Crystal North menatap tajam pria, yang sekarang menjadi majikannya itu, dengan penuh perasaan kesal.
Crystal sudah lima tahun bekerja di keluarga Myron, sejak ia mengasuh putra dari sahabatnya Diana.
Diana bersama suaminya, mengalami kecelakaan pesawat, meninggalkan seorang putra yang telah di asuh Crystal sejak usia satu tahun.
Ibu mertua Diana, menyerahkan sepenuhnya hak asuh kepada Crystal, untuk merawat putra Diana, Oscar Myron.
Karena wanita tua itu, lebih mempercayai Crystal untuk merawat cucunya, karena Crystal sudah begitu menyayangi Oscar, seperti putranya sendiri.
Karena kematian Ayah Oscar, Ibu mertua Diana memanggil putra ke duanya, untuk kembali dari luar negeri.
Jackson Myron, adik ipar Diana, harus mengambil alih tugas kakaknya yang sudah meninggal, menjalankan Group Myron.
Jackson sangat berbeda dengan suami Diana, adik ipar Diana itu sangat dingin, dan menurut Crystal, adik ipar Diana, pria yang mudah terpengaruh provokasi dari seseorang, tanpa ia selidiki terlebih dahulu masalahnya.
Dan saat ini, Crystal di tuduh seorang wanita cantik, teman masa kecil Jackson, yang Crystal tahu, wanita itu sedang mengejar cinta Jackson.
Wanita licik bernama Audrey, menuduh Crystal mendorong jatuh Oscar dari tangga, hingga Oscar mengalami beberapa luka, dan harus di opname.
Amarah Jackson Myron meledak, karena ia juga sudah sayang pada ponakannya tersebut.
Prang!!
Jackson melempar gelas ke lantai dengan kencangnya, karena Crystal tidak mengaku, telah mendorong Oscar dari tangga.
Crystal yang tidak pernah melakukan apa pun yang di tuduhkan padanya, tidak takut dengan amarah Jackson.
Mata Crystal tajam menatap Jackson, dadanya penuh emosi karena sikap Jackson, yang terlalu percaya dengan teman masa kecilnya tersebut.
"Tuan, saya sudah lima tahun mengasuh Oscar, sekali pun saya tidak pernah berupaya membuat Oscar terluka, apa lagi mendorongnya dari tangga, saya sudah menganggap Oscar seperti putra saya sendiri!" ujar Crystal dengan datar, menatap dingin Jackson.
"Audrey melihat kamu mendorong Oscar, jangan berdalih lagi! kamu sengaja mendorong Oscar, untuk menjebak Audrey, agar aku membenci Audrey! apa kamu tidak juga mengakui kesalahan mu!!" teriak Jackson dengan tajam.
"Sudah saya katakan, saya tidak melakukannya!" sahut Crystal dengan sedikit tinggi dan dingin.
Plak!
"Masih juga tidak mengaku?!" ujar Jackson sembari matanya mendelik kepada Crystal.
Crystal merasakan pipinya terasa panas, akibat tamparan Jackson yang begitu kencang.
Dada Crystal penuh rasa marah, ia mengepalkan tangannya dengan erat, wajahnya semakin datar dengan tatapan dinginnya menatap Jackson.
Kemudian ia melirik Audrey, yang diam-diam menyunggingkan senyuman senangnya, melihat Crystal di tindas oleh Jackson.
"Saya sudah katakan, tidak mendorong Oscar dari tangga!" ujar Crystal lagi membela dirinya.
"Jackson, sudahlah... kasihan Nona Crystal, kamu sudah menamparnya.. lihat tubuhnya yang kecil, dia tidak akan bisa menahan tamparan tanganmu, mungkin aku salah lihat... maafkanlah dia!" ucap Audrey dengan nada yang begitu lembut, dan manja seraya mendekat pada Jackson.
Cih! dasar buaya! kalian berdua memang pasangan yang sangat cocok! bisik hati Crystal dengan perasaan mual.
"Aku sudah lama mengenal Audrey, dia tidak akan pernah berbohong, masih saja kamu tidak mengaku!" kata Jackson dengan nada yang begitu tajam.
"Anda periksa saja kamera pengawas, apakah saya yang mendorong Oscar atau tidak, saya tidak pernah melakukan hal yang membuat Oscar terluka, apalagi memarahi nya... kalau anda lebih mempercayai cinta masa kecil anda.. anda sungguh benar-benar bodoh, dia wanita yang jahat.. dialah yang mendorong Oscar, agar ponakan anda itu mati... dan perhatian anda hanya tertuju pada cinta masa kecil anda itu!" sahut Crystal dengan nada yang masih datar, dan dingin.
Mata Crystal dengan berani menantang tatapan mata Jackson, ia tidak takut sedikit pun, karena merasa tidak bersalah.
Sudah beberapa kali, selama satu tahun ini, semenjak Jackson Myron mengambil alih Group Myron, ia di jebak Audrey.
Teman masa kecil Jackson itu, tipikal wanita pencemburu, dan sangat posesif pada Jackson.
Crystal selama satu tahun ini, mencoba tetap bertahan demi Oscar, karena ia sudah terlanjur sangat menyayangi, putra dari sahabatnya tersebut.
Crystal tetap menunjukkan sikap tidak takutnya pada Jackson, walau Jackson sudah entah, kesekian berapa kali menampar wajahnya.
Gadis berusia dua puluh dua tahun itu tetap kuat, semuanya demi Oscar.
Bersambung.....
Jackson mengepalkan tangannya dengan erat, menatap Crystal yang tetap, tidak mengakui apa yang dikatakan Audrey padanya.
Jackson memang sedikit meragukan, apa yang di tuduhkan Audrey kepada Crystal, mengingat gadis itu, sudah cukup lama menjadi pengasuh Oscar.
Jadi tidak mungkin Crystal mencelakai Oscar, tapi Audrey juga tidak mungkin mencelakai Oscar, karena ia sudah lama mengenal Audrey.
Audrey seorang wanita baik juga, ia sudah mengenal Audrey sejak kecil, yang ia tahu sikap Audrey, sangat penurut, baik dan ramah pada siapa saja.
"Baik, aku akan periksa cctv!" sahut Jackson, lalu memerintah kan Asisten nya untuk memeriksa cctv.
Mansion Myron memiliki cctv, di tempat tertentu dalam Mansion, untuk memantau keadaan Mansion tetap aman.
"Bukankah cctv di lokasi tangga sudah rusak?" tanya Audrey dengan kening berkerut, baru sadar kalau cctv yang akan di periksa sudah rusak sejak lama.
"Bagaimana bisa rusak? bukankah semua cctv tidak pernah rusak? apakah ada yang sengaja merusaknya?" tanya Jackson merasa kesal, karena ia telah memastikan semua cctv dalam Mansion beroperasi dengan baik.
Saat mereka memeriksa cctv di bagian tangga, memang benar cctv tersebut tidak dapat merekam apapun.
"Kenapa bisa rusak? Robert ganti cctv dengan kualitas yang lebih bagus!" sahut Jackson kepada Asisten nya.
"Baik, Tuan!" jawab Robert dengan patuh.
"Larry... bawa Nona North untuk mendapatkan hukuman, karena tidak mengakui kesalahannya, biarkan ia merenungkan kesalahan yang telah ia lakukan, sampai ia mengakuinya!" sahut Jackson dengan tegas, kepada Kepala Pelayan Mansion.
Larry merasa ragu, untuk melakukan apa yang di perintahkan Jackson, karena ia lebih tahu siapa Crystal daripada Jackson.
Larry, Kepala Pelayan paruh baya dengan usia hampir enam puluhan itu, yang memiliki fisik tubuh masih sehat, sudah mengenal Crystal selama lima tahun.
Ia mempercayai Crystal tidak melakukan, apa yang di tuduhkan oleh Audrey, mendorong Oscar dari tangga.
Larry tahu betul, kalau Crystal sangat menyayangi Oscar, bahkan sangat memanjakan putra kakak Jackson tersebut.
"Tapi, Tuan!" Larry mencoba membantah perintah Jackson.
"Larry!" mata Jackson menatap tajam Kepala pelayan tersebut, memberi peringatan kepada Larry.
"Baik, Tuan!" akhirnya Larry terpaksa mematuhi perintah Jackson.
Dengan wajah datar, Crystal mengikuti langkah Larry, yang tidak bisa membantah apa yang di katakan Jackson.
Majikan baru mereka itu, pria yang tidak suka di bantah, sangat jauh berbeda dengan kakaknya yang ramah dan lembut dalam setiap hal apapun.
"Maaf, Nona!" ujar Larry, saat Crystal masuk ke dalam kamarnya, dan Larry akan mengunci Crystal dari luar.
"Tidak apa-apa, Larry!" ucap Crystal tersenyum, "Tolong beritahu padaku, kalau Oscar sudah siuman!"
"Baik, Nona!" angguk Larry, lalu mengunci Crystal dari luar.
Crystal menghela nafasnya mendengar pintu kamarnya, di kunci Larry dari luar.
Dengan langkah malas, Crystal berjalan menuju balkon kamarnya, mendorong pintu balkon, lalu berjalan menuju kursi malas.
Perlahan Crystal meletakkan bokongnya, untuk duduk di tepi kursi, pikirannya tidak tenang memikirkan Oscar.
Crystal memejamkan matanya, menahan rasa kesal yang begitu dalam di dasar hatinya.
Ia ingin sekali melihat keadaan Oscar, dan berada di samping anak asuhnya itu, apakah ia baik-baik saja.
Crystal sangat yakin, kalau Oscar bangun, dan tidak melihat dirinya berada di dekat putra sahabatnya itu, Oscar akan menangis mencari keberadaan dirinya.
Keadaan Mansion terasa tidak senyaman dulu, setelah Jackson datang bersama teman masa kecilnya tersebut.
Wanita itu dengan berbagai cara, mencoba untuk menyingkirkan dirinya, karena begitu takut, kalau ia memikat Jackson.
Bersambung....
Dugaan Crystal memang benar, Oscar mencari dirinya, saat anak kecil usia enam tahun itu sadar dari pingsan nya.
"Mama... Mama!" panggil Oscar lemah, saat ia membuka matanya, dan tidak menemukan seseorang, yang ia ingin lihat pertama sekali, tidak terlihat di dekatnya.
"Mama sudah tidak ada, nak!" ujar Jackson, mendekat ke tempat tidur, dan duduk di tepi tempat tidur menatap Oscar yang telah siuman.
Mendengar Jackson mengatakan, seseorang yang diinginkan nya sudah tidak ada, Oscar menangis dengan sedihnya.
"Mama... Mama.. jangan tinggalkan aku.. hu.. hu.. huu!" air mata Oscar mengalir dengan derasnya.
Satu yang tidak di ketahui Jackson, tentang kebiasaan Oscar memanggil Crystal, putra kakaknya tersebut sejak di asuh Crystal dari usia satu tahun, memanggil Crystal dengan sebutan 'Mama'.
Mungkin karena kebersamaan Oscar, lebih banyak bersama Crystal, putra dari sahabat Crystal itu, menganggap Crystal seperti Ibunya sendiri.
Diana, sahabat Crystal tidak mempermasalahkan, cara Oscar memanggil Crystal seperti memanggil dirinya.
Diana memahami situasi yang Oscar rasakan, karena kesibukannya, yang jarang bertemu dengan putranya tersebut.
Sahabat Crystal itu, sangat sibuk bekerja bersama suaminya, sehingga mereka hanya memiliki waktu sedikit saja, saat bertemu dengan Oscar.
"Mamaa...!" Oscar menangis dengan kencangnya, air matanya begitu deras membanjiri pipinya.
"Paman di sini, nak.. jangan menangis, Paman yang akan merawat mu.. sudah jangan menangis, Paman sayang padamu!" ucap Jackson dengan lembut, mencoba menenangkan Oscar.
"Iya, Tante juga sayang sama Oscar, mulai sekarang Tante yang akan merawat Oscar, oke?" teman masa kecil Jackson, dengan nada yang terpaksa di buat selembut mungkin, mencoba ikut menenangkan Oscar yang menangis.
"Huaaaa....!" tangis Oscar semakin kencang, mendengar suara Audrey.
"Jangan menangis nak... lihat luka pada kepalamu berdarah lagi!" kata Jackson khawatir, dan ia langsung memerintahkan Asisten nya, untuk memanggil Dokter.
Oscar semakin menangis, saat Audrey mencoba menyentuh Oscar, untuk menenangkan anak asuh Crystal tersebut.
"Huaaa..., aku mau Mama.. jangan dekat padaku.. Tante jahattt!" teriak Oscar dengan kencang.
Audrey membeku di tempatnya, mendengar teriakan Oscar tersebut, membuat wajahnya memerah.
Audrey tidak menyangka, Oscar bisa bereaksi seperti itu, membuat ia jadi serba salah di depan Jackson.
Ia berpikir agar Jackson tidak mencurigai dirinya, ia harus bermain sandiwara dengan sebaik mungkin.
"Tante tidak jahat, Tante sayang Oscar... jangan menangis ya.. nanti Tante bawa kamu jalan-jalan ke mall!" kata Audrey dengan nada, yang di buat-buat seramah mungkin.
"Tidak mau... pergi sana... aku mau Mama.. Mamaa!" tangis Oscar semakin kencang.
Jackson semakin bingung untuk menenangkan Oscar, ia pikir Oscar merindukan Ibu kandungnya.
"Tuan!" panggil Asisten Jackson.
Jackson menoleh ke arah pintu, ia melihat Dokter pribadi keluarga Myron dan Asisten nya, dan ia pun bergegas menarik tangan Dokter, untuk memeriksa keadaan Oscar.
"Mamaa..!" Oscar terus saja menangis.
Dokter memeriksa keadaan Oscar, "Ponakan anda belum begitu sembuh, ia memerlukan pengasuhnya, apakah anda tidak tahu, kalau yang ia panggil Ibu asuhnya?" tanya Dokter memandang Jackson.
"Ibu asuh?" Jackson mengerutkan keningnya.
"Nona Crystal, keponakan anda memanggil Nona itu dengan panggilan Mama, apa anda tidak tahu? atau anda tidak pernah mendengar ponakan anda memanggil pengasuhnya dengan panggilan Mama?" tanya Dokter mengerutkan keningnya memandang Jackson.
"Mamaa..!" terdengar lagi Oscar menangis memanggil Crystal.
Barulah Jackson tersadar, kenapa ponakannya itu semakin menangis, karena tadi ia katakan 'Mama sudah tidak ada lagi'.
Sementara Audrey terlihat tidak senang, begitu mengetahui, kalau keponakan Jackson sebenarnya memanggil Crystal.
Tangannya ia kepala dengan erat, ia semakin membenci Crystal, dan akan mencari cara lain lagi, untuk menyingkirkan Crystal.
Bersambung.....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!