Ting!
Terdengar suara lonceng berbunyi yang menandakan, waktu kelas bagi siswa-siswi sudah selesai, termasuk seorang gadis yang terlihat berlari terburu-buru keluar dari kelas tanpa membawa ransel dan beberapa buku pelajarannya yang masih berteteran di atas meja.
"Yum, mau kemana tu anak? Kok dia buru-buru banget?" Tanya Siska pada sahabatnya yang biasa di sapa Yumi ketika melihat Akira yang berlari terburu-buru keluar dari kelas.
"Katanya mau pipis." Jawab Yumi masih belum berniat untuk beranjak keluar dari kelas.
Siska menyenggol lengan Yumi, "Jadi bagaimana? Apa kau sudah bicara tentang rencana kita malam nanti dengan Akira?" Tanya Siska.
Yumi tersenyum penuh arti, "Ini juga aku baru mau bilang sama tu anak." jawab Yumi.
Tak lama kemudian, Akira sudah kembali ke kelas untuk mengemasi buku pelajarannya di meja.
"Yum? Sis? Kok kalian berdua masih ada di sini? Nggak niat mau pulang?" Tanya Akira dengan tangan mengisi buku pelajarannya ke dalam tas.
"Ada yang ingin gue ngomongin sama lo, Ra," ucap Yumi mulai menyampaikan niatnya pada Akira.
"Apa?" Tentu saja Akira sangat penasaran melihat wajah serius Yumi.
Tak!
Akira mengangkat satu alis saat melihat sejumlah uang yang sangat banyak dikeluarkan dari tas Yumi.
"Uang?"
"Iya, lo bisa miliki semua uang taruhan ini, asalkan lo mampu ngajak kencan kakak kelas si arogan itu besok, ke acara ulang tahun Ona si sok cantik itu!" kata Yumi menyimpan sejumlah uang di atas meja belajar yang ada dalam kelas.
Akira si gadis cantik yang tumbuh sederhana itu, tentu saja tertarik dengan jumlah uang yang di jadikan taruhan.
"Taruhan?"
"Iya, taruhan. Tidak banyak yang akan lo lakuin, lo hanya perlu buat laki-laki itu hadir besok di acara ulang tahun Ona," Ujar Yumi seperti memang memiliki dendam tersendiri pada Ona.
"Maksud lo? Kak Abnan? Abnan Rega Argapramana?" tanya Akira memastikan jika, pria yang dimaksud oleh sahabatnya itu adalah Abnan.
"Siapa lagi kalau bukan dia?" tersenyum.
Berpikir sejenak, "Ok, Deal! Gue setuju!" Ujar Akira tanpa memikirkan konsekuensi yang akan terjadi malam hari nanti yang akan dia sesali seumur hidup.
Yumi sangat senang ketika begitu mudahnya dia bisa meminta bantuan sahabatnya sendiri tanpa harus repot-repot ingin memohon pada Akira.
***
Malam hari pun tiba, terlihat Akira mondar-mandir bingung berpikir bagaimana cara, agar dia bisa mengajak Abnan ke acara ulang tahun Ona besok.
Tiba-tiba timbul satu idea yang ingin dia lakukan untuk bisa menarik perhatian Abnan.
"Iya, aku harus mencobanya!" Dengan semangat 45 gadis itu bersiap-siap ingin keluar dari rumah.
"Akira? Mau ke mana malam-malam begini, Nak?" Tanya Selasih para putrinya.
"Akira mau keluar sebentar Bu, bisa kan, Bu?" Izin gadis itu.
Sebelum menjawab permintaan putrinya, Selasih melihat ke arah jam yang berada di dinding.
"Bisa, tapi kamu harus segera pulang ya nak. Jangan sampai kemalaman." pesan Bu Selasih pada putri semata wayangnya.
"Iya, Bu."
Akira segera keluar dari rumah dan menunggang motor matic miliknya.
Tapi tiba-tiba di jalan, motor yang dia tunggangi mati seketika.
"Loh, ada apa lagi dengan motor ini? Udah keburu mau cepet, pake acara mogok lagi!" Kesal gadis cantik itu memeriksa motornya.
Akira baru teringat kalau sudah dua hari dia tidak pernah mengisi bensin.
Terlihat gadis itu menepuk jidat, "Aduh... Kenapa aku bisa lupa ya poin penting satu itu." Gadis itu begitu kesal pada dirinya sendiri karena terlalu ceroboh.
"Butuh tumpangan?" Ucap seorang laki-laki yang baru memberhentikan mobil di sebelah Akira.
Akira sangat kaget saat mendengar suara laki-laki tak asing menawarkan tumpangan untuknya.
Sepertinya malam ini, adalah malam keberuntungan bagiku. Batin Akira senang.
Akira masih terdiam seperti lupa menjawab pertanyaan dari pria yang menunggu jawabannya di atas mobil.
"Ada apa dengan motormu?" Tanya Abnan lagi saat melihat adik kelasnya yang seperti termenung.
"Ah, sepertinya motorku habis bensin, kak." Jujur Akira malu.
Abnan turun dari mobil memeriksa motor Akira, ternyata memang benar kalau gadis itu kehabisan bensin.
Pria tampan itu mengeluarkan ponsel dan menghubungi salah satu supir Papanya.
"Hello, Tuan muda." Jawab supir.
"Pak, tolong bapak pergi beli bensin, dan bawa ke lokasi nanti saya kirim, sekalian tolong motornya diantar juga ke lokasi yang akan saya kirim ya, Pak," kata Abnan.
"Iya, Tuan muda. Saya akan langsung mengerjakan yang Tuan muda pinta."
"Terima kasih, Pak."
"Sama-sama, Tuan muda."
Usai menghubungi supir, Abnan melihat ke arah gadis yang berdiri di sebelahnya.
"Mari aku antar pulang," kata Abnan tersenyum pada Akira.
Pria itu memang terkenal angkuh dan arogan, tapi percayalah, dia akan terlihat sangat manis saat berhadapan dengan Akira.
"Ah, tidak usah Kak Abnan, soalnya kan tadi kakak sudah minta tolong sama supir kakak, jadi biar aku tunggu di sini saja Kak," Akira merasa tidak enak jika harus merepotkan pria itu lagi untuk mengantarnya pulang.
"Tidak, biar aku antar pulang. Sekalian ada yang ingin aku omongin sama kamu," Kata Abnan.
"Sesuatu?" Tanya Akira dengan wajah polos.
Abnan mengangguk. Dia sangat suka melihat wajah cantik alami yang dimiliki oleh Akira.
Akira terlihat seperti sedang menimbang-nimbang. Kayaknya ini memang kesempatan aku untuk bisa mengajak Kak Abnan besok ke acara Ona, agar aku bisa mendapat uang taruhan itu. Batin Akira yang tidak berpikir panjang jika apa yang akan dia lakukan itu akan berdampak buruk.
Akira akhirnya setuju untuk diantar pulang oleh kakak kelasnya yang ternyata sudah lama menyukainya. Hanya saja sayang seribu kali sayang, ternyata Akira tidak memiliki rasa sama sekali pada Abnan.
Di atas mobil, Abnan menjalankan mobil mewahnya dengan sedikit pelan.
Tiba-tiba pria itu berhenti di pinggir jalan, tika menyadari rumah gadis yang berada di sebelahnya sudah dekat di depan.
"Kakak antar aku sampai sini saja? Ya sudah, terima kasih, Kak." Akira ingin turun dari mobil tapi ia segera ditahan oleh Abnan.
"Ah?" Kaget Akira karena pria itu tiba-tiba memegang lengannya.
"Bukan kah aku sudah bilang tadi, ada yang ingin aku bicarakan padamu, Akira," wajah Adnan terlihat begitu serius.
"Ah, Iya, aku lupa kak." Memperbaiki tempat duduknya kembali. "Katakan? Apa yang ingin Kakak bicarakan itu?" Tanya Akira.
"Jadilah pacarku, Akira," ucap Abnan serius tanpa berbasa-basi.
Kedua mata gadis itu tentu saja melotot hingga terlihat seperti ingin keluar dari tempatnya mendengar laki-laki di hadapannya mengajaknya pacaran.
"Ahahahaha" Akira tertawa hambar karena berpikir, mungkin laki-laki itu sedang bercanda.
Mana mungkin pria seperti Abnan, laki-laki yang terlahir dari keluarga kaya raya, dengan Papanya yang terkenal memiliki Perusahaan raksasa, menyukai gadis sederhana seperti dirinya yang makan saja susah.
Bisa masuk di sekolah elite saja karena dia mendapat beasiswa dari hasil ranking bahasa Inggrisnya yang selalu di peringkat utama.
"Bercandanya Kak Abnan itu tidak lucu, Kak." Ucap Akira disisa tawanya masih berpikir kalau laki-laki itu hanya berbohong.
"Apa aku terlihat seperti sedang bercanda?" Tanya Abnan dengan wajah yang sangat serius dan tidak ada kebohongan, atau bentuk bercanda dari dalam mata laki-laki yang mengungkapkan perasaannya itu.
Akira menatap mata pria itu yang tampak sungguh-sungguh.
"Sepertinya mungkin Kak Abnan hanya keliru dengan perasaan kakak. Mana mungkin orang seperti Kak Abnan menyukai wanita sederhana seperti ku. Ada banyak gadis yang cocok bisa menjadi pacar Kak Abnan, jangan aku yang hanya wanita terlahir dari keluarga tidak berkemampuan." Ucap Akira sedikit dibumbui canda agar pembicaraan mereka tidak terlalu kaku.
"Aku tidak masalah dengan status sosial. Aku menyukaimu Akira, aku sudah lama menyimpan rasa padamu, hanya saja aku belum memiliki keberanian untuk mengutarakan perasaan ku pada kamu. Sungguh, aku sangat menyukai mu Akira, jadilah pacarku," pria itu sungguh-sungguh ingin Akira menjadi pacarnya.
Akira sampai dibuat melongo seperti tak percaya ternyata pria itu benar menyukainya.
Akira tiba-tiba teringat dengan uang taruhan yang sudah dia dengan teman-temannya bicarakan tadi di kelas.
Aku akui kalau Kak Abnan itu sangat tampan seperti malaikat. Tapi sayang, aku tidak memiliki rasa sedikitpun padanya. Tapi, bukankah ini satu kesempatan untuk aku bisa mengajaknya besok ke acara Ona. Aku bisa memanfaatkan perasaannya padaku. Batin Akira yang hanya ingin mempermainkan perasaan Abnan yang sungguh-sungguh sangat menyukainya.
"Apa Kak Abnan yakin benar-benar menyukai aku? Tapi aku bukan keluarga dari orang mampu loh, Kak," kata Akira mulai menjalan kan aksinya ingin memanfaatkan Adnan untuk taruhan uang.
Pria itu tersenyum yang membuat wajahnya benar-benar sangat tampan hingga membuat Akira terpesona seperti terhipnotis akan ketampanan pria itu yang jarang sekali tersenyum saat di sekolah.
Dia tampan sekali Tuhan... Tapi sayang, aku tidak menyukainya, aku hanya mengagumi ketampanannya yang nyaris sempurna. Dia sangat beruntung karena diberikan Tuhan wajah seperti malaikat. Batin Akira hanya mengagumi.
"Iya, aku tidak mungkin mengutarakan perasaanku jika aku tidak sungguh-sungguh. Jadilah pacarku, Akira. Jika kau mau, maka aku akan mengajari cara mengerjakan matematika sindir Abnan sedikit bercanda.
Akira langsung cengar-cengir mendengar candaan pria di hadapannya saat mendengar tentang matematika. Di mana satu pelajaran itu, sering membuatnya mendapat nilai nomor satu dari belakang.
"Kak Abnan tahu dari mana tentang itu?" Tanya Akira penasaran.
"Aku bahkan tahu, kalau kau tidak suka makan coklat, sering tiba di sekolah 7 menit sebelum masuk kelas, sering ke toilet setiap kali keluar kelas, juga suka lupa kunci motor mu di parkiran setiap kali naik motor kemana-mana." Ujar Abnan ternyata tahu semua kebiasaan wanita yang dia sukai itu.
Akira menutup mulut tak percaya kalau Abnan tahu semua kebiasaan hari-harinya.
"K-Kak Abnan jadi penguntit ya?" Tuduh Akira menunjuk wajah Abnan.
Abnan tersenyum, "Bagaimana? Kamu mau kan jadi pacar aku?" Ternyata pria itu masih ingat dengan pembahasannya tadi.
Akira kembali seperti berpikir. Ingin saja rasanya dia menolak pria itu tanpa mempertimbangkan perasaannya. Tapi kembali lagi teringat tentang uang taruhan yang lumayan banyak, dan tidak dipungkiri kalau Akira sangat tertarik ingin memiliki uang itu, dan dia sudah punya kesempatan.
"Baik, aku mau jadi pacar, Kak Abnan." Jawab Akira tanpa berpikir panjang dengan apa yang dia perbuat akan menghancurkan perasaan Abnan hingga tak berkeping nanti saat tahu tujuannya.
Tentu saja Abnan sangat bahagia karena Akira mau menerima perasaannya. Tanpa dia ketahui, perasaannya itu akan berubah benci mendarah daging kelak saat dia tahu kalau sebenarnya dia hanya dimanfaatkan untuk uang oleh Akira.
Keesokan paginya, seperti biasa Akira akan berangkat pergi sekolah. Kali ini wanita cantik itu terlihat berbeda, karena dia terlihat lebih bersemangat memikirkan uang taruhan sebesar 10 juta dari temannya akan segera dia dapat kalau rencananya mengajak Abnan ke acara ulang tahun Ona besok berhasil.
"Ahhh, aku merasa jadi wanita sangat beruntung. Saat semua wanita-wanita yang ada di sekolah mengidolakan Kak Abnan, berebut untuk memenangkan hatinya, aku malah bisa mendapat dia dengan begitu mudahnya. Huft! Sungguh di luar nalar." Gumam Akira memikir perasaan Abnan padanya yang menurut wanita cantik itu kok aneh ada laki-laki seperti Abnan yang menyukai wanita sesederhana dia.
Akira sudah tiba di gerbang sekolah melangkah dengan semangat 45 masuk ke dalam.
"Akira." Terdengar suara seseorang memanggil namanya membuat wanita itu seperti meringis.
Wanita itu membalik badan kemudian melempar senyuman tak ikhlas.
"H-hai, Kak Abnan." Kata Akira mengangkat tangan terlihat kaku melambai dengan wajah di paksakan.
Abnan tersenyum tipis seperti memegang sebuah kotak makanan.
"Ini untuk mu." Kata Abnan memberikan kotak makanan yang sengaja dia bawa untuk gadis sang pujaan hati.
"Ini untuk ku?" Tanya Akira menunjuk dirinya sendiri tak percaya kalau kotak makanan yang Abnan berikan itu memang untuk dirinya.
Ona yang baru tiba, melihat Abnan dengan tangan bergelantungan memberi kotak makanan untuk Akira, segera mendekat langsung menarik kotak makanan yang berada di tangan Abnan.
Wajah Abnan berubah datar tak suka dengan tindakan Ona yang tidak tahu malu mengambil kotak makanan tersebut tanpa seizinnya.
"Ini milik siapa? Apa wanita jelek ini yang berikan pada, Kak Abnan?" Tanya Ona dengan wajah yang di buat-buat imut.
"Ku rasa kau lupa beli cermin, atau kau lupa memakai cermin mata yang cocok untuk melihat sekeliling mu? Wajah mu itu jauh sangat jelek!" Ucap Abnan penuh penekanan menarik kotak makanan dari tangan Ona kemudian pergi meninggalkan Ona dengan satu tangan menarik lengan Akira.
Aish... Kenapa aku rasa perasaan pria ini padaku seperti sebuah bencana. Batin Akira tak menduga kalau Abnan terang-terangan menarik tangannya di depan semua siswa dan siswi yang melongo melihat mereka berdua.
Sial! Tak hentinya Akira terus merutuki Abnan dalam hati.
Yumi dan Siska saling melempar pandang melihat kedekatan Abnan dan Akira.
"Apa aku salah lihat, Siska?" Tanya Yumi karena di pagi hari dia sudah di suguhkan pemandangan yang menyakiti perasaannya karena Yumi juga sangat mengagumi dan menyukai sosok Abnan sudah sejak lama.
Tapi sayangnya Abnan sama sekali tidak pernah meliriknya, atau melirik wanita manapun selain Akira yang menarik di mata Abnan.
"Tidak, itu benar Kak Abnan yang sedang menarik tangan Akira." Jawab Siska memperjelas apa yang dia lihat.
Yumi mengepal kedua tangan tanda ia sangat marah menganggap Akira adalah ancaman terbesar untuk dia bisa meraih perhatian Abnan.
Lihat saja! Aku akan membuat pandangan mu pada Akira berubah, Kak Abnan! Aku yang lebih dulu menyukai mu! Tapi kenapa wanita itu yang kau lirik! Memang apa istimewanya wanita itu di matamu! Dia hanya wanita miskin yang lugu dan bodoh! Batin Yumi dengan sorot mata penuh kebencian.
Iya, ternyata Yumi tahu tentang Abnan yang begitu menyukai Akira. Yumi ternyata peka dengan tingkah Abnan yang perhatiannya selalu hanya tertuju pada Akira. Sehingga Yumi sengaja membuat rencana jahat dengan memanfaatkan Akira yang polos untuk membuat Abnan berubah membenci Akira untuk mengalihkan perasaan Abnan pada Akira.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!