NovelToon NovelToon

Ketika Mantan Kembali

Permintaan Sang Suami

Tasya sedang menikmati kesendiriannya dengan menatap keluar jendela ruangan kerjanya di rumah ini. Sesekali wanita berusia 41 tahun itu menghela napas dan ingatannya kembali pada beberapa jam yang lalu ketika ia secara tak sengaja bertemu dengan sosok dari masa lalunya yang ia pikir tak akan pernah ia temui lagi. Desta, pria dari masa lalunya yang ia pikir sudah mati karena saking lamanya tak muncul untuk bertanggung jawab kini tiba-tiba muncul dan memohon dirinya untuk bisa bertemu dengan sang putri.

"Bagaimana bisa dia mengatakan itu? Anaknya?"

Tasya tertawa sumbang ketika mengingat apa yang dikatakan oleh Desta padanya tadi. Tasya menggelengkan kepalanya, pintu ruangan kerjanya diketuk dari luar dan kemudian muncul asisten pribadinya yang mengatakan bahwa saat ini sudah saatnya pulang dan Tasya pun gegas keluar dari ruangan kerja ini. Tasya melangkah keluar dari ruangan kerja dan turun menggunakan lift, di lobi nampak beberapa pegawai menundukan kepala memberikan hormat padanya dan dibalas dengan anggukan kecil dan senyum tipis dan di lobi juga mobil sudah menantinya. Gegas saja Tasya masuk ke dalam mobil dan setelah ia sudah masuk ke dalam mobil itu maka ia segera menghembuskan napasnya berat.

"Tenangkan dirimu."

Tasya hanya bisa mengatakan itu pada dirinya sendiri dan perjalanan dari kantor menuju rumah tak terlalu lama hingga akhirnya ia tiba juga di rumah dan pintu utama rumah dibukakan oleh asisten rumah tangga yang sudah siap menyambutnya di pintu.

"Selamat datang Nyonya."

"Apakah Wikka sudah pulang?"

"Sudah Nyonya."

"Baiklah kalau begitu."

Tasya gegas pergi menuju kamarnya untuk berganti pakaian dan mandi setelahnya barulah ia keluar kamar untuk makan malam. Di meja makan itu nampak sudah banyak makanan yang tersaji di depannya namun semua itu sama sekali tak menggugah seleranya yang menjadi fokusnya adalah Wikka.

"Bagaimana harimu, sayang?"

"Menyenangkan, Ma."

Wikka mulai bercerita mengenai hari ini yang ia lakukan tentu dengan pengawasan ketat dari orang suruhan Tasya.

****

Malam mulai beranjak naik dan Kevin baru saja tiba di rumah ketika pukul 11 dan ia menemukan Tasya masih terjaga malam ini, sesuatu hal yang tak biasanya wanita ini lakukan.

"Apa yang membuatmu masih terjaga?"

"Ayahnya Wikka, dia datang menemuiku dan mengatakan ingin bertemu dengannya secara langsung."

Kevin nampak menatap sekilas ke arah Tasya kemudian ia melanjutkan kegiatannya membuka kancing kemeja kerja yang ia kenakan seharian ini. Kevin sama sekali tak begitu tertarik dengan topik bahasan Tasya barusan.

"Sepertinya kamu sama sekali tak tertarik dengan obrolanku barusan."

"Aku lelah, besok saja kita bicarakan."

"Kenapa tak sekalian saja tidur dengan wanita itu?"

Kevin tertawa mendengar apa yang menjadi ucapan Tasya barusan, Kevin mengatakan bahwa ia pulang karena merindukan Tasya.

"Alasan, selama 10 tahun kita menikah kamu sama sekali tak mencintaiku."

"Kalau aku bilang mulai mencintaimu, bagaimana?"

"Hentikan! Pendusta sepertimu masih mau mencoba menipuku?!"

Kevin tersenyum dan menggelengkan kepala, ia gegas masuk ke dalam kamar mandi dan mulai mengguyur tubuhnya di bawah air shower yang mengalir sementara Tasya masih larut dalam pemikirannya sendiri mengenai apa yang terjadi padanya tadi siang.

"Tidak, semua akan baik-baik saja."

Tasya selalu mengatakan itu untuk menguatkan dirinya sendiri karena ia yakin memang itulah yang akan terjadi jika ja meyakininya.

****

Keesokan paginya, Kevin dan Tasya bicara empat mata di dalam ruangan kerja Kevin di rumah ini. Tasya sama sekali tak tertarik dengan pembicaraan apa pun dengan Kevin namun Kevin memaksa Tasya untuk mau bicara empat mata dengannya maka Tasya pun tak punya pilihan lain.

"Sebentar lagi ada pemilihan kepala daerah."

"Aku tahu itu."

"Baguslah kalau kamu sudah tahu, berarti kamu juga tahu kan keinginanku?"

"Maksudmu?"

"Bukankah kamu katanya tahu?"

"Berhenti bermain-main denganku, Kevin!"

"Baiklah, aku ingin kamu mengajukan diri sebagai calon Gubernur untuk pemilihan kepala daerah mendatang."

Sontak saja Tasya terkejut dan tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Kevin barusan, apakah ia tak salah dengar?

"Apakah kamu tak salah mengatakan itu?"

"Tentu saja tidak, lagi pula aku juga sudah bicara ini dengan papi dan papa. Mereka sama sekali tak keberatan bahkan cenderung menyetujuinya."

"Kamu meminta pertimbangan papi dan papa namun tak meminta persetujuanku?!"

"Kamu hanya perlu bekerja sama denganku saja, apa sulitnya? Aku sudah mau bekerja sama denganmu menjadi papa bagi Wikka dan sudah seharusnya kamu bekerja sama denganku dan menuruti apa yang aku inginkan!"

"Jangan mengungkit soal status anakku! Aku tak memintamu menjadi papanya Wikka!"

"Namun kita sudah menikah dan aku adalah papanya kan?"

****

Tasya tak habis pikir dengan Kevin yang memintanya maju dalam pemilihan kepala daerah sebagai Gubernur walau sebenarnya ia sendiri juga agak tertarik dengan tawaran Kevin namun ia sama sekali tak punya gambaran apa pun mengenai pemerintahan karena selama ini ia bekerja di butiknya saja. Tasya datang ke kantor sang papa untuk bicara mengenai apa yang Kevin katakan padanya di meja makan tadi, kedatangan Tasya di kantor tentu saja bukan hal baru, beberapa pegawai langsung menyapanya ketika di lobi dan Tasya hanya tersenyum sekilas dan masuk ke dalam lift menuju ruangan papanya yang ada di lantai paling atas gedung ini.

"Papaku ada di dalam?" tanya Tasya pada sekretaris sang papa yang ada di mejanya.

"Iya Mbak, Pak Andri ada di dalam."

Tasya gegas masuk ke dalam ruangan kerja sang papa tanpa permisi dan ketuk pintu dulu seperti apa yang seharusnya dilakukan.

"Ada apa kamu ke sini?"

"Mengenai Kevin."

Andri menatap ke arah putrinya heran, Tasya kemudian duduk di sofa dan Andri pun juga gegas duduk di sebelah Tasya.

"Ada apa dengan suamimu?"

"Dia bilang sudah bertemu Papa untuk membicarakan masalah pilkada."

"Oh soal itu, rupanya dia sudah mengatakannya, ya?"

"Papa setuju dengan idenya?"

"Tentu saja Papa setuju, bagaimana mungkin Papa tak setuju? Lagi pula adikmu juga akan maju sebagai calon Wali Kota di pilkada nanti."

"Maksud Papa?"

****

Andri mengatakan bahwa perusahaannya dan perusahaan besan membutuhkan kekuatan menancapkan pengaruhnya di wilayah ini oleh sebab itu mereka setuju mendirikan sebuah dinasti di wilayah ini untuk keamanan dan kenyamanan mereka dalam berbisnis. Selama ini yang menjadi kepala daerah selalu yang bersebrangan dengan mereka dan itu membuat bisnis mereka tak berlangsung dengan baik.

"Bisnis dan politik adalah satu kesatuan dan inilah alasan kenapa banyak orang yang ingin menjadi kepala daerah, kamu seharusnya bersyukur karena tak perlu mengeluarkan satu sen pun dari kantong pribadimu karena semua sudah diatur oleh Papa dan mertuamu, tugasmu hanya menarik simpati rakyat dan gunakan citra baikmu untuk mendulang suara, mudah saja kan?"

"Tapi apakah aku bisa?"

Tawaran Menggiurkan

Tasya sejujurnya memang tergiur dengan tawaran jabatan itu apalagi menjadi pejabat publik yang secara tak langsung mendongkrak reputasinya lengkap dengan dukungan keluarga besar tentu semua bisa digenggam saat itu juga namun yang menjadi pertanyaannya adalah apakah dia bisa diberikan amanah ini? Tasya tahu bahwa menjadi pejabat publik adalah tanggung jawab besar walau sudah diiming-imingi segala kemudahan dan pensiun yang akan diberikan oleh negara ketika ia sudah tak lagi menjabat namun tetap saja ada tanggung jawab moral yang harus ia tanggung ketika menjadi pejabat publik.

"Kamu percayakan saja semua pada Papa."

Andri menepuk tangan Tasya lembut dan tersenyum penuh arti. Tasya tentu paham apa yang dimaksud oleh papanya dan kemudian ia memutuskan untuk segera pergi dari kantor ini namun hari ini ia sama sekali tak ingin pergi ke butik melainkan ia ingin di rumah saja dan memikirkan semua tawaran menggiurkan ini.

"Astaga, aku sampai lupa untuk membicarakan soa Wikka karena terlalu asyik soal membahas pemilihan itu."

Tasya nampak menggerutu saat ingat bahwa seharusnya ia juga membicarakan soal ayah kandung Wikka yang ingin bertemu dengan anaknya.

"Lain kali saja aku bicara pada papa."

Maka Tasya kembali melanjutkan langkah kakinya ke arah lift dan tak lama kemudian lift yang biasa digunakan khusus untuk Andri terbuka dan ia langsung masuk ke dalam. Lift tiba di lobi kantor dan setiap karyawan yang bertemu atau berpapasan akan menyapa dan membungkukan badan hormat ketika Tasya lewat dan di depan sana mobil sudah menunggunya.

"Kita mau ke mana, Bu?"

"Kita kembali saja ke rumah, Pak."

"Baik Bu."

Maka sopir melajukan mobil mewah itu meninggalkan lobi kantor Andri menuju rumah yang menjadi tempat tinggal ia dan Kevin selama 10 tahun belakangan. Sepanjang perjalanan ia menatap keluar jendela hingga suara ponsel di dalam tasnya mengganggu ketenangannya maka mau tak mau ia meraih ponsel itu dan melihat siapakah gerangan yang menelponnya saat ini dan rupanya orang yang menghubunginya saat ini adalah Kevin.

"Mau apalagi dia menghubungiku?"

****

Tasya baru saja tiba di rumah namun ia mendapatkan laporan dari satpam yang berjaga di depan rumah bahwa tadi Desta ke sini dan kembali memaksa masuk.

"Di mana dia sekarang?"

"Dia sudah pergi Nyonya, anda tenang saja karena saya selalu menjalankan perintah anda untuk tak memberikan orang asing masuk begitu saja ke dalam rumah."

"Memang sudah seharusnya begitu, belakangan ini banyak sekali orang yang mengaku ini dan itu untuk keuntungan pribadi dengan didasari niat yang tak baik."

Tasya bisa bernapas lega karena Desta rupanya tak bisa masuk ke dalam rumah namun itu semua sama sekali tak menjamin bahwa Desta tak akan kembali lagi ke sini.

"Di mana Wikka, Mbok?"

"Non Wikka sedang ada guru privatnya di kamar bersama Mbak Nia."

"Baiklah kalau begitu, kamu siapkan saya dan Wikka makan siang karena saya lapar."

"Baik Nyonya."

Segera saja asisten rumah tangga itu pergi menuju dapur untuk menyiapkan makan siang sementara Tasya masuk ke dalam kamarnya dan berganti pakaian. Setelah selesai berganti pakaian maka ia gegas menuju meja makan dan di sana Wikka sudah ada tengah menantinya.

"Mama sudah pulang?"

"Kenapa? Kamu tak suka kalau Mama sudah pulang?"

"Suka, aku harap Mama di rumah saja bersama aku, temani aku belajar bersama Miss Violet."

"Mbak Nia kan ada menemani kamu? Apa Mbak Nia bersikap tak baik pada kamu?"

"Mbak Nia baik, Ma. Tapi ... Wikka kan mau ditemani Mama ketika belajar."

****

Kevin kembali mengirimkan pesan pada Tasya bahwa malam ini ia tak pulang ke rumah karena akan pulang ke rumah selirnya. Tasya sama sekali tak ada niatan untuk membalas pesan suaminya itu. Tasya memang sejak awal sudah tahu kalau Kevin memiliki rasa pada wanita lain sebelum mereka dijodohkan. Awalnya Tasya menolak namun anehnya Kevin tak menolak yang mana Tasya heran kala itu namun kemudian Kevin mengatakan bahwa ia mau menerima perjodohan dan menikah dengan Tasya dengan syarat ia tak akan bicara banyak mengenai asmara terlarang Kevin dengan selirnya itu. Kevin dan wanita itu sudah menikah selama 7 tahun dan mereka sudah dikaruniai seorang anak tampan yang juga usianya sudah 7 tahun.

"Ma, Papa tak pulang ke rumah?"

"Papa di rumah tante Runi."

"Tante Runi?"

"Sudahlah Mama kan ada di sini."

Wajah Wikka menjadi muram kala itu, Tasya pun bertanya pada anaknya mengenai apa yang terjadi dan Wikka pun menceritakan semua yang selama ini ia tak tahu.

"Oma waktu itu datang ketika Mama tak ada, dia mengatakan padaku bahwa aku bukan anak papa. Oma tak menganggap aku cucunya namun dia hanya menganggap Brandon sebagai cucunya."

Hati Tasya sakit mendengar apa yang dikatakan oleh mertuanya pada Wikka. Sejak awal memang sang mertua sudah tak suka dengan Wikka namun walau tak suka juga tak harus mengungkit soal status di depan Wikka karena anak ini masih terlalu polos untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

****

Kevin menghabiskan malam di rumah Runi yang merupakan istri keduanya walau ia tak menikah secara resmi di bawah hukum sah negara namun semua keluarga besarnya sudah tahu mengenai siapa Runi dan anak mereka yang tampan dan menggemaskan. Kevin bahagia bisa memiliki anak kandung dari Runi setelah ada drama tes DNA yang dilakukan bukan hanya sekali karena Kevin tak mau dijebak oleh Runi dan semua keluarga besar pun akhirnya mau mengakui bahwa Brandon adalah memang benar anak kandungnya dengan Runi.

"Mas, apa benar istrimu akan dicalonkan menjadi Gubernur di pilkada nanti?"

"Itu semua ide papi. Mas tak punya hak apa pun untuk ikut campur mengenai itu."

"Tapi papi kan percaya sama kamu, Mas. Kamu sekarang Presiden Direktur Laz Group lho. Kamu berkuasa di semua anak perusahaan, masa sih papi tak melibatkan kamu dalam mengambil keputusan?"

"Papi itu selalu jalan sendiri dalam menjalankan intuisinya. Kami semua tak pernah dilibatkan dalam masalah begini, pokoknya ketika papi bilang A maka siapa pun tak bisa membantah apalagi menolak karena kalau tidak ya akan kehilangan warisan."

****

Keesokan harinya Tasya akan pergi ke butik seperti biasanya namun baru saja mobil melaju meninggalkan area pekarangan rumah, matanya langsung tertuju pada sebuah mobil MPV yang terparkir di jalan yang agak jauh dari gerbang rumah dan tentu saja ia kenal betul siapa pemilik mobil MPV itu.

"Rupanya dia masih saja keras kepala."

Tasya kemudian mengirimkan pesan pada satpam untuk lebih berjaga agar tak ada sesuatu hal yang tak diinginkan terjadi namun tiba-tiba saja mobil berhenti secara tiba-tiba yang membuat Tasya mengaduh.

"Pak, kenapa berhenti tiba-tiba?!"

"Maaf Bu, anu di depan ada orang yang tiba-tiba melompat dan menghalangi jalan."

Tasya melihat ke depan dan ia nampak menghela napasnya kesal melihat siapa yang berdiri di depan sana.

"Keluar Tasya!"

Pria Dari Masa Lalu

Tasya melihat sosok pria yang berdiri di depan mobilnya dan pria itu memanggil namanya supaya keluar menemuinya. Tentu saja Tasya mengenali siapa pria itu dan ia nampak enggan untuk turun menemuinya namun karena pria itu terus saja memaksanya turun maka ia tentu saja tak memiliki pilihan lain lagi selain menuruti apa yang diperintahkan oleh pria itu.

"Tenang saja Pak."

Tasya kemudian turun dari dalam mobil dan menarik pria itu menuju taman dekat sana dan karena suasana taman sedang sepi maka cocok sekali untuk mereka bicara pagi ini.

"Apa lagi yang kamu inginkan?"

"Kenapa melarangku menemui anakku sendiri?"

"Anak? Apa maksudmu?"

"Wikka, dia anakku!"

"Bukankah kamu tak mau mengakui dia sebagai anakmu! Papanya Wikka adalah Kevin Lazuardi bukan kamu!"

Desta tertawa sumbang mendengar ucapan Tasya barusan, Desta mengatakan bahwa Tasya sudah menipu Wikka dan mengatakan kebohongan pada anak mereka.

"Kevin nyatanya mau menerima Wikka sebagai anaknya tidak sepertimu yang menolak bertanggung jawab dan lari seperti pengecut!"

"Aku minta maaf, aku bisa jelaskan semuanya."

"Baiklah, aku akan atur waktu supaya kita bisa bicara namun mulai detik ini jangan pernah coba menampakan diri lagi di rumah itu!"

"Aku tidak bisa janji, aku rindu Wikka."

"Kalau kamu masih nekat maka aku tak akan memberikan kamu akses menemui Wikka."

Desta menghela napasnya panjang dan pada akhirnya ia menerima syarat yang diajukan oleh Tasya barusan walau dengan berat hati. Tasya kemudian gegas meninggalkan Desta yang masih termenung, Tasya masuk ke dalam mobil dan kendaraan itu melaju meninggalkan lokasi di mana barusan ia dan Desta bertemu. Sementara itu Desta menatap nanar mobil yang membawa Tasya pergi dan kini ia berjalan menuju mobil MPV miliknya dan masuk ke dalamnya.

"Aku harus menjelaskan semuanya."

Desta menyalakan mesin mobil itu namun ia tak berputar arah untuk kembali ke jalan utama melainkan terus menuju rumah mewah di mana Wikka tinggal.

"Tunggu Ayah, Nak. Ayah akan menjelaskan semua pada mamamu supaya kita bisa bertemu lagi."

****

Kehadiran Desta yang tak terduga membuat mood Tasya ambyar pagi ini. Ia sudah tak mood lagi untuk menyentuh pekerjaannya padahal masih ada beberapa design yang harus ia selesaikan. Ingatan Tasya langsung terlempar pada kejadian 11 tahun lalu di mana ia dan Desta begitu dimabuk cinta dan Desta mengatakan akan berjuang mendapatkan restu dari keluarganya namun hingga malam di mana mereka akhirnya tidur bersama akibat nafsu yang menggebu namun setelah Desta tahu bahwa Tasya hamil maka pria itu menghilang bak ditelan bumi.

"11 tahun kamu menghilang dan kamu ingin memperkenalkan dirimu sebagai ayah Wikka? Yang benar saja."

Tasya masih menyimpan rasa benci pada pria yang pernah ia cintai bahkan rela berhubungan di belakang keluarganya tanpa mereka semua ketahui. Ingatan Tasya juga terlempar pada cerita Wikka di mana mamanya Kevin tak mau mengakui Wikka sebagai cucunya dan mengatakan hal yang tak pantas.

"Menyebalkan sekali."

Ponsel yang Tasya taruh di atas meja kerjanya berdering menandakan ada panggilan masuk dan ketika melihat layarnya ada nama Kevin di sana. Segera saja Tasya menjawab panggilan dari Kevin itu.

"Ada apa?"

"Nanti siang papi mau bertemu kamu, ada aku juga di sana jadi kamu tenang saja."

"Papi mau bahas apa?"

"Aku tak tahu."

"Jangan bohong! Apakah ini soal pilkada itu?"

"Aku tak tahu Tasya, sungguh!"

****

Maka ketika jam makan siang, Tasya gegas pergi menuju sebuah restoran mewah yang menjadi lokasi di mana mertuanya ingin bertemu dengannya. Baru saja ia turun dari dalam mobil nampak sang suami sudah menantinya di depan pintu restoran dengan tersenyum yang mana membuat Tasya heran.

"Kenapa tak masuk saja?"

"Tersenyumlah karena ada beberapa media di dalam."

"Media?"

"Pokoknya senyum saja dan gandeng lenganku seperti biasa."

Tasya menghela napasnya panjang, drama kepalsuan ini sungguh membuatnya jengah. Ia harus berperan sebagai istri yang sangat mencintai dan menyayangi suaminya sepenuh hati padahal tentu saja pada kenyataannya tak seperti itu. Kevin setia menggenggam tangan Tasya ketika melewati beberapa media, mereka berdua memang layak mendapatkan nominasi oscar sebagai aktor dan aktris terbaik karena selama 10 tahun belakangan mereka bisa melakukan peran ini dengan baik.

"Kami permisi dulu, papi sudah menunggu di dalam."

Kevin membawa Tasya masuk ke dalam ruangan khusus yang dijaga ketat oleh pengawal keluarga Lazuardi di depannya hingga tentu tak bisa sembarangan orang bisa masuk. Di dalam sana sudah ada sang mertua yang menantinya sejak tadi.

"Tasya, duduklah."

"Iya Pi."

Nampak papi mertuanya ini tengah berbasa-basi dengan Tasya namun sejujurnya Tasya malas meladeninya dan ingin langsung masuk pada intinya saja.

****

Hari sudah sore dan Desta masih belum mendapatkan pesan dari Tasya mengenai kapan pertemuan yang dijanjikan oleh wanita itu.

"Apakah dia berdusta?"

Desta menggelengkan kepalanya dan kemudian gegas menuju mobilnya namun baru saja ia hendak masuk ke dalam mobilnya ada dua orang pria berbadan tegap menghampirinya.

"Siapa kalian?"

"Ikut kami, Tuan ingin bicara."

Desta mengerutkan kening heran karena ia tak paham siapa tuan yang mereka maksud namun kedua orang itu memberikan Desta sebuah isyarat untuk ikut saja mereka. Desta yang paham langsung saja menuruti apa yang diminta oleh mereka dan rupanya ada sebuah mobil mewah yang menunggunya di tepi jalan dan orang itu mempersilakan Desta masuk ke dalam.

"Silakan."

Desta masuk ke dalam dan duduk di kursi yang bersebelahan dengan sosok yang ingin bertemu dengannya. Desta tentu saja mengenal dengan baik pria ini, dia adalah Andri yang tengah menatap lurus ke depan.

"Apa kabar anda Pak? Lama tak berjumpa."

"Jangan basa-basi."

Desta seketika dia mendengar Andri dengan dinginnya mengatakan itu dan kini pria tua itu menatapnya tajam penuh dengan intimidasi yang membuat Desta agak goyah dan takut.

"Ada apa Pak?"

"Mau apa kamu kembali lagi?!"

****

Tasya dan Kevin berjalan beriringan keluar dari dalam restoran dan masuk ke dalam mobil pria itu. Barusan papi mertuanya memintanya untuk bersedia maju dalam pilkada mendatang dan tentu saja Tasya yang sudah mendengar itu dari Kevin langsung bertanya lebih lanjut mengenai kenapa harus dia dan apakah ia bisa melakukan semua itu.

"Bantulah suamimu ini, bukankah kamu juga tahu bagaimana caranya berbalas budi?"

"Tanpa perlu kamu mengatakannya pun aku tahu bagaimana caranya berbalas budi."

"Jadi kamu setuju?"

"Tentu saja, tapi ...."

"Tapi apa?"

"Mami memerlakukan Wikka dengan tak baik, dia membedakan Wikka dan Brandon. Dia juga mengatakan bahwa Wikka bukan cucunya dan bukan anakmu. Sebagai seorang ibu tentu saja hatiku hancur!"

"Tenanglah, aku akan bicara pada mami mengenai semua ini namun pastikan dulu kamu bersedia maju dalam pemilihan Gubernur."

"Aku kan sudah mengatakan bersedia sejak tadi, kenapa masih bertanya?!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!