"Besok kamu pindah ke sekolah Garuda" titah seorang pria paruh baya kepada seorang gadis yang hanya diam di sofa, tidak ada niatan menjawab perkataan papanya itu.
"Kamu dengar, Lisna?" Datar George, pria paruh baya tersebut.
Gadis yang di sapa lisna itu mendongak, menatap wajah datar papanya dengan tatapan malas. "Iya, Lisna dengar" jawabnya malas.
"Jangan membuat onar lagi di sekolah baru, sekali lagi kamu buat masalah, papa gak akan urusi lagi. Mengerti, putri nakal?" Tekan George sembari menatap tajam putrinya itu.
"CK. Iya iya, papa setelah nikah lagi jadi bawel deh" cibir Lisna sembari melirik sinis kepada seorang wanita paruh baya yang duduk di samping papanya.
"Heh, gadis nakal. Jadi maksud kamu papamu nakal karena saya? Ingat yah, saya juga mama kamu sekarang" ucap wanita itu sembari menatap garang terhadap Lisna.
"Mama tiri aja belagu" sinis Lisna.
"Dasar anak nakal, sekali pun kamu gak pernah sopan sama mama tapi mama menyayangi mu. Tapi apa yang kamu perbuat heh, kamu bahkan kemarin menyembunyikan tas Kesayangan mama, hingga mama gak jadi arisan" geram Nalina, mama tirinya Lisna.
"Tas dijadikan alasan gak jadi arisan, dasar bego. Tinggal beli kan apa susahnya, untuk apa punya suami kaya tapi gak dimanfaatkan" ketus Lisna.
George memijat pelipisnya pusing dengan istri dan putri tunggalnya itu yang tidak pernah akur, sudah seperti tom and Jerry. Tiap hari adu bacot dan cekcok, Lisna yang mulai sih hhe.
"Sudah-sudah, jangan berantam lagi. Papa pusing dengan kelakuan kalian yang gak pernah akur, tidak seperti anak dan ibu" jengah tuan George.
"Istri papa duluan" cibir Lisna.
"Kamu yang mulai, Lisna nakal" ketus Nalina.
"Dih, malah nyalahin gue" gumam Lisna pelan. Padahal jelas-jelas memamnh dia yang mulai, dasar gadis nakal.
"Stop ribut, papa mau keruang kerja dulu" tuan George langsung meninggalkan kedua wanita berbeda usia itu diruang tamu karena tidak ingin semakin pusing melihat mereka yang terus berdebat.
Usia Nalina baru 30 tahun, sedangkan Lisna usianya baru 17 tahun dan sekarang menginjak kelas 12 SMA. Papa Lisna memang menikah lagi setelah lima tahun menduda, lima tahun lalu istrinya, mama kandung Lisna meninggal karena sakit jantung.
Selama lima tahun itu, George mengurus Lisna sendirian sambil mengurus perusahan. Nalina, yang merupakan sekertaris George kerap kali datang kerumah George atas permintaan George sendiri untuk mengurusi putrinya yang sudah mulai beranjak dewasa.
Semakin lama, Nalina semakin dekat dengan George, pria yang sudah menginjak usia kepala empat itu. Akhirnya setelah bujuk rayu George pada putrinya, Lisna akhirnya mengijinkan papanya menikah lagi. Tapi setelah George menikah dan membawa serta Nalina ke rumahnya, Lisna dan istrinya malah gak pernah akur. Keduanya terus adu bacot, saling mengatai anak tiri dan mama tiri.
Tetapi biarpun begitu, mereka tidak pernah saling membenci satu sama lain. Perdebatan mereka hanyalah perdebatan biasa, tuan George juga membiarkan saja kedua wanita itu terus adu bacot.
Nalina dan Lisna saling menatap tajam satu sama lain begitu tuan George masuk ke ruang kerjanya. "Apa Lo liat-liat, dasar mama tiri" cibir Lisna kemudian bangun dari duduknya.
"Anak bandel, mau kemana kamu?" Sentak Nalina.
"Main, jangan bilang papa. Kalau gak, semua tas branded mama gue bakar" ancam Lisna tanpa sadar mengatakan kata 'mama'
'sinakal ini manggil saya mama, sepertinya otaknya sudah mulai miring' batin Nalina tersenyum kecil.
"Biasanya kamu ngancam mulu, jangan pulang larut. Saya hanya akan jamin sampai jam sembilan malam, lewat dari situ saya tidak tanggung jawab" titah Nalina sambil bersidekap dada.
"Iya-iya bawel, gue keluar dulu. Dahh Mama tiri nyebelin" Lisna langsung berlari keluar sebelum terkena amukan nenek sihir wk.
"Anak itu" gumam Nalina kemudian beranjak masuk ke dalam kamarnya.
Suasana masih sore hari, Lisna keluar dengan mengendarai motornya. Gadis itu sangat suka keluar jalan-jalan di sore hari sambil motoran.
"Enaknya kemana yah" gumam Lisna sembari terus melajukan motornya.
Bug
Bug
Krekk
Lisna menghentikan motornya karena di depan sana terdapat aksi baku hantam antara para remaja. Entahlah mereka siapa karena Lisna tidak mengenali mereka satu pun.
"Mereka ngapain sih, bacok di tengah jalan gini. Ngalangin jalan orang aja" kesal Lisna sembari menatap tajam pertikaian di depan sana.
"Tapi kayaknya keroyokan deh. Eh, eh kok bener, mana ganteng lagi tu cowok yang di keroyok" heboh Lisna sembari melajukan pelan motornya mendekati para remaja itu.
Terlihat delapan orang remaja, tuju lawan satu. Sudah jelas keroyokan sih.
"Gue bantuin gak nih, kalau gak gue bantuin kasian entar wajah tampannya benyok, kan sayang. Tapi kalau gue ikut campur yang ada ntar bokap gue ngira gue berulah lagi" bingung Lisna.
"Bantuin ajalah, kayaknya dia udah mau kalah pula" gumamnya.
Lisna langsung turun dari motornya dan menghampiri mereka semua yang belum menyadari kedatangannya.
"Woi, Lo semua berenti" teriak Lisna.
Delapan remaja itu langsung berhenti dan sontak menoleh ke arah Lisna yang berkacak pinggang sembari menatap tajam mereka semua.
"Siapa lo" ketus salah satu dari ketuju remaja itu.
"Gue? Gue Lisna. Kalian ngapain adu jotos di jalan, ngalangin jalan orang tau gak" ketus Lisna.
"Terserah kita lah, mau apa lo? Mending minggir sana, cewek jangan ikut campur urusan cowok" ketus Rehan. Ketua dari ketuju remaja itu.
Lisna tidak menanggapi, dia melirik seorang pemuda yang tadi di keroyok itu yang juga tengah menatap ke arahnya. Lisna tersenyum miring dalam hati kemudian langsung menghampiri pemuda itu.
"Sayang, Lo gak papa? Sorry yah, gue telat datang. Jadinya tangan Lo luka nih" ucap Lisna dengan nada khawatir sambil memegang lengan pemuda itu.
Pemuda itu tersentak, Rehan dan anggotanya juga tersentak mendengar ucapan gadis itu.
"Siapa lo" dingin pemuda itu.
"Gue cewek Lo, lah. Sini tangan Lo gue plester dulu, habis itu kita lawan mereka bareng-bareng sayang" bisik Lisna kemudian membalut luka pemuda itu dengan plester yang kebetulan dia bawa di saku jaketnya.
Pemuda itu diam, membiarkan gadis itu membalut luka di lengannya. Tatapannya terus tajam, dia tidak mengenal gadis gila itu yang mengaku sebagai pacarnya.
Setelah selesai membalut luka pemuda itu, Lisna lalu membantunya berdiri. Rehan serta anggotanya menunggu gadis itu selesai dengan apa yang dia lakukan.
"Kalian beraninya main keroyokan, untungnya cowok gue gak koid. Gue habisin Lo pada, kalau seandainya cowok gue ini kenapa-napa" ucap Lisna menatap tajam Rehan dkk.
Pemuda itu mengernyitkan dahinya, dia tidak mengerti maksud gadis asing itu. Apakah dia sedang bercanda atau apa??!!?
"Cih, jadi Lo ceweknya dia? Dia gak pantas buat Lo, mending Lo sama gue aja. Gue jamin hidup lo bahagia" remeh Juna.
"Oh gak bisa, cowok gue ini jauh lebih tampan dari Lo" sinis Lisna.
****
"Oh gak bisa, cowok gue ini jauh lebih tampan dari Lo" sinis Lisna.
"Bacot, serang dia" titah Rehan marah, tidak terima di rendahkan oleh Lisna.
Bug
Bug
Krekkk
Dugg
Perkelahian kembali terjadi, Lisna melawan tiga dari mereka. Begitu juga dengan pemuda tadi melawan Rehan serta tiga lainnya.
Bug
Arhkk
Lisna berhasil menumbangkan dua lawannya begitu juga pemuda itu berhasil menumbangkan tiga orang sekaligus. Tinggal kini Rehan dan satu lagi sahabatnya yang masih bertarung dengan Lisna dan pemuda itu.
Bug
Lisna langsung menendang perut orang itu hingga jatuh tersungkur, Rehan sendiri sudah tumbang dibuat oleh pemuda tampan itu.
"Lain kali jangan suka main keroyokan, kalau kalah kan malu" ejek Lisna.
"Shit. Awas Lo sialan, gue bakalan balas Lo" marah Rehan kemudian langsung bangkit dengan memegangi perutnya menghampiri motornya.
Keenam anggotanya juga dengan susah payah menaiki motor mereka, Rehan serta keenam anggotanya langsung pergi dari sana meninggalkan Lisna dan seorang pemuda yang merupakan rival mereka itu.
"Lo gak papa?" tanya Lisna mendekat ke arah pemuda itu.
"Gak papa" jawabnya singkat.
"Hm, Lo ganteng deh. Mau gak jadi cowok gue?" Tanya Lisna sembari mengedipkan sebelah matanya.
Pemuda itu tersentak, dia lalu melayangkan tatapan tajam ke arah Lisna yang dibalas menatapnya santai.
"Gak" dingin pemuda itu.
"Ah elah, gak asik luh. Yaudah sebagai ucapan terimakasih Lo buat gue karena gue udah bantuin Lo, gue mau...."
Lisna mendekatkan wajahnya ke wajah pemuda itu yang hanya diam dengan wajah datarnya dan tatapan matanya yang tajam.
Cup
Lisna mencium pipi pemuda itu kemudian langsung kabur menaiki motornya sambil terkikik geli.
"Makasih ganteng" teriak Lisna kemudian melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, takut dikejar oleh pemuda yang diciumnya itu wkwk.
Pemuda itu terpaku, dia menyentuh pipinya yang di cium oleh gadis asing itu.
"Gadis aneh. Lo bakal jadi milik gue, baby girl" gumamnya tersenyum tipis kemudian beranjak dari sana.
Di sisi Lisna, sehabis baku hantam tadi gadis itu langsung kembali ke rumahnya. Bukan takut dimarahi papanya jika pulang larut malam, tapi dia takut bertemu pria asing tadi.
"Gila gue, moga gue gak ketemu lagi sama dia. Malu huh, lagian gue gabut banget sih. Mana nge cium dia lagi, aaa malu banget gue" pekik Lisna yang baru menyadari apa yang telah dia perbuat tadi.
Keesokan paginya, Lisna bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah baru. Gadis itu seperti biasa akan berpenampilan badgirl sebagaimana di sekolah lamanya. Setelah selesai dengan segala keperluan sekolahnya, Lisna lalu turun ke lantai bawah.
Setibanya di bawah, gadis itu langsung menghampiri kedua orang tuanya di meja makan kemudian duduk di samping papanya.
"Pagi pa, mama tiri" sapa Lisna.
"Pagi sayang / anak tiri" balas keduanya.
Tuan George tidak lagi protes dengan panggilan kedua wanita itu yang menyematkan kata 'tiri' terserah mereka sajalah, pikir tuan George.
"Pah, Lisna malas pindah" celetuk Lisna dengan wajah cemberut.
Bukan apa, di sekolah baru dia harus menyesuaikan diri lagi. Mengenal orang baru lagi, rasanya malas aja gitu.
"Gak bisa, tetap harus pindah. Di sekolah lama kamu hanya bisa berbuat onar dengan teman-teman nakalmu itu" bantah tuan George.
"Yaudah lah, pasrah gue" jawabnya pasrah.
"Makanya jangan nakal" sindir Lina.
Lisna hanya melayangkan tatapan sinis ke arah mamanya itu, dia lagi malas berdebat jadi dia hanya menatap sinis wanita yang berstatus mamanya itu.
"Sudah, berangkat sana. Jangan bikin masalah lagi, kalau uang jajan kamu kurang minta sama mama kamu. Papa udah kasi ke mama kamu uang jajan kamu bulan ini" titah George.
"Aiss, papa ngapain kasih ke nenek lampir, entar malah di korupsi" cibir Lisna.
"Jangan asal nuduh kamu, kalau kamu minta pasti saya kasih juga" balas Lina mendelik.
"Sudah-sudah, sana berangkat Lisna. Ingat pesan papa, jangan nakal" ucap George.
"Hm. Lisna berangkat dulu"
Gadis itu lalu menyalim tangan kedua orang tuanya, biarpun nakal dan terus adu bacot dengan mamanya itu, tetapi dia masih memiliki sedikit sopan santun hehe.
"Hati-hati" pesan Lina.
"Hm" lisna langsung keluar dan menaiki motornya.
Brum
Brum
Lisna tiba di sekolah Garuda. Sekolah yang sekarang menjadi sekolahnya, gadis itu tidak langsung turun dari motornya begitu dia tiba di parkiran.
Seketika parkiran heboh karena kedatangan anak baru, mereka semua penasaran dengan anak baru itu hingga berkumpul-kumpul di dekat parkiran. Termasuk tiga orang pemuda tampan yang juga berdiam diri di atas motor mereka.
Lisna membuka helmnya kemudian turun dari motornya. Seketika para kaum Adam terpekik melihat kecantikan gadis itu, tadinya mereka mengira dia cowok karena penampilannya seperti Badboy. Tapi siapa sangka dia seorang gadis cantik.
Satu dari ketiga pemuda tampan itu terkejut melihat gadis itu, dia Arselio. Pemuda yang semalam di bantu oleh gadis itu.
'ternyata kita ketemu lagi, baby' batin Lio tersenyum tipis, sangat tipis. Bahkan kedua sahabatnya tidak menyadari bahwa pemuda datar itu tengah tersenyum.
"Cantik njir, baddas gitu"
"Tapi mukanya agak imut juga Wei, cantik imut"
"Keren pula"
Berbagai cibiran makian pujian yang dilontarkan oleh para siswa siswi yang da di parkiran itu. Lisna tidak menghiraukan dan langsung melangkah memasuki sekolah, seketika langkahnya terhenti ketika matanya tidak sengaja bersitatap dengan mata tajam Arselio.
Deg
'Dia kan cowok semalam, mampus. Mati gue, huaa kenapa harus ketemu lagi hikss, gue otw pindah nih' batin Lisna menjerit.
Gadis itu menelan salivanya payah, entah kenapa dunia begitu sempit. Nasibnya benar-benar sial, dia takut sekaligus malu bertemu lagi dengan pemuda kemarin yang dengan lancang dia cium.
Lisna berjalan perlahan dengan kepala menunduk, tidak lagi tegak seperti tadi. Gadis itu berusaha menghindari kontak mata dengan Arselio, pemuda yang terus menatapnya dengan tajam.
Lisna perlahan melangkahkan kakinya sambil berdoa dalam hati, berharap pemuda itu sudah lupa padanya wk. Gimana lupa, malah dia udah klaim Lo, Lis.
Saat melewati Arselio dan kedua sahabatnya, Lisna merasakan tangannya di cekal kuat. Gadis itu sontak menghentikan langkahnya, tetapi tidak berani mendongak. Dia tetap menunduk, entah apa yang dilihatnya di bawah sana wk.
"Akhirnya kita ketemu lagi, baby girl" bisik Arselio menyeringai tipis.
Deg
Lisna perlahan mengangkat kepalanya menatap Lio yang juga balik menatapnya tajam.
Glek
Lisna langsung gugup, padahal kemarin dia tidak gugup sama sekali bahkan saat mencium pipi pemuda itu. Tapi sekarang, rasanya jantungnya ingin lompat.
Kedua sahabat Lio mengernyitkan dahinya bingung kenapa sahabatnya itu menahan gadis baru itu. Ingin bertanya tapi waktunya belum pas, jadi keduanya diam menunggu sahabatnya itu selesai.
"Le- lepasin tangan gue" gugup Lisna.
"Lo takut sama gue?" Tanya Lio tersenyum miring.
****
"Lo takut sama gue?" Tanya Lio tersenyum miring.
"Gak, lepasin gue. Gue mau keruang kepsek" pinta Lisna memelas.
Lebih baik dia berpura-pura takut agar Lio melepaskannya dan dia tidak lagi berurusan dengan pemuda itu.
"Hm"
Lio melepaskan cekalannya, Lisna langsung berlari meninggalkan Arselio dan kedua sahabatnya.
"Lo kenal dia, Yo?" Tanya Galen.
"Hm. Cewek yang bantuin gue semalam" jawab Lio.
"Jadi dia yang bantuin Lo, kenapa dia kayak ketakutan gitu liat Lo" ucap Arga.
"Ntah, cabut" Lio hanya mengerdikkan bahunya, dia sengaja tidak memberitahu kedua sahabatnya kenapa gadis tadi itu seperti takut dan berusaha menghindarinya.
"Huftt, lega. Kenapa gue harus satu sekolah sama dia sih, bisa mampus gue lama-lama. Lagian gue ngapain sih pake acara nyium dia, aishh gimana kalau dia bilang ke temen-temennya, malu banget gue" gerutu Lisna sembari melangkahkan kakinya menuju ruang kepala sekolah.
Setelah selesai dari ruang kepala sekolah, Lisna diantar ke kelasnya oleh wali kelasnya langsung yang juga akan mengajar pagi itu di kelasnya.
"Selamat pagi semuanya, hari ini kita kedatangan anak baru. Lisna silahkan masuk" ucap Mila, wali kelas 12 MIPA 1.
Lisna perlahan melangkah memasuki kelas, lagi-lagi dia tidak sengaja bersitatap dengan Arselio, pemuda yang tadi mencekal lengannya di parkiran.
Deg
'anjing dah, Mak tolong Lisna huh. Ketemu lagi sama tu orang' batin Lisna terpekik.
Jantungnya bahkan berdetak kencang, rasanya dia ingin menghilang saja dari bumi ini daripada berurusan dengan pria itu wk.
Arselio tersenyum miring melihat gadis itu ternyata satu kelas dengannya, ahk rasanya dia ingin menertawakan wajah Lisna yang ketakutan melihat dirinya. Tetapi karena dia pria cool juga Badboy, jadi dia hanya bisa tertawa dalam hati.
"Silahkan perkenalkan dirimu" ujar Mila.
"Halo semuanya, kenalin nama gue Lisna Clarissa Narendra. Panggil Lisna aja biar simpel" ucap Lisna berusaha menghindari tatapan tajam Arselio.
"Salam kenal, Cantik" heboh para siswa kaum Adam.
"Dih, cantikan juga gue" cibir salah satu siswi.
"Cantikan Lisna lah, Lo mah kayak nenek peot" balas seorang siswa lelaki.
"Sudah-sudah, sekarang kamu duduk lisna" titah Mila.
"Dimana, Bu?" Tanya Lisna bodoh.
Mila menepuk keningnya, wanita itu lalu mengedarkan pandangannya mencari kursi kosong untuk Lisna. Pandangannya terhenti di pojok, dimana ada seorang pemuda tampan yang tak tersentuh itu duduk seorang diri di belakang.
"Nah, kamu duduk di samping nak Lio aja, kebetulan dia sendiri. Jadi biar ada temannya, kebetulan juga kursi kosong hanya itu yang tersisa" ujar Mila.
"Haa?" Beo Lisna.
"Kenapa? Kamu tidak suka di belakang?" Tanya Mila heran.
"Em, anu buk" Lisna menggaruk kepalanya bingung mau mengatakan alasan apa.
"Tidak apa-apa, duduk saja di sana. Tidak ada lagi kursi kosong selain itu" ujar Mila.
'Nasib' batin Lisna kemudian melangkahkan kakinya menuju meja dimana Arselio duduk sembari menatapnya tajam.
Tatapan tajam pemuda itu membuatnya kikuk dan sedikit gugup, dia berpikir pemuda itu marah karena dia lancang mencium pemuda itu.
Arselio tersenyum miring, keberuntungan berpihak padanya karena tanpa ia mencari gadis yang lancang menciumnya itu, gadis itu datang dengan sendirinya ke hadapannya.
Lisna duduk dengan wajah dia palingkan ke arah lain, yang penting dia tidak bersitatap dengan pemuda di sampingnya itu yang terus menatapnya dengan tajam.
"Baik, sekarang buka bukunya halaman sekian. Untuk kamu Lisna, berbagi dulu dengan Lio. Nanti setelah istirahat ambil buku kamu di perpustakaan" ucap Mila.
"Iya, buk" jawab Lisna gugup.
Lisna kebingungan mau melakukan apa, tidak mungkin dia menyapa pemuda di sampingnya itu. Rasanya sangat malu wk, gadis itu berharap ada seseorang yang membantunya, meminjamkannya buku paket gitu, yang penting dia tidak berbicara dengan pemuda di sampingnya itu.
Arselio langsung membuka buku paketnya kemudian meletakkannya di tengah meja, dia tau gadisnya itu pasti takut dan malu berbicara padanya.
Gadisnya? Iyalah, orang Lisna duluan yang nembak hhe, walaupun awalnya Arselio menolak. Iyalah dia menolak, baginya gak epis cewek yang nembak. Jadi harus dia yang lebih dulu mengklaim gadis itu miliknya.
Lisna menyadari jika Lio meletakan buku paketnya di tengah keduanya, tetapi gadis itu tidak berani menoleh dan tetap menatap ke samping mejanya. Arselio berdecak melihat gadis itu yang terus-terusan menatap ke arah samping, padahal buku ada di depannya.
"Lo ngapain liatin kesamping, buku di depan Lo" Lio langsung menarik dagu Lisna hingga gadis itu menatap ke arahnya.
"Ha, so- sory" gugup Lisna.
"Lo kenapa?" Tanya Lio datar.
"Gak papa" jawab Lisna cepat kemudian langsung membuka buku tulisnya agar tidak lagi berbicara dengan Lio.
"Lo kenapa takut liat gue, sayang?" Bisik Lio menyeringai tipis.
Deg
Lisna merinding disko mendengar bisikan Lio yang tepat di telinganya, gadis itu semakin gugup dan takut melihat pemuda tampan di sampingnya itu.
"Gu-gue gak takut" balas Lisna berusaha tidak gugup.
"Bagus deh" Lio merapatkan kursinya dengan kursi milik Lisna.
"Lo ngapain dekat?" tanya Lisna heran.
"Biar dekat sama cewek gue" balas Lio santai.
"Dih. Gak jelas, Lo" cibir Lisna.
"Bodo. Yang penting gue dekat sama Lo, duduknya" ucap Lio menatap Lisna dengan tatapan mata tajamnya.
"Lo jangan natap gue gitu, dong. Serem tau" ucap Lisna bergidik.
"Kenapa? Gue ganteng gini malah Lo bilang serem" balas Lio mendengus.
"Ganteng apanya, jelek juga" gumam Lisna.
Galen dan Arga yang duduk di depan Lio menahan senyum mendengar ucapan Lisna yang mengatai ketua mereka itu jelek. Baru Lisna cewek yang berani mengatai Pemuda MOS wanted SMA Garuda itu jelek.
"Waduh, bos. Lo dikatai jelek" ucap Arga terkekeh kecil.
"Memang jelek, sih" timpal Galen terkekeh.
"Diam Lo berdua, anjing" umpat Lio mendelik tajam ke arah kedua sahabatnya itu.
Mereka bahkan tidak menghiraukan ada guru di depan sana yang mengajar, keempat manusia itu malah sibuk debat tanpa menghiraukan tatapan guru dari depan sana.
"Lo juga, gue ganteng malah Lo ngatain gue jelek" sungut Lio kesal.
"Lah, malah kesal Lo" ucap Galen terkekeh kecil.
"Gak terima dia, Gal" timpal Arga terkekeh kecil.
"Jadi mirip bocil kalau Lo kesal gini" ucap Lisna tersenyum kecil melihat wajah kesal Arselio.
Arselio tertegun melihat senyum gadis itu yang semakin membuatnya semakin cantik jika tersenyum. Lio sampai tidak sadar menatap lekat wajah cantik Lisna. Kedua sahabatnya menatap cengo Lio yang menatap lekat wajah Lisna, Lisna sendiri heran dengan pemuda itu yang terus menatapnya dengan tatapan lekat.
"Kenapa, Lo?" tanya Lisna heran.
"Gak"
Lio tersadar dan menormalkan ekspresinya, pemuda itu memilih melihat kedepan sana. Kedua sahabatnya juga sudah berbalik ke depan karena mendapat tatapan tajam dari guru mereka dari depan sana.
Pelajaran pun berlanjut hingga bell istirahat berbunyi, Lisna merasa sedikit lega karena sepanjang pelajaran guru berada di dalam kelas. Jika tidak, entah apa yang akan terjadi padanya, apalagi dia duduk di samping Lio.
Lisna sudah seperti melihat monster jika melihat Lio, tatapan pemuda itu yang terus tajam ke arahnya, sehingga dia beranggapan jika Lio marah padanya.
****
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!