Mentari pagi masuk menembus kaca gedung Universitas terkenal di Jakarta ini, Universitas Guna Bangsa. Semua muridnya terkenal berperilaku baik beserta mahasiswa/i yang berprestasi.
Dan selain mahasiswa/i yang berprestasi dan berperilaku baik, Universitas Guna Bangsa terkenal dengan mahasiswa/i yang tak kalah cantik dan tampan. Tapi justru jika kalian sudah masuk ke dalamnya kalian tetap akan menemukan realita mahasiswa/i yang masih tertidur dalam kelas dan kena detensi di akhir mata kuliah.
"Dir! Kenapa kamu masih disini?"
Tanya seorang wanita berambut pendek sebahu berwarna hitam lebat, lurus, berkulit eksotis, dengan tinggi yang standar dan berbadan gemuk, serta wajah imutnya menjadi pelengkap dirinya dan dialah Nabila Putri Asyila panggil saja Nabila.
"Kelas kan masih dimulai 20 menit lagi Bil, gak masalah kan kalau aku ada di Kantin buat isi perut"
Jawab seorang perempuan bertubuh tinggi, tubuhnya ramping, berkulit putih, rambut sepinggang bergelombang yang berwarna coklat asli, hidung mancung dan wajah cantiknya menjadikan dia sebagai primadona kampus Guna Bangsa namanya Andira Syafila Maryam panggil saja Andira.
Nabila menghela nafas dan duduk di depan Andira yang masih sibuk dengan nasi goreng beserta es jeruk.
"Lupa ya?! Pak Joko bilang harus kumpulin tugas Mandarin halaman 45-47?" Nabila menatap Andira dengan mengangkat 1 alisnya ke atas.
Andira mendongak menatap Nabila di depannya saat sudah selesai mengunyah makanannya dan tersenyum kuda lalu meneguk es jeruk miliknya.
"Kenapa gak bilang tadi Bil? Sebelum laper gitu" Andira
"Tadi aku cari kamu sampe aula gak ketemu ternyata malah santai makan di kantin lantai 1. Gimana bisa kasih tau?! Sedangkan tuh hp kenapa gak bisa ditelfon ha?!" kesal Nabila yang rolling eyes
"Oh itu nganu..."
"Nganu apa hah?! Lowbat gitu? Basi deh sama alasan kayak gitu, sana kumpulin deh nanti aku juga yang kena detensi sama Pak Joko" Nabila membuka hpnya
"Oke oke, terima kasih udah kasih tau aku. Tunggu sebentar disini gak akan lama kok" Andira membuka tasnya untuk mengumpulkan folio yang full dengan tulisan tangan.
Andira perlahan berjalan menuju ruangan dosen yang terkenal killer dalam pelajaran bahasa Mandarin ini, semua mahasiswa/i yang ingin menemuinya merasa bergemetar dan merinding bahkan saat baru di depan pintunya saja sudah merasa ingin ke toilet.
Tapi, tidak dengan Andira. Dia menganggap sekiller-killernya dosen itu menginginkan mahasiswa/i nya bisa menguasai pelajaran, tak sedikit yang menyebut "Andira malaikat Mandarin" itu termasuk salah satu julukannya.
"Selamat siang pak, saya Andira kelas Sastra mau mengumpulkan tugas Mandarin kemarin pak" Andira tersenyum ramah sedangkan Pak Joko hanya duduk dan sibuk dengan komputernya lalu mengangguk.
Andira meletakkan folionya dan meninggalkan ruangan pak Joko dengan sopan lalu kembali menuju kantin. Sesampainya di Kantin, Andira tidak menemukan Nabila di sana karena waktu tersisa 10 menit sebelum kelas di mulai, Andira menelfon Nabila bersamaan dengan menggendong tasnya.
"Halo kamu dimana?"
-"Halo? Aku baru aja keluar toilet kenapa?"-
"Ke kelas, udah 10 menit lagi"
-"Oh oke, otw kesana" -
"Okey siap"
Tut...
Andira berjalan menuju kelasnya dan bersiap dengan mata kuliah hari ini.
...---...
"Tunggu, saya udah lelah. Bisa ambil break sebentar?" ucap seorang lelaki yang memakai stelan tuxedo abu-abu, jam branded, sepatu hitam berkilau dan rambut klimis yang pasti akan membuat semua wanita akan mendekatinya.
"Masih ada berapa take lagi Gi?" tanyanya pada sang sekertaris pribadinya.
"Sekali lagi tuan" Jawab Egi
"Besok bisa saya lanjutkan" tanyanya
"Maaf tuan, tapi take ini berhubungan dengan Alexandro Andrea Yunantio. Anda pasti tau betul siapa Andrea Yunantio" Egi
"Yaudah selesaikan sekarang dan saya mau setelah ini jadwal saya di kosongkan!" ucapnya
Lelaki ini menyelesaikan sesi pemotretan akhir dan melepas jasnya lalu memberikannya pada Egi, dengan sigap Egi menangkapnya dan mengejar bosnya ini.
"Tuan, anda harus briefing untuk menyatakan selesainya project majalah ini" Egi
"Kau kira saya punya banyak waktu? Kenapa tidak kau saja yang menyelesaikannya atas nama saya? Dan bilang pada Andrea Yunantio kalau saya ada pertemuan penting setelah ini?" kesalnya
"Tapi tuan, anda mengerti dengan perjanjian ini" Egi
"Saya tau! Lagipula isi perjanjiannya adalah. Jika, perjanjian telah dilaksanakan sepenuhnya negosiasi akan dihilangkan. So..? Apa lagi?" lelaki ini berhamburan keluar gedung tempat pemotretan majalah tahun 2019.
"Tuan! Tuan Aditya Dava Sanjaya!" Egi
Yang merasa namanya dipanggil hanya berlalu dan memasuki mobilnya lalu bersandar pada kursi mobil. Seperti yang kalian tahu Aditya Dava Sanjaya adalah seorang Trillionaire kelas atas yang masuk dalam 5 besar CEO terkaya di Dunia. Namanya dan nama keluarganya di kenal 99% di Dunia apalagi dalam grup World Trillionaire.
Citranya harus tetap dia jaga tapi, sifat keras kepala dan angkuhnya tidak akan pernah lepas dari dirinya. Juga, dia juga terkenal dengan sifat yang bodohnya bersemi hanya pada saat waktu tertentu.
...*...
...*...
.... to be continued ....
[Pukul 13.00]
Matahari terik tengah mencapai puncaknya, Andira terpaksa menaiki taxi menuju rumahnya dengan tarif yang bisa dibilang mahal daripada dia harus berdesakan menaiki bis umum apalagi cuaca hari ini sangatlah panas.
Sampai di rumah, dia melepas sepatunya dan memasuki kamarnya. Andira bergegas mandi dan berganti menjadi memakai training abu-abu dan baju lengan pendek berwarna hijau tosca kesukaannya. Hampir setiap hari Andira memakai stelan ini setelah selesai dicuci dan kering.
Andira memesan makanan dan 20 menit kemudian makanan itu sudah sampai di tangannya dan dia melahapnya. Andira sudah biasa dengan suasana rumah yang sepi, ayahnya yang sudah meninggal akibat kecelakaan membuat ibunya harus menjadi janda.
Sedangkan, ibunya sibuk bekerja dengan wedding organization dan butik khusus gaun pengantin yang sering dipakai saat ada acara pernikahan dengan omzet yang cukup besar.
Walau begitu, orang tua Andira tetap memberikan perhatian serta kasih sayang pada putri semata wayangnya ini, pulang larut malam dan berangkat pagi buta. Bisa dibilang Andira hanya bisa bertemu kedua orang tuanya dikala ada jadwal senggang.
Teman dekatnya—Nabila, yang sering bermain ke rumah Andira dan tentunya sudah sangat dekat dengan orang tuanya. Bagaimana tidak? Nabila adalah teman 1 SMP-nya tetapi tidak 1 kelas, mereka berdua kenal saat kelas 8 dan akrab saat mengikuti les tambahan saat itu.
Andira pun masih sibuk dengan kuliahnya tidak terpikirkan untuk berpacaran apalagi menikah, bukan berarti tak ada yang mendekati Andira.
Siapa yang tidak dekat dengan Andira saat dia menjabat sebagai primadona kampus? Semua mengenalnya tapi, Andira menanggapinya dengan sikap ramah dan tidak terkesan memberikan sikap peduli yang akan menimbulkan "Kesalahpahaman".
Selesai makan, Andira pergi menuju teras depan rumahnya dan membuka sosial media miliknya—Stagram, Andira tidak punya banyak postingan di media sosialnya tapi entah kenapa Andira punya banyak pengikut di Stagram-nya.
Andira juga bukan anak yang gaptek dan kuper terhadap apa yang terjadi di sekitarnya dia akan mengetahuinya apalagi kabar anak-anak sosialita diluar sana, dari mulai style, life story, family sampai scandal hanya untuk sebagai "For your information".
Andira mendapatkan telfon dari sang ibu dan dia langsung mengangkatnya.
"Halo mam?"
"Halo? Kamu udah sampai rumah nak?"
"Udah mam kenapa?"
"Bisa datang ke butik mama? Penting"
"Oke mam aku bisa, wait a minute"
"Oke thank you my big baby girl"
"No problem mam"
Tut...
Andira adalah anak semata wayang dari pasangan Bernado dan Ghea, sebab itu dia sangat disayang kedua orang tuanya tapi hal itu tidak membuat dia manja dan bergantung dengan kedua orang tuanya.
...***...
"Ini surat kontrak villa Blouse selama 3 bulan dengan harga sebesar 700 Juta rupiah." jelas Egi
Dava meneguk sodanya dan menatap surat kontrak yang disodorkan Egi di meja ruang tamu rumahnya.
"Apa harga ini sudah termasuk makan malam dan siang?" tanya Dava
"Belum, harga ini termasuk untuk sarapan pagi dan biaya listrik" Egi
"Kalau gitu tawarkan mereka untuk menambah 15 juta lagi. Jika tidak cari villa lain, kalau mereka bisa" ucap Dava mengecilkan volume suaranya di kata akhir
"Apa tidak terlalu mahal bos?" Egi menulis tambahan di dalam surat untuk di revisi ulang.
"Menurut mereka harga segitu sudah sangatlah murah, keluarga Anggara selalu menyombongkan diri dengan uang mereka." kesal Dava dan kembali meneguk minumannya
"Besok anda akan menghadiri rapat dengan Tuan Joph Scadery Haopkins dari Inggris, pukul 11.00 siang dari perusahaan Blue Lands" Egi
"Berapa lama?" tanya Dava
"Sekitar 1 jam, asalakan mereka sudah menyiapkan dokumen dan tentunya kita sudah mempersiapkan target negosiasinya" Egi
"Pastikan ada Herman besok" Dava
"Saya akan menghubunginya bos" Egi tersenyum ramah dan Dava hanya mengangguk mantap.
...***...
"Ada apa mam?" tanya Andira
"Mama lagi punya banyak customer siang ini, dan ada seseorang pengusaha yang ingin kita memilihkan gaun terbaik di butik ini. Hanya saja mama bingung memilih warnanya karena dia bilang usia orang yang akan dia beri setara dengan anak kuliah sekitar 22 tahun" ucap Ghea mama Andira
"Beda 1 tahun lebih tua dari Andira ma, ciri orangnya gimana? Dia suka warna yang calm atau agak nyentrik?" Andira
"Mama juga kurang tahu, 1 jam lagi dia akan datang. Kamu tinggal tanya saja dia mau pilih warna yang mana dan yang terpenting! Jaga etika kamu. Dia orang penting di dunia ini jangan macam-macam" Ghea
"Siapa sih mam? Bilang aja namanya" Andira
"Ini rahasia bisnis Dir.. Mama gak bisa kasih tau kamu" Ghea
"Ok! I'm fine" Andira tersenyum
"Yaa... kamu yang akan melayaninya nanti" Ghea
"Apa? Aku ma? Kenapa aku? Kan banyak karyawan disini, kenapa harus aku?" Andira
"Dengar. Patokannya anak kuliah, dan mama punya kamu untuk di jadikan contoh ketika orang itu meminta bantuan atau sesuatu." Ghea
"Gak gitu maksud aku maaa..." rengek Andira sambil cemberut
"Terima saja dan lakukan." Ghea kembali sibuk dengan para pegawainya yang bolak balik mencari dan mengeluarkan gaun terbaik milik butik "Fancy Boutique".
(Why me?) batin Andira
Krieet...
Pintu butik terbuka dan menampakkan seorang lelaki dengan badan yang atletis memasuki butik hanya dengan menggunakan kaos polo abu-abu, celana cargo hitam, sandal gunung beserta seorang yang mungkin adalah teman lelaki ini.
(Apa dia yang dimaksud mama? Gak kayak orang penting. Tapi, cover bisa menipu sih, jangan-jangan dia malah konglomerat kelas atas) batin Andira
"Selamat siang tuan. Ada yang bisa saya bantu?" Andira tersenyum ramah sedangkan orang itu hanya berlalu mengelilingi butik.
Andira memejamkan dan membuang nafas kasar, dia membuka matanya dan terkejut saat wajah orang tersebut dekat dengan wajahnya.
"Dimana pemilik butik ini?" tanyanya
"Eee... Maaf tuan wajah anda terlalu dekat" Andira mundur dan menunduk
Sedangkan lelaki itu menjauhkan wajahnya dan mengela nafas sambil menaikan alisnya.
"Jawab pertanyaan saya, saya tidak punya banyak waktu!" tegasnya
"Apa saya boleh tahu kapan anda akan memberikan gaun itu?" Andira
"Besok" jawabnya singkat
(Ha?!! Besok loh, gak punya banyak waktu? Etdahh nih orang waktunya kurang dari 24 jam apa?) batin Andira
"Maaf mba, bisa jawab pertanyaan bos saya? Dimana pemilik butik ini? Kalau tidak salah namanya Ghea" ucap temannya
"Nyonya Ghea menyerahkan hal itu pada saya, perkenalka–"
"Langsung saja ke gaun yang saya pesan ada dimana?" ucapnya
(Nyebelin banget) gerutu Andira
"Lewat sini tuan" Andira senyum paksa dan melongos pergi dahulu agar orang ini bisa cepat keluar dari butik.
"Apa hanya 2 ini?" tanya temannya
"Saya boleh tau nama anda tuan?" Andira
"Saya Egi" Egi
"Baik, pemilik butik menawarkan 2 warna ini. Yang satu cream dan yang lebih nyentrik ini berwarna merah sedikit oranye, karena saya tidak tahu mana yang akan anda pilih saya mengeluarkan keduanya" jelas Andira
"Menurutmu... Mana yang lebih bagus dipakai untuk seorang wanita berumur 22 tahun?" tanya Dava
"Tergantung karakteristik wanita itu apakah dia menyukai warna kalem atau yang lebih nyentrik" Andira
"Sepertinya Cyla menyukai hal-hal yang nyentrik bos" bisik Egi yang bisa di dengar Andira
"Saya ambil yang merah ini" ucapnya lalu keluar dari ruang dress up khusus. Andira rolling eyes menatap orang menyebalkan itu keluar.
"Maafkan bos saya, dia memang seperti itu. Baik, bos saya memilih warna merah ini dan kami sudah melakukan pembayaran atas nama Dava Sanjaya" Egi
(Keluarga Sanjaya yang kayanya segudang punya anak menyebalkan kayak dia? Oh god!) gerutu Andira
"Tidak apa. Baiklah... Terima kasih atas kunjungan anda tuan Egi, maafkan saya jika salah melayani anda dan bos anda" Andira
Egi tersenyum dan membungkuk lalu keluar dari ruang dress up, Andira terduduk dan menyandarkan tengkuknya pada bahu sofa.
(Huh... Mama manggil aku kesini cuma buat aku ngelayani orang menyebalkan itu? Coba aja bukan orang penting udah aku jahilin dia yakin. Emang ya, kayak di novel kebanyakan orang kaya nyebelin dan angkuh) gerutu Andira.
...*...
...*...
....to be continued....
Bulan berganti dengan matahari, pagi ini Andira bebas dengan mata kuliahnya karena hari ini tidak ada jadwal untuk masuk kuliah. Akhirnya, dia berkompromi dengan Nabila untuk jalan-jalan sekedar mengobrol dan curhat.
Seperti biasanya, Nabila akan membawa mobil kesayangannya dan membawa mereka berkeliling. Sebenarnya mereka hanya membuat wacana untuk jalan-jalan saja dan tidak tahu kemana mereka akan pergi.
Saat ini mereka bahkan asyik mengobrol ria di dalam mobil.
"Dir... Sebenarnya kamu punya impian gak sih kalau lulus kuliah mau keluar negeri atau kamu milih nikah?!" Nabila
"Hah?! Mikir apa kamu Nab? Aku gak pernah kepikiran hal kayak gitu cukup lulus dengan nilai terbaik dan aku gak akan mau mengorbankan hidupku untuk hal yang tidak penting sama sekali" Andira
"Yeh... Tau gak sih? Sekarang itu pada mau nikah sama orang kay yang bakal jadi pendamping hidupnya atau nikah sama seorang CEO terkenal. Kamu gak mau apa?" Nabila
"Big NO!" Andira rolling eyes.
"Kenapa? Semua perempuan pasti mau nikah sama CEO kaya. Kamu gak mau?" Nabila
"Kebanyakan cerita kalau jadi istri CEO atau pengusaha itu gak akan bahagia tau. Paling-paling jadi sekertaris atau malah dipoligami, akhirnya juga gitu" Andira
"Oke oke... aku hargai pemikiran mu itu." Nabila melepas seltbeltnya begitu pula Andira dan mereka keluar dari mobil.
"Wait... Ini mall" Andira
"Terus?" Nabila
"Kamu ngajak aku belanja atau...."
"Of course, aku ngajak kamu nonton bioskop dan setelahnya ke timezone buat beauty photo. Deal?!" Nabila
"Deal!!!" Andira bersorak dan mereka melangkah bahagia masuk ke dalam Mall.
Sebenarnya, Andira sama sekali tidak menyukai nonton film di Bioskop atau apapun yang berbau bioskop. Tapi, akhirnya dia masuk ke bioskop dan menonton film di dalamnya karena acara study tour SMP yang mengharuskan semua murid nonton di bioskop.
Mana mungkin dia tidak mau nonton karena percuma dia tidak mau menyia-nyiakan uang sebesar 1,5 juta untuk biaya study tour hanya karena dia tidak mau menonton di bioskop. Sama saja membuang uang 35 ribu secara percuma.
"Nonton apa?" Andira
"Yang lagi trend sekarang aja" Nabila
"Apa itu?" Andira
"SIN?!" Nabila membuat tatapan harapan ke arah Andira
"SIN?! Itu film apa?" Andira
"Ketika kakakmu menjadi jodohmu sendiri" Nabila
"Emang bisa?!" Andira
"Makanya kita nonton ayo!" Nabila
"Oke!" Andira
Nabila memesan 2 tiket bioskop dan mereka menunggu jam tayang dengan nongkrong di Bioskop.
...* * *...
"Huh... Apa jadwal saya selanjutnya?" tanya Dava sambil bersandar santai di kursi kerjanya.
"Hari ini free dan anda harus datang ke Konferensi Internasional CEO di Jerman" Egi
"KI CEO? Hah... Apa ayah dan ibu bisa datang?" tanya Dava memijat pelipisnya
"Saya sudah menghubunginya sebelum rapat tadi. Beliau mengatakan akan tiba di Indonesia pukul 17.00 nanti" Egi
"Persiapkan dengan baik dan jangan sampai mereka datang ke rumahku" Dava meraih jasnya dan keluar dari ruang kerja dan gedung perusahaannya.
...* * *...
[Pukul 14.00]
"Dir... Mau kemana lagi nih? Atau pulang aja?" Nabila
"Aku gak mau pulang Nab.." Andira
"Kenapa?" Nabila
"Aku sendiri dirumah" Andira
"Terus mau kemana? Oh ya! Alvina bilang kalau di deket Jl. Gatotkaca ada semacam toko snow ball gitu, kamu suka kan? Kebetulan juga kam–"
"Aku pengen itu, ayo kesana aja!" seru Andira berbahagia memotong perkataan Nabila
"Oke!" Nabila
Nabila melajukan mobilnya menuju ke toko snow ball yang dia katakan pada Andira, tak jauh hanya butuh 15 menit mereka sudah sampai di tempat itu.
"Waw... keren. Ayo Nab cepetan~!!" rengek Andira
"Iya iya, tunggu dong" Nabila
Setelah Andira dan Nabila masuk ke dalam toko mereka melihat seluruh snow ball yang dipajang di etalase dan dinding. Berbagai macam karakter dan warna tersedia membuat Andira gemas dan ingin memiliki semua di tangannya dan memandanginya tiap malam.
Perlu di ketahui di rumah dia memiliki 1 ruangan khusus tempat dimana Andira menyimpan barang koleksi yang disukainya.
Andira fokus melihat semuanya dari atas sampai bawah tapi, dia tidak sadar kalau tangannya ikut tertarik seorang lelaki bukan karna di gandeng atau ditarik tetapi benang hem yang dia pakai tersangkut di kancing jaket bagian tangan lelaki itu.
"Maaf mas..." ucap Andira
Lelaki itu berbalik dan menatap Andira bingung.
"Ada apa?" tanyanya
"Maaf mas, baju saya nyangkut di kancing jaket mas nya" Andira tersenyum ramah
Lelaki itu menunduk dan melepasnya dengan cepat, kemudian lelaki itu tertawa lalu tersenyum setelahnya.
"Kok bisa ya? Apa karena hari ini saya harus ketemu sama kamu?" lawaknya Andira hanya terkekeh
"Bisa juga, hahaha. Yaudah mas... maaf ya" Andira berbalik tapi justru dia memanggil Andira kembali sehingga dia berbalik.
"Mba! Namanya siapa?" tanyanya
"Andira" Andira
"Tunggu, saya kayak kenal sama kamu ya?! Kamu Andira anak UGB?" tanyanya
"Iya mas" Andira
"Gak usah panggil mas, saya seangkatan sama kamu. Namaku Wildan anak Astronomi" Wildan
"Wildan? Oh! Kamu sahabatnya Rangga BEM-nya kampus kan?!" Andira
"Iya... Kirain gak tau" Wildan
"Baru sadar kalo itu kamu" Andira
"Dir!!! Aku dah nemu ini nih, kamu man- Loh?! Ildan?" Nabila
"Wildan" Andira membenarkan
"Sama aja Dir... Biasanya dia dipanggil Ildan tau. Oh ya! Lagi sama siapa Dan?" Nabila
"Sama Rangga sebenarnya tapi dia lagi ke toko minuman sebentar" Wildan
"Kamu cari snow ball? Buat siapa?" Andira
"Oh... Buat adiknya Rangga" Wildan menaikan bungkusan yang baru saja dia beli di toko ini.
"Kirain buat gebetan barumu apa gimana" ejek Nabila
"Bukan" Wildan rolling eyes
"Sejak kapan kalian saling kenal?" Andira
"Oh iya! Dulu awal semester 2 aku bilang kan ketemu sama cowok baik yang bantuin ambilin buku Sastra jilid 4 yang tebelnya minta ampun dan ada di rak atas? Maksudku, Wildan" Nabila
"Oh gitu, udah lupa juga sih" Andira terkekeh
"Dan! Nih!" Rangga menyodorkan minuman pada Wildan dan tidak menyadari adanya Nabila dan Andira disana.
"Ga! Ini kenalin Nabila sama-"
"Andira?" Rangga tersenyum
"Kok tau namaku?" Andira menunjuk dirinya sendiri
"Kamu primadona kampus sama Nabila, kuper banget kalau sampe gak tau?" Rangga
"Wah... Seru nih, kita bisa temenan gak? Aku gak punya niatan buat pansos atau terkenal di kampus karena deket sama BEM, cuma mau tambah temen aja" Nabila
"Boleh boleh, kalian anak Sastra kan? Main sama anak Astronomi apa nyambung?" Rangga
"Sambungin aja" Nabila
Rangga dan Wildan terkekeh karena candaan Nabila sedangkan Andira hanya bisa tersenyum.
"Kalian kesini naik apa?" Rangga
"Mobil" Andira
"Dari mana?" Wildan
"Dari bioskop" Andira
"Mau ikut nongkrong sebentar gak? Kita punya tempat tongkrongan yang bagus dan harganya kantong anak kampus banget" Rangga
"Boleh tuh, ayo!" Nabila
"Wait... Aku belum pilih barangku loh" Andira cemberut
"Oh iya, Ululu~ Pilihlah Andira jangan lama ya" Nabila tersenyum
"Kita berdua tunggu di luar ya" Wildan
"Okey" Nabila
Rangga dan Wildan pergi sedangkan Nabila menuju kasir Andira kembali memilih snow ball-nya. Setelah memilih dia membayarnya dan berhenti di pinggir sebelum keluar toko.
Dia tadi menemukan 1 paket aksesoris yang isinga kalung, gelang dan cincin yang terbuat dari titanium dengan bentuk liontinnya dreamcathcher. Andira memasangnya dengan senyum bahagia lalu keluar toko.
"Udah Dir?" Nabila
"Udah" Andira
"Sekarang kita ke cafe!" Wildan
"Oke" Andira
Wildan dan Rangga menaiki motor mereka masing-masing sedangkan Andira dan Nabila masuk ke dalam mobil lalu mengikuti jalur Rangga dan Wildan untuk menuju ke Cafe.
...* * *...
Setelah rapat dengan tuan Joph Scadery Haopkins dari Inggris, Dava kedatangan tamu musuh lamanya Dava membenci keluarga Anggara, Septiantoro dan Prasetya sampai ke turunannya kelak. Dan sekarang dia harus kedatangan tamu lagi yang bisa di bilang dulunya adalah mantan kekasih yang berubah menjadi musuhnya Keira Atavia Anggara.
Perempuan berambut panjang sepinggang berwarna cream yang dia warnai, bibir merah, bedak tipis, wangi kasturi, tubuh ramping bak model dan tentunya tinggi dan berkulit putih. Pantas saja Dava bisa jatuh cinta dengannya tetapi setelah tau niat Keira menjadi pacar Dava adalah menjatuhkan bisnis keluarganya, Dava memutuskannya dan menjadi musuh Keira dalam dunia bisnis.
"Selamat siang kakak" sapanya ramah
"Ada apa katakan saja, saya tidak butuh basa basi dan setelah ini saya akan menemui manajer umum" ucap Dava santai
"Ayolah kak, setelah 5 tahun berpisah kenapa sifatmu berubah?" Keira
"Langsung to the point saja!" Dava
"Aku mau ngomong pribadi sama kakak" Keira menoleh pada Egi dan Dava memberitahukan agar Egi meninggalkan mereka berdua.
"Apa?!" Dava
"Kakak tau akan diadakan konferensi pers yang pastinya akan bertemu seluruh CEO di Dunia kan? Semua mengenal kakak, dan apakah kakak tau suatu hal menarik akan terjadi disana. Tanpa kakak ketahui sama sekali dan hanya aku yang mengetahuinya. Sebelum harga diri keluarga Sanjaya menurun aku ingin menawarkan sesuatu agar kakak aman." Keira
"Apa?" Dava mulai bingung
"Apakah kakak mau menikahiku?" Keira
"Tidak!" jawab Dava datar dan dingin
"Kenapa? Aku tau kakak masih sayang sama aku benar kan?" Keira berjalan menuju kursi dimana Dava duduk dan memeluknya dari belakang.
"Kau kira saya tidak tahu apa yang akan kau lakukan setelah pernikahan dilangsungkan? Apakah kau lupa kejadian dulu? Lupakan!! Saya yakin dirimu sudah kotor dan tercemar, silahkan pergi dari ruangan saya sebelum terjadi kekerasan" Dava melepaskan tangan Keira secara kasar dan berdiri menatap Keira sadis.
"Kakak~ aku yakin kakak gak akan menyesal kalau nikah sama aku~" rengek Keira
"Banyak wanita diluar yang ingin jadi istri saya. Dan saya bahkan bisa memilih sendiri! Saya tidak akan mau anda menjadi bagian dari keluarga Sanjaya" Dava
"Kakak~ percaya sama aku. Apa kakak mau diperlakukan rendahan?" Keira mendekati Dava dan meletakkan tengannya di bahu Dava lalu beralih ke lengan kekar Dava.
Dengan cepat Dava menepisnya dengan kasar sampai Keira tersentak kaget dengan perlakuan Dava.
"Keluar sekarang!" tegas Dava
"Tapi kak-"
"Keluar!!!" Dava sampai pada puncak amarahnya pada Keira saat ini
Keira meraih tasnya dan mengehentakkan kaki keluar ruang kerja Dava, dia membersihkan lengan jasnya serta bahu jasnya lalu kembali duduk dengan tenang seakan tidak terjadi apapun.
"Maaf tuan" Egi datang dan menutup pintu
"Besok lagi jangan sampai wanita kotor itu masuk ruangan saya, beritahu seluruh karyawan perusahaan" Dava
"Baik tuan" Egi.
...•...
...•...
.... to be continued ....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!