NovelToon NovelToon

WANITA TERAKHIR

PROLOG

Davian Ferdiansyah seorang pekerja keras, sedari kecil sudah ditinggal orang tuanya yang meninggal karena kecelakaan pesawat, dia di asuh oleh pamannya yang kaya raya, tapi dia tidak pernah mau merepotkan pamannya dan selalu berusaha untuk mandiri, seorang yang memiliki wajah rupawan dan banyak di gilai wanita.

Andini Kusuma Atmaja kekasih Davian Ferdiansyah, gadis cantik Putri seorang konglomerat Wisnu Kusuma Atmaja, hidup dengan fasilitas lengkap dan mewah membuatnya ketergantungan terhadap orang tuanya, apapun yang dia minta pasti di turuti oleh orang tuanya karena dia anak perempuan satu satunya dan memiliki dua kakak laki laki, di balik sifat yang terlihat manja, dia sebenarnya memiliki ketegasan dalam mengambil keputusan.

Hubungan Davian dan Andini sudah berjalan semenjak mereka duduk di semester pertama waktu kuliah dulu, tapi hubungan mereka terhalang restu Wisnu Kusuma Atmaja yang menganggap Davian tidak pantas untuk anaknya dan Wisnu sudah menyiapkan jodoh yang menurutnya satu level dengan keluarganya.

Aditya Wardhana memiliki rupa yang cukup tampan, putra seorang pengusaha besar dan sangat sukses dengan kerajaan bisnisnya, dia sangat mencintai Andini di awal pertemuan yang tak di sengaja, tapi karena keterbatasan waktu dan jarak akhirnya dia mulai melupakan Andini, siapa sangka mereka kembali bertemu saat perjodohan yang ditawarkan oleh ayahnya.

*****

Suatu hari dengan tatapan dingin dan membunuh tuan Wisnu menatap seorang laki laki yang tengan duduk dan terlihat gelisah di depannya, sudah beberapa kali Davian menghadap tuan Wisnu untuk meminta restu menikahi Andini.

"Apa kamu sudah tidak sayang dengan hidup mu?" tuan Wisnu berkata dengan suara dingin kepada Davian.

Davian berusaha bersikap setenang mungkin, bukan sekali ini dia bertemu dengan tuan Wisnu perihal keinginan nya untuk mempersunting Andini.

"Om saya sangat mencintai Andini bahkan melebihi diri saya sendiri." Davian berusaha meyakinkan tuan Wisnu, dia berbicara dengan nada memohon.

Tuan Wisnu terbahak mendengar perkataan Davian, dia seperti menikmati raut muka penuh harap dan hampir putus asa dari Davian.

"Lebih baik kamu pergi dan jangan pernah kembali kesini lagi!" dengan suara dingin dan tatapan mengancam tuan Wisnu berbicara, dia kemudian berdiri.

"Pah." dengan nada sendu Andini yang sedari tadi diam kini berbicara sembari menarik tangan tuan Wisnu agar duduk kembali, nyonya Lisa menarik tangan Andini agar melepaskan tangannya dari papahnya dan menggelengkan kepala sambil menatap Andini dengan rasa prihatin yang bisa diartikan.

"Jangan bantah papah mu sayang, kamu tahu bagaimana sifat papah mu."

Andini langsung melepaskan tangannya dan memeluknya nyonya Lisa mamahnya

"Mah, papa jahat!" ucap Andini sambil melihat tuan Wisnu yang berlalu meninggalkan mereka di ruang tamu.

Tangis Andini pecah sambil memeluk nyonya Lisa, dengan penuh kasih sayang nyonya Lisa mengelus punggung Andini untuk menenangkan nya.

Davian berusaha memaksakan senyuman dan menatap Andini, dia tidak ingin terlihat rapuh di depan Andini,

"Aku pulang dulu, besok aku akan kembali lagi berhentilah menangis, aku janji akan terus berusaha meminta restu papa mu." Davian berdiri menghampiri Andini yang masih terisak dalam pelukan nyonya Lisa.

"Maafkan tante ya Dav, Tante tidak bisa berbuat apa apa untuk membantu mu, kamu jangan menyerah, perjuangkan cintamu, Tante selalu mendukung mu." nyonya Lisa dengan perasaan penuh penyesalan berkata kepada Davian yang berdiri di hadapannya.

"Terimakasih Tante, Dav pamit pulang dulu, Dav yang minta maaf selalu merepotkan Tante untuk menenangkan Andini terus." kelakar Davian berusaha membuat suasana sedikit hidup.

"Aku pulang Din." Davian melangkah keluar meninggalkan ruang tamu tanpa menunggu jawaban Andini yang masih memeluk nyonya Lisa.

"Aku tunggu janjimu Dav." dengan suara parau Andini melepaskan kepergian Davian.

PERJODOHAN

"Turuti papa, kamu putri kesayangan papa, papa akan selalu memberikan apa yang papa bisa berikan untuk melihatmu bahagia" ucap tuan Wisnu dingin.

Tubuh Andini bergetar, dia tertunduk sambil mengepalkan tangannya, dia merasa marah, tapi tidak bisa mengeluarkan amarahnya.

Andini mengedarkan pandangannya ke setiap orang yang ada disitu seakan mencari seseorang yang mau membelanya, Niko Kakak tertua Andini menganggukkan kepala seakan berkata.

"Kakak akan bantu bicara dengan papa, kamu diam saja jangan buat masalah."

Sedangkan David kakak kedua Andini cuek saja melihat adiknya memandangnya seakan dia tak peduli dengan masalah yang dihadapi Andini, disisi lain nyonya Lisa menundukkan kepalanya menahan air mata agar tidak jatuh dan dilihat Andini.

"Pah, apa tidak bisa di pikirkan lagi masalah perjodohan Andini?" Niko membuka suara berusaha membantu Andini.

Tuan Wisnu menatap tajam Niko, tuan Wisnu bukanlah orang yang bisa merubah pendiriannya apa lagi dibantah walaupun oleh anaknya.

"Urus saja urusanmu Niko, biar Andini jadi urusan papa!" tegas dan penuh penekanan ucapan tuan Wisnu yang membuat Niko tercekat tidak bisa mengeluarkan suaranya, tuan Wisnu berdiri meninggalkan ruang keluarga yang sudah di penuhi suara tangis Andini.

- - -

Andini terdiam termenung menatap wajahnya di depan cermin meja rias di kamarnya

"Maaf Nona, tuan David menunggu nona di ruang kerjanya." suara Bu Nani kepala pelayan di rumah tuan Wisnu menyadarkan Andini dari lamunannya.

"Ada apa?" tanya Andini tanpa berpaling melihat ke arah suara yang entah kapan datangnya karena tidak terdengar langkah kakinya.

"Saya tidak tahu Nona, tuan David hanya meminta saya untuk memanggil Nona."

"Baiklah." ucap Andini seraya beranjak dari duduknya.

Andini berjalan menuju ruang kerja David yang berada di lantai satu, banyak tanda tanya di kepala Andini, David kakaknya orang yang sangat cuek bahkan jarang berbicara dengan keluarganya tiba tiba memanggilnya.

Andini berdiri di hadapan kakaknya yang masih sibuk memeriksa tumpukkan berkas di hadapannya.

"Duduklah." ucap David dengan suara dingin,

Andini langsung duduk di kursi depan David tanpa menjawab atau sekedar bertanya hal yang akan di sampaikan David, dia diam melamun menunggu David yang masih sibuk dengan pekerjaannya.

- - -

David Kusuma Atmaja putra kedua dari Wisnu Kusuma Atmaja, seorang yang sangat dingin kepada siapapun, dia memiliki perusahaan sendiri yang sudah cukup besar, dia orang yang sangat di segani oleh rekan bisnis dan juga keluarganya, bahkan tuan Wisnu sendiri segan kepada David, tuan Wisnu hampir tidak pernah mengatur apapun yang menyangkut kehidupan David, dia membangun usahanya tanpa bantuan dari tuan Wisnu, sedangkan perusahaan tuan Wisnu kini dijalankan oleh Niko anak tertuanya.

"Sedari kecil aku tidak pernah melihatmu menangis, karena kamu selalu mendapatkan apa yang kamu mau."

Andini tersadar dari lamunannya sesaat setelah mendengar ucapan David, dia menatap kakak laki lakinya yang selama ini dia rasa tidak peduli dengan dirinya.

"Aku selalu diam dan tak pernah mencampuri urusanmu karena aku selalu melihat senyum dan tawa bahagia mu." ucapan David membuat Andini bingung, Andini masih berusaha mencerna kata kata dari David.

"Apa yang kamu mau?" tanya David yang dibalas ekspresi kebingungan dari Andini.

"Maksud kakak?" tanya Andini dengan ekspresi bingung dengan kata kata David.

David menatap Andini dengan tatapan yang berbeda, dia menatap Andini dengan tatapan penuh kasih sayang tidak seperti biasanya menatap dengan tatapan dingin, Andini menyadari hal itu menjadi semakin bingung dengan kakaknya.

"Kamu tahu wanita yang kakak sayangi selain mamah?" Andini langsung menggelengkan kepalanya.

"Kamu Andini, gadis kecil yang selalu kakak sayangi dan selalu kakak jaga walau kamu tidak tahu itu." Andini meneteskan air mata mendengar ucapan dari David.

"Sekarang apa yang kamu inginkan agar kakak tidak melihat kesedihan di wajah mu lagi?"

Andini berusaha menguasai dirinya, dia terkejut mendengar penuturan David

"Aku tidak mau dijodohkan kak, aku mau bahagia dengan lelaki yang menyayangi ku dan aku sayangi!" Andini berkata sambil menitihkan air mata.

"Jadilah anak manis di depan papa seperti biasa, Kakak akan membantumu." Andini langsung berdiri berjalan memutari meja dan memeluk kakak laki lakinya itu.

TELFON DARI DAVID

Davian baru saja sampai dirumahnya, setelah memarkirkan mobil dia langsung masuk ke dalam rumah, rasa letih dan penat dia rasakan, dia melepaskan kemejanya dengan kasar dan melemparkan begitu saja.

Davian menepuk pipinya beberapa kali, menyadarkan dirinya dari pikiran pikiran negatif tentang kelanjutan hubungan nya dengan Andini.

"Masuk." ucap Davian setelah mendengar ketukan di pintu kamarnya.

"Ada tuan Abas di depan menunggu tuan Dav." ucap pelayan dengan sopan.

Davian mengangguk kemudian berdiri menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya dulu sebelum bertemu dengan pamannya Abas.

"Maaf sudah membuat paman menunggu." ucap Davian sopan setelah menyalami pamannya dan langsung duduk sofa depan pamannya.

"Paman yang minta maaf mengganggu waktu istirahat mu."

Perawakan tuan Abas yang tinggi tegap dengan badan yang masih bagus karena rajin olahraga seolah tidak menunjukkan usianya yang sudah beranjak senja.

"Ada apa Paman datang ke rumah Dav tanpa mengabari Dav terlebih dahulu?" tanya Davian dengan rasa penasaran, tuan Abas hampir tidak pernah datang tanpa memberitahu Davian kecuali ada hal penting dan mendesak.

"Silahkan tuan." Asisten tuan Abas menyerahkan map kepadanya dan kembali berdiri di sebelah tuan Abas.

"Map apa itu?"

Davian bergumam sendiri, dia sudah menyiapkan jawaban apabila pamannya menawarkan posisi di perusahaan nya, sudah beberapa kali tuan Abas berusaha membujuk agar Davian mau menempati posisi penting di perusahaannya.

"Bacalah Dav!" ucap tuan Abas dengan suara ringan.

Perlahan Davian mengambil map di depannya, dan membukanya, dia masih terlihat tenang dan santai tanpa memikirkan apa yang ada di map itu.

"Apa ini?"

Surat keterangan kepemilikan saham di perusahaan Jaya group.

"Apa maksudnya ini?" gumam Davian setelah mengetahui isi dari surat yang diberikan oleh tuan Abas.

"Maaf Paman, maksudnya apa Davian tidak mengerti paman?" ucap Davian kebingungan setelah membaca surat yang ada di dalam map.

"Beberapa kali paman menawarkan posisi di perusahaan paman tapi kamu selalu menolaknya, sekarang paman ingin menawarkan posisi di Jaya group, kamu bantu paman mengawasi perusahaan itu, saham paman cukup besar di sana." ucap tuan Abas menjelaskan.

Davian menatap lurus sosok orang yang sudah dianggap sebagai ayah olehnya, dia berfikir tawaran pamanya apa ada hubungannya dengan masalah dirinya dengan keluarga tuan Wisnu.

"Maaf Paman." Davian memberi jeda sejenak sebelum melanjutkan ucapannya "Bukannya saya menolak paman, tapi saya masih ingin fokus mengembangkan usaha saya selain itu saya merasa belum begitu kompeten untuk menepati perusahaan besar dengan posisi tersebut."

Tuan Abas menghembuskan nafas berat dan menyenderkan punggungnya di sofa

"Paman sebenarnya sudah tahu jawaban mu Dav, tapi apa tidak bisa kamu bantu paman?" ucap tuan Abas sambil menatap Davian dengan tatapan memohon.

"Sekali lagi maafkan Dav paman, suatu saat Dav yang akan datang kepada paman untuk membantu paman jika Dav merasa Dav sudah siap dan mampu." ucap Davian dengan tegas, tuan Abas mengangguk dan berdiri.

"Baiklah, paman tunggu saat itu datang Dav." ucap tuan Abas berlalu keluar rumah Davian.

Davian sedang tiduran diatas ranjangnya, pikirannya masih memikirkan Andini, dia bahkan langsung melupakan tentang posisi yang di tawarkan pamannya di perusahaan milik tuan Wisnu.

Davian memandang layar ponselnya yang berdering, terdapat nomor asing disana, Davian menyeritkan dahinya berfikir sebelum mengangkat panggilan itu.

"Halo" ucap Davian setelah mengangkat telfon.

"Dengan Davian?" suara laki laki di ujung sana.

"Iya betul, dari mana?" Jawa Davian.

"Saya David." Davian terdiam sejenak memikirkan siapa David, apakah dia mengenalnya.

"Kakak Andini." ucap David yang langsung menyadarkan Davian dari pikirannya.

"Oh iya kak, ada apa kak David?" tanya Davian dengan bimbang, tidak pernah David menelfon Davian sebelumnya.

"Besok kamu ada waktu untuk bertemu?" tanya David.

"Bisa kak." ucap Davian menyanggupi.

"Baiklah, kita bertemu di restoran X di jam makan siang!" lanjut David.

"Baik kak."

Setelah David memutuskan panggilan telfonnya Davian berpikir ada hal apa David memintanya bertemu, bahkan selama dia mengenal dan berpacaran dengan Andini hanya beberapa kali mereka bertemu dan saling sapa saja tanpa ada obrolan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!