NovelToon NovelToon

Sunflower

1. Kesan pertama

Terik matahari siang yang menemani beberapa aktifitas beberapa remaja yang sedang mahasiswa baru yang kini sedang mengantri untuk mendaftarkan diri sebagai anggota BEM di kampus ternama. Bem merupakan incaran para mahasiswa baru baik untuk mencari ilmu ataupun untuk mendongkrak namanya untuk sebuah Popularitas.

Universitas Bunga Bangsa, Salah satu Universitas ternama yang berada di kota metropolitan ini, yang terkenal dengan kampus yang melahirkan banyak orang-orang sukses, sehingga tidak gampang untuk masuk kedalamnya.

Namun tidak bagi kedua orang perempuan yang kini juga masuk dalam barisan mengantri untuk menyetorkan formulirnya agar terdaftar menjadi salah satu anggota BEM yang didalamnya terdapat banyak kesibukan.

“Rin, Lu seriusan mau ikut BEM, liat deh antriannya panjang banget” Gisel mulai mengeluh,

Bukan persoalan antrian yang membuat dia putus asa, namun Ia sedikit ragu dapat terdaftar menjadi anggota BEM dengan banyaknya yang ikut mendaftar dan kuota yang tersedia hanya sedikit.

“Percaya deh Gi, kalau kita jadi anggota BEM kuliah kita bisa berharga” Karin tampak pantang mundur.

Gisel akhirnya hanya pasrah mengikuti Karin yang tampak semangat, walaupun sebenarnya Ia sedikit heran dengan temannya itu yang tiba-tiba begitu antusias mengikuti organisasi tersebut.

.

“Wahh…, Akhirnya tenggorokan gue kena air juga” ucap Karin merasa lega setelah 3 jam mengantri untuk penyetoran berkas pendaftaran.

“Gue nggak yakin kita lolos Rin, banyak banget yang daftar gitu” Gisel tampak tidak yakin dengan dirinya sendiri.

“Mba minumnya 3 yah…” ucap salah satu pria dengan postur tubuh yang ideal dengan tubuh berotot namun wajahnya tampak imut karena matanya yang kecil.

Karina dan Gisel yang duduk tepat dekat disamping tempat pemesanan mengalihkan pandangannya ke pad tiga pria yang kini sedang berdiri tidak jauh dari mereka. Namun yang membuat mereka bingung adalah respon heboh dari pengunjung lain terutama para gadis yang terdengar sedikit berlebihan Bagai keduanya.

“Wahh liat deh, mereka itu kaya pilar Bunga Bangsa nggak sih”

“Gue sihh nggak masalah yah walaupun dijadiin yang kesekian”

“Tapi mereka yang masalah kalau sama elu”

Kurang lebih begitulah bisikan beberapa para gadis yang juga berada di kantin saat ini.

Gisel dan Karin yang tidak begitu tertarik kembali fokus pada makan dan minuman yang telah mereka pesan sebelumnya.

“Gi, bentar gue kenali sama teman anak teman mami yah, katanya sih kuliah disini juga terus aku udah kabarin kalau kita sekarang lagi di kanti” ucap Karin sembari mengutak atik ponselnya sembari mengirim pesan.

“Emang sempat yah, gue kan mau langsung balik buat buka toko” ucap Gisel.

Gisel bukan dari keluarga yang tidak mampu, namun karena salah satu hobinya menanam bunga, sehingga Ia membuka toko bunga.

“Lu kan punya karyawan Gi, jangan terlalu nyusahin diri deh” ucap Karin dengan sedikit melirik Gisel lalu kembali pada ponselnya.

“Permisi kita boleh nggak duduk disini soalnya kursi lain penuh” ucap salah satu pria dengan membawa makan dan minumnya.

“Nggak, jangan modus yah” ucap Karin lalu mengangkat kepalanya siap menatap pria tersebut.

Namun respon pria tersebut membuat Karin kini memalingkan wajahnya memperhatikan sekitar tempat duduk yang memang sudah tidak ada lagi yang kosong.

“Duduk aja nggak papa kok, maaf tadi temanku lagi berbalas pesan jadi tidak memperhatikan sekita” Gisel menarik tangan Karin yang ada didepannya agar pindah duduk ke sebelahnya.

Karin yang paham maksud Gisel pun segera berpindah kesamping Gisel dengan memindahkan makan dan minumnya pula.

Ketiga pria tersebut duduk berhadapan dengan Karin dan Gisel.

Mereka adalah Jeno, Juan dan Haikal. Pria yang sebelumnya membuat heboh suasana karena kehadiran ketiganya.

“Kalian mahasiswa baru yah?” Tanya Jeno mencoba mencairkan suasana.

“Iya kita mahasiswa Ilmu Komunikasi” jawab Gisel dengan ramah

Sedangkan Karin kini sedang memperhatikan wajah Jeno yang menurutnya lucu, bagaimana tidak muka jeno tampak tegas namun lucu karena matanya yang sipit.

Mereka tidak berbicara lagi dan fokus pada makanan yang telah mereka pesan sebelumnya. Mereka sadar dengan keberadaan haikal yang tidak begitu suka berinteraksi dengan Wanita. Namun mereka tidak menyadari apa yang kini dilakukan oleh pria tersebut.

.

Setelah pertemuan siang di kantin kini Karin masih sibuk membahas wajah lucu Jeno, yang menurutnya akan lebih lucu jika tersenyum.

“Udah deh Rin, ntar kamu malah suka lagi sama Kak Jeno” tegur Gisel pada Karin.

“Nggak kok,, lagian gue udah pasrah Nerima perjodohan dari Mami” Ucap Karin dengan wajah sedihnya.

“Mami juga nggak nggak bisa nolak, karena ini adalah salah satu keinginan Papi gue sebelum meninggal”sambung Karin menundukkan kepalnya.

“Udah nggak usah dipikirin, terus ini teman anak mami kamu mana?” tanya Gisel yang sudah mulai jenuh menunggu.

“Katanya baru keluar kelas nggak lama lagi kesini kok” senyum Karin kembali seperti sebelumnya.

Beberapa saat kemudian dating dua orang perempuan, yang satu dengan gaun pendeknya selutut dan rambut di kuncir pendek yang satunya lagi dengan dengan dress setengah menutupi betisnya dan rambutnya dikepang dengan beberapa helai poni yang menutup jidatnya.

“Karin maaf yah nunggu lama” tegur salah satunya.

“Iya nggak papa, ini kenali Gisel teman Gue dari orok” Karin mengenalkan Gisel pada temanya

“Hai, Gue Nia, dan ini Wina teman kelas gue, Rin ini Wina.” Nia merupakan anak teman maminya Karin yang bertemu saat ada arisan dan mereka ikut serta dalam acara tersebut.

.

Setelah perkenalan itu Gisel memutuskan untuk Kembali ke toko, Ia yakin saat ini toko bungnya sudah dibuka, karena toko bunganya akan dibuka saat Fina karyawan satu-satunya pulang dari sekolah. Dan Sekaran sudah menunjukan pukul 4 sore yang seharusnya Fina sudah pulang dua jam yang lalu.

“Aduh gue ngapain mikirin tu orang sih” Gerutunya pasalnya bayangan tatapan mata seseorang yang baru saja ditemuinya hari ini cukup mengganggunya apalagi dengan senyum tipisnya yang nyaris tidak jelas, bahkan Gisel ragu jika itu adalah senyuman.

.

.

Ditempat lain beberapa pria tampan sedang mengurus berkas pendaftaran mahasiswa baru sebagai anggota BEM. Yah di sana Jeno Haikal dan Juan dan anggota lainnya sedang memilih mahasiswa yang layak yang telah di seleksi sebelumnya oleh tim seleksi.

“Lu ngapain sih minta kita buat meriksa satu persatu berkas anak ilmu komunikasi” Kesal Juan namun Ia tetap mengikuti apa yang dimau Haikal.

“Udah nggak usah ngeluh, masih bagus dia nggak nyuruh buat nyari berkas tu cewe di catatan sipil” kesal Jeno.

“Heii, pada sibuk apa sih?” Candra dating dengan suara cemprengnya yang khas.

“Eh Lu ngapain sih disini, ini ruang BEM nggak boleh masuk sembarang” Tegur Haikal pada sepupunya yang masuk dengan suara cemprengnya.

“Iya mana suaranya cempreng banget lagi” Sambung Juan.

“Jangan mentang-mentang kalian lebih tua yah seenaknya mengatai ku. Begini-begini aku selalu memang lomba nyanyi” bela Candra.

“Tapi Gue heran deh, Lu kan kalau nyanyi bagus yah tapi kenapa kalau ngomong cempreng yah” sambung Jeno.

“Udah ah males kalau kalian bahas suara” Candra duduk dan membuka ponselnya untuk memeriksa beberapa pesan yang masuk pada ponselnya.

“Eh Can, Lu kan mahasiswa Ilmu Komunikasi kan?” Tanya Juan

“Iya kenapa emang?.., Kalian lagi ngincar anak di sana yah. Tapi emang banyak yang cakep sih” ucap candra dengan santai.

“Berapa jumlah Mahasiswa di angkatan mu sekarang?” Tanya Haikal serius, sepertinya peluangnya kini lebih besar untuk mengenal perempuan yang menarik perhatiannya.

“Gue nggak tahu pasti sih, tapi kita ada 7 kelas” balas Chandra sembari mengingat jumlah pasti Mahasiswa seangkatannya.

“Ya udah Lu belajar yang giat biar kita lulusnya bareng” jawab Jeno mencoba mengalihkan pembicaraan.

Ia tahu betul bagaimana mulut Chandra yang tidak bisa menjaga rahasia dan kepo tingkat tinggi jika mendapati kejanggalan.

2. Bertemu Kembali

Setelah seharian kuliah dan lanjut ke toko bunga, Gisel merasa sedikit kelelahan mungkin karena harus berurusan dengan antrian Panjang pendaftaran BEM.

“Kak, Gue masuk tidur dulu yah” Pamit Fina yang memang sengaja Gisel siapkan tempat tingga untuknya dilantai dua ruko.

Fina merupakan anak yatim piatu yang 2 tahun Lalu Gisel beri pekerjaan karena mendengar Fina yang mendapatkan musibah yaitu ayahnya yang meninggal karena kecelakaan kerja sedangkan Ia hanya tinggal bersama ayahnya setelah Ibunya meninggal saat melahirkannya.

“Iya gue juga nggak lama pulang kok lagi nungguin kak Mark aja” jawab Gisel dengan senyum ramahnya.

Tidak lama kemudian pintu toko kebuka, dan benar saja itu adalah Mark saudara Gisel yang selalu menjemputnya jika Gisel pulang malam.

“Gue ngerepotin yah kak?” tanya Gisel karena melihat wajah sang kakak yang tampak kelelahan.

“Nggak dong, lagian kalau liat adik, kakak yang jelek ini rasanya cape kakak ilang” Tawa Mark menggoda adiknya yang kadang lucu namun juga jahil kepadanya.

“Kok jelek sih, kalau gue jelek kakak juga jelek dong kan kata Mama kita mirip” protes Gisel karena Mark mengatainya jelek.

“Ya udah ayo balik, Fina udah tidur?” Tanya Mark berbasah basi, karena biasanya Ia selalu melihat Fina yang menemani Gisel saat menunggunya.

“Iya udah, sepertinya dia agak kelelahan.” Jawab Gisel dengan sedikit kasihan pada Fina yang tidak mau diajak tinggal dirumahnya.

.

.

“Gi, Lu udah dapet pesan keterima anggota BEM?” Tanya Karin yang baru saja duduk disamping Gisel

“Udah, Gue keterima” jawab Gisel dengan senyum manisnya.

“Lu pada daftar BEM?” Tanya Candra yang berada dibelakang keduanya.

“Lu ngagetin deh” Kesal Karin

“Gue nanya doang, Lagian kenapa sih nggak bilang sama Gue kalau ikut BEM kan kalian nggak usah repot-repot daftar” ucapnya dengan santai.

Karin dan Gisel saling memandang dengan menaikan sebelah alisnya lalu berbalik memandang Candra.

“Kenapa kalian liatin gitu?” Tanya Candra yang risih ditatap keduanya.

“Wahh Gue lupa bilangin ke kalian kalau Kak Haikal dari fakultas Hukum yang merupakan ketuan BEM itu adalah kakak kandung Gue” sambungnya dengan wajah tanpa dosa.

“Apa..?” Gisel dan Karin menjawab dengan bersamaan.

“Kok Lu nggak bilang sih, kan kita bisa minta tolong sama Lu aja” Kesal Karin.

“Jadi kemarin kita nggak nemuin Lu pas daftar BEM?” Tanya Gisel, karena Ia juga sempat mendengar rencana teman barunya itu yang juga ingin mendaftar BEM.

“Iya, Gue udah ngasih berkas gue sama kakak gue” jawabnya santai

“Ih nyebelin banget sihh……” Kesal Karin.

Candra hanya nyengir sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal, Ia merasa tidak enak dengan kedua teman barunya itu karena mereka susah payah mengantri sedangkan Ia hanya menunggu hasil saja, yang sudah pasti keterima.

“Tapi kalian lolos kan?” tanya Candra

“Iya, bentar kita udah ikut penyambutan anggota baru” jawab Gisel dengan tatapan kesalnya.

“Udah sih nggak usah kesal-kesal, nanti sebagai gantinya Gue kenalin sama anggota inti BEM yang ganteng-ganteng” Tentu saja Candra akan menjual kakak dan teman-teman kakaknya yang digandrungi banyak kaum hawa.

“Boleh deh, Gue juga penasaran sama kak Haikal yang katanya ganteng banget” Jawab Karin antusias, bahkan Ia sepertinya sudah melupakan kekesalannya pada Candra.

“Jangan lupa Kak Haikal itu kakak Kandung candra, pasti mukanya nggak jauh beda” Gisel mengingatkan Karin lalu membalikan badanya menghadap kembali ke depan.

Karin juga ikut menghadapkan badanya ke depan dan membisiki Gisel “Tapi Candra nggak jelek loh” lalu tawa keduanya pelan karena melihat profesor yang akan mengajar dikelasnya telah masuk.

.

“Kal, gimana Lu udah dapat berkas cewe yang kemarin?” tanya Juan yang melihat Haikal melamun.

“Iya Gue udah nemuin kok” jawabnya dengan senyum tipis yang entah bermakna apa.

“Emang buat apaan sih?” Tanya Juan dengan raut kuatir.

“Nggak papa kok, Gue Cuma salah orang doang” Jawab santai tanpa memalingkan pandangannya pada Juan.

Juan sudah tidak menanggapi lagi, Ia tahu betul bagaimana Haikal, baginya Haikal tidak akan merahasiakan hal penting yang seharusnya diketahuinya, dan jika Haikal tidak bercerita itu memang tidak seharusnya dia ketahui.

Ting(tanda pesan masuk pada ponsel Haikal)

Room Chat Haikal

Selin : Kal Gue minta tolong dong Seli n:ke toko buku,…!

Haikal : Gue sibuk Sel, hari ini ada penerimaan anggota BEM baru

Selin : Kali ini aja Kal, Gue bakalan berusaha nggak nyusahin Lu lagi kok nanti

Haikal : Gue nanti temenin setelah pembukaan penerimaan.

Haikal membuang nafasnya kasar setelah berbalas pesan dengan Selin yang merupakan mantan kekasihnya. Entah kenapa sampai sekarang Ia masih tidak tega untuk menolak membantunya.

“Selin?” Tanya Jeno yang kehadirannya tidak disadari Haikal karena sibuk berbalas pesan dengan Selin

“Nggak penting, Gue ke toilet dulu yah” pamitnya lalu menyimpan ponselnya diatas meja tempatnya duduk,

“Gue Heran, Haikal tuh profesional banget dengan berbagai hal tapi dia nggak bisa banget buat nolak Selin, padahal Selin jelas-jelas selingkuh kan” kesal Jeno melihat Haikal yang me lempeng ketika berhadapan deng Selin sang mantan.

“Mungkin dia punya alsan buat itu semua, Lu tau kan dia nggak bakal mau diatur” Juan mengingatkan Jeno bagaimana sahabat mereka itu.

“Oh iya urusan sama nyokap Lu udah beres?” Tanya Juan yang setahunya Jeno telat datang karena ada urusannya dengan ibunya.

“Iya udah” jawabnya singkat lalu duduk di kursi samping Juan.

Juan hanya menganggukkan kepalnya mendengar jawaban simpel Jeno.

.

Haikal menggusar rambutnya yang basah lalu menatap wajahnya pada pantulan cermin yang ada dihadapannya.

“Gue harus nyari tahu dia siapa, Gue yakin nggak salah orang” ucapnya meyakinkan dirinya lalu Kembali membasuh mukanya dengan air yang masih mengalir.

Haikal yang masih merasa gusar keluar dari kamar mandi dan naik kelantai 4 untuk menikmati udara dari rooftop gedung tersebut.

Gedung tersebut merupakan Gedung yang digunakan sebagai secretariat BEM pada lantai 3 dan dibawahnya oleh himpunan jurusan yang berada di kampus Bunga Bangsa, sedangkan lantai 4 terdapat beberapa kursi dan meja yang sudah tidak dapat dipakai.

Kini Haikal mengambil sebatang rokok yang ada di sakunya untuk menenangkan pikirannya. Ia bukan orang yang merokok aktif namun untuk beberapa saat jika pikirannya terlalu rumit Ia akan mengisap rokok ditempat yang jauh dari orang lain agar asapnya tidak mengganggu.

Haikal melihat jam yang ada dipergelangan tangannya, kurang lebih 20 menit lagi kegiatan penerimaan anggota BEM baru akan dimulai, Ia sudah melihat beberapa Mahasiswa yang mulai memasuki Gedung dari tempatnya kini berada. Dan matanya tertuju pada salah satu perempuan yang berjalan manuju Gedung tesebut.

“Sepertinya kita memang berjodoh” Bibirnya terangkat memperlihatkan senyum smirk nya. Setelah itu Ia mematikan rokoknya yang baru setengah dan kembali ketempat sebelumnya bersama Juan dan Jeno

.

“Kak…” Panggil Candra yang melihat Haikal yang hendak masuk kedalam ruangan BEM.

Haikal hanya menyambut Candra dengan senyum tipis.

“Gi ini bukan yang di kantin kemarin nggak sih?” Karin menyenggol bahu Gisel

“Iya yang temannya matanya hampir hilang” Balas Gisel yang tatapannya tertuju pada Haikal.

“Pantesan kemarin cewe-cewe di kantin pada heboh, ternyata dia ketua BEM” Karin berbisik pada Gisel.

Haikal hanya melirik kedua perempuan itu lalu menganggukkan kepalanya pada Candra, dan masuk kedalam ruangan.

Candra berbalik memperhatikan kedua temannya,

“Lu pada ngapain bengong disitu sih?” tanya Candra pada kedua temannya.

“Nggak papa kok, Ayo keburu telat” Ajak Gisel lalu menarik tangan Karin untuk jalan beriringan bersama Candra.

.

“Gi, menurut Lu gimana kakaknya Candra?” Tanya Karin dengan berbisik karena saat ini acara penerimanya sedang berlangsung.

“Ganteng sih, tapi buka tipe Gue” jawab Gisel cuek

“Iya sih, Lu kan sukanya sama yang jamet hehehe” Goda Karin yang dihadiahi tatapan tajam Gisel.

Setelah beberapa rangkaian acara kini fokus orang-orang beralih pada Haikal yang meninggalkan acara yang belu selesai dengan tampak buru-buru.

“Eh Kakak Lu mau kemana tuh?” Tanya Karin pada Candra yang juga menatap kepergian kakaknya.

“Nggak tahu, Gue nggak mau ngurusin urusan pribadi kakak Gue” jawab Candra dengan cuek namun tetap saja tatapnya sedikit kuatir pada kakaknya entah karena apa.

3 Berkenalan

Rangkaian acara telah selesai kini sebagian besar mahasiswa telah meninggalkan gedung kecuali beberapa pengurus inti serta Candra, Gisel dan Karin.

Seperti yang dikatakan Candra sebelumnya Ia ingin mengenalkan teman barunya kepada kakaknya dan teman-teman kakaknya walaupun kini didalam ruangan tersebut kakaknya sudah tidak ada karena telah pergi beberapa saat lalu yang bahkan acara sedang berlangsung.

“Kak…” Panggil Candra pada beberapa pria yang kini ada didepannya.

“Hai Can, Weh bareng cewe nih” jawab Riza salah satu teman kakaknya.

“Hai Kak Riza udah sembuh?” Tanyanya, pada Riza yang sebelumnya dikabarkan sedang sakit.

“Iya kalau belum sembuh dia nggak disini dong Can” Jawab Jeno yang fokus pada ponselnya.

“Oh iya kenalin nih teman baruku, kita sekelas” Candra memperkenalkan Gisel dan Karin

“Wahh sepertinya sebelumnya kita pernah ketemu” Juan menyambut dengan senyum ramah pada keduanya,

Sebelumnya mereka bertemu di kantin namun tidak berbicara banyak karena fokus pada makanan, bahkan yang berinteraksi pada keduanya hanyalah Jeno

“Halo, Gue Riza, dan ini Jeno sama Juan, tapi mereka bukan kembar yah” Riza memperkenalkan keduanya sembari mengulurkan tangannya.

Gisel dan Karin bergantian mengulurkan tangannya kepada ketiga pria tersebut sembari menyebutkan Namanya.

“Oh iya selamat datang juga yah di BEM kampus Bunga Bangsa, kita sangat mengharapkan kinerja kalian” sambung Riza, Ia juga merupakan wakil anggota BEM dan Counter Haikal jika sedang emosi.

“Oh ya kak, Kami berdua kan masuk dalam bidang pemberdayaan anggota itu gimana yah kak?” Tanya Gisel, pasalnya Ia yang sering aktif diorganisasi saat dibangku SMA baru mendengar ada bidang tersebut.

“Oh jadi kebetulan bidang itu ada dibawah naungan Juan, jadi kalian akan ada setim selama berkegiatan dalam BEM” Jelas Riza

“Jadi Pemberdayaan anggota itu, Kita bertugas untuk peningkatan mutu setiap bidang terutama pada saat kegiatan, selain itu di bidang ini juga kita akan selalu berpartisipasi dalam setiap bentuk kegiatan yang berhubungan dengan BEM” Juan menjelaskan apa yang dipertanyakan Gisel

“Oh iya, kalian juga bisa simpen nomor Gue kalau mau ditanyain langsung ke Gue aja” Jawab Juan santai

“Modus Lu kan?” Jeno mengejek Juan.

“Dan kalian harus perhatiin rules yang ada di kesepakatan anggota kalau nggak mau berurusan dengan Haikal” Jelas Juan, Ia tidak ingin kedua anggotanya ini bermasalah dengan Haikal,

Apalagi Ia tidak tahu kini apa yang sedang mengusik Haikal mengenai salah satu anggotanya itu yang baru saja datanya dicari tahu olehnya.

“Iya kita paham kok kak,” Jawab Gisel yang di angguki pula dengan Karin.

Setelah mengobrol mereka juga bertukaran nomor telepon, bukan karena modus, mereka berpikir bahwa berada dilingkungan yang sama nggak ada salahnya kan tukeran nomor, apalagi Gisel dan dan Karin yang akan menjadi bagian dari keanggotaan yang dipimpin oleh Juan.

.

Disisi lain kini ada tiga orang Mahasiswa yang sedang berdebat persoalan buku mana yang akan mereka gunakan sebagai referensi tugas dan topik yang akan mereka gunakan. Namun yang berdebat hanyalah dua orang sedangkan yang satunya sibuk memperhatikan keduanya, Ia ingin melerai namun bingung bagaimana caranya.

“Eh Jigar Lu kenapa sih?, Nggak mau ngasih ide gitu?” Nia kesal melihat Jigar yang hanya menatap keduanya.

“Iya nih, gimana Lu mau ikut pendapat Gue apa Nia?” Wina juga ingin mendengar pendapat Jigar.

“Gue sebenarnya tidak begitu setuju dengan pendapat kalian berdua” Jawabnya dengan cengiran bersalah

“Ya udah Lu maunya judulnya gimana?” Tanya Nia.

Nia dan Wina sama-sama mempunyai perawakan yang tidak jaim, dan itu membuat Jigar sedikit tertekan berada diantara keduanya.

“Ko Lu diam sih?’ Nia kesal dengan Jigar yang hanya diam tidak menjawab pertanyaan Wina.

“Gini yah, Judul yang Gue pikirin agak bertolak belakang nih sama Kalian berdua jadi kalau kalian nggak suka, Gue nggak maksa” Jigar tidak ingin ambil resiko berdebat dengan keduanya.

“Nih, Gimana kalau kita membedah konspirasi Alien aja, kan buku tentang alien juga banyak” Jawab Jigar dengan muka meyakinkan.

“Gila yah, Gue aja masuk jurusan ini dipaksa yah, jangan buat Gue makin emosi Lu” kesal Nia yang memberikan tatapan tajam pada Jigar.

“Jigar, Lu bukan dari planet lain kan yang lagi nyari teman Lu” Wina juga ikut kesal dengan ide Jigar.

Mereka merupakan mahasiswa Geografi semester awal, yang mendapatkan tugas mata kuliah memilih salah satu mata kuliah lain yang berhubungan dengan Geografi. Namun dengan konyolnya jigar memberikan saran untuk membedah konspirasi Alien.

“yah, kan kalian nanya saran, Gue juga nggak yakin tapi itu doang yang keluar dari kepala Gue” Jigar menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

“Udah ah, mending cari yang lain. Kayanya kalau berteman sama Jigar kita juga bisa berpikir kalau Alien itu ada” Kesal Nia lalu kembali fokus pada laptop yang ada didepannya.

Mereka pun kembali mencari topik yang bagus untuk diangkat dan beberapa saat kemudian ponsel Jigar berdering. Ia segera mengangkatnya tanpa melihat siapa yang memanggil

“Halo kenapa?”

Nia dan Wina yang fokus pada laptop sedikit teralihkan perhatiannya pada Jigar yang mengangkat telpon

“Gue nggak mau, Gue mau fokus belajar nggak usah maksa Gue jadi anggota BEM segala” ucapnya lalu mematikan ponselnya.

Entah dengan siapa Ia melakukan panggilan, namun Wina dan Nia ikut penasaran, pasalnya pendaftaran BEM sudah berakhir kemarin, namun kenapa Jigar baru mendapatkan panggilan untuk anggota BEM.

“Lu daftar BEM gar?” Tanya Wina

“Nggak, itu teman Gue yang maksa. Dia masuk BEM karena suka bergaul sama teman-teman kakaknya” Jigar tampak kesal dan kembali pada bukunya.

Wina dan Nia pun kembali fokus pada laptop pasalnya Jigar kini tampak benar-benar kesal, walaupun mukanya tetap lucu.

.

Gisel yang menunggu kakaknya menjemput sudah sedikit jenuh, entah kenapa kakaknya itu sekarang telat menjemputnya.

“Mau bareng nggak?” Juan yang tidak sengaja melihat Gisel menawarkan tumpangan

“Eh kak Juan, nggak Kak Gue lagi nungguin kakak Gue, tadi katanya udah dijalan” Jawab gisel dengan ramah.

Namun Juan yang tidak tega melihat Gisel menunggu sendiri memarkirkan mobilnya tidak jauh dari sana dan turun untuk menemani Gisel menunggu kakanya yang katanya sudah dijalan.

“Loh kok Kak Juan turun?” tanya Gisel dengan tidak enak

“Lu risih nggak kalau Gue temenin tunggui kakak Lu, soalnya Gue nggak tega liat Lu nunggu sendirian” Juan duduk disamping Gisel.

“Yah ngga papa sih kak, Cuma nggak enak aja nanti ganggu waktunya kak Juan lagi” Gisel sebenarnya juga tidak enak apalagi setelah mengetahui ketenaran Juan dan ke tiga temannya.

“Yah siapa suruh Lu udah kenalan sama Gue, jadinya kan Gue nggak enak biarin Lu sendirian” jawabnya santai dengan senyum tipisnya

“Pantesan yah banyak yang suka orang emang seganteng ini sih” Gumang Gisel dalam hati sembari menganggukkan kepalanya.

Tring’ bunyi panggilan masuk pada ponsel Gisel

“Halo, Kakak Dimana kok tumben lama banget” tanya Gisel

“Maaf yah, Kakak harus kembali ke rumah sakit soalnya pembimbing koas kakak tiba-tiba pingsan dan ada beberapa pasien yang harus ditangani” jawab Mark dibalik telpon

“ya udah, Gue balik sendiri aja yah” Jawab Gisel lalu panggilan terputus.

“Nggak jadi dijemput?” Tanya Juan

“Iya kak, Kakak Gue soalnya lagi koas di rumah sakit, terus dokter pembimbingnya sakit jadi dia harus gantiin beberapa jadwal pembimbingnya.

“ya udah Gue antar aja pulangnya” tawar Juan.

Gisel yang tidak enak karena Juan telah menunggunya tidak menolak tawaran juan lagi, walaupun Ia sedikit was-was dengan apa yang akan terjadi jika Ia dilihat orang-orang pulang bersama Juan.

.

Haikal yang kini menatap Selin yang berbaring lemah diatas ranjang rumah sakit sedikit iba, bagaimana pun Ia pernah menjadi bagian dari kisa hidup Haikal

“Kal, Lu nunggui Gue?” Tanyanya dengan wajah lesu

“Gue ngga suka Lu berbuat seperti ini, dan Gue nggak akan bertanggung jawab dengan apa yang Lu alami sekarang” ucapnya lalu meninggalkan ruangan Selin.

“Sampai kapanpun tidak akan ada yang berubah Kal, Aku nggak akan biarin Kamu lepas dari Aku, dan Aku yakin kamu selalu peduli denganku” Selin tersenyum dengan paksa.

Ia tidak akan melepaskan haikal apapun alasannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!