NovelToon NovelToon

Sweet Revenge

Bab 1 Chartiana

Grek..Grek..Grek...Grek.

Suara Roda koper yang dibawa seorang wanita muda yang cantik nan elegan, ia berjalan melewati gate kedatangan internasional, selama ia terus berjalan di dalam bandara, ada banyak sekali mata yang memandanginya, mereka kagum akan paras cantik yang dimiliki wanita muda ini.

"Itu model...atau artis ya..." bisik-bisik orang yang terkagum-kagum pada paras cantiknya. Matanya lentik dan tajam, bentuk wajah oval sempurna, bibir merekah menambah kesan yang seksi, rambut panjang hitam terurai begitu halus, ditambah bentuk tubuhnya yang seksi seperti model majalah playboy.

Namun, meskipun perhatian dari orang-orang di sekitar bandara tampak begitu intens, Chartiana tetap melangkah dengan anggun, tanpa menanggapi bisikan-bisikan yang mengagumi penampilannya.

Ia sudah terbiasa dengan tatapan seperti itu, sejak lama. Chartiana tidak hanya dikenal karena kecantikannya, tetapi juga karena kepintaran dan kerja kerasnya selama ia menyelesaikan kuliahnya di UK Inggris.

Setelah keluar dari area imigrasi, ia langsung menuju ruang tunggu, dia duduk, menunggu kedatangan seseorang yang ia sudah lama rindukan. Sesekali ia melirik jam tangan di pergelangan tangannya, menunggu dengan sabar.

"Tiana...." panggil seorang wanita berambut pirang tapi bukan bule.

"Vivian....." Charty langsung berjalan cepat dan memeluk sepupunya.

"Oow, gua kangen banget sama lu Tiana." seru Vivian memeluk erat sepupu yang sudah seperti saudara kandung baginya.

"Gua juga Vi-, di UK gak ada teman curhat yang nyebelin kayak lu tauk." seru Charty sembari cipika cipiki.

"Gua memang nyebelin tapi rela bolos kerja demi jemput lu." ujarnya sambil mengedipkan satu mata.

"Iya lu memang sepupu langka gua." Charty terkekeh, melihat tingkah centil Vivian.

Sambil saling rangkul mereka berjalan bersama menuju parkiran mobil. "Widih, mobil sport warna ungu." Charty terkagum-kagum melihat mobil keren milik sepupunya.

Segera mereka berdua masuk kedalamnya, lalu berkendara ke rumah orangtua Chartiana. "Mobil ini hadiah kelulusan dari daddy gua tahun lalu." ujarnya dengan wajah bangga.

"Murah hati sekali paman Johan, seandainya ayahku gak pelit." cebik Charty, ayahnya Jonathan tidak pernah mengijinkan Charty untuk menyetir, karena sang ayah merasa putrinya belum bisa bertanggung jawab kalau diberikan banyak kebebasan.

"Btw gimana pacar bule lu yang di Australia itu, ngelamar lo?" tanya Charty penasaran dengan hubungan asmara Vivian sewaktu kuliah di Australia.

"Sayangnya gua terpaksa break up sama dia, gua gak bisa ikut dia tinggal disana, dia juga sama gak mau pindah jadi warga sini, percuma kalau aku paksakan gak akan menikah juga sama dia." seru Vivian, raut wajahnya tampak sedih.

"Gua turut prihatin sama lu..., untungnya sih gua masih jomblo jadi masih bisa nemenin lu hehehe..." Charty terkekeh.

"Astaga Charty, betah banget sih jomblo, padahal lu tuh lebih cantik dari gua, jangan bilang lu masih mengharapkan cinta dari kakak tiri lu yang playboy itu." Vivian memicingkan matanya, sejak dulu ia sangat tau Charty yang cinta setengah mati dengan kakak tirinya Jeremy.

Mereka memang tidak sedarah, tapi tetap saja Vivian tidak suka kalau mereka jadian, akan sangat mencoreng nama keluarga besar Ganendra, karena yang semua orang tahu kalau Jeremy adalah anak kandung paman Jonathan dan bibi Charlotte.

"Habis belum ada pria manapun yang bisa membuatku berdebar-debar hebat seperti kak Jeremy." ujarnya sambil mengerucutkan bibir, membayangkan wajah tampan kakak tirinya, belum lagi suara dan sikapnya yang selalu lembut pada Charty.

"Kak Stefan? Bukannya lu selalu berdebar-debar sama dia." Vivian tertawa jahil.

"Iiihhss..!! Jangan sebut nama orang menyebalkan itu!!, Kalau sama dia bukan berdebar-debar namanya, tapi bikin emosi!!" umpat Charty melipat tangan, dan memasang wajah bete.

"Cie...cie...~ hati-hati loh terlalu kalau terlalu benci nanti malah cinta." Vivian menggoda sepupunya kalau sudah membicarakan kak Stefanus Karim sahabat kak Jeremy.

"Btw gua denger lu kerja di kantor bokap lu, enak gak?" tanya Charty sengaja mengalihkan pembicaraan.

"Iihh..., gak enak banget, banyak yang sirik sama gua tau, terutama senior di kantor, belum lagi karena gua anak pertama dari Daddy dan mommy, jadi banyak yang berharap gua jadi penerus perusahaan mereka." keluh Vivian, masih muda namun sudah banyak beban tanggungan di kantor.

"Masa sih, bukannya enak ya, lu gak perlu kerja capek-capek udah naik jabatan duluan."

"Iya sih..., tapi tetap saja gua dipandang sebelah mata kalau belum paham soal perusahaan." Vivian mencebik mengingat dirinya sangat malu kalau tidak paham soal SOP perusahaan ayahnya.

"Uuhh ngeri juga ya, ngebayangin itu." Charty jadi merasa merinding, ia sendiri yang baru lulus kuliah juga akan segera bekerja di perusahaan ayahnya. Jadi takut membayangkan bekerja disana.

"Kalau lu sih enak, ada kak Jeremy yang meneruskan peran ayahmu di perusahaan, setidaknya beban lu gak akan sebesar beban yang gua tanggung lah." ujar Vivian sejak dulu selalu merasa iri pada Charty yang memiliki kakak laki-laki seperti kak Jeremy.

"Ya...dong, kak Jeremy memang yang terbaik." ujarnya menyeringai, tidak sabar ingin segera bertemu dengan sang kakak tercinta.

.

Bersambung~

...****************...

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA ❤️❤️❤️

Jangan lupa memberikan Like, Subscribe, dan Vote ya...~ biar Author makin semangat menulis cerita ini, bentuk dukungan kalian adalah penyemangat ku...😘😘😘

Novel ini menceritakan kisah cinta anak-anak yang lahir di dua novel sebelumnya, sembari menunggu update novel ini, silahkan membaca kisah cinta orangtua mereka, pastinya cerita romantis, lucu, bikin tegang, plus sedih menguras air mata...🥹🥹🥹

Bab 2 Jeremy

Gedung perusahaan Ganendra grup.

Gedung perkantorannya begitu menjulang tinggi, terlihat langit sudah mulai gelap, lampu-lampu kendaraan pun menyala di bawah sana, terlihat seperti kunang-kunang yang bergerak menghiasi sekeliling kota. Kini suasana kantor di lantai 12 mulai sunyi, banyak karyawan sudah pulang, namun hanya ada sedikit cahaya dari ruangan direktur yang pintunya sedikit terbuka.

Didalamnya terlihat seorang wanita yang dengan pose seksi, dia duduk diatas meja kerja sang direktur. Wanita itu hanya menggunakan kemeja kerja yang terbuka dan baju dalam berenda merah.

"Coba angkat satu kakimu." ucap Jeremy, kedua matanya terus memandangi tubuh molek seksi dan setengah polos itu. Wanita itu tersenyum lebar, lalu membuka lebar kedua kakinya.

Wanita itu adalah seorang model iklan perusahaan Ganendra Grup, hal ini sudah terbiasa terjadi. Apalagi jika berkecimpung di dunia entertainment, namun tidak hanya wanita ini saja yang rela memberikan tubuhnya pada sang direktur.

Ada banyak model yang mengantri, sebab sang direktur masih muda dan tampan. Jeremy adalah CEO muda yang tampan dan cerdas. Di usianya yang baru menginjak 28 tahun, dia sudah memimpin perusahaan entertainment Ganendra Grup yang sedang berkembang pesat.

Wajahnya yang tampan dan kepribadiannya yang karismatik membuat banyak wanita terlena, ia selalu menjadi pusat perhatian di mana pun dia berada. Namun, di balik ketenarannya sebagai seorang pemimpin muda yang sukses, ada sisi lain dari Jeremy yang tak banyak orang ketahui.

Jeremy tak pernah kekurangan perhatian dari wanita. Setiap acara gala perusahaan, pesta malam, atau konferensi internasional yang dihadirinya selalu penuh dengan undangan untuk bertemu, berbincang, bahkan berkenalan lebih dekat. Dia tahu bagaimana cara menarik perhatian, dengan senyuman menggoda dan percakapan yang mengalir lancar. Namun, dia tidak pernah terikat dengan satu wanita pun.

Pemandangan panas diatas meja kerjanya, cukup membuat miliknya berkokok minta masuk kandang.

Sambil bertumpu dengan kedua tangan, wanita itu mengangkat satu kakinya, memperlihatkan cel a na d a la m n ya. "Begini sudah ok boss ?" tanyanya dengan wajah tersipu malu.

"Perfect!" Jeremy mulai bergairah, ia pun membuka dasi dan kemejanya. Lalu meluncur kain penutup segitiga milik sang wanita.

"Ah..~ boss!." serunya dengan nada manja ketika kedua tangannya diikat dengan dasi.

Permainan panas pun di mulai, sudah lama sekali wanita ini mengincar di boss yang terkenal playboy. Jeremy pun tidak menolak ajakan nakalnya.

Jeremy langung memasukan senjatanya yang perkasa kedalam ruang sempit. Suara jeritan wanita itu langsung berkumandang di dalam ruangan kerja Jeremy. Wanita itu tidak berhenti mengeluarkan suara manjanya saat benda perkasa milik Jeremy bergerak cepat, memporak porandakan mahkota miliknya.

Tok tok tok.

Tiba-tiba pintu di ketuk, lalu seorang pria muda lainnya masuk kedalam tanpa tau apa yang sedang terjadi.

"ANJRRIIITTT...!!" pekiknya dengan wajah tercengang.

"Dasar lu, boss mesum!!" umpat Stefan, baru saja datang untuk untuk menjemput sahabatnya, malah di suguhi pemandangan tak senonoh.

Spontan Stefan terperanjat dari pijakannya, lalu keluar dari ruangan kerja Jeremy, sambil menutup mata.

"Sorry baby, sedikit gangguan, bro kasih gua waktu 10 menit!! Udah tanggung nih..." kekeh Jeremy tidak mau melewatkan keasikan dengan wanita barunya.

"Terserah lu!! Asal jangan buat gua nginep disini!!" teriak Stefan yang berada di luar ruangan Jeremy, ia duduk menghempaskan bokongnya di sofa, sembari memutar malas kedua bola matanya malas, Jeremy sahabatnya dari kecil, suka sekali bermain dengan banyak wanita.

Sambil menunggu Jeremy yang tengah sibuk, Stefan melihat jam tangan rolex nya, ia menghitung waktu sembari mendengarkan suara-suara lakn*t yang ada dibalik pintu ruang kerja sahabatnya itu.

Lima belas menit telah berlalu....

Cekrek.

Pintu terbuka, si wanita seksi keluar sambil mengancingkan kemejanya.

"Kalau mau lagi, hubungi aku ya boss." seruannya dengan gaya centil, lalu berjalan tertatih-tatih ke arah lift.

Stefan yang melihat hanya geleng-geleng kepala, sejak kuliah di Jerman Jeremy memang berubah jadi liar sekali. Awalnya gonta ganti pacar namun lama kelamaan malah gonta ganti wanita.

Stefan memasuki ruangan kerja Jeremy, terlihat kawannya sedang sibuk mengancingkan kemeja, "Mau sampai kapan kamu seperti ini terus, gak merasa bosan??" tanya Stefan dengan wajah datar.

"Apa tuh bosan, ketagihan malah iya." Jeremy terkekeh.

"Lu gak takut kena penyakit apa? Gimana kalau kamu sampai salah pilih perempuan, tau-tau ternyata dia istri orang gimana, mau viral sejagat maya." seperti biasa Stefan selalu saja menasehati Jeremy sambil berkacak pinggang, layaknya seperti seorang emak-emak menasehati anaknya yang main kotor-kotoran.

"Epan...Epan...~, berkali-kali sudah kubilang, aku ini gak semurah-an yang kamu pikirkan, gini-gini gua masih menyeleksi wanita-wanita yang mau tidur sama gua kok." seru Jeremy dengan gaya santai.

"Idih, tetap aja itu dosa..dosa!! tau gak!!" pekik Stefan, sejak kecil Stefan memang di didik keras kalau soal s*ks oleh kedua orangtuanya, terutama oleh para neneknya, berbeda sekali dengan Jeremy yang ayahnya seorang mantan playboy.

Ditambah lagi saat berkuliah di Jerman, Jeremy tinggal bersama paman Nicholas. Seorang playboy kelas kakap dan belum tobat juga walaupun sudah berusia 45 tahun.

"Ssstt sssttt ssstt sudah sudah..." Jeremy buru-buru menutup mulut Stefan yang suka sekali memarahinya, apalagi kalau ceramah persoalan moral.

"Udah yuk bro., kita berangkat sekarang, aku takut bunda marah-marah kalau kita datang telat pas makan malam." ujar Jeremy menarik lengan Stefan.

"Tumben tiba-tiba lu maksa gua makan malam bareng keluarga lu? Ada acara spesial ya? tanya Stefan sembari mengikuti kawannya yang sedang berjalan menuju lift.

"Chartiana, masa lu lupa."

"Oh, adik perempuan kesayangan mu itu, kenapa lagi dia?" tanya Stefan dengan wajah datar, adik perempuan Jeremy lebih liar dari kakaknya.

"Hari ini dia baru pulang dari UK, makanya aku mau kamu ikut makan malam bareng keluarga, pasti lu kangen banget sama adek gua kan." Jeremy tersenyum jahil.

"Iiihhss!! Justru gua berharap dia gak akan pulang lagi ke indonesia, tapi yah...mana ada juga bule yang mau sama dia yang kelakuannya bar bar, pasti dia yang sekarang jauh lebih liar setelah tinggal di UK." cebik Stefan, sangat tidak suka dengan Chartiana yang sifatnya sangat egois dan suka seenaknya.

Namun sebagai sahabat yang baik, dan juga sudah kenal lama dengan keluarga Jeremy. Stefan pun bersedia ikut makan malam untuk menyambut kepulangan Chartiana dari UK.

Bersambung~

...****************...

#TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA ❤️❤️❤️

Jangan lupa memberikan Like, Subscribe, dan Vote ya...~ biar Author makin semangat menulis cerita ini, bentuk dukungan kalian adalah penyemangat ku...😘😘😘

Novel ini menceritakan kisah cinta anak-anak yang lahir di dua novel sebelumnya, sembari menunggu update novel ini, silahkan membaca kisah cinta orangtua mereka, pastinya cerita romantis, lucu, bikin tegang, plus sedih menguras air mata...🥹🥹🥹

Bab 3 Makan Malam Spesial

Rumah kediaman Jonathan dan Charlotte.

Sebuah Mobil sport berwarna ungu meraung lembut, seolah mengiringi langkahnya menuju rumah mewah kediaman Ganendra.

Pagar besar dan taman yang tertata rapi di sepanjang jalan masuk. Rumah itu seperti istana kecil dengan arsitektur modern yang anggun, dikelilingi oleh pepohonan yang teduh. Vivian menepikan mobil sport di tepat di depan halaman pintu masuk. Lalu dengan perlahan, dia keluar dari mobil.

Tampak sudah berdiri seorang wanita paruh baya, namun kecantikannya belum dimakan oleh waktu. Wajahnya memancarkan keceriaan ketika melihat putrinya pulang kembali.

"Charty sayang." sambut Charlotte pada putrinya yang baru saja kembali pulang ke Indonesia.

"Putri kecil ayah akhirnya pulang." seru Jonathan juga menyambut.

"Ibu, Ayah, Charty kangen banget." ujar Chartiana sambil berderai air mata, setelah dua tahun berpisah akhirnya bisa tinggal bersama keluarganya lagi.

"Kak Charty udah pulang, ramai lagi deh rumah ini." seru Jarvis.

"Iya kak Charty gak ada suasana rumah jadi sunyi." ujar Javier.

"Jarvis, Javier, kakak kangen juga sama kalian." Chartiana memeluk erat kedua adik kembarnya, walaupun lahir bersamaan namun wajah mereka berbeda, Jarvis sangat mirip dengan ayah Jonathan, sedangkan Javier lebih mirip bunda Charlotte.

"Halo Om Tante." sapa Vivian.

"Terimakasih banyak kamu sudah mau repot-repot jemput Chartiana ke bandara."

"Gak repot kok Tante, Vivi juga udah kangen berat sama Tiana." ujar Vivian.

"Jangan langsung pulang makan malam dulu bersama kami." ajak Jonathan kepada keponakannya.

"Iya om, Vivi udah laper nih." ujarnya dengan riang.

"Ayah, Ibu, kak Jeremy kok gak ada." tanya Charty sambil melihat sekeliling rumah, tidak menemukan keberadaan kakak kesayangannya.

"Mungkin sedang dalam perjalan dari kantor kemari." ujar Jonathan.

"Oo gitu..." Charty nampak kecewa orang yang sangat ia rindukan tidak ada di rumah saat dirinya baru pulang.

"Sambil menunggu kakakmu pulang, bereskan dulu saja semua barang mu itu." ujar Charlotte menunjuk pada koper dan kardus-kardus yang dibawa Charty dari UK.

"Oke Bu..." ujar Chartiana, sambil berjalan menuju lift.

"Gua ikut dong." Vivian menyusul.

Tidak lama para pelayan rumah, membawa semua barang Charty ke kamarnya.

...****...

Sebuah mobil lain sport terparkir di depan pintu masuk rumah keluarga Ganendra. Dua orang pria keluar dari dalamnya.

"Gilee!! Senam jantung gua numpang sama lu." keluh Jeremy membasuh keringatnya, Stefan memang tidak main-main kalau sudah ngebut di jalan tol.

"Siapa suruh numpang di mobil gua..." Stefan menyeringai melihat wajah pucat sahabat.

Mereka berdua melangkah berbarengan. "KAKAK....!!!" teriak suara gadis dari lantai atas. Membuat keempat netra pria tampan, langsung mengadah ke arah suara cempreng itu.

"Oohh.. astaga...." gumam Stefan dan Jeremy secara bersamaan, saat melihat penampilan terbaru Chartiana yang baru saja pulang kuliah dari UK. Kecantikan Chartiana semakin bersinar. Gaya penampilannya seperti wanita yang sangat dewasa, belum lagi tubuhnya semakin berisi.

Dengan tidak sabar Charty berlari menuruni tangga rumah, matanya berkaca-kaca melihat sosok pria yang sangat ia rindukan selama dua tahun ini. Mata Jeremy membulat, terpesona oleh adik perempuannya yang semakin cantik dibandingkan dua tahun yang lalu.

"Kakak....~." seru Chartiana memeluk erat Jeremy, hingga pay udaranya menempel tanpa jeda.

"Aagghh...!! Sh*t....!!" pekik Jeremy, Dengan terpaksa segera melepaskan pelukan adik tirinya. Charty pun langsung cemberut, tubuhnya dijauhkan oleh sang kakak.

Tanpa disadari dari tadi Stefan berdiri mematung dengan mata terbuka lebar tanpa berkedip, secara tidak sadar matanya menyapu penampilan Chartiana yang jauh berbeda dari terakhir kali ia melihatnya 2 tahun yang lalu, lekuk tubuhnya sempurna pasti mampu membuat pria manapun tergiur, apalagi buah dadanya jauh lebih besar dari pada saat dulu.

"Heii...!! Charty jangan lupakan sahabat kakakmu dong, kak Stefan sengaja datang kesini untuk menyambut kedatangan kamu loh...~" tanpa aba-aba Jeremy mendorong Stefan maju mendekat sedikit pada adiknya.

Dengan mata menyipit Charty menatap sinis Stefan, teman main kakaknya, yang juga sudah ia kenal sejak kecil.

"Ha-halo Charty apa kabar." ujar Stefan tersenyum cengengesan, tatapan mata Charty yang tajam sungguh mampu membuat hatinya berdebar-debar saat ini.

"Kak Stefan gak berubah tetap saja tampan dan jutek, tapi tentu saja kak Jeremy lah yang lebih tampan." batin Chartiana, sembari bergantian menatap kedua pria yang ada dihadapannya.

"Walah, Stefan kamu datang juga rupanya." sapa Charlotte pada sahabat putranya yang sudah ia kenal sejak mereka bersekolah.

"Malam tante..., maaf datang mendadak, tiba-tiba Jeremy mengajakku makan malam disini." Stefan menyapa.

"Stefan mau menyambut kepulangan Charty juga, bunda." ujar Jeremy menambahkan.

"Hahaha... bagus dong, Charty pasti senang sekali ada banyak yang menyambut kepulangannya." seru Charlotte tertawa kecil, senang rasanya rumah ini kembali ramai seperti dulu.

.

.

Setelah menunggu beberapa saat, acara makan malam pun dimulai, semua duduk di kursi meja makan. Sebelum menyantap makan malam, tiba-tiba Jonathan berdiri dan mengangkat gelas wine, ia mengajak seluruh anggota keluarga, berserta Stefan dan Vivian, untuk melakukan toast bersama.

"Ayah sangat bersyukur kamu kembali pulang putriku, selamat juga atas kelulusanmu, ayah dan ibu sangat bangga padamu." seru Jonathan tersenyum bahagia, sembari memandangi putrinya yang kini sudah menyelesaikan semua jenjang pendidikan hingga keluar negeri.

Bersama-sama mereka semua minum, lalu mulai menyantap makan malam yang tersaji dengan limpah. "Ya ampun aku kangen banget dengan sate dan nasi goreng." seru Charty melahap semua makanan kesukaannya.

"Ibu senang sekali selera kamu gak berubah." ujar Charlotte, lalu menambahkan sate di piring Charty.

"Disana gak ada yang seenak ini bu." ujarnya, sembari menambahkan nasi ke atas piring.

"Bar bar sekali." batin Stefan, memerhatikan Charty yang sedang duduk persis di depannya.

"Terpesona sama Charty yang makin dewasa ya bro." bisik Jeremy pada Stefan.

"Iihhh!!" pekik Stefan terperanjat kaget, dengan bisikan yang tiba-tiba datang.

"Pfftt hahaha." Jeremy tertawa puas melihat wajah merona sahabatnya itu.

"Jimmy! Jangan bercanda kalau sedang makan." ujar Charlotte tegas, tidak suka kalau ada yang usil disaat sedang makan.

"Iya, maaf bunda." ujar Jeremy dengan santai lalu lanjut makan.

"Stefan saat ini kamu sedang sibuk apa di perusahaan ayahmu?" tanya Jonathan.

"Baru mau mulai mengerjakan proyek baru om, kebetulan papa suruh aku bantu bibi Adelia untuk mengembangkan produk kecantikan pertama perusahaan kami." ujar Stefan.

"Ooh ya, Karim Grup mulai masuk ke jalur kecantikan rupanya." seru Jonathan terkesima.

"Iya om, makanya Stefan sendiri masih bingung, karena dalam sejarah perusahaan papa, belum pernah masuk ke dalam bisnis produk-produk kecil seperti skincare."

"Wah... kebetulan sekali." seru Jeremy tiba-tiba.

"Kebetulan apa?" tanya Stefan penasaran.

"Charty bisa jadi solusi buat proyek baru perusahaanmu." ujar Jeremy sambil tersenyum smirk.

"Eeehhh!!" Stefan terkejut.

"Uhuk, uhuk, uhuk !!" Charty langsung batuk-batuk, mana sudi dirinya bekerja sama dengan pria yang menurutnya sangat menyebalkan.

"Wah ide bagus." seru Charlotte dengan mata berbinar-binar.

"Tunggu!! kak!! aku justru mau bekerja di perusahaan ayah untuk membantumu kak!!" protes Charty.

"Kamu mana cocok sih kerja di perusahaan ayah yang bergerak di bidang entertainment dan real estate, jurusan yang kamu ambil kan lebih cocok untuk pengembangan produk." seru Jeremy.

"Tapi kak!!" Charty merajuk, padahal sudah lama ia mendambakan bekerja satu kantor dengan sang kakak tiri, tapi kenapa semuanya malah jadi kacau begini!! tidak sesuai keinginannya.

"Kakakmu benar Chartiana, ada bagusnya kamu bekerja di perusahaan lain, belajar dari nol, ayah juga dulu begitu, sebelum jadi CEO." seru Jonathan.

"Ibu juga setuju, bekerja langsung di perusahaan ayah pasti tidak mudah buat kamu yang baru lulus, lagian sudah ada kak Jeremy juga. Jadi lebih baik kamu coba saja bekerja di perusahaan kak Stefan." Charlotte sependapat dengan suami dan anak tertuanya.

"Uugghh tapi... kan... aku... mau." sambil menunduk Charty merasa percuma kalau ketiga orang di keluarganya sudah sependapat.

"Eh, bentar?" ucap Stefan dalam hati, dengan dahi mengkerut.

"Loh! Kok gak ada yang tanya pendapat gua!! kan gua yang punya proyek itu di perusahaan!!" batin Stefan, dirinya terbengong-bengong, harusnya mereka semua meminta pendapatnya, hanya dia yang bisa memutuskan apakah mau menerima Charty sebagai karyawannya atau tidak, bukan mereka!!

Bersambung~

...****************...

#TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA ❤️❤️❤️

Jangan lupa memberikan Like, Subscribe, dan Vote ya...~ biar Author makin semangat menulis cerita ini, bentuk dukungan kalian adalah penyemangat ku...😘😘😘

Novel ini menceritakan kisah cinta anak-anak yang lahir di dua novel sebelumnya, sembari menunggu update novel ini, silahkan membaca kisah cinta orangtua mereka, pastinya cerita romantis, lucu, bikin tegang, plus sedih menguras air mata...🥹🥹🥹

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!