NovelToon NovelToon

Dia Yang Ternoda

bab 1 malam penuh noda ( eevisi )

Seorang gadis nampak menjerit jerit histeris di pojok kamarnya dengan terus menekuk lututnya dan memeluk tubuhnya sendiri.

" tidak....tidak....ku mohon jangan lakukan itu, jangan lakukan....tidakkkkkkkk!!! "

Bruakkk....

Pintu kamar di buka dengan kasar dari luar,

Dua orang nampak berlarian menghambur ke arah gadis itu.

" Rain...rain sayang, sadar nak, sadarlah.....tidak akan terjadi apa apa " kata sang wanita yang tak lain ibu dari gadis itu.

" tidak tidak...jangan mendekat, jangan.....!!! " gadis yang di panggil Rain itu mundur mundur dengan posisi masih menekuk dan memeluk lututnya.

Bola matanya berputar putar dengan liar.

" Rain...dengar, lihat...lihat siapa ini sayang. Ini ibu dan ayah...." bisik wanita itu lagi, ia kembali mendekat ke arah gadis itu.

Mendengar kata ibu dan ayah, gadis itu mendongak,

Wajah gadis itu nampak tak karuan.

Air mata dan keringat membasahi wajahnya, gerai gerai anak rambut melekat di wajah basah itu.

Seketika gadis itu melepaskan pelukannya pada dirinya sendiri dan menghambur memeluk sang ibu.

" ibu...." pekiknya.

Gadis itu memeluk erat lengan sang ibu dengan tubuh yang masih bergetar hebat.

Keringat dingin seolah telah membasahi hampir seluruh tubuhnya.

Ayah gadis itu yang bernama pak Ridho turut berjongkok dan mengusap lembut punggung gadis itu.

Mata kedua pasangan suami istri itu berkaca kaca.

Melihat keadaan gadis itu, jelas hati mereka miris dan berdenyut nyeri.

Hati orang tua mana yang tak akan perih, jika melihat putri mereka satu satunya, Raina Azzahwa Ghaisa.

Sudah seperti seorang yang tak waras.

Meski segala pengobatan tengah mereka upayakan.

Namun itu belum membuahkan hasil.

Bulir bulir bening membasahi pipi kedua pasangan suami istri itu.

Sudah cukup lama sejak kejadian malam itu, putri cantiknya berperilaku seperti ini.

Seperti orang yang tak waras.

Tak jarang Rain berteriak teriak dan berlari kesana kemari kemudian berakhir dengan jeritan yang memilukan.

" sakiiittttttt......" jerit gadis cantik itu setiap kali saat ia seolah sedang kambuh.

Ia akan memegang bagian sensitifnya sendiri sembari merintih pilu setiap kali dalam kondisi seperti itu.

Butuh waktu sedikit lama hingga Rain akhirnya nampak tenang karena ternyata ia telah tertidur dalam dekapan sang ibu.

Pak Ridho perlahan mengangkat tubuh ringkih sang putri yang berada dalam dekapan sang istri ke atas pembaringan.

Bu Sarah mengusap pipinya sendiri sebelum akhirnya ia mengikuti sang suami ke arah pembaringan.

Hatinya trenyuh dan terasa begitu sakit.

Begitu perih bagai tersayat sembilu.

Andai saja ia tak ingat, Rain sedang membutuhkan dirinya...

ingin rasanya ia membunuh dirinya sendiri agar ia tak lagi melihat kesakitan sang putri semata wayangnya itu.

Kedua pasangan suami istri itu menatap penuh luka pada sang putri yang kini berbaring di hadapan mereka di atas ranjangnya.

Ingatan keduanya melayang kepada peristiwa malam itu beberapa bulan yang lalu.

Flass on

Brak brak brak......

Suara pintu pagar sebuah rumah yang nampak terlihat bagus terdengar di gedor dengan paksa.

" pak Ridho...bu Sarah, tolong buka pagarnya.....!! " seorang pemuda menggebrak gebrak pagar yang tertutup di hadapannya dengan kasar.

Di belakangnya juga berdiri beberapa orang dengan salah satu di antara mereka nampak tengah membopong sesosok tubuh.

Tak lama setelah terdengar teriakan dan gebrakan di pagar itu, nampak dua orang pasangan suami istri tergopoh gopoh keluar dari dalam rumah.

" buka langsung saja mas, gak di kunci kok...di tutup doang itu pagar "

Jawab sang laki laki dengan masih tergopoh gopoh melangkah mendekat kearah pagar.

Dan orang orang di luar pagar pun segera membuka pintu.

" astaghfirullahaladzim....ini Rain mas Fakry ?! " pak Ridho terkejut melihat seseorang yang di panggil dengan panggilan mas Fakry olehnya itu nampak membopong seseorang yang ketika ia dekati, ia tahu siapa....

Pria itu segera meraup tubuh sang putri dari bopongan pemuda itu.

Namun pemuda yang di panggil Fakry itu masih saja hanya terdiam.

" astaghfirullahaladzim....kenapa sama Rain mas Fakry....?! " kini gantian bu Sarah yang berteriak histeris melihat tubuh sang putri semata wayang yang nampak tak berdaya dan dalam kondisi yang mengerikan dan sangat mengenaskan yang kini telah berpindah pada bopongan sang suami.

Pakaian yang di kenakan Rain nampak koyak di sana sini, bahkan bagian penutup dadanya nampak terlihat dengan jelas.

Pemuda yang bernama Fakry itu pun langsung melepas jaketnya dan menutupkan jaket itu pada tubuh gadis itu.

Tadi ia sangat terkejut dan bingung, hingga tak terpikir sampai kesana.

Begitu melihat tubuh gadis itu luruh ke tanah, ia langsung saja meraup tubuh itu dan membopongnya.

" maaf pak Ridho....kami tidak tahu apa yang sudah terjadi pada Rain, tadi kami sedang berada di pos satpam ketika tiba tiba Rain datang dan meminta tolong kepada kami, namun kemudian ia juga langsung pingsan di depan kami " jelas pemuda yang lain.

Sementara Fakry,

Pemuda itu masih terdiam.

Nampaknya pemuda itu sendiri tengah mengalami syok hebat karena hal ini,

Hal itu nampak terlihat jelas dari wajah pemuda itu yang terlihat begitu pucat.

Karena yang sebenarnya, Ia juga tak percaya dengan apa yang tengah ia lihat.

Rain...

Raina Azzahwa Gaisha, gadis cantik yang diam diam ia kagumi selama ini.

Pingsan di hadapannya dalam kondisi yang begitu mengerikan.

Pakaiannya koyak di sana sini, banyak bekas bekas kepemilikan di leher dan dada gadis cantik itu.

Apa yang sudah terjadi....??

Apakah Rain....?

Fakry menggelengkan kepalanya, mencoba menolak apa yang terpikir olehnya.

Tanpa banyak kata, Pak Ridho langsung membawa sang putri masuk ke dalam mobi dan di susul dengan bu Sarah juga.

Setelah sebelumnya ia mengucapkan terimakasih dan memohon pamit untuk membawa Rain ke rumah sakit.

Sepanjang perjalanan, kedua pasangan suami istri itu terdiam membisu.

Pak Ridho fokus dengan setir di tangannya juga jalanan di hadapannya meski isi otaknya berpikir kemana mana.

Sementara bu Sarah memangku kepala Rain di jok bagian belakang.

Keduanya benar benar tengah terpukul melihat kondisi sang putri dan larut dalam pikiran masing masing.

Sejuta tanya menghinggapi otak kedua orang itu.

Tadi sore sang putri pamit berangkat untuk menghadiri acara perpisahan di sekolah dengan di antar sang ayah.

Pak Ridho juga yakin telah menurunkan sang putri di area sekolahnya.

Tapi.....

Kenapa sekarang malah jadi begini.

Apa yang salah.....

Mobil yang di kendarai pak Ridho itu nampak memasuki area parkir sebuah rumah sakit, dengan panik pria itu mencoba menggendong tubuh sang putri dari pangkuan bu Sarah.

" maaf pak Ridho....boleh saya bantu ?! " tiba tiba sebuah suara mengejutkan pak Ridho yang nampak tengah kesulitan berusaha menurunkan sang putri.

" nak Fakry....?! " pak Ridho terkejut ketika ia melihat siapa yang menawarkan bantuan.

Ya, yang menawari bantuan ayah Rain itu adalah Fakry.

Pemuda tampan anak bungsu dari seseorang yang bekerja di salah satu BUMN di daerah tempat ia tinggal.

Pemuda yang tadi juga telah repot repot mau membopong putrinya dan membawanya ke rumahnya.

Pemuda berusia sekitar 25 tahun yang terkenal sopan dan sekaligus juga berstatus sebagai seorang mahasiswa semester akhir di universitas tempat ia kuliah.

Pemuda itu tak bisa tenang begitu saja, hingga akhirnya ia memutuskan untuk menyusul ayah dan ibu Rain itu ke rumah sakit setelah sebelumnya ia mengambil motornya lebih dulu ke rumahnya.

" sebaiknya bapak sama ibu minta tolong suster agar menyiapkan tempat untuk Rain " kata Fakry lagi.

༻༻ Karya baru aku kakak.....

             Pantengin ya dan semoga suka, dan kalau suka jangan lupa tinggalin jejak....ok

Tank you ༺༺

bab 2 kebenaran yang menyayat hati ( revisi )

Fakry nampak membopong tubuh ringkih Rain dari dalam mobil dan kemudian meletakkannya dengan sangat hati hati di brankar yang telah di siapkan oleh pihak ugd rumah sakit.

Beberapa tim medis segera mendorong brankar beroda itu masuk ke dalam ruang UGD.

Pak Ridho dan bu Sarah duduk dengan wajah cemas di bangku tunggu pasien.

Nampak kedua pasangan itu mencoba untuk saling menguatkan.

Pak Ridho, pria gagah berusia sekitar 47 tahun itu adalah seorang kepala sekolah di sebuah SMA Negri di tempat mereka tinggal.

Sementara bu Sarah sendiri adalah seorang guru Matematika di sebuah SMP Negri juga.

Kedua pasangan itu hanya memiliki satu putri yakni Raina Azzahwa Ghaisa yang kini tengah terbaring tak berdaya di atas ranjang ruang UGD itu.

Seharusnya kedua pasangan suami istri mempunyai tiga orang anak, namun sayang.

Mereka harus kehilangan kedua anak kembar mereka karena sebuah insiden ketika kehamilan bu Sarah menginjak tujuh bulan.

Dan karena insiden itu ia harus ikhlas kehilangan dua bayi kembarnya sekaligus di vonis tak bisa hamil lagi.

Cklek....

Pintu ruang UGD itu terbuka, pak Ridho dan bu Sarah segera bangkit dari duduknya.

Sementara Fakry yang sejak tadi berdiri di pojok ruangan itu tetap berada di posisinya.

Ia sadar, dirinya bukan siapa siapa.

Karena itu, ia tak berani mendekat.

" saya ayah dari pasien dokter..." kata Pak Ridho ketika dokter itu menanyakan keberadaanya.

Dokter laki laki itu menatap kedua pasangan suami istri itu dengan tatapan sendu.

Ada pancaran rasa tak tega di wajah dokter itu manakala menatap wajah kedua pasangan suami istri itu.

Berkali kali kedua bola mata dokter itu nampak berkedip kedip.

Sangat kentara sekali jika dokter itu tengah mengalami kesulitan untuk mengatakan hasil pemeriksaan mereka terhadap pasien.

Dokter itu menghembuskan nafasnya kemudian menelan ludahnya sendiri.

" putri anda adalah korban pemerkosaan pak "

Jeduar.....

Bagai tersambar petir rasanya pak Ridho dan bu Sarah mendengar kata kata dokter itu, kedua suami istri itu terhuyung beberapa langkah ke belakang.

" kami menemukan bekas bekas kekerasan di seluruh tubuhnya juga robekan kasar secara paksa dan terlihat nampak brutal akibat pemaksaan di area sensitifnya.

Kami juga menemukan jejak jejak perlawanan pada putri anda.

Sepertinya ia sudah berusaha melindungi dirinya setengah mati.

Itu terlihat dari adanya bukti bukti perlawanan yang sudah ia lakukan.

Namun sayang...nampaknya seseorang itu juga bukan lawan yang sebanding untuk putri anda "

Dokter itu susah payah menjelaskan hasil pemeriksaan itu.

Walau kemungkinan itu sudah terpikir oleh kedua pasangan suami istri itu jika melihat kondisi sang putri.

Tapi tetap saja, penjelasan dokter itu mampu menghantam jiwa kedua pasangan suami istri itu.

Malam semakin larut, pak Ridho masih betah berdiri di sisi brankar tempat Rain berbaring sejak tadi sembari menatap wajah sang putri.

Bu Sarah duduk di kursi yang tak jauh dari sana.

Mata kedua pasangan suami istri itu tak lepas dari sosok tubuh yang berbaring di hadapan mereka.

Di pojok ruangan itu, juga berdiri sosok pria tampan yang tak lain adalah Fakry

pemuda itu merasa enggan untuk pulang, meski pak Ridho dan bu Sarah sudah mempersilahkannya untuk pulang sejak tadi.

Mereka juga mengucapkan banyak banyak terima kasih atas perhatian pemuda itu kepada putrinya.

Sama seperti pak Ridho dan bu Sarah, mata Fakry juga menatap tanpa lepas kepada tubuh Rain yang tergolek tak berdaya di atas brankar itu.

Kedua telapak tangannya mengepal sempurna hingga otot otot tangannya terlihat dengan jelas.

Dalam hati ia bersumpah akan membuat perhitungan dengan orang yang telah tega membuat sosok Rain, gadis yang diam diam telah ia cintai sejak beberapa tahun ini menjadi seperti ini.

Di mata Fakry, Rain adalah sosok gadis yang cantik dan baik juga penuh dengan kesopanan dan kelembutan.

Gadis itu terkesan ramah namun kepada semua orang, namun ia juga sangat sulit untuk di dekati.

Berkali kali ia menawarkan diri untuk mengantarnya pulang jika bertemu di jalan. Namun berkali kali pula gadis itu menolaknya dengan sopan.

" tidakkkkkk........

Tidakkkkk......kumohon, tidakkkkkkkk.......!! " tiba tiba Rain terbangun dari tidurnya dan berteriak dengan histeris.

Pak Ridho yang berada dalam posisi yang paling dekat segera menghambur kepada sang putri kemudian di susul dengan bu Sarah.

" sayang...." panggil pak Ridho lembut sembari mendekap tubuh Rain yang nampak bergetar hebat.

Kedua bola mata gadis itu berputar liar menatap ke segala arah.

Keringat dingin membanjiri wajahnya.

Bu Sarah melepas hijab yang masih menutupi kepala sang putri karena mengira Rain kegerahan.

" sayang...ini ibu dan ayah nak, Rain...." bisik bu Sarah di telinga sang putri berharap sang putri bisa kembali tenang.

Tapi sayang....

Usaha kedua orang itu tak membuahkan hasil.

Rain terus berteriak teriak tak karuan sembari mulai memukuli tubuhnya sendiri

Bugh..bugh..bugh....

Suara hantaman tangan Raib pada dadanya terdengar begitu menyayat hati.

Pak Ridho mengeratkan pelukannya agar putrinya itu berhenti menyakiti dirinya sendiri.

" mas Fakry, bisa tolong panggilkan dokter jaga ?? " pinta pak Ridho yang kini tengah mendekap tubuh dan kedua lengan Rain.

Sementara bu Sarah terlihat terdiam membisu, wajah wanita itu begitu pucat.

Ia berdiri mematung.

" i..i...iya pak, sebentar saya panggilkan " jawab Fakry tergagap.

Ia yang tengah menatap Rain dengan begitu terpesona karena melihat kecantikan gadis itu dengan rambut terurainya yang jelas tak pernah ia lihat sebelumnya tentu saja terkejut bukan main ketika tiba tiba pak Ridho memanggilnya.

Dengan langkah cepat Fakru segera melangkah keluar kamar.

Dan tak lama, ia kembali datang bersama dengan tiga orang tenaga medis yang dua di antaranya adalah dokter yang tadi juga turut memeriksa Rain.

Karena kondisi Rain yang sangat sulit untuk di kendalikan.

Akhirnya dokter memutuskan untuk menyuntikkan obat penenang pada gadis itu dari pada nanti Rain akan terus menyakiti dirinya sendiri.

Satu hal yang selalu di lakukan oleh korban seperti Rain, menyakiti dirinya karena merasa tubuhnya kotor dan tak pantas lagi untuk hidup.

Pak Ridho dan bu Sarah bernafas lega ketika Rain perlahan lahan menjadi tenang dan akhirnya kembali memejamkan matanya.

Begitupun dengan Fakry.

Pemuda itu nampak menghembuskan nafas lega melihat Rain mulai tenang dan perlahan memejamkan mata.

jam di dinding ruang UGD itu menunjuk angka dua yang itu artinya saat ini adalah j dua dini hari.

Rain baru benar benar terlihat tenang dalam tidurnya.

" buk...." pak Ridho menggenggam jemari sang istri yang terasa dingin dan basah.

" kita tidak boleh tumbang, demi Rain..apapun yang akan terjadi nanti, kita harus kuat.

Ibu bisa kan ?! " kata pria itu lembut dengan menatap wajah sang istri dalam dalam dan penuh permohonan.

Sebagai seorang ayah sekaligus seorang suami, ia paham betul apa yang kini tengah di rasakan sang istri.

Sehancur hancurnya dirinya, pastilah ia bisa lebih kuat di banding sang istri yang pasti jauh merasakan kehancuran yang lebih besar karena persamaan gender juga hubungan batin yang jauh lebih dalam karena bagaimanapun, sang putri adalah bagian dari tubuhnya dan pernah tumbuh di dalam tubuhnya hingga sembilan bulan lamanya.

Air mata mengalir deras membasahi pipi wanita cantik berhijab lebar itu meski tanpa suara.

Sungguh kentara jika wanita itu kini benar benar tengah terpukul.

Kebenaran ini benar benar menyayat hatinya dan seolah mampu menghancurkan dunianya.

bab 3 badai pasti berlalu.

Telah hampir satu minggu sudah Rain di rawat di rumah sakit.

Kini ia tak lagi berada di ruang UGD, karena ia memang sudah di pindahkan ke ruang perawatan sejak beberapa hari yang lalu.

Meski kondisinya belum sepenuhnya sadar dan pulih,

Namun ia tak lagi histeris seperti beberapa hari kemaren.

Kondisi kejiwaan dan mental gadis berusia delapan belas tahun itu membuat Dokter yang memeriksanya turut merasa miris dan sangat prihatin.

Rain benar benar terpukul dengan kejadian yang telah menimpanya, hingga untuk sekedar berkata kata saja gadis itu seolah tak sanggup lagi.

Alhasil, untuk menumpahkan perasaannya, atau mungkin teringat dengan peristiwa itu, gadis itu memilih berteriak teriak dan menjerit jerit sembari berusaha terus melukai tubuhnya sendiri yang menurutnya telah kotor.

Suatu perasaan yang lazim di rasakan oleh hampir semua korban pemerkosaan.

Itulah sebabnya kenapa mereka sangat memerlukan pendampingan juga dukungan.

Dan tak jarang, gadis cantik bernama Raina Azzahwa Ghaisa itu bersikap linglung di suatu waktu.

Rain masih tetap dalam kondisi yang sama.

Belum ada perubahan bagus yang signifikan dalam beberapa hari ini.

Tatapan matanya masih saja terlihat kosong,

Ia masih tak menjawab sedikitpun ketika sedang di tanya, meski sang ayah atau sang ibu yang mencoba memberinya pertanyaan.

Al hasil....

mereka pun akhirnya masih enggan bertanya tentang siapa sosok yang telah melakukan itu kepadanya.

Meski saat ini gadis itu tak lagi sering menjerit jerit seperti sebelum sebelumnya.

Namun dokter dokter itu tahu, gadis itu tenggelam begitu dalam, dalam trauma yang sangat hebat.

hingga membuat jiwanya dan mentalnya terganggu.

kewarasan gadis itu kini jadi taruhannya.

" maaf bu, pak..dengan sangat terpaksa kami menyarankan putri bapak dan ibu di bawa ke psikiater saja sebelum semua terlambat.

Kami takut, keterpurukan dan rasa traumanya akan mampu membuat mental dan jiwanya lebih terganggu.

Kami telah membuat hasil visum juga hasil pemeriksaan uji laboratorium atas anak bapak dan ibu.

Dan hasilnya, anak ibu murni telah menjadi korban kekerasan seksual.

Jika bapak dan ibu ingin mendapatkan keadilan untuk putri bapak dan ibu, kami siap menyerahkan hasil visum dan hasil uji laboratorium itu sebagai barang bukti " kata dokter Iwan selaku dokter yang bertanggung jawab menangani Rain.

Jujur ia sangat berempati pada gadis cantik yang masih berusia belia itu.

Sungguh rasanya tak pantas jika gadis secantik dan selembut itu mendapat perlakuan seburuk itu.

Pak Ridho dan bu Sarah terdiam..

Pikiran kedua orang itu sama sama melayang kepada penjelasan dokter Iwan siang tadi tentang Raina.

Bukan mereka tak ingin anaknya mendapatkan ke adilan dengan menghukum seberat beratnya sang pelaku yang tak bermoral itu.

Mereka ingin, dan bahkan sangat ingin sebenarnya.

Dan andai jika bisa, ingin rasanya mereka sendiri yang menghukum seseorang itu dengan kedua tangan mereka sendiri.

Sungguh bejat apa yang sudah orang itu perbuat kepada putri semata wayang mereka yang telah mereka sayangi dengan begitu besar.

Telah mereka jaga dan mereka didik sepenuh hati dan sangat hati hati.

Lalu...siapa dia....

Apa hak dia melakukan kehancuran ini pada putri mereka ??

Pada Rain mereka ?!!

Bukan hanya mereka sebagai orang tua, semua warga kampung pun mengakui atas akhlak baik yang di miliki gadis cantik berhijab itu.

Tapi di balik itu....

Akankah putri mereka satu satunya masih akan memiliki masa depan jika namanya hancur setelah berita pelecehan terhadap dirinya menyebar ke seluruh pelosok negri.

Tidak...

Tidak...

Rain masih muda,

Masih ada harapan untuknya di masa depan, jika mereka bisa dengan cepat menyelamatkannya.

Dan kini satu harapan mereka gunakan sebagai pegangan untuk selanjutnya.

Saat ini mereka tengah di terjang badai.

Dan mereka yakin, badai iti pasti akan segera berlalu seiring dengan berjalannya waktu.

Kini mereka hanya butuh tegar dan kuat selagi badai itu masih menerjang mereka.

Cklek...

Pintu ruang perawatan itu terbuka, nampak pak Ridho masuk dengan membawa kantong berisi makanan.

Ia masih mengenakan stelan celana bahan warna hitam juga kemeja lengan panjang yang ia lipat hingga ke siku warna toska muda.

Sangat kentara jika ia baru pulang dari sekolah, karena ia yang merupakan kepala sekolah. Maka ia tak bisa mengajukan cuti begitu saja seperti sang istri.

Ia melangkah ke arah sang istri yang tengah sibuk menatap sang putri yang duduk di atas ranjang rumah sakit itu sembari memeluk kedua lututnya.

Ya...Rain duduk di atas ranjang rumah sakit dengan memeluk kedua lututnya.

Kepala gadis itu menoleh ke arah samping, tepatnya ke arah jendela yang berada di samping brankarnya.

Tatapan mata gadis itu terarah lurus ke arah luar jendela.

Tubuhnya bergoyang ke depan dan ke belakang berulang ulang kali.

Sesuatu yang selalu ia lakukan ketika ia sedang membuka matanya.

Tatapan mata gadis itu masih nampak setia terarah ke arah luar jendela.

" sayang...Rain " panggil pak Ridho lembut, jemari pria itu mengarah ke arah kepala gadis itu yang tertutup hijab.

Pak Ridho mengusapnya lembut.

Namun gadis itu tetap tak bergeming.

" Rain sudah tak makan tiga hari ini yah...hanya cairan infus yang masuk ke dalam tubuhnya " bu Sarah bersuara pelan.

Nada khawatir sangat jelas terdengar pada nada bicara wanita itu.

Bu Sarah berkali kali terdengar menghela nafas, begitupun dengan pak Ridho.

kedua pasangan suami istri sangat sedih, Rain sama sekali masih tak merespon keduanya.

Pak Ridho kembali terdengar menghela nafas.

" bagaimana keadaan Rain bu Sarah ?? " tanya Fakry yang tiba tiba sudah berdiri di ambang pintu.

Kedua pasangan suami istri itu menoleh.

Kedua kening pasangan suami istri itu berkerut.

Sudah sejak awal sang putri masuk rumah sakit ini, pemuda itu selalu menemani mereka.

Hingga membuat mereka merasa tidak enak.

" masih tetap sama mas Fakry, Rain masih belum merespon kami.

tapi meski begitu kami sedikit lega, setidaknya Rain tak lagi menjerit jerit seperti kemaren kemaren " jawab pak Ridho.

Ya... Fakry memang tak pernah absen menjenguk Rain di rumah sakit.

Kalau tidak pagi, ya sore seperti ini sepulang kuliah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!