Pagi ini hujan menguyur kota jakarta, para murid yang hendak masuk ke sekolah berlarian untuk menghindari air hujan.
"Tunggu........!" Teriak seorang wanita sambil berlarian karena gerbang sekolah akan segera di tutup oleh satpam.
"Ya ampun neng, ini udah telat loh," Balas seorang satpam yang sedang berusaha mengunci gerbang.
"Pak ya elah cuman telat satu menit doang ini, ayolah buka hujan loh ini," Wanita itu terus memohon agar di bukakan gerbangnya.
"Satu menit juga tetep telat, lagian yang bilang sekarang panas juga siapa? Saya tau kok ini lagi hujan."
"Pak saya murid baru tolong di maklum sekali ini aja, saya janji besok-besok gak bakalan telat lagi deh saya."
"Pantesan muka nya aneh, ya udah kali ini aja," Satpam itu akhirnya membukakan gerbang tersebut.
Saat wanita itu masuk tiba-tiba seorang pria di belakangnya juga ikutan masuk, wanita itu hanya terdiam melihat satpam yang tidak komen sama sekali pada pria yang baru masuk itu.
"Pak pilih kasih banget, masa tuh cowok di biarin masuk gitu aja, sedangkan saya tadi harus mohon-mohon dulu baru masuk. Itu namanya gak adil tau," Oceh ia karena kesal.
"Saya kasih kamu masuk juga udah baik itu, udah deh jangan banyak ngomong. Hujan ini saya mau kembali ke posko," Satpam tersebut malah meninggalkan ia sendirian.
Ia hanya bisa berdecak sebal sembari langsung berlari ke tempat yang teduh agar seragam yang ia pakai tidak terlalu basah, yah walaupun sebenarnya sudah basah.
________
Bel pertanda masuk kelas telah bergema di setiap ruangan, wanita tadi kini sudah bersama wali kelas menuju kelas yang akan ia tempati, tadi ia sempat merapihkan dulu seragamnya yang kusut di pakai lari-lari.
Ia sampai di kelasnya, ia di minta memperkenalkan dirinya di hadapan teman- teman sekelasnya.
"Nama gue Aletta Prisilia, kalian terserah mau manggil gue apa," Saat memperkenalkan diri, tiba-tiba sorot matanya menangkap seorang pria yang tadi nyelonong masuk di gerbang.
Pria itu tampak tidak peduli dengan dirinya, "Sialan, bisa-bisanya orang secantik gue gak di liat, dari tadi pagi udah nyebelin sih tuh orang," Gumam Aletta di dalam hatinya sembari memutar bola matanya malas.
"Aletta kamu bisa duduk di kursi yang kosong," Ujar Bu Windy selaku wali kelasnya.
"Baik bu," Di kelas ada dua kursi yang kosong, di samping pria itu dan juga di pojok kanan dan Aletta lebih memilih duduk di pojok kanan, malas sekali jika harus duduk berdampingan dengan manusia sombong kayak gitu.
"Hay salam kenal, nama gue Dilla," Siswi di sampingnya langsung memperkenalkan dirinya.
"Salam kenal juga," Aletta membalas senyuman ramah Dilla.
Aletta adalah murid pindahan dari luar negeri, awalnya Aletta sekolah di singapura tetapi pada akhirnya karena berbagai alasan kini Aletta pindak ke indonesia. Aletta baru menginjak kelas dua SMA, ia masuk ke kelas Dua IPA 1 dimana para siswa pintar berkumpul.
Aletta lumayan pintar akhirnya ia di masukan ke kelas tersebut.
Jam pelajaran pertama dan kedua telah selesai, kini para murid sedang istirahat. Dilla mengajak Aletta untuk ke kantin bersama, karena Dilla rasa Aletta pasti masih kebingungan di sekolah barunya, Aletta juga pasti masih harus adaptasi.
Aletta setuju untuk ke kantin bersama, karena menurutnya ia juga belum punya teman di sini.
Selama perjalanan ke kantin mata Aletta sibuk memperhatikan orang lain, cuaca di jam 9 juga kembali cerah. Hujan sudah mulai reda, "Boleh gue nanya sesuatu gak?" Tanya Aletta.
"Tanyain aja, kalau sekiranya gue bisa jawab pasti gue jawab. Tapi kalau lu nanyain pertanyaan olimpiade kayaknya gue gak bakalan bisa jawab deh," Balad Dilla tertawa kecil, ia agak sedikit bercanda.
"Ya kali aja gue nanyain yang kayak begitu, gak penting. Gue mau nanya, siapa namanya cowok yang duduk sendirian di kelas?"
"Glen? Maksud lu Glen?"
"Yah iya dia kali, kan gue gak tau namanya siapa makannya gue nanya lu, lu malah nanya balik. Lagian yang duduk di kelas sendirian kan cuman cowok itu doang."
"Ngapain lu nanyain soal Glen? Gue tau sih dia emang ganteng di tambah tajir melintir, tapi gue harap lu gak usah berurusan sama dia deh. Ngeri orangnya."
"Ngeri kenapa? Lagian gue cuman nanyain dia bukan berarti gue tertarik sama dia, ngapain juga gue suka sama manusia sombong modelan dia."
"Entar gue ceritanya di kantin, biar enak ngobrolnya sambil duduk dan makan."
Mereka kini sampai di kantin, mereka juga sudah pesan makanan tinggal menunggu makanan itu di hidangkan di meja mereka.
"Pokoknya kalau lu mau hidup tenang selama sekolah jangan pernah mau berurusan sama Glen, dia itu orangnya kasar sama gak punya perasaan. Dulu pernah ada yang coba nembak Glen dan lu tau apa yang terjadi selanjutnya?" Wajah Dilla mulai terlihat serius.
"Ya mana gue tau orang gue belum sekolah di sini."
"Cewek itu di tolak mentah-mentah sama Glen terus di cewek langsung di bully satu sekolah karena udah berani nembak Glen, sampai akhirnya cewek itu gak kuat dan memutuskan untuk tidak sekolah lagi," Jelas Dilla.
Makanan mereka datang, mereka kembali melanjutkan obrolan sambil makan.
"Glen cuman punya dua teman di sekolah, mereka namanya Digo sama Raka. Glen juga merupakan ketua geng motor yang di takuti oleh sekolah lain, Glen di kenal suka bikin onar dan kataya Glen bahkan di benci keluarganya sendiri."
Aletta hanya mengangguk-anggukkan kepalanya sambil sibuk mengunyah makanan.
"Pokoknya kalau pun lu tiba-tiba terpincut karena ketampanan Glen, jangan sampai lu memberanikan diri buat deketin dia. Selain lu bakalan di tolak mentah-mentah sama Glen, lu juga bakalan berurusan sama cewek-cewek yang suka sama Glen, bisa-bisa nanti lu di bully habis-habisan lagi."
"Kagak mungkin juga kali gue suka sama dia, eh dia gak masuk tipe gue tenang aja," Balas Aletta yang kuat dengan pendiriannya.
"Bagus deh kalau gitu."
Brak, seseorang tiba-tiba mengebrak meja mereka dengan keras membuat Aletta dan Dilla kaget, Aletta mengusap dada nya karena barusan jantungnya hampir jatuh karena kaget.
Aletta menatap seorang pria yang barusan menggeprak mejanya, di belakang pria itu ada dua wanita dan satu pria lainnya yang malah sedang cengengesan melihat Aletta yang kaget.
"Sorry sengaja," Ucap pria itu sambil tersenyum miring.
Aletta membalas senyuman pria itu, "Oh iya gak papah kok," Aletta berhenti bicara beberapa detik, "Lu berharap gue ngomong gitu setelah apa yang lu lakuin?" Lanjut Aletta.
Dilla menarik seragam Aletta untuk meminta Aletta diam saja.
"Songong juga murid baru kita sekarang. Dia gak tau apa kita siapa?" Timpa seorang wanita dari balik tubuh pria yang berada di depan Aletta. Ia maju ke hadapan Aletta.
"Bukannya yang songong itu kalian? Datang-datang bikin rusuh orang," Balas Aletta tidak ada takut-takutnya, ia bangkit dari duduknya untuk berhadapan dengan mereka.
"Kenalin, gue Queen semua orang tau kok siapa gue. Dan lu udah berani ngomong gitu sama gue, itu tandanya lu siap main-main sama gue," Queen merupakan ketua geng di geng nya yang beranggotakan 4 orang.
Pria yang di awal memukul meja bernama Aksa, lalu wanita satunya bernama Diandra dan pria satu lagi bernama Liam.
Mereka salah satu geng di sekolah yang di takuti murid lain, bukan hanya karena sikap nya yang kasar tetapi kejahatan mereka sering kali di tutupi pihak sekolah karena orang tua mereka merupakan donatur tetap sekolah ini.
Mereka juga siswa kelas tiga sekarang.
"Gue gak punya waktu buat main-main sama lu, lu mau duduk di sini ambil aja gak usah pake cara gebrak-gebrak meja," Balas Aletta dengan santai.
Queen tercengang dengan kelakuan Aletta padanya, "Seret dia ke kamar mandi," titah Queen pada teman-teman nya.
Aletta di tarik Liam juga Aksa agar ikut ke kamar mandi, Dilla kebingungan. Ia ingin membantu Aletta tapi semua orang di sana tampak tidak peduli pada Aletta, sedangkan jika ia membantu Aletta sendirian ia tidak akan bisa. Yang ada ia malah akan ikut di kerjain mereka.
Tiba-tiba saat Dilla celingukan mencari orang, Glen dan kedua temannya berlalu ke hadapannya dengan sangat gagah dan berkharisma.
Glen dan kedua temannya itu berhenti di hadapan Queen, Glen kemudian menarik Aletta dari tangan Liam juga Aksa.
"Dia mainan gue, mau lu bawa kemana?" Ucap Glen yang membuat semua orang di sana kaget termasuk Queen.
Queen terdiam untuk beberapa saat, "Maksud lu?"
"Sekarang lu budeg?" Tanya balik Glen.
Dilla malah semakin panik, "Sialan, sebenernya Aletta punya masalah apa dengan Glen. Lebih ngeri kalau Aletta jadi mainan Glen," gumam Dilla dalam hatinya.
Aletta juga bingung sembari menatap wajah Glen, Queen akhirnya memutuskan untuk pergi karena ia tidak mau punya urusan dengan Glen. Karena menurutnya Glen lebih menakutkan daripada setan sekalipun.
"Ngapain liatin gue? Terpesona yah sama ketampanan gue? Udah biasa sih semua cewek di sini emang kayak gitu," Glen menyombongkan dirinya sembari merapihkan rambutnya untuk tebar pesona.
Seketika Aletta memasang wajah jijik, "Terpesona lu bilang? Enak aja. Gak ada menarik-menariknya lu di mata gue," Balas Aletta dengan santainya.
Semua orang semakin kaget dengan apa yang Aletta ucapkan.
"Dia gak ada takut-takutnya yah sama orang, apa emang dia bodoh aja."
"Hahaha, liatin aja nanti juga tuh cewek ke mental di bully semua orang."
"Iya sok banget sih orangnya."
"Palingan pindah sekolah nanti."
Kira-kira seperti itulah yang di omongkan semua orang di sana mengenai kelakuan berani Aletta.
Bukannya malah Glen malah tertawa dengan ucapan Aletta, tidak hanya Glen kedua temannya ternyata ikutan tertawa.
"Gue suka sama lu," ucap Glen spontan.
Semua yang mendengarnya tampak tidak percaya dengan apa yang Glen katakan.
"Lu gila yah? Ngapain lu suka sama gue," Balas Aletta.
"Gue makin suka sama lu," Lanjut Glen sambil tertawa kecil.
"Lu cewek pertama yang bilang Glen gila," Timpa Raka.
"Oh jadi temen lu yang satu itu suka di bilang gila? Bagus deh, soalnya emang gila," Balas Aletta tersenyum tipis sembari memutar bola matanya malas.
Glen dan kedua temannya itu duduk di meja yang tadi Aletta tempati. Di sana juga masih ada Dilla yang terlihat ketakutan karena kedatangan mereka bertiga, Aletta ikutan duduk lagi karena makanannya belum habis.
Glen memilih untuk makan siang bersama mereka, makanan pesanan mereka datang. Dan tentunya kini mereka menjadi pusat perhatian semua murid yang ada.
Wajah ketakutan Dilla terlihat sangat jelas.
"Lu kenapa?" Tanya Aletta yang melihat wajah takut Dilla.
"Gue-gue pergi dulu," Dilla memilih untuk menjauh dari Aletta karena tidak mau berurusan dengan masalah Aletta.
Aletta tidak bisa menolak kepergian Dilla, Aletta tau betul jika Dilla pasti tidak mau terlibat masalahnya. Tapi itu tidak terlali membuatnya sedih atau kesal, karena dari awal Aletta memang tidak menganggap Dilla sebagai teman dekatnya juga.
"Di tinggalin?" Tanya Digo menatap Aletta.
"Biarin aja," Balas Aletta dingin.
Saat jam makan siang selesai, Aletta kembali ke kelas bersama Glen dan yang lainnya. Sebenarnya Aletta bingung kenapa Glen tidak seburuk yang Dilla katakan, atau Glen belum memperlihatkan sisi buruk yang sebenarnya.
Pikiran itu membuat Aletta agak sedikit kebingungan, sesampainya di kelas ia langsung duduk di kursinya. Dilla tampak berbeda, Dilla tidak mau bicara pada Aletta bahkan berusaha menghindari tatapan Aletta.
_________
Saat pulang sekolah, Aletta langsung pergi ke parkiran. Hari ini ia tidak naik mobil pribadinya karena tadi pagi mogok dan terpaksa harus ke bengkel, itulah alasan mengapa hari ini ia telat.
Sesampainya di bengkel ia langsung membayar biaya perbaikan mobilnya. Aletta mengendarai mobil civic berwarna merah.
Saat ia akan pulanh tiba-tiba di samping bengkel itu ada sebuah rumah yang di jadikan markas Glen, Glen tidak sengaja melihat Aletta dan langsung menghampiri Aletta.
Aletta berdecak sebal karena harus bertemu dengan Glen, "Gue mau pulang dadah," Saat Aletta hendak masuk ke mobil tiba-tiba Aletta di tarik Glen untuk masuk ke markasnya.
"Lepasin Glen, lepasin gue. Inget jangan pernah berani macem-macem sama gue, gue bisa karate tau," Ancam Aletta saat di tarik masuk Glen ke markasnya.
Glen malah tertawa kecil, sesampainya di sana Aletta terkejut karena di dalam Markas itu terdapat Digo, Raka dan seorang perempuan paruh baya yang tengah menyiapkan makanan.
"Emangnya lu takut gue apain?" Tanya Glen tersenyum tipis melihat Aletta.
"Siapa dia?" Bisik Aletta penasaran dengan perempuan paruh baya di sana.
"Dia Bi Ela, pembantu gue yang menjaga markas ini supaya terus rapih dan juga nyiapin makanan buat gue makan," balas Glen.
"Aletta, ngapain di sini?" Tanya Raka yang di balas anggukan Digo.
"Dia abis dari bengkel sebelas, gue tarik deh dia ke sini," Glen bantu menjawab.
"Tunggu! Bukannya kalian anggota geng motor yah? Terus kenapa di markas kalian cuman ada kalian bertiga? Harusnya kan kalau anggota geng motor banyakan," Tanya Aletta penasaran.
"Ini markas khusus kita, Markas utama geng motor kita gak di sini tapi di tempat lain. Yah kalau di sana sih rame," Jelas Raka.
"Kenapa? Lu mau ke sana?" Lanjut Raka.
"Kagak, cuman mau nanya doang. Dah ah gue mau balik," Saat Aletta memutar tubuhnya untuk pergi, Glen lagi-lagi menarik tubuh Aletta.
"Ngapain sih buru-buru, di sini aja dulu," Ucap Glen.
"Enggak mau, udah ah lepasin gue sibuk harus buru-buru pulang," Saat Aletta berlari pergi, terlintas senyuman hangat dari Glen.
Entah kenapa Glen begitu tertarik pada Aletta, penolakan yang Aletta berikan padanya semakin membuat Glen tertarik pada wanita itu.
Sesampainya di rumah Aletta harus menghela nafas yang melihat suasana yang benar-benar memuakan setiap harinya, dengan helaan nafas beratnya ia berjalan menuju kamarnya di lantai dua.
Baru saja ia menginjakkan kakinya menuju tangga, suara yang ia benci memanggil dirinya.
"Aletta, darimana saja kamu? Jam segini baru pulang sekolah," Bentak seorang wanita sambil berkacak pinggang memandangi Aletta tepat di sampingnya.
Aletta memutar tubuhnya untuk menatap wanita itu, "Mobil ku tadi mogok, jadi harus ke bengkel dulu," balas Aletta berusaha tidak marah.
"Alasan, pasti kamu abis main-main dulu."
"Main gimana sih? Aku baru pindah sekolah dan masih belum punya temen jadi aku mau main sama siapa?"
"Ya biasa aja kamu udah punya temen dan langsung main, gak inget apa kamu banyak kerjaan di rumah ini. Cepat ke dapur dan cuci piring."
"Iya," Karena malas berdebat akhirnya Aletta mengiyakan perintah perempuan itu.
Perempuan tadi bernama Wulan, dia ibu tiri Aletta yang di nikahi ayahnya 3 tahun yang lalu. Umur wanita itu dengan ayahnya berbeda jauh, dan Aletta begitu membenci wanita itu karena bermuka dua.
Setiap di depan ayahnya, perempuan itu selalu bersikap manis seakan-akan Aletta lah yang kasar padanya. Padahal di belakang ayahnya Aletta, justru dialah yang selalu seeanaknya pada Aletta.
Ibu kandung Aletta meninggal saat Aletta kecil karena kecelakaan mobil, saat itu Aletta yang ikut dalam kecelakaan tersebut berhasil di selamatkan sedangkan ibunya harus meninggal karena terlalu banyak mengeluarkan darah dari kepalanya.
Kejadian itu cukup membuat Aletta trauma hingga sekarang, trauma itu juga terkadang kambuh.
Selesai mandi dan ganti baju ia langsung ke dapur untuk cuci piring, pembantu di rumah itu menghampiri Aletta.
"Biar saya saja Non. Non tunggu aja di sini," ucap Bi mimah pembantunya.
"Gak usah Bi biar saya saja," Aletta terus mencuci piring tersebut.
"Tapi non pasti capek baru pulang sekolah harus langsung cuci piring, nyonya Wulan emang gak punya hati. Kadang bibi tuh ingin sekali bicara pada Tuan Amar mengenai kelakuan isyrinya, tapi Bibi belum punya waktu yang pas. Tuan Amar kan jarang di rumah," Bi Mimah ikut kesal dengan kelakuan Wulan.
"Udah bi gak usah bahas itu, aku gak papah kok," Aletta tersenyum tipis.
"Ya udah bibi bantuin," Saat Bi Mimah ingin membantu Aletta, tiba-tiba Wulan datang ke sana.
"Gak usah di bantuin, cuci piring doang masih mau di bantuin. Bi, mending kerjain kerjaan lain aja sana," Ketus Wulan sembari melipat kedua tangannya di dada.
Aletta memberikan isyarat pada Bi Mimah untuk pergi saja. Akhirnya Bi Mimah pun pergi.
"Yang bersih cuci piringnya," bentak Wulan.
"Iya."
"Mama......" Seorang anak perempuan datang memeluk Wulan, anak berusia dua tahun itu adalah anak Wulan dan Amar, adiknya Aletta.
Anak kecil itu di berinama Bella, setelah kedatangan anak itu sikap ayahnya Aletta juga terlihat berubah pada Aletta. Rasa sayang ayahnya terbagi dan lebih sering tidak memperdulikan Aletta.
Aletta hanya bisa terus bersabar dan menerima semuanya saja, ia sudah pernah beberapa kali mencoba mengadukan sifat Wulan pada ayahnya, tetapi itu malah jadi hal yang percuma. Amar selalu marah ketika Aletta membahasnya.
Amar malah berpikir jika Aletta lah yang sebenarnya tidak suka pada Wulan, karena Wulan memang orang yang licik. Di depan Amar ia selalu terlihat lemah dan tersakiti.
Selesai membereskan dapur, Aletta kini bersantai di taman belakang dengan di temani secankir minuman coklat hangat. Dalam ingatannya terbayang saat-saat bahagia ketika dulu ibunya masih ada, dulu keluarga kecilnya selalu bermain dengan gembira di taman ini.
Tanpa sadar air matanya mengalir membasahi pipi indahnya, ia segera menghapus air mata itu.
Bi Mimah yang sejak lama sudah ada di sana ikut bersedih ketika melihat Aletta menangis, dari kejauhan ia hanya bisa terus berdoa semoga kejahatan Wulan segera terbongkar.
__________
Sementara itu Glen tidak mau pulang je rumahnya, ia masih di markas sendirian. Semua orang sudah pulang ke rumahnya masing-masing, Glen memandangi langit-langit sambil membayangkan wajah menggemaskan Aletta.
"Dia benar-benar membuatku tertarik, kau tidak akan ku biarkan lepas dariku," Senyuman licik terukir di bibirnya.
_________
Keesokan harinya Aletta sudah berada di sekolah, semua murid yang melihat Aletta langsung mencoba menghindar. Karena kemarin Aletta sudah membuat Queen marah.
Queen dan temannya kembali menghampiri Aletta, Aletta hanya terdiam sambil memandangi Queen.
"Sialan, kemarin lu udah berani buat gue malu di hadapan banyak orang. Sekarang lu harus terima akibat perbuatan lu itu," Ucap Queen penuh amarah.
Tangan Aletta hendak di tarik paksa oleh Queen, tetapi tiba-tiba tangan Queen di pegangi oleh Glen yang datang bersama kedua temannya.
Glen menatap Queen dengan tatapan tajam, "Lepasin tangan dia atau gue bakal bikin tangan lu lepas?" Aura seram dari Glen mulai keluar, siapapun yang ada di sana pasti ketakutan melihat tatapan marah Glen.
Queen segera melepaskan tangan Aletta, Glen juga melepaskan tangan Queen. Lalu berbalik memegang tangan Aletta dengan lembut, Aletta kini kebingungan.
"Gue udah bilang kemarin, jangan pernah lu sentuh Aletta lagi. Kalau lu lakuin itu, urusan lu sama gue. Gue kasih peringatan terakhir, jangan bantah perintah gue," bentak Glen.
"Apa sih yang ngebuat lu suka sama wanita itu Glen? Padahal selama ini gue kurang apa memperjuangkan lu," Queen balas membentak.
"Lu kurang semuanya. Gue ingetin sama lu semua, jangan pernah berani-beraninya nyentuh Aletta karena dia pacar gue," ucap Glen dengan lantang.
Aletta yang mendengarnya ikutan kaget, semua orang mulai bertanya-tanya mengapa Glen mau berpacaran dengan Aletta yang baru ketemu kenarin, sedangkan mereka semua sudah berusaha mendekati Glen tapi tetap di tolak.
Aletta melepaskan tangan Glen, "Lu gila yah? Sejak kapan kita pacaran?" Bentak Aletta menatap Glen.
"Sejak sekarang," Balas Glen dengan santai.
"Ngaco lu," Aletta meninggalkan semua yang ada di sana untuk pergi ke kelas.
Glen dan kedua temannya mengejar Aletta, sementara Queen menangis mendengar pengakuan Glen kalau semisalkan Aletta adalah pacarnya. Perjuangannya selama ini benar-benar sia-sia.
Glen merangkul Aletta, Aletta langsung menatap Digo yang ada di sampingnya.
"Temen lu kayaknya harus di periksa deh otaknya," Sarkas Aletta.
"Dokter juga pasti udah gak bisa ngobatinnya, udah terima aja. Semua siswi di sini pengen tau ada di posisi lu sekarang," Balas Digo.
"Iya, tapi itukan bukan keinginan gue. Gue gak mau pacaran sama orang yang otaknya enggak beres kayak dia," Rengek Aletta.
"Ngapain juga sih lu mau jadi pacar gue, padahal gue gak suka sama lu. Kan katanya yang suka sama lu banyak, lu pacarin aja mereka semua, asal jangan gue," Lanjut Aletta.
"Yah justru karena lu gak mau jadi pacar gue makannya gue mau jadi pacar lu," Balas Glen.
"Beneran ada yang gak beres ini sama otak nya."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!