikha mobil?" tanya Bintang setelah kedua anaknya meninggalkan meja makan.

"Sebenarnya aku kasihan juga sama dia, tapi aku belum tega melepaskan Mikha sendirian ke kampus. Apa lagi dia menuruni sikapmu yang kadang-kadang ceroboh," jawab Rangga

"Iya, aku ceroboh. Makanya tanpa pikir panjang aku mau menerima tawaran mama untuk menikah denganmu," kata Bintang.

"Mulai deh,"

"Salah sendiri Mas Rangga ngatain aku ceroboh," balas Bintang dengan berpura-pura memasang wajah cemberutnya.

"Baiklah, aku minta maaf ya Sayang! Seceroboh apapun dirimu kamu tetaplah yang menjadi satu-satunya wanita yang aku cintai," ucap Rangga dengan menatap manik mata istrinya.

"Baguslah, kalau Mas Rangga mengakui itu," jawab Bintang.

Rangga lebih mendekat ke arah istrinya.

"Tapi Sayang, cepat atau lambat kamu harus tega melepaskan putrimu itu."

"Iya Mas, aku tahu. Tapi untuk saat ini aku benar-benar belum tega melepas putri kita itu," jelas Bintang.

Rangga menggenggam tangan istrinya sembari memberikan tatapan lembutnya.

"Percayalah, Putri kita bisa menjaga dirinya sendiri," ungkap Rangga.

"Iya, Mas," jawab Bintang.

"Sayang, bagaimana kalau sekarang kita buatkan adik lagi untuk mereka bertiga?"

Tanpa menunggu jawaban dari Bintang, Rangga sudah terlebih dulu menggendong tubuh istrinya dan membawanya ke lantai menuju ke kamar mereka.

******

Siang hari di suatu lokasi syuting....

"Cut!"

Suara sang Sutradara untuk menghentiksn proses syuting mereka.

"Bagus Cantika, untuk hari ini cukup sampai di sini!" seru sutradara.

Cantika sang aktris segera mendekati sang sutradara untuk melihat hasil pengambilan gambar yang baru saja selesai dia lakukan.

"Bagus juga hasilnya," komentar Cantika usai melihat hasilnya.

"Sayang," panggil seorang laki-laki sambil melambaikan tangannya.

"Karena sudah selesai aku bisa pergi meninggalkan lokasi syutingkan, Pak?" tanya Cantika.

"Silahkan!" jawab sang sutradara.

Cantika segera berlari mendekati laki-laki yang memanggilnya barusan.

"Sayang, aku senang kamu datang," ujar Cantika seraya menggelayuti lengan laki-laki barusan. Laki-laki itu bernama Dion Sebastian, anak dari Damara Sebastian pemilik salah satu perusahaan terkemuka di kota X.

"Terserah kamu," jawab Dion.

"Kita shopping ya, ada barang yang ingin aku beli!" ajak Cantika dengan nada manjanya.

"Sesuai keinginanmu, Tuan Putri," jawab Dion.

Dion memang selalu memberikan apa pun yang kekasihnya itu inginkan. Bahkan dia tidak akan keberatan jika harus kehilangan puluhan bahkan ratusan juta hanya untuk sekali jalan dengan kekasihnya tersebut.

Dion membawa kekasihnya ke sebuah mall terbesar di kota X. dia mempersilahkan kekasihnya untuk memilih barang yang dia inginkan, tanpa melihat berapa harga barang yang kekasihnya itu inginkan.

Derrrtt derrrtt

Ponsel milik Dion bergetar, tanda ada panggilan masuk di sana. Dion sedikit menjauh dari kekasihnya untuk menjawab telpon tersebut.

"Heh Dion, dengar! Segera bawakan berkas papa yang tertinggal di kantor dan bawa ke perusahaan Wijaya grup. Sebentar lagi Papa ada meeting kerjasama dengan Rangga Wijaya. Ingat jangan sampai kamu terlambat untuk datang!" titah papanya dari ujung telpon sana.

"Tapi, Pa. Sekarang Dion sedang sibuk," jawab Dion berbohong.

"Sibuk apa? Sibuk main dengan teman-temanmu atau sibuk memanjakan pacar artismu itu?" tanya papanya dengan nada yang mulai meninggi.

"Ingat, papa tidak mau tahu. Pokoknya antar semua berkas itu sekarang! Papa tunggu di perusahaan Wijaya!"

"Iya, Pa," jawab Dion kemudian.

Dion kembali mendekat ke arah kekasihnya yang tengah sibuk melihat-lihat bermacam-macam model tas yang ada di etalase.

"Sayang," panggil Dion

"Apa, Sayang?" jawab Cantika tanpa menatap ke arah kekasihnya tersebut, matanya malah lebih sibuk menatap beberapa tas branded di depannya.

"Aku harus kembali ke perusahaan,"

Cantika menatap kekasihnya tersebut.

"Tapikan kita baru saja bertemu,"

"Papa menyuruhku membawakan berkas yang tertinggal. Beliau ada meeting dengan perusahaan Wijaya grup dan meeting itu sangat penting. Jika kerjasama dengan perusahaan Wijaya grup itu berhasil, maka perusahaan papaku juga akan menjadi perusahan yang besar yang bisa setara dengan perusahaan Wijaya grup," Dion berusaha memberikan kekasihnya itu pengertian.

Cantika terdiam sejenak, kemudian dia kembali menatap wajah kekasihnya.

"Baiklah, tapi sebagai gantinya aku mau kamu membelikan aku 2 tas branded ini," jawab Cantika sambil menunjuk ke arah dua tas branded di depannya. Tanpa pikir panjang, Dion memenuhi keinginan kekasihnya tersebut. Padahal satu tas itu saja berharga ratusan juta. Setelah membayar tas yang diinginkan kekasihnya, Dion segera berpamitan untuk meninggalkan kekasihnya itu.

****

Sementara itu di Universitas XX..

Tama segera berlari mencari saudara kembarnya setelah mendapat telpon dari, daddy-nya. Bukan tanpa sebab dia mencari keberadaan saudaranya itu. Tapi dia ingin meminta bantuan dari adik kembarnya itu untuk menyerahkan sebuah file kepada daddy-nya. Sebuah file penting yang daddy-nya itu butuhkan.

"Cepat kamu kasih ini ke daddy!" seru Tama saat menemukan adik kembarnya itu. Dia memberikan sebuah USB yang berisi semua data yang di butuhkan oleh daddy-nya.

"Kenapa tidak kamu saja,"

"Aku ada satu mata kuliah lagi hari ini, jadi aku tidak bisa mengantarkan itu ke daddy," jelas Tama.

"Kamu bisa sekalian mencoba menyetir sendiri," imbuh Tama sambil menyerahkan kunci mobil miliknya, Tama tahu persis kelemahan adik kembarnya itu.

Mikha yang memang sudah dari dulu ingin mengendarai mobil senndiri, langsung bersedia membantu Tama. Dia menerima USB dan kunci mobil dari tangan kakak kembarnya itu. (Eits, Mikha ini sebenarnya sudah pernah belajar menyetir lho sebelumnya. Hanya saja dia tidak pernah di beri ijin untuk membawa mobil sendiri oleh kedua orang tuanya).

"Ingat kamu harus berhati-hati saat menyetir! Jangan ngebut dan harus fokus. Awas jika sampai mobilku kenapa-napa!" Tama sedikit memberikan peringatan kepada saudara kembarnya yang ceroboh itu.

"Iya-iya, tenang saja," jawab Mikha.

Dengan wajah sumringahnya, Mikah segera mengambil mobil milik Tama yang ada di tempat parkir kampus. Dengan sedikit deg-degan, akhirnya Mikha berhasil mengeluarkan mobil tersebut dari halaman parkiran. Setelah itu dia segera melajukan mobil itu menuju ke gedung perusahaan Wijaya grup.

Setelah kurang lebih 20 menit perjalanan, akhirnya mobil yang Mikha kendarai tiba di depan perusahaan Wijaya grup. Mikha mulai melajukan mobilnya memasuki area parkir milik perusahaan Wijaya grup. Namun hal tak terduga terjadi.

Brakkk

Mobil yang dia kendarai menabrak mobil lain yang hendak keluar dari parkiran.

"Gawattt"

BAB 2

Braakkk

Mobil yang dia kendarai menabrak mobil lain yang hendak keluar dari parkiran.

"Gawattt"

Seorang laki-laki keluar dari mobil yang di tabrak oleh Mikha barusan. Ya, Mikha baru saja menabrak mobil orang lain.

Tok tok tok

Pemuda itu mengetuk kaca mobil yang di kendarai oleh Mikha dengan kasar.

"Hei, keluar kamu! Cepat keluar!" seru pemuda tersebut dengan nada membentak.

Dengan memasang wajah tanpa dosa Mikha segera keluar dari dalam mobil.

"Maaf ya Kak, aku tidak sengaja," ucap Mikha disertai senyum yang di buat semanis mungkin.

"Hei, hei, hei, sejak kapan aku jadi kakakmu," jawab pemuda itu kasar. Bahkan dia memberikan tatapan tajamnya kepada Mikha.

"Iya, Abang maafkan aku," kini Mikha meminta maaf dengan memanggil pemuda itu dengan panggilan Abang.

"Malah makin ngelantur nih cewek. Hei, denger aku bukan kakak atau pun abang penjual bakso. Jadi jangan memanggilku begitu, ngerti kamu!"

"Terus kamu mau aku memanggilmu apa? Om? Abah? Kakek? Atau Ses?" Mikha malah menyebutkan panggilan-panggilan lain kepada pemuda itu.

Pemuda itu kembali memberikan tatapan tajamnya kepada Mikha.

"Bercanda. Ayolah jangan terlalu galak sama cewek, akukan sudah minta maaf," kata Mikha dengan santainya. Dia tidak merasa gentar atau takut kepada pemuda tersebut. Bagi Mikha tatapan tajam daddy-nya adalah yang paling mengerikan.

"Kamu harus mengganti biaya kerusakan mobilku," jawab pemuda itu.

Mikha melihat mobil yang di kendarainya dan melihat mobil milik pemuda itu bergantian. Kalau di lihat secara kasat mata justru mobil miliknya yang mengalami goresan cukup parah.

"Lalu bagaimana dengan mobilku?" kata Mikha balik tanya.

"Mobilkukan juga rusak," tambah Mikha.

Pemuda tersebut semakin kesal dengan tingkah Mikha yang tidak ada rasa bersalah atau takut sama sekali terhadap perbuatan yang baru saja dia lakukan, meskipun itu tidak di sengaja.

"Sini dompet kamu!" suruh pemuda itu. Mikha mengambil dompet miliknya dari dalam tas slempang yang dia pakai. Namun karena terlalu lambat, pemuda tersebut mengambil sendiri dompet milik Mikha dari dalam tas.

"Aku akan kirimkan tagihan perbaikan mobilku ke alamat rumahmu. Dan untuk sementara ktp-mu aku sita," ujar pemuda tersebut.

"Hei, aku pasti bayar! Sini kembalikan ktpku!" Mikha berusaha merebut ktp miliknya dari tangan pemuda itu.

"Kalau berani ambil sendiri sini!" pemuda tersebut berani berkata seperti itu, setelah memasukkan ktp Mikha di kantong celananya.

Mikha hanya melirik tanpa melakukan tindakan apapun.

"Ingat! kamu baru boleh mengambil ktp-mu ini, setelah kamu melunasi biaya perbaikan mobilku. Mengerti!"

Setelah mengatakan hal itu, pemuda itu kembali masuk ke dalam mobil miliknya. Kemudian dia menjalankan mobilnya mundur beberapa meter, baru kemudian dia mengeluarkan mobil miliknya dari pintu masuk parkir melalui sisi kiri mobil yang di kendarai oleh Mikha.

"Bagaimana ini? Kalau daddy tahu aku habis menabrak mobil milik orang lain, pasti daddy selamanya nggak akan ngasih aku ijin buat bawa mobil sendiri. Aku harus segera pergi dari sini sebelum daddy melihat kondosi mobil milik Tama," ujar Mikha dalam hati.

Mikha berlari masuk ke dalam gedung perusahaan Wijaya grup. Dia segera ke ruangan daddy-nya untuk memberikan USB pemberian dari Tama.

Tok tok tok

Mikha mengetuk pintu ruangan di mana daddy-nya sedang meeting dengan seseorang.

"Masuklah!" seru Rangga dari dalam.

Ceklekkkk

Mikha membuka ruangan itu, disana dia melihat daddy-nya sedang melakukan meeting bersama dengan Nando dan satu orang lagi yang dia tidak kenal.

Mikha berjalan mendekat menghampiri daddy-nya.

"Daddy ini USB dari Tama," Mikha menyerahkan USB dari kakak kembarnya tadi kepada sang daddy.

"Terimakasih ya, Sayang," ucap Rangga setelah menerima USB tersebut.

"Apa ini putri Anda, Tuan Rangga?" tanya orang yang tak lain adalah rekan bisnis Rangga.

"Iya, Pak Adam. Dia putriku namanya Mikha," jawab Rangga yang memperkenalkan putrinya kepada rekan bisnisnya.

"Wah, putri Anda sangat cantik. Berapa umurnya?" tanya Pak Adam lagi.

"Dia masih 20 tahun," jawab Rangga.

"Putra Anda tadi juga tampan, sepertinya dia juga memiliki bakat bisnis yang tinggi seperti Anda," puji Rangga.

"Pak Rangga ini bisa saja memuji," Kedua orang itu pun tertawa bersama.

"Sayang, apa yang kamu cari?" tanya Rangga saat melihat putrinya seperti mencari keberadaan seseorang.

"Tidak, tadikan Daddy bilang kalau anak Om ini tampan. Tapi aku tidak melihat orang lain lagi di sini, selain Daddy, Om Nando dan Om ini," jawab Mikha polos.

"Kebetelun anak Om, hanya mengantarkan berkas yang tertinggal saja. Dia langsung pulang barusan, apa kamu tidak bertemu dengannya di depan?" tanya Adam Sebastian.

"Tidak, Om" jawab Mikha sembari menggelengkan kepalanya.

"Mungkin dia buru-buru, makanya kamu tidak bertemu dengannya," kata Adam Sebastian lagi.

"Daddy, Mikha langsung kembali ke kampus ya. Satu jam lagi Tama selesai kuliah," pamit Mikha kepada daddy-nya.

"Kamu mengendarai mobil sendiri?" tanya Rangga kepada putrinya.

"Iya. Tolong ya, Daddy jangan bilang sama mommy!" pinta Mikha.

"Baiklah, Daddy tidak akan bilang. Tapi kamu tidak membuat masalahkan?" Rangga kembali menatap putrinya.

"Tentu saja tidak," jawab Mikha berbohong.

"E...Mikha pamit ya, Dad. Assalammu'alaikum semuanya," pamit Mikha.

"Wa'alaikumsalam," jawab ketiganya.

Dengan cepat Mikha segera keluar dari ruang kerja daddynya.

"Aku harus segera membawa mobil tersebut ke bengkel. Jangan sampai Tama atau yang lainnya tahu kalau aku habis menabarak mobil orang lain," kata Mikha dalam hati. Dia semakin mempercepat langkahnya agar segera bisa membawa mobil milik kakak kembarnya itu ke bengkel.

Mikha kembali melihat goresan di mobil milik kakak kembarnya.

"Kira-kira berapa biaya perbaikannya ya? Kalau aku memakai uang dengan kartu pemberian daddy, pasti daddy akan curiga. Belum lagi kalau tuh cowok nagih biaya perbaikan mobilnya, sepertinya aku harus nyari kerja sambilan. Tapi apa ada yang mau ngasih aku pekerjaan? Sudahlah, nanti aku pikirkan itu lagi. Yang terpenting sekarang, aku harus membawa mobil ini ke bengkel,"

Mikha masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya keluar dari tempat parkir perusahaan Wijaya grup. Dan kali ini mobil itu berhasil ke luar dari tempat parkir dengan mulus.

Mikha membawa mobilnya itu ke sebuah bengkel yang letaknya tidak begitu jauh dari perusahaan milik ayahnya.

"Pak, tolong hilangkan goresan dari mobilku ini ya, Pak!" pinta Mikha kepada salah seorang pekerja bengkel.

"Maaf, Mbak. Mbak harus menunggu giliran," kata tukang bengkel tersebut.

"Tapi Pak, bisakah mobilku ini diperbaiki lebih dulu. Sebentar lagi kakakku akan selesai kuliah dan kalau dia tahu aku menabrakkan mobil miliknya, aku tidak akan di berikan ijin untuk mengendarai mobil itu lagi!" pinta Mikha sambil mengatupkan kedua tangannya.

"Maaf Mbak tetap tidak bisa. Setidaknya Mbak harus nunggu satu antrian lagi," jawab pekerja bengkel lagi.

"Kalau Mbak mau, Mbak bisa minta tukeran antrian dengan pemuda itu. Setelah ini, mobil pemuda itu yang akan kita garap."

Pekerja bengkel itu menunjuk ke arah seorang pemuda yang berdiri membelakangi Mikha. Pemuda tersebut sepertinya sedang menelpon seseorang.

Mikha berjalan mendekati pemuda tersebut.

"Mas, bisa kita tukeran antrian?" tanya Mikha sambil menepuk bahu pemuda itu pelan.

Namun pemuda itu tidak menggubrisnya, saking asiknya dia berbicara. Mikha kembali menepuk pundak pemuda tersebut.

"Mas, Mas, bisa minta tolong tukeran antrian?" tanya Mikha kepada pemuda itu.

Pemuda itu akhirnya menutup ponselnya, kemudian dia berbalik menghadap kearah Mikha.

"Kamu!!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!