NovelToon NovelToon

You'Re My Destiny | Yeongyu

Prolog

Terdapat sedikit adegan kekerasan. Bagi pembaca yang merasa tidak nyaman bisa skip bagian, terima kasih.
Selamat membaca~
.
Suara kapur bergesek dengan papan tulis yang khas mengalun bagai melodi di dalam kelas. Para pelajar dengan seragam yang masih lengkap menyimak dengan seksama penjelasan dari guru muda di depan.
Tak terkecuali pemuda tampan dengan mata kucing tajamnya, seakan ingin menerkam siapa saja yang menganggu fokusnya. Kacamata bulatnya bertengger apik menambah kesan tampan sempurna untuk dirinya.
Tangannya menulis apa saja hal penting di papan tulis itu. Sembari memahami penjelasan guru dengan name tag Shin Juyeon.
Shin Juyeon
Shin Juyeon
Sekarang kalian kerjakan soal yang sudah ssaem bagi. Jika ada yang masih belum jelas bisa ditanyakan.
Juyeon duduk di kursi dan para murid langsung mengerjakan soal di kertas yang sudah ssaem berikan. Para murid itu langsung dengan cekat mengerjakan soal. Tak terkecuali beberapa yang menggerutu pelan merasa malas mengerjakan skal-soal seperti ini hampir setiap hari.
Pemuda tadi mengambil aerphonenya dan memasangnya di telinga. Tangannya memutar tombol mulai. Musik mengalun seiring dengan melodi.
Seseorang menepuk pundaknya membuatnya menoleh tak suka.
"Yeonjun, kamu paham nomor 4?" tanya seorang gadis kepadanya. Pemuda dengan nama Yeonjun itu mengangguk dan berbalik. Dengan perlahan dia mengajari gadis itu. Tapi bukannya mendengarkan, gadis itu justru malah sibuk memandang wajah Yeonjun.
Choi Yeonjun
Choi Yeonjun
Paham?
"Oh begitu, sangat oaham. Terima kasih Yeonjun." Gadis itu tersenyum lebar. Yeonjun menyeringai dan berdecih pelan.
Choi Yeonjun
Choi Yeonjun
Kita sama. Tidak ada yang tidak akan mengerti hanya soal mudah begini. Aku sudah panjang lebar menjelaskan tapi kamu malah sibuk memandangi wajahku? Semurah itukah trikmu?
Bagai dihantam pisau. Gadis itu hanya bisa menggeram kesal dan mulai mebgerjakan soalnta sendiri. Yeonjun cuma merotasikan matanya. Ketika hendak berbalik. Alisnya bertaut ketika melihat sosok pemuda yang tampak kesusahan melihat arah papan tulis.
Pemuda itu seperti menyalin sesuatu di sebuah buku dan kembali mendongak menatap papan tulis. Yeonjun yang kebetulan duduk dekat dengan jendela menatao lekat sosok itu dan mata mereka pun bertemu. Pemuda itu membulatkan matanya dan kemudian membuat gestur memohon dan memintanya diam.
Wajahnya sangat cantik dan tampan dalam waktu bersamaan. Bibirnya kecil, hidungnya mancung, matanya bulat, dan rahangnya tegas. Tapi tak menbuat kesan cantiknya hilang. Sangat mempesona bagi siapa saja yang melihatnya.
Dia masih memelas dengn mata berkaca-kaca membuat Yeonjun tdak trga. Ia kemudian kembali berbalik dan mulai mengerjakan soalnya membiarkan pemuda di luar itu sibuk mencatat.
.
Kelas sudah selesai. Kini jam menunjukkan pukul 8 malam dan Yeonjun harus kembali ke bimbel selanjutnya hingga pukul 10 nanti. Ah dia lelah, tapi bagaimana lagi? Orang tuanya keras dan Yeonjun tidak bisa menolak toh itu ada benefit untuknya.
Yeonjun membersihkan mejanya dan matanya kembali mengarah luar. Sosok itu tidak ada. Apa dia sudah lergi? Ah entahlah, apa pedulinya? Yronjun menggendong tasnya dan pergi ke ruang belajar bahasa asing.
Berbeda dengan pemuda itu yang kini bersusah payah menyelinap gerombolan para siswi JHS yang baru saja menyelesaikan bimbel. Entah bagaimana dia sekarang sudah berada di luar dan mengjela napas lega. Masih ada beberapa waktu untuk kembali ke rumah sebelum hal buruk terjadi.
Pemuda manis itu tersenyum menatap bukunya. Bayangan Yeonjun berputar dalam benaknya. Dia orang baik, pikirnya. Pemuda manis itu pun tersadar dan mulai berlari meninggalkan tempat bimbel ke sebuah komplek flat apartemen di sana. Dia berhenti di depan dan hanya tersenyum getir ketika malihat sebuah truk pengangkat sayur telah terparkir di sana.
Menghela napas lelah pemuda itu menepuk kencang dada kirinya sebelum melangkah masuk ke dalam.
"Tidak apa, seperti kemarin kamu bisa!"
Ucaonya menyenangati dirinya sendiri. Padahal kalau dipikir-pikir memang hanya dirinya yang bisa memahami apa yang terjadi dengannya di dunia ini. Maupun dia yakin bahwa ia akan bahagia, namun, bukankah ini kelewat lama? Seperti apa yang Tuhan rencanakan untuknya?
Pantaskah pendosa sepertinya mendapatkan hal ini? Ketika pintu terbuka layangan tangan menyentuh pipj mulusnya. Nyaring sekali, siapapun yang mendengarnya akan meringis ngeri.
PLAK
"SUDAH KU BILANG JANGAN MENINGGALKAN RUMAH KENAPA MASIH MELAWAN HAH?!"
Pemuda itu hanya terdiam. Dia menutup segera pintunya karena dia tak ingin tetangganya mendengar. Walau aslinya mereka juga sudah sering mendengar juga merasa kasihan dengannya. Tapi, mana mungkin? Kepribadiannya yang keras kepala tak ingin krang lain menganggapnya kasihan. Dia tidak mau menjadi orang yang mau dikasihani.
Pria paruh baya di depannya semakin mengamuk dan membanting tubuhnya ke lantai hingga punggungnya membentur ujung sofa.
BUGH
"AARRGHH!"
Dengan keji pria itu mengambil sabuknya dan mencambuk pemuda itu dengan bengis. Suara pekikan ampun dan kesakitan tak ia pedulikan. Dia hanya bisa melindungi diri dengan tangan dan meringkuk duduk. Lumayan efektif walau dia yakin tangannya akan penuh luka dan lebam.
30 menit puas. Pria itu membuang sabuknya dan menjambak rambut pemuda itu.
"Dengar Beomgyu, jika kau berani-berani denganku aku tak segan memperlakukanmu dengan buruk." ucapnya kemudian menghenpaskannya dengan seenaknya. Beomgyu, pemuda itu terisak lirih dan tak berani bangkit dari meringkuknya.
Pria itu berdiri, mengambil nikotin dan ia sematkan ke bibirnya. "Aku mau ke Daegu sebulan, jangan membuat masalah ingat!"
Ucapnya final kemudian keluar rumah dengan membanting pintu. Beomgyu yang meringkuk masih menangis hingga ia merasa kepalanya pusing. Mencoba mengumpulkan tenaga. Ia berdiri untuk ke kamar. Tapi baru sampai ke anak tangga satu pengelihatannya menjadi semakin samar hingga ia tak sadarkan diri.
.
.
.
BERSAMBUNG

Rencana membolos

Mobil sedan putih berhenti di depan pekarangan luas rumah mewah seorang pengusaha kaya. Sosok pemuda turun dari mobil, itu Yeonjun yang baru saja pulang dari bimbelnya.
Choi Yeonjun
Choi Yeonjun
/meregangkan tubuh/ Ya ampun enaknya...
Choi Yeonjun
Choi Yeonjun
Hah... olahraga sebentar setelah itu mandi dan tidur.
Yeonjun masuk ke dalam rumah. Beberapa maid yang mendapat jaga malam menyambutnya hangat. Walau rumah ini tak terasa hangat baginya. Pemuda itu menuju ke ruang gym yang ada di rumahnya.
"tuan membutuhkan sesuatu setelah olahraga?" tanya maidnya sopan.
Choi Yeonjun
Choi Yeonjun
Tidak, terima kasih. Aku mau langsung istirahat.
"Baik tuan muda." maid itu berhenti mengikuti Yeonjun dan menatap sendu pemuda itu. Yeonjun terlalu rapuh untuk menyangga beban sebesar itu.
Ia paham betul bagaimana keadaan Yronjun yang berubah 360° setelah kematian neneknya. Yronjun bagaikan boneka tali. Bergerak tanpa kendali dan keinginannya. Semua serba dijalankan.
Tapi hebatnya dia sangat kuat dan berani memberontak walau hasilnya akan ada robekan di kainnya yang kemudian akan dijahit kembali berulang kali.
.
Yeonjun meletakkan tasnya di kursi kecil yang ada di dekat pintu masuk dan melepaskan atasan seragamnya menyisakan celana panjang hitam.
Bagi siapa saja yang melihat tubuh atletis Yeonjun pasti akan terkesima. Pemuda itu sungguh terlihat seksi.
15 menit berlalu. Yeonjun menatap dirinya di depan cermin besar. Entah mengapa ia memikirkan sosok pemuda manis di tempat bimbelnta itu.
Choi Yeonjun
Choi Yeonjun
Ah ada, sih, denganku?
Yeonjun mengambil handuk kecil dan melap keringat. Setelahnya ia kembalu memakai atasan seragamnya dan ke kamar untuk membersihkan diri.
Saat hendak naik ke tangga, telinganya mendengar suara bariton sang ayah yang seperti sedang berbincang asyik dengan seorang wanita. Ia sengaja menunggu hingga kedua sosok itu muncul. Ketiganya saling bertatap dalam diam, terlihat bahwa kedua orang yang lebih tua dari Yeonjun terkejut.
Choi Yeonjun
Choi Yeonjun
Kenapa ayah dan bunda terkejut? Apa aku seperti hantu di mata kalian? /datar/
Choi Jennie
Choi Jennie
Kamu baru saja pulang, nak?
Choi Yeonjun
Choi Yeonjun
Menurut bunda? Sudah tahu juga kenapa bertanya? /pergi ke kamarnya/
Choi Jennie, bunda dari Yeonjun hanya tersenyum melihat kepergian putranya. Sang suami menepuk pelan pundak sang istri membuatnya menoleh dan tersenyum.
Choi Taehyung
Choi Taehyung
Tak apa, dia sudah dewasa sayang. Sepertinya kita sudah terlalu keras dalam segi pendidikan untuknya. Setelah ini biarlah dia memilih jalannya.
Choi Jennie
Choi Jennie
Hah... Benar, Junnieku sudah besar. Aku sedikit menyesal terlalu keras dulu dengannya. Aku kurang memberi kasih sayang kepadanya.
Choi Taehyung
Choi Taehyung
Kata siapa? Kita selalu menyemlatkan waktu untuknya. Dia mungkin lelah harus selalu belajar.
Choi Jennie
Choi Jennie
Ya kau benar.
Tuan Choi dan Nyonya Choi pergi menuju kamar mereja untuk beriatirahat. Masih ada hari esok yang panjang. Tapi tidak berlaku untuk Yeonjun yang sekarang malah membaca buku ditemani sebuah tab untuk melihat chart pattern. Alisnya menukik tajam, dia benar-benar fokus. Dia juga membaca beberapa lembar kertas dengan banyak tulisan sembari menandatangani beberapa kertas itu.
Ting
Yeonjun melirik ke arah gawainya. Sebuah notifikasi dari sahabatnya Soobin.
Bin Choi: "Perpustakaan, aku mau bolos bimbel."
Hanya itu pesannya. Yeonjun mengambil gawainya dan membalas pesan dari Soobin.
Choi Yeonjun
Choi Yeonjun
"Gak ada bedanya bodoh."
Bin Choi: "Maksudmu aku mau belajar? Hei dengar bodoh, aku ke sana mau menghabiskan waktu membaca novel dan tidur bukan mau belajar. Tujuanku kan mau mendinginkan otak bukan menambahi beban pikiran."
Choi Yeonjun
Choi Yeonjun
"Ya terserah. Aku nebeng."
Bin Choi: "Aman."
Yeonjun meletakkan gawainya setelah membaca pesan Soobin. Dia menutup tabnya dan membereskan beberapa dokumen yang berserakan. Setelah senua beres, Yeonjun merebahkan diri di kasur dan mulai memejamkan matamya.
.
Bersambung~
.
.
Sedikit curhatan penulis:
Guys, bagi kalian yang sadar kalau soogyu roomate itu ga ada? Iya bener itu aku hapus. Sengaja. Why? Karena menurutku cerita itu ga jalan sama apa yang mau aku targetkan dengan endingnya. Sepertinya bakal ada lagi Soogyu, hampir mirip tapi versi lebih rapi dalam segi alurnya.
Aku minta maaf buat temen-temen yang merasa kecewa dnegan keputusanku... Ini aku ambil karena aku juga ga mau buat kalian kecewa dengan alur dengan ending yang monoton, kurang dalam segi konflik dan itu buat kalian merasa kurang puas dnegan cerita tersebut. Sekali lagi saya selaku penulis minta maaf sebesar-besarnya🙏🏼
Dan sebagai oermintaan maaf, cs Yeongyu ini akan menemani kalian... Sesuai request daru salah satu oembaca dan saya telah menepati janji dengaj membuat cs ini. Aku harap semoga kalian suka dengan alur pembawaan darj cs kali ini😊
terima kasih!🤗♡

Bertemu

Mobil hitam berhenti di pinggir jalan tepat di depan seorang pemuda berkacamata yang tadinya asyik dengan pomselnya, kini menarik atensinya penuh ke mobil di depannya.
Pemuda itu sudah tahu. Tapi ia abai menunggu hingga sosok pemilik membuka kaca mobilnya dan menatapnya datar.
Choi Soobin
Choi Soobin
Mau di situ sampai beruban Choi Yeonjun?
Pemuda itu mendengus dan masuk ke dalam mobil Soobin. Aslinya Soobin tak mempermasalahkan apapun. Hanya saja, anak kurang ajar itu duduk di belakang, seolah dirinya itu supir pribadinya. SERIOUSLY?!
Choi Soobin
Choi Soobin
Sudah minta jemput duduk di belakang?
Choi Yeonjun
Choi Yeonjun
Masalah? Cepat jalan!
Choi Soobin
Choi Soobin
Heh, rubah. Aku bukan supir pribadimu. Sopankah begitu tuan muda?
Choi Yeonjun
Choi Yeonjun
/menatap malas Soobin/ Apa aku terlihat menyuruhmu? Lantas, apa salahnya duduk di belakang? Toh aku juga menumpang.
Choi Soobin
Choi Soobin
Terserah.
Soobin sudah lelah berdebat dengan kembaran rubah itu. Tak akan ada habisnya, dia itu benar-benar menyebalkan di sisi lainnya. Tapi kalau boleh jujur, Yeonjun itu tipe sahabat yang sangat mengerti dirinya. Itu mengapa dia tak bisa marah berlarut dengan Yeonjun. Paling juga masalah sedikit yang akan hilang sendiri.
Yeonjun memandangi jalanan yang tak begitu ramai karena belum jam pulang kerja. Walaupun iya, sama saja sih, toh mereka itu gila kerja sama seperti kedua orangtuanya.
Choi Yeonjun
Choi Yeonjun
Orang tuamu masih di luar negeri?
Choi Soobin
Choi Soobin
Hm, sama seperti orang tuamu. Anggap angin lalu anaknya. Mau bagaimana lagi, risiko jadi anak pengusaha, kan?
Yeonjun mengangguk setuju. Dia tidak bisa marah dengan kedua orangtuanya. Bagaimana pun, membangun bisnis juga tak semudah itu. Toh dia juga yang merasakan enaknya hidup serba instan. Walau kesepian adalah sahabat hidupnya.
Choi Soobin
Choi Soobin
Tapi aku bersyukur karena hidupku masih terjamin. Aku aslinya juga tidak rela membolos karena menurutku belajar seperti ini tidak semua orang bisa mendapatkannya.
Choi Yeonjun
Choi Yeonjun
/menoleh ke soobin/ Baru sekarang menyadarinya?
Choi Soobin
Choi Soobin
Sialan. Bukan begitu.
Choi Yeonjun
Choi Yeonjun
/tertawa kecil/ Aku bercanda, maaf.
Soobin hanya menutar matanya malas. Ia akan fokua saja menyetir sambil menjawab ucapan Yeonjun yang menurutnya penting. Kalau tidak, ia yakin pasti akan ada perdebatan menyebalkan yang mana pemuda itu akan mengalahkan omongannya secara telak.
.
.
.
Langkah kaki di sunyinya perpustakaan menjadi melodi tambahan untuk suasana tenang ini. Itu tentu berasal dari oknum Choi yang sama-sama celingukan mencari tempat duduk yang sekiranya nyaman.
Tapi beberapa tempat sudah banyak orang yang menempati jadi mereka harus ekstra mencari tempat duduk.
Choi Soobin
Choi Soobin
Oh, rak komik dan novel yang ingin ku baca berdekatan. Aku akan di sini saja. Kau mau mencari tempat lain tak masalah. Kalau mau pulang hubungi aku saja.
Choi Yeonjun
Choi Yeonjun
Oke.
Jawab Yeonjun sigkat sebelum berjalan kembali mencari meja kosong. Ia bahkan naik ke lantai 3 demi mencari tempat yang kosong. Beruntung di lantai ini ia sudah beruntung. Ada sebuah kursi kosong menghadap jendela luar, dengan seorang oemuda yang ia yakini lebih muda darinya, sedang asyik mengerjakan sesuatu di sana.
Yeonjun menarik kurainya membuat pemuda itu terkejut dan menoleh cepat kearahnya. Yeonjun yang merasa mengganggu orang tersebut reflek membungkukkan badannya meminta maaf. Tapi ketika ia kembali bangkit tubuhnya mendadak mematung ketika matanya bertatap dengan sosok yang kemarin mengisi otaknya.
Choi Yeonjun
Choi Yeonjun
E-eh, aku menganggumu? Maaf, aku akan mencari tempat yang lain.
"tidak perlu, anda bisa duduk di sini." Yeonjun terdian dan menatap ragu sosok itu yang berucap demikian.
"Sungguh tidak apa, lagipula tempat sudah ramai dengan orang-orang bukan? Rasanya akan sedikit menghabiskan waktu untuk berkeliling mencari tempat kosong," Lanjutnya dengan senyum tipis.
Entah sihir apa yang memantranya. Yeonjun dengan tak sadar mengikuti ucapan pemuda manis itu.
Choi Yeonjun
Choi Yeonjun
Kau... Orang yang waktu itu bukan?
Tanya Yeonjun kepada pemuda itu setelab duduk di tempatnya. Entah mebgapa Yeonjun merasa sangat lenasaran dengan oemuda ini
"Oh waktu itu? Hehehe... Sebelukbya terima kasih sudah menjaga diriku agar tidak ketahuan dab aku berhutang budi padamu. Omong-omong, siapa namamu?" tanyanya penasaran. Ah bukan juga sih, pemuda itu lebuh kepada tak sopan jika ia tak tahu nama orang yang sudah berbaik hati kepadanya. Masa dia tidak tahu harus membalas budinya tanpa tahu nama orang itu? Sedikit aneh.
Choi Yeonjun
Choi Yeonjun
Aku, Choi Yeonjun. Senang bertemu denganmu lagi um...
Ryu/Choi Beomgyu
Ryu/Choi Beomgyu
Ryu Beomgyu. Salam kenal Yeonjun. /senyum/
Yeonjun mengangguk, pemuda itu kembali menulis sesuatu di bukunya. Yeonjun sampai tercengang melihat 5 tumpukan buku pelajaran yang ia yakini itu hasil pinjam dari perpustakaan ini. Pemuda itu menyalin semuanya? Apa sekolahnya tidak memberinya buku?
Merasa diperhatikan, Beomgyu menoleh dan mendapati Yeonjun yang masih dengan wajah bengongnya.
Ryu/Choi Beomgyu
Ryu/Choi Beomgyu
Yeonjun? Hei kenapa bengong?
Choi Yeonjun
Choi Yeonjun
/kaget/ Ah, iya? Bukan, kamu menyalin materi itu semua?
Ryu/Choi Beomgyu
Ryu/Choi Beomgyu
/senyum/ Aku suka belajar.
Yeonjun tidak menjawab. Ia hanya mengangguk dan mulai membaca buki yang ia bawa. Sedikit heran, ternyata selain dirinya ada lagi sosok yang gila belajar.
Kalau Yeonjun pikir lagi, Beomgyu itu lebih manis dari yang ia lihat kemarin. Apa lagi dengan cardigan oversizenya ia nampak begitu lucu.
Choi Yeonjun
Choi Yeonjun
/menggeleng/ (Apa yang aku pikirkan? Sadar Yeonjun...)
Satu jam berdiam diri akhirnya Beomgyu menutup bukunya dan membereskan alat tulisnya. Atensi Yeonjun tertuju penuh kepada sosok pemuda manis itu.
Choi Yeonjun
Choi Yeonjun
Sudah mau pulang?
Ryu/Choi Beomgyu
Ryu/Choi Beomgyu
/mengangguk sambil tersenyum/ Iya, aku harus pulang karena sudah sore juga.
Yeonjun yang tadinya hanya diam harus terkejut dengan notifikasi dari Soobin. Oh, dirinya juga mau pulang. Kebetulan sekali.
Choi Yeonjun
Choi Yeonjun
Aku juga mau pulang. Mau bareng?
Beomgyu hanya tersenyum menanggapinya. Yeonjun ikut berdiri dan mereka berjalan bersama menuju luar perpustakaan. Di depan ia melihat Soobin yang melambai kearahnya.
Choi Soobin
Choi Soobin
Oh kau bawa siapa?
Choi Yeonjun
Choi Yeonjun
Dia Beomgyu, baru saja berkenalan. Beomgyu, dia Soobin, sepupu sekaligus sahabat.
Ryu/Choi Beomgyu
Ryu/Choi Beomgyu
Halo, salam kenal. Namaku Beomgyu.
Choi Soobin
Choi Soobin
Salam kenal juga. Teman Yeonjun, temanku juga. Jangan sungkan ya Beomgyu. /semyum/
Ryu/Choi Beomgyu
Ryu/Choi Beomgyu
A-ah.. Iya terima kasih.
Choi Yeonjun
Choi Yeonjun
Kau naik apa?
Ryu/Choi Beomgyu
Ryu/Choi Beomgyu
Aku naik bis. Kenapa?
Choi Yeonjun
Choi Yeonjun
Bareng saja. Di mana rumahmu?
Ryu/Choi Beomgyu
Ryu/Choi Beomgyu
Tidak usah aku jadi merepotkan kalian...
Choi Soobin
Choi Soobin
Tidak kok, lagian kami tidak ada keperluan.
Choi Yeonjun
Choi Yeonjun
Iya, ayo!
Beomgyu mengulum bibirnya. Sebenarnya ia ragu, tapi kalau naik bis akan lebih lama sampai.
Ia pun mengangguk setuju. Membuat senyum keduanya merekah. Namun, hanya Yeonjun yang merasa bahwa ia sangat senang. Soobin menyadarinya.
Choi Yeonjun
Choi Yeonjun
Ayo, Soobin, giliran aku. Sesuai perjanjian.
Choi Soobin
Choi Soobin
/terkekeh/ Baiklah, ayo Beomgyu.
Mereka pun masuk ke dalam mobil Soobin dengan Yeonjun yang menyetir. Beomgyu pikir keduanya itu sombong atau bagaimana. Tapi semuanya salah, orang kaya yang duduk di depan itu justru lebih dari apa yang ia pikir.
Lumayan jauh jarak dari perpustakaan dengan rumah Beomgyu. Tapi jalan mereka lalui searah dengan tempat bimbel mereka.
Ryu/Choi Beomgyu
Ryu/Choi Beomgyu
Yeonjun, berhenti di depan taman itu saja.
Choi Yeonjun
Choi Yeonjun
Kenapa tidak sampai depan rumah sekalian?
Ryu/Choi Beomgyu
Ryu/Choi Beomgyu
Di sini saja. Rumahku dekat taman ini kok.
Choi Yeonjun
Choi Yeonjun
Baiklah.
Mobil itu berhenti di depan taman yang Beomgyu maksud. Pemuda itu turun segera dan berterima kasih kepada keduamya lalu pergi dengan buru-buru ke arah sebuah flat apartemen di sana.
Choi Soobin
Choi Soobin
Dia seperti orang ketakutan benar?
Choi Yeonjun
Choi Yeonjun
/masih melihat ke arah flat Beomgyu/ Aku kira cuma aku yang merasa.
Choi Soobin
Choi Soobin
/senyum menggoda ke arah Yeonjun/ Kau menyukainya?
Choi Yeonjun
Choi Yeonjun
/memukul Soobin/ Jangan ngawur!
Choi Soobin
Choi Soobin
Hahahaha... Mungkin bukan hari ini, tapi nanti.
Choi Yeonjun
Choi Yeonjun
Apa yang kamu bicarakan? Jangan ngelantur.
Soobin hanya tertawa ketika Yeonjun terlihat salah tingkah. Yeonjun mulai mengendarai mobilnya dan pergi dari sana.
Berbeda dengan Beomgyu yang hanya menatap keluar jendela ke arah taman. Bibirnya menyunggingkan senyum. Beomgyu, dia merasa aneh. Entah apa yang terjadi, dia rasa bahwa Yeonjun itu orang baik.
Ryu/Choi Beomgyu
Ryu/Choi Beomgyu
Choi Yeonjun, ya?
.
.
.
BERSAMBUNG

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!