Kanaya Adisti, gadis cantik pintar dan energik ia menjadi mahasiswa terbaik di tempatnya kuliah dengan kepintarannya ia menjadi kebanggaan kampus tempat ia mengenyam pendidikan.
Dengan kepintarannya ia mendapat beasiswa untuk terus melanjutkan pendidikan tanpa harus memikirkan biaya.
Kanaya berasal dari keluarga yang sederhana dan berkecukupan, sang Ayah memiliki toko bunga dan juga pengusaha tanaman hias.
Dengan beberapa bidang tanah yang di kelolanya dan ditanami berbagai tanaman hias dan beberapa bunga untuk menghidupi keluarga kecilnya.
Kanaya memiliki seorang Kakak perempuan dan saudara laki-laki dari sang Ibu sambung Ayahnya menikah kembali saat ia masih berusia satu tahun, Ibu kandung Kanaya meninggal saat melahirkan dirinya.
Beruntung Ibu sambung Kanaya sangat menyayanginya begitu juga dengan kedua saudara tirinya terutama Arga saudara laki-lakinya yang tulus menyayangi dan selalu memanjakan Kanaya.
Pagi ini seperti biasa Kanaya bersiap untuk pergi kuliah.
" Naya...ayo sarapan dulu nak!" panggil Irma sang Ibu dari lantai bawah .
" Iya Bu, sebentar lagi Naya turun"
Kanaya melihat pantulan dirinya di cermin ia merapikan baju dan yang ia kenakan dan rambutnya yang ia biarkan tergerai begitu saja.
Setelah merasa cukup rapi ia pun bergegas keluar dari kamar menuju lantai bawah dimana Ayah, Ibu dan Kak Arga sedang sarapan.
" Pagi semuanya!" ucap Kanaya sembari menarik kursi untuk ia duduk di samping Arga
" Pagi Nay" jawab Arga.
Irma mengambilkan nasi goreng buatannya ke piring yang Naya asongkan
" Makasih Bu"
" Iya sayang"
Naya nampak lahap menikmati sarapannya bersama yang lain namun ada yang kurang kembali terjadi pagi itu seperti pagi-pagi sebelumnya.
" Kak Yola , gak pulang lagi Bu?" tanya Kanaya menatap sang Ibu yang nampak terdiam
" Sudah, kau jangan tanyakan lagi tentang Kakak perempuan mu itu , kau makan saja habiskan sarapannya" ucap Arga.
" Tapi Kak, Naya sangat mencemaskan Kak Yola, sudah beberapa hari ini ia tak pulang-pulang, Ayah dan Ibu juga sangat cemas pastinya Kak" tukas Kanaya.
" Naya, sudah nak kau jangan ikut mencemaskan Kakakmu itu, kau fokus saja belajar " ucap Hadi sang Ayah.
" Tapi Yah..."
" Naya, sudah sayang Ayahmu benar cepat selesaikan sarapanmu, nanti kau bisa terlambat ke kampus, tidak apa-apa Ibu dan Ayah baik-baik saja jangan terlalu mencemaskan kami" timpah Irma.
" Huuhpp...kalian ini selalu saja begini kalau aku tanya tentang Kak Yola"
Kanaya menggigit bibir nya dengan kesal karena keluarganya selalu menutupi keberadaan Yola .
Arga yang melihat raut wajah Kanaya seperti itupun mencoba untuk memecah situasi tak mengenakan itu
" Aduuuh...duhh..duhh... Pipi bapau nya tambah mengembang enak nih kalau di cubit" ucap Arga dengan memegangi kedua pipi Kanaya
" Aww...Kak Arga, sakit tahu!"
" Habisnya pipi kamu gemesin"
" Tapi kan bukan untuk Kak Arga tarik-tarik gitu , gara-gara Kakak, make up pasti luntur lagi"
" Bodo amat, siapa suruh cemberut "
" Iihh...Kakak"
" Makan , ayo makan habiskan sarapanmu " Arga menyedok nasi dan menyuapi Kanaya yang kesal namun tak urung juga ia menerima suapan Arga.
Irma dan Hadi nampak tersenyum bahagia melihat kehangatan Arga dan Kanaya, meskipun dalam hati keduanya begitu cemas akan Yola.
☘️☘️☘️
Setibanya di Kampus Kanaya langsung menuju ruang kampus dimana sebentar lagi pembelajaran akan dimulai.
Kanaya berencana ingin menjadi seorang desainer interior atau arsitektur ia sangat suka sekali mendesain rumah ataupun gedung beberapa kali ia juga berkesempatan mengikuti seminar ataupun acara-acara berbagai pameran ia ikuti sebagai perwakilan dari kampus.
Tahun ini Kanaya bisa lulus kuliah dan bekerja di perusahaan yang telah memintanya untuk bergabung setelah melihat kemampuan dan kepintaran dirinya.
" Pagi Nay!"
Sapa Luna sahabat Kanaya
" Pagi Lun"
" Kenapa sih Lo, gue perhatiin daritadi Lo lebih banyak bengong" tanya Luna
" Gak, gak ada apa-apa "
" Jangan boong deh sama gue Nay, gue kenal Lo itu dah lama , gue tahu Lo pasti lagi ada problem" ucap Luna.
Kanaya tersenyum mendengar penuturan Luna
" Lo, bener Lun, gue lagi mikirin Kak Yola"
" Kak Yola? Emang kenapa lagi dia Nay? Apa dia gak pulang lagi ?"
Kanaya mengangguk dengan ucapan Luna yang benar adanya.
" Nay, kenapa Lo gak coba tanya kemana dan kenapa dia jarang pulang itu ke Kak Yola"
" Eh Lo itu aneh tahu gak?
" Aneh? Aneh apanya ? Gue kan cuma ngasih saran?"
" Ya elah, Luna, kalau gue bisa tanya Kak Yola ngapain gue pusing mikirin dia? Kan dianya gak ada dodol,gue harus tanya siapa tanya setan?"
" OMG...kok gue , jadi telmi gini ya?"
"Hahahaha....baru nyadar Lo, dasar "
Kanaya terbahak-bahak dengan tingkah Luna yang memang terkadang nyeleneh
" Tapi karena gue, Lo jadi ketawa kan?"
" Eh...apaan sih Lo ...tapi emang beneran Lo bikin gue terhibur "
Kanaya memeluk Luna dengan perasaan senang begitu juga dengan Luna , tanpa di duga keduanya Dandy dan teman-temannya datang menghampiri keduanya.
" Wow...so sweet banget sih kalian pagi-pagi gini"
" Eh Lo Dan, ngapain sih pagi-pagi gini jangan bikin rusuh deh Kanaya lagi bete tahu gak? Jadi jangan bikin dia tambah bete lagi" ucap Luna.
" Memangnya kenapa Bidadariku ini? ayo bilang aja nanti aku hajar tuh yang bikin bidadariku bete kayak gini" ucap Dandy yang sudah lama menyukai Kanaya.
" Udah deh Dan, jangan mulai lagi aku lagi gak mood" Kanaya dengan wajah kembali suntuk dan memilih untuk menghindari Dandy yang selalu berusaha mendekatinya.
" Sayang, jangan ngomong gitu dong, Ayo ikut sama aku aja di jamin kamu pasti happy"
Dandy menarik tangan Kanaya sampai gadis itu beranjak dari duduknya.
" Aww...lepasin tangan aku Dan, sakit!"
" Hey, Dandy Lo jangan keterlaluan gitu dong Sama Naya!" bentak Luna
" Apaan sih Lo, berisik banget jadi cewek " tukas Dandy pada Luna
" Bodo amat Lo lepasin tangan sahabat gue atau gue teriak , biar semua orang datang semua gebukin Lo karena Lo dah kasar sama Naya, Lo tahu kan secara Naya kebanggaan kampus kita jadi Lo pikir aja sendiri apa akibatnya jika Lo nyakitin dia!"
Perlahan Dandy melepaskan tangan Kanaya yang kemudian meninggalkan dirinya dan pergi bersama Luna.
" Sialan , cewek itu makin lama makin berani aja sama Lo Dan" ucap teman Dandy
Tangan Dandy mengepal dengan kuat mendengar perkataan Jodi sahabatnya itu.
" Gue, dengan cara apapun harus bisa dapetin Kanaya dia cinta mati gue" gumam Dandy
" Lo harus berjuan bro, berat usaha Lo dia gak suka sama Lo"
" Gua gak peduli, apapun caranya Kanaya harus jadi milik gue!!!"
" Parah Lo ,Dan rupanya Lo dah cinta mati sama tuh cewek "
Dandy hanya tersenyum kecut menanggapi perkataan Jodi.
Leonard Arya Wiguna CEO dari beberapa perusahaan ternama di tanah air di usia mudanya ia telah berhasil menjadi pengusaha sukses dan juga kaya raya bukan hanya karena prestasinya namun juga karena kepintarannya di bidang teknologi dan sains membuat dirinya di nobatkan sebagai orang terkaya se-Asia
Wiguna Corporation adalah perusahaan milik keluarga yang secara turun-temurun dan semakin besar usai di kelola Leonard
Namun di balik kesuksesannya tak banyak yang tahu pribadi pria tampan tersebut yang cenderung bersifat dingin dan jarang bicara hanya pada sang nenek saja Leonard selalu terbuka.
Sepeninggal kedua orang tuanya Leonard hidup dan dibawah asuhan sang nenek yang selalu menjaganya dengan penuh kasih sayang dan kedisiplinan yang tinggi.
Leonard berhasil menyelesaikan pendidikan sarjananya di Inggris dengan predikat terbaik hingga dirinya mampu mengelola bisnis yang telah sang nenek rintis hingga menjadi besar seperti sekarang.
" Cepat kau cari wanita itu, aku tak mau lama-lama membuang waktuku hanya demi wanita murahan seperti dia" ucap Leonard dengan penuh kekesalan pada asisten pribadi nya.
" Tuan Muda, ini berkas yang sudah berhasil saya kumpulkan tentang siapa wanita itu" ucap Alan sang asisten.
Leonard mengambil berkas dari tangan Alan dan membacanya.
" Wanita biasa ingin menjebakku dengan cara kotor, cepat kau cari wanita itu dan bawa kehadapanku"
" Baik Tuan!!"
Alan pergi meninggalkan ruangan kerja Leonard dengan berkas-berkas yang masih di tangan Leonard
" Yola...jadi itu namamu wanita sialan" gumam Leonard.
Flashback on :
" Lepaskan aku Nona...apa yang kau lakukan?"
" Keluar kau dari kamarku! , bagaimana kau bisa masuk ke kamar ini hah???"
Leonard mencoba melepaskan cengkraman wanita yang terus bergelayut memeluk tubuhnya dengan erat dan napas yang tersengal - engal.
" Tolong aku...ku mohon tolong aku...biarkan aku menyentuh mu ....kumohon...aku sudah tak tahan lagi....!!"
" Nona , kau sudah gila rupanya, aku tidak mengenalmu, cepat pergi dari sini atau aku akan memanggil keamanan untuk mengusirmu dari sini!" bentak Leonard.
" Aku tahu,kau tidak kenal aku.... Tapi aku mengenalmu Tuan Muda... Aku jatuh cinta padamu aku sangat mencintaimu....biarkan malam ini aku memilikimu ...ku mohon...tolong aku...eemmmmhhh ..." ucap wanita itu yang tak lain adalah Yola.
" Kau sudah gila rupanya... Aku tahu ini permainanmu ...jangan main-main atau kau akan menyesal cepat keluar dari sini !!! "
BRUUUUKKKKK
Leonard mendorong tubuh Yola hingga tersungkur ke lantai kamar hotel, Leo tak mengira jika dirinya akan berada di situasi seperti ini.
" Awhhh...kau kasar sekali Tuan Muda...baiklah kau yang memaksaku melakukannya... Aku tak peduli malam ini aku harus memilikimu" Yola dengan histeris.
Leo menatap aneh dan heran dengan wanita di hadapannya itu.
Yola melepaskan gaun seksi yang ia kenakan dihadapan Leo tanpa ragu menyisakan bra dan hotpants yang melekat di tubuhnya hal itu membuat Leo semakin panik.
Dilemparnya selimut dari tempat tidur ke arah Yola dengan kasar
" Cepat tutupi tubuhmu , kau sudah sangat keterlaluan"
Leonard beranjak menuju pintu bermaksud untuk keluar dari kamar hotel namun tanpa di duga Yola memeluk dirinya dengan erat dari belakang.
" Hey... lepaskan aku wanita sialan!!!"
" Kau harus jadi milikku!!"
" Kau sudah gila!!!"
" Aku tidak peduli, aku hanya ingin kau Tuan Muda!!!"
" Kau mabuk Nona, kau tidak sadar dengan yang kau lakukan ini!!!"
Leo berusaha melepaskan dekapan Yola namun tubuh Yola seolah bagaikan ular yang begitu liar dan kuat untuk ia lepaskan tiba-tiba Leo merasakan tubuhnya seolah lemas tak berdaya.
Pandangan Leo mulai kabur dan mulai hilang kesadaran
BRUUUUKKKKK
Tubuh Leo jatuh begitu saja ke lantai tanpa ada tenaga untuk bisa ia kembali pada kesadaran.
Melihat hal itu Yola membuka pintu kamar dan menyuruh seseorang masuk untuk membantu dirinya memapah tubuh tegap Leo ke tempat tidur.
Samar- samar Leo bisa mendengar apa yang di bicarakan Yola dan seseorang itu yang kini tengah membuka satu persatu pakaian yang ia kenakan.
" Cepat bantu aku ... Aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini lagi , aku sudah lama menantikannya" ucap Yola.
" Kau memang gila Yola" tukas seseorang tersebut
Suara seseorang itu dapat didengar jelas Leo dan itu adalah suara seseorang yang selama ini ia kenal.
Tubuh Leo lemas tak berdaya dalam keadaan itu Yola memanfaatkan situasi dengan mulai mencumbui dirinya .
" Kau sangat tampan sayang...aku rela melakukan ini demi mendapatkanmu" bisik Yola
" Kau cepat ambil gambar kami sebaik mungkin"
" Oke, jangan cemas aku akan mengambil gambar yang pasti akan sangat bagus "
Yola dengan gaya sensual mulai menjamah dan mencumbu Leo yang berusaha untuk kembali sadar namun tak kuasa untuk bisa kembali.
" Emmmhh....aaahhh....ini sangat mengasyikkan Tuan Muda...." desah Yola dengan lihai ia menjilati dada Leo yang kekar dan bidang sempurna.
" SIALAN...AKU BERSUMPAH AKU AKAN MEMBUNUHMU WANITA MURAHAN!!!" batin Leonard.
Malam pun berlalu, keesokan harinya Alan menemukan dirinya masih tak sadarkan diri seorang diri didalam kamar hotel dengan keadan kamar yang berantakan penuh dengan botol minuman keras berserakan di lantai.
Alan membawa Leonard ke rumah sakit karena Leo masih tak sadarkan diri hingga dua hari sang Tuan Muda tak sadarkan diri dan harus di rawat intensif.
Alan di buat kalang kabut dengan berita tentang Leonard yang bermain wanita dan berpesta miras di kamar hotel langsung menjadi pembicaraan dimana-mana bahkan nenek Leonard pun sampai jatuh sakit akibat berita tersebut.
Alan yakin jika Tuan Mudanya tak mungkin melakukan hal menjijikkan seperti itu , bukti foto-foto Leonard dan sang wanita tersebar di berbagai media massa dan cetak.
Wajah Leonard terlihat sengaja di fokuskan sementara wajah sang wanita terlihat memakai topeng seolah tak ingin diketahui dan semakin terlihat jika foto itu di sengaja untuk menjebak dan menjatuhkan Leonard.
Alan menyelidiki hal itu dan dengan cepat ia menghapus semua berita tersebut dan membuat konferensi pers untuk membantah berita tersebut dengan koneksi dan pengaruh Leonard bukan hal yang sulit untuk Alan melakukan hal itu.
Begitu Leonard sadar , Alan memberitahukan semua yang telah terjadi selama ia tak sadarkan diri.
Karena hal itu lah yang membuat Leonard bertekad untuk mencari kebenaran dan keberadaan Yola wanita yang telah menjebaknya malam itu.
Flashback off.
" Tunggu , pembalasanku wanita sialan" gumam Leonard
☘️☘️☘️☘️☘️
Kanaya di kejutkan dengan keributan yang terjadi dirumahnya saat ia kembali dari kampus.
Terlihat rumah Kanaya di datangi beberapa orang dengan perawakan tinggi tegap dan berwajah tegas dengan balutan stelan kemeja dan jas hitam hampir semua orang tersebut memakai stelan yang sama.
Kanaya nampak heran melihat keadaan rumah dan toko bunganya yang berantakan dan kacau balau dengan perasaan cemas ia segera berlari menuju ke dalam rumah.
" Ada apa ini? "
" Siapa kalian?"
Kanaya menghambur mendekati Ayah dan Ibunya yang tengah bersimpuh dilantai dengan di kawal beberapa orang di kiri dan kanannya.
" Ayah, Ibu... Ada apa ini? Siapa mereka?"
" Kami tidak tahu sayang, mereka tiba-tiba saja datang dan membuat keributan tanpa sebab mereka menghancurkan semua isi rumah sepertinya mereka mencari sesuatu " ucap Hadi.
Dengan tubuh gemetar Kanaya menatap semua orang yang berdiri di hadapannya.
" Kalian siapa? dan kenapa kalian melakukan semua ini? " Kanaya mencoba memberanikan diri
" Kau putri mereka?" tanya salah satu dari orang -orang itu.
" Iya, aku putri mereka! Lalu apa yang kalian inginkan?"
" Ikut kami untuk mempertanggung jawabkan perbuatanmu pada Tuan Muda!"
" Apa??? Tuan Muda? Siapa yang kalian maksud aku tidak mengerti? Dan siapa Tuan Muda kalian ?"
Kanaya bertanya beruntun meskipun dengan penuh rasa cemas dan ketakutan.
" Jangan banyak bertanya cepat ikut saja dengan kami atau kau akan menanggung akibatnya"
" Tidak, tunggu dulu! Siapa yang menyuruh kalian untuk membawa putriku? aku yakin kalian pasti salah orang!" Hadi menarik tangan Kanaya juga Irma dan mendekap erat kedua wanita yang ia sayangi itu.
" Kalian banyak bertanya, jika kalian tidak ingin terluka sebaiknya kalian menurut saja jika tidak kami bisa melukai kalian tanpa segan-segan"
" Ayah, bagaimana ini ? Ibu takut mereka akan melukai kita semua" bisik Irma
" Ayah, kita panggil polisi saja" timpah Kanaya
" Jangan macam-macam, atau kalian ragu dengan ucapanku?" kembali ucap salah satu dari orang itu dengan mengeluarkan senjata api dari balik jasnya dan otomatis hal itu di lakukan oleh yang lainnya dan mengarahkannya ke arah Kanaya dan kedua orang tuanya .
Sontak Hadi, Irma dan Kanaya panik dan ketakutan rupanya mereka tidak main-main dengan apa yang mereka lakukan.
Kanaya menatap kedua orang tuanya dengan penuh kecemasan ia tak ingin keduanya sampai terluka dengan ancaman yang orang -orang itu katakan nampaknya mereka tidak main-main.
" Baiklah, aku akan ikut dengan kalian tapi kalian tolong lepaskan kedua orangtuaku" Kanaya melangkah maju dengan tubuh gemetar.
" Nay, jangan!" cegah Hadi dan Irma yang menatap putri mereka dengan penuh ketakutan juga kecemasan.
" Ayah, Ibu, tidak apa-apa, jangan cemaskan aku" Kanaya berusaha menahan agar ia tak menangis dihadapan Hadi dan Irma.
"Ayo cepat bawa dia!!"
Dengan sigap salah seorang diantaranya menarik tangan Kanaya dan mengikatnya dengan tali dengan kasar membuat Kanaya meringis kesakitan.
" Aawww"
" Hey, apa yang kau lakukan pada anakku?"
Hadi berusaha untuk menarik tubuh Kanaya ke dalam pelukannya.
BUGHH
Tubuh Hadi tersungkur ke lantai usai mendapat pukulan di wajahnya .
" AYAH!!"
Pekik Kanaya, dan Irma yang menghambur mendekati Hadi , Irma memeluk tubuh Hadi nampak darah segar membasahi sudut bibir suaminya itu, Kanaya menangis histeris melihat sang Ayah terluka.
" Kalian ...kenapa melakukan ini pada keluargaku? Apa salahku ...hikss...hikss..." isak Kanaya
"Ayah, kau baik- baik saja kan? tanya Irma cemas iapun sama menangisnya seperti Kanaya.
" Makanya kau jangan banyak tingkah, kalau kau ingin keluargamu baik-baik saja" ucap seorang diantaranya yang bertugas sebagai pemimpin.
" Kalian kejam"
" Sudah jangan bicara lagi ayo, kita bawa dia " dengan cepat salah satu dari orang itu menarik tangan Kanaya yang di ikat dengan kasar.
" Kanaya!!"
Pekik Hadi dan Irma melihat putri kesayangannya mereka di bawa dan di seret dengan paksa dihadapan keduanya tanpa bisa berbuat apa-apa.
" Ayah .... Ibu... "
Histeris Kanaya melihat kedua orang tuanya yang bersimpuh di lantai menangisi kepergiannya, hancur sudah perasaan Kanaya melihat hal itu tangisnya pun pecah sepanjang jalan.
Kanaya di seret dan di masukan ke dalam mobil mewah yang berjejer di depan rumahnya , keributan itu di ketahui beberapa tetangga namun mereka tak berdaya dan tak berani menolong melihat orang-orang yang membawa Kanaya dengan senjata lengkap ditangan mereka masing-masing membuat keberanian mereka pun menciut.
☘️☘️☘️☘️☘️
Satu jam perjalanan Kanaya di bawa ke sebuah mansion yang terletak di sisi pantai jauh dari hiruk pikuknya kota dengan suasana alam yang sangat indah.
Kanaya masih dalam keadaan tangan terikat dan matanya di tutup kain hitam namun airmata membasahi kain hitam itu, sejak ia dibawa sampai ke mansion ia tak berhenti untuk menangis.
" Bawa dia ke kamar atas " titah Alan yang menyambut kedatangan anak buahnya bersama Kanaya.
" Baik Tuan"
Dengan berjalan tertatih karena matanya ditutup Kanaya berjalan dengan di paksa para pengawal Alan menuju lantai atas mansion.
" Masuklah!"
Pengawal itu mendorong tubuh Kanaya ke dalam kamar begitu mereka sampai di salah satu ruangan yang terletak di lantai atas dengan pemandangan yang nampak indah jika di lihat pada siang hari sepertinya itu kamar utama.
" Aawww..."
Kanaya kembali meringis kesakitan saat tubuhnya kembali tersungkur ke lantai dengan kasar.
Pintu kamar terdengar di tutup dan di kunci dari luar, waktu menunjukkan pukul 10 malam saat Kanaya tiba di mansion itu.
Suasana sepi dan semilir angin membuat Kanaya ketakutan ditambah suara debur ombak menambah ketakutannya tubuhnya mulai gemetar semakin ketakutan.
" Ya Tuhan, aku dimana?"
" Ayah...Ibu...tolong Nay...." Lirihnya yang mulai kembali terisak.
Kanaya mencoba untuk duduk dengan tangan terikat kebelakang dan mata di tutup ia pun berusaha untuk melepaskan ikatannya namun begitu sulit.
Tak berapa lama ia mendengar langkah seseorang membuka pintu kamar kembali Kanaya semakin ketakutan akan apa yang akan terjadi pada dirinya setelah ini.
Terdengar langkah kaki seseorang itu semakin mendekat ke arahnya Kanaya semakin panik dan cemas.
" Si.. siapa kau ...?... Ku... kumohon jangan sakiti aku..." gugup Kanaya"
PLAAAAKKKK
Tiba-tiba saja sebuah tamparan mendarat di wajah Kanaya membuat tubuh kecilnya tersungkur kembali ke lantai dengan darah segar membasahi sudut bibirnya.
Belum sempat Kanaya untuk beranjak kembali tubuhnya di tarik berdiri dan kembali tamparan itu mendarat di kedua pipinya bergantian hingga gadis itu menangis dan memekik histeris.
" Sakit..... aaahhh....Ayah.....tolong ....aku aaawww.... Sakit...."
Tubuh Kanaya kembali tersungkur dan terhuyung semakin lemah ke lantai namun rupanya hal itu tak menyurutkan seseorang itu untuk berhenti menampar dan menendang tubuhnya .
" Sakit... Kau bilang sakit? Akan aku tunjukkan apa itu rasanya sakit!!"
Kini seseorang itu membuka suara dengan penuh kemarahan dan membabi buta menampar dan melayangkan pukulannya ke tubuh Kanaya membuat Kanaya ketakutan dan kesakitan , tanpa memperdulikan jeritan dan ringisan Kanaya.
"Aaaawww....Ayah....tolong ....Naya...Ayah..."
" Kak..Arga....tolong Nay....Ibu....aaaaa...sakitttt" rengek Kanaya ditengah kesakitannya menerima pukulan yang bertubi-tubi.
" DEG"
Tangan Leo terhenti, ya itulah Leonard seseorang yang memerintah kan Alan untuk mencari Yola.
Namun rupanya terjadi kesalahan disini dengan tangan gemetar Leo mendekati tubuh Kanaya yang tergeletak di lantai dengan wajah di penuhi luka lebam akibat pukulannya dan juga darah segar membasahi bibir dan pelipis gadis itu.
Dengan perasaan cemas dan tangan gemetar ia mencoba membuka penutup mata Kanaya kembali ia terngiang suara lirih gadis itu.
BRUKKK
Leo menjatuhkan dirinya dan mejauh dari tubuh Kanaya yang terlihat lemah tak berdaya di lantai.
Syok dan panik kini mendera dirinya terbayang bagaimana dengan kejamnya ia menyiksa dan memukuli gadis dihadapannya itu secara membabi buta.
" Ya Tuhan, apa yang telah aku lakukan?"
"ALAN!!!"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!