Prolog
***
Ini lah awal mula kisah ku di mulai...
Perkenalkan nama ku Andhine. Umur ku dua puluh satu tahun (21), and I am single- ok!! skip it!. Dan kini aku terperangkap di tubuh seorang anak SMA, yang ibu dan bapak nya memanggil nya dengan nama Hannah.
Ya!! kalian semua tidak salah dengar !!. Aku benar- benar terperangkap di raga ini, setelah tanpa sengaja aku menabrak si pemilik raga ini tiga bulan yang lalu.
Kalian pasti berpikir aku berhalusinasi. SAMA!! AKU PUN BERPIKIRAN SAMA DENGAN KALIAN! But trust me! It really happened girls!! and you also boys!
Ini benar- benar terjadi!!
Aku sendiri sempat tidak percaya saat aku terbangun di raga yang salah.
Kepala ku bagaikan di hantam oleh sebuah pemukul gong raksasa milik sung gong kong saat aku berkaca and then my looks?!! Oh God !!! it's not me! NOT ME!!!!
Ku coba tenang kan hati dan pikiran ku. Aku berkata pada diri ku, oke Andhine!!! it's just dream! Close your eyes, and you'll be back in one- two- and three.
BOOM!!
ZONK!!
Nothing happened!! Wajah ku di kaca masih wajah nya Hannah.
Ku tarik nafas ku dalam! Well yeah! Aku memang pernah menonton manga isekai seperti ini. Aku pun dulu beberapa kali pernah membaca komik bertema isekai. But?? Aku tidak pernah menyangka sama sekali kalau diri ku akan terjebak di dalam hal yang sama! Terjebak dalam tubuh remaja SMA seperti Hannah.
Dunia ku dalam semalam berubah drastis seratus delapan puluh derajat. Dan setelah tiga bulan aku berada di dalam tubuh ini, akhirnya aku di hadapkan di sebuah pilihan, harus kah aku kembali ke raga ku yang terbaring koma di sebuah kamar perawatan atau aku tetap berada di tubuh Hannah yang mulai aku rasa kan sebagai kesempatan kedua yang Tuhan berikan pada ku.
Sungguh aku berada si sebuah persimpangan yang membuat ku sulit untuk memutuskan.
Dan supaya keruwetan ini tidak hanya aku rasa sendiri, aku akan membagi kisah ku pada kalian semua. Aku akan membawa kalian semua ke tiga bulan hidup ku di dalam tubuh gadis remaja bernama Hannah...Keep your concentration, and mari terjun bebas dalam kisah ku!!
FLASH BACK TIGA BULAN YANG LALU.
# hari pertama
~HANNAH POV~
"Ya ampun! Ini aja lo gak mau bantuin gue? Yang benar aja dong Hanna! Lo lupa kalau lo ada di sekolah ini karena apa?"
Untuk kesekian kali nya dalam tiga tahun ini aku selalu mendengar Karina berkata yang sama. Ku tarik nafas ku dalam - dalam dan ku ambil buku - buku yang ada di tangan Karina, Manda, Tiwi, Tyas dan Sarah.
"Akan aku kerjakan semua nya." Jawab ku pasrah seperti biasa nya dan kembali ke tempat duduk ku.
"Lo kok mau - mau aja sih Han?"
Ku lirik sahabat ku yang bernama Mentari itu dan setelah lah hanya helaan nafas kasar yang bisa aku berikan.
"Ck! udah tiga tahun Han! tiga tahun mereka terus - terusan menindas lo, kenapa lo diam aja?? Apa lo gak ada keinginan untuk membalas mereka gitu? Bikin salah- salah kek tugas mereka biar mereka di marahi oleh pak Giring." Cicit Kasih yang sebenarnya tidak juga meringan kan pekerjaan ku.
Ku lihat Mentari dan Kasih bergantian. Mereka berdua memang mengaku adalah bestie ku tapi fakta nya kalau Karina and the gengs datang membully ku kah, memaksa ku mengerjakan sesuatu kah, mereka hilang! Zaaaaaaaaaaaaap!!! Lenyap! disappear! invisible! untouchable!! Pokokne hilang dari radar lah inti nya.
Tapi setelah Karina and the gengs pergi baru lah mereka berempati pada ku. Menyemangati ku untuk melawan Karina and the gengs lah.
Yang mana ujung- ujung nya kalau aku sampai termakan kata- kata mereka, yakin dan percaya lah mereka akan kembali menghilang dan tinggallah aku sendiri yang harus menghadapi Karina and the gengs.
Katakan lah aku sudah hapal dengan tabiat buruk sahabat- sahabat ku ini.
Terkadang aku juga sulit membedakan mereka dan Karina and the gengs, karena kedua- dua nya sama- sama mengambil keuntungan dari diri ku.
Tapi karena aku tidak ada teman lagi di sekolah ini, jadi mau tidak mau aku terpaksa berteman dengan Mentari dan kasih.
Ku Kerjakan tugas- tugas Karina and the Gengs terlebih dahulu. Sebab begitu pak Giring masuk nanti maka Karina ingin tampil agar pak Giriing memuji nya.
Untuk tugas ku sendiri bisa aku kerjakan belakangan.
Aku ini adalah siswi beasiswa di sekolah anak para orang kaya ini. Aku tidak perlu menjadi juara. Cukup tetap berada di sepuluh besar saja, itu sudah bisa membuat aku tetap menerima benefit dari beasiswa ini.
Jadi di peringkat satu itu ada Karina, di peringkat dua nya ada Manda, di peringkat tiga Tiwi, di peringkat empat ada Tyas, dan di peringkat lima ada Sarah. Lalu aku? aku ada di peringkat enam. Tepat di bawah mereka. Amazing buka? ya begitu lah kejam kehidupan in.
Tapi kalau aku pikir- pikir kembali, tanpa ada nya aku, mereka mungkin- ya sekitar delapan puluh persen lah- pasti tetap akan ada di peringkat mereka saat ini.
Karena.... ? As for your information aja, mereka ada di lima peringkat teratas itu karena bapak atau ibu mereka adalah pemegang saham di yayasan ini.
Sedang akan aku mereka butuhkan adalah untuk membuatkan mereka bukti- bukti kalau mereka merupakan anak pintar.
Singkat nya keberadaan ku adalah ada sebagai mesin untuk menciptakan bukti fisik tugas- tugas mereka di kelas. Baik itu berupa latihan atau catatan.
Kecuali ujian! Sebab terkhusus untuk ujian baik itu saat UH, MID atau Ujian Akhir semester, mereka sudah dapat soal plus dengan jawaban nya sekaligus.
Kalau aku tidak bersedia mengerjakan semua latihan dan catatan mereka maka mereka akan meminta pada orang tua mereka untuk membatalkan beasiswa ku. Buruk sekali bukan? Tapi begitu lah nasib anak orang miskin seperti ku.
Selain mengerjakan tugas- tugas mereka aku pun kerap menjadi sasaran bullying mereka. Selalu mereka jadi kan jongos mereka di sekolah. Dan yang paling parah, aku sering menjadi bahan guyonan mereka.
Misal nya mereka sedang butuh hiburan, maka aku akan jadi objek hiburan mereka. Mereka tidak segan- segan mendandani ku menor dan meminta ku untuk berjalan keliling sekolah.
Bagi mereka itu sangat lucu, dan sangat menghibur! Tapi di mata orang lain aku seperti badut yang pantas untuk di tertawakan.
Berkali- kali aku menangis di dalam kamar ku saat aku sudah tiba di rumah, tapi saat melihat bagaimana ibu ku membuat kue untuk di jual esok hari nya, dan ayah ku yang baru pulang menarik becak, rasa nya kenapa aku begitu bodih hingga membuat aku bermental kerupuk seperti ini?
kenapa hanya karena hal- hal seperti itu aku menangis??
Bukan kah lebih baik aku membantu ibu ku atau memijat kaki ayah ku dari pada bersedih dalam situasi yang memang tidak akan pernah berubah sampai bila - bila kecuali aku sudah tamat dari sekolah itu.
Inti nya aku harus tahan bagaimana pun cara nya, meski aku kerap menjadi bahan leluconnya Karina and the gengs.
***
Hai Bestie,.. jangan lupa kasih like dan tinggalkan komen mu ya...kak Upe tunggu!
Lonceng tanda istirahat pertama pun telah berbunyi, Karina and the gengs pun masuk ke dalam kelas kembali dengan sebuah es krim di tangan mereka.
"Gimana? Udah siap belum?" tanya Manda dengan gaya sok nya.
"Udah. ini." Aku sodorkan lima buku milik Karina dan teman - teman nya.
"Udah benar ni ya? Awas kalau salah! Gue bilangin papi lo! Biar Beasiswa lo di tarik." Ancam Tiwi sebelum meninggalkan kursi ku.
"Heei! Tiwi! Kok langsung pergi bae! Itu Es krim... Es krimm!" Kode Karina pada Tiwi yang main cabut aja.
"Oh iya lupa!" Tiwi pun kembali berjalan ke arah ku.
"Nih! Lo letakin nih es Krim di kursi nya pak Giring. Cepatan sana!!" Perintah Tiwi sambil menyerahkan es krim itu pada ku.
"Tapi Tiwi-"
"Alah! gak usah banyak bacot lo! Kita mau bikin konten tik tok ama Youtube nih! Dan untuk hari ini yang akan jadi talent nya elo! Jadi lo gak usah banyak haho haho ! Kerjain aja! Gue bilangin bokap untuk cabut beasiswa lo ntar!" sentak Tyas kut - ikutan menyela ucapan ku tadi.
Aku tahu ini terdengar sangat bodoh! Tapi aku dengan pasrah melakukan apa yang lima orang itu perintah kan.
Aku ambil es krim itu dan aku letakan di kursi nya pak Giring.
Aku sadar dan sangat sadar kalau perbuatan ku ini akan mengundang murka nya pak Giring tapi dalam pikiran ku, murka pak Giring tidak akan menggiringku keluar dari sekolah ini.
Beda cerita dengan aduan lima orang durjana ini.
Begitu mereka mengadu pada papi nya lah, bokap nya lah, papa nya lah, daddy nya lah, uhmp sudah pasti besok hari nya aku angkat kaki dari sekolah ini.
Jangan merepet dengan mengatakan kenapa tidak kadukan saja perbuatan lima orang itu ke pihak sekolah?
Hhft! Izin kan aku tarik nafas dalam- dalam dan ku lepaskan pelan- pelan sebelum mengatakan alasan ku. WHY? atas pertanyaan tadi.
Sebenarnya itu semua sudah pernah aku lakukan saat aku masih menjadi siswa kelas X, kira- kira dua tahun lalu. Dan tahu apa hasil nya? Walas ku mengatakan, kalau aku masih ingin di sekolah ini, aku jangan terlalu banyak bertingkah. Sudah itu saja!!
Dimana ujung- ujung nya, Semua kesalahan itu kembali pada ku. Mereka yang menjadi biang kerok nya tapi aku tetap yang disalah kan.
Apa kabar dunia? SUDAH GILA! tuh aku jadi sama gila nya dengan bang Hirotada Radifan kan.
Inti nya melawan mereka percuma. Karena bapak - bapak ne, pemegang saham di yayasan ini. Sedangkan bapak ku? huff! Please ! Tolong jangan tanya.
Setelah meletakan lelehan es krim di kursi nya pak Giring, aku pun kembali duduk.
Aku sengaja tidak mengerjakan tugas ku, karena untuk apa? Palingan lima detik setelah pak Giring duduk aku akan di usir keluar.
"Sreeeeeeeeeet.." Pintu kelas XII MIA 5 itu pun terbuka. Dan detik - detik pengusiran ku dari dalam kelas pun tiba. Dalam pikiran ku, palingan aku akan pergi ke perpustakaan untuk belajar mandiri.
"Selamat siang semua nya." Sapa pak Giring saat masuk ke dala kelas.
"Siang pak!" Jawab anak- anak XII MIA 5 serentak sambil mesem- mesem menunggu pak Giring duduk.
"hmm sebelum bapak memulai pelajaran kita. Hari ini bapak mau kenalkan dua orang siswa pindahan. Mereka ini pindahan dari luar negeri. Tapi negeri nya tidak sama. Yang satu dari London. Dan yang satu dari Italia. Dikta?? Alan?? Ayo masuk."
Seketika itu juga kelas ku menjadi sangat heboh dengan kemunculan dua siswa pindahan yang look nya mengalahkan member BTS.
Yang cewek - cewek pada histeris bak sedang berjumpa dengan artis luar negeri. Sedangkan yang cowok, pada lihat- lihat buruk gitu, yang dapat di pastikan mereka sedang iri.
Lalu aku? Hmm aku biasa saja. Sebab fokus ku tidak pada kedua siswa baru itu. Fokus ku lebih kepada lelehan es krim yang ada di kursi pak Giring.
"haruskan aku hitung mundur mulai dari sekarang?" Ujar ku dalam hati saat melihat pak Giring sedang ancang- ancang untuk ambil posisi duduk.
Dalam hati aku pun mulai menghitung mundur....
LIma
Empat
"Dikta tolong kamu perkenalkan diri mu." ucap pak Giring yang kemudian duduk di kursi nya.
TIga
"Ulah siapa ini???!!!!!" teriak pak Giring kencang.
Dua
"Ulah Hannah pak!" jawab teman- teman ku serentak sekelas sambil tertawa- tertawa.
Satu
Mata ku pun langsung terpejam. Menunggu nama ku di panggil oleh pak Giring.
"Hannah????!!!!!!!!!!!" teriak pak Giring sekuat tenaga dan aku pun hanya bisa mengatakan pada diri ku. "Ayoo Hannah, kita pindah belajar nya ke perpustakaan."
"Ya pak.Saya akan keluar." Jawab Ku dengan pede nya, karena biasanya hukuman dari pak Giring ya di suruh keluar kelas. Jadi dengan Pede nya aku mengatakan kalau aku akan keluar kelas.
"Memang nya siapa yang nyuruh kamu keluar kelas. Kamu ikut sama saya ke ruang wakil kesiswaan. Kamu ini anak beasiswa tapi bandel nya luar binasa! Sudah saat nya sekolah meninjau ulang beasiswa kamu!"
"Duaaaaaaaaar!" Aku bagaikan tersambar gledek saat mendengar kata- kata yang pak Giring katakan.
Aku reflek menoleh ke Karina, tapi dengan enteng nya dia hanya mengangkat bahu seolah dia EGP dengan apa yang baru saja terjadi.
Ku pandang pula empat teman Karina lain nya, dan sama saja. Mereka pun acuh tak acuh. Aku benar- benar merasa terpojok. Aku tidak punya bukti kalau mereka yang memaksa ku untuk melakuan semua itu.
Tapi mereka punya video di tik tok dan di youtube kalau aku lah yang telah menaruh es krim di kursi pada pak Giring.
Air mata ku ingin meleleh rasa nya. Aku sungguh merasa tidak adil. Tapi memang nya sejak kapan ada keadilan untuk wong cilik.
"Apa lagi yang kamu tunggu Hannah!!! Cepat ikut saya ke ruang wakil kesiswaan. Dan kalian berdua Dikta, Alan.. kalian duduk di sana. Kamu di sana Dikta dan kamu di sana Alan." Pak Giring menunjuk ke dua kursi kosong yang ada di dalam kelas.
"Dan kamu Hanna! Bawa tas kamu sekalian. Mana tahu setelah ini kamu tidak akan kembali lagi ke sekolah ini." Ujar pak Giring pada ku.
Kepala ku tertunduk lemas. Ku kemasi buku- buku ku dan semua alat tulis ku. Lalu ku bawa tas ku keluar. Aku melewati dua orang anak baru
Satu jam sudah aku berada di ruang kesiswaan bersama pak Giring, buk Ernita wali kelas ku serta pak Joko wakil kesiswaan.
Dan hasil nya satu jam kena ceramah berjamaah, telinga ku menjadi sangat panas. Ini dan itu semua mereka baca, tanpa membiarkan sekali saja aku menjelaskan semua nya.
Bahkan posisi ku semakin terjepit saat buk Ernita memperlihatkan sw (Status whatsapp) milik Karina yang memperlihatkan aku sedang meletakan es krim di kursi nya pak Giring.
"Mau kamu ini sebenarnya apa Hannah? Kamu mau keluar dari sekolah ini? Kamu ini sudah kelas tiga! Bulan Mei besok kamu sudah tidak ada di sekolah ini lagi. Mau kamu berhenti setelah bertahun - tahun kamu habiskan waktu kamu di sekolah ini?" Tanya pak Joko dengan nada marah dan kecewa yang bercampur menjadi satu.
"Pak saya-"
"Sudah! Jangan bapak tanya lagi apa mau nya anak nakal ini! udah jelas dia ini anak pasar pak! kehidupan nya di luaran sana liar! Otak nya memang cerdas! tapi tidak di pakai nya. Maka nya kelakuan nya kayak tarzan." Potong pak Giring tepat saat aku ingin menjelaskan kejadian sebenarnya.
"Aku mau anak ini di proses keluar. Biar dia renungkan apa akibat perbuatan nya." Tambah pak Giring sambil memegang bagian belakang celana nya yang basah karena es krim.
"Pak, saya bukan nya ingin membela atau mempertahankan Hannah. Hanya saja posisi nya Hannah ini perwakilan kita untuk ke tingkat nasional dalam karya ilmiah remaja pak. Kalau dia berhenti maka kita akan kesulitan menjelaskan ini ke dinas pak. Mana pengganti nya gak ada." Bela guru Bimbingan konseling yang baru saja masuk ke ruangan itu.
"Tapi aku sebagai wali kelas nya sudah angkat tangan ya buk susi dengan anak nakal ini. Kalau buk Susi ingin mempertahankan dia, maka dia menjadi tanggung jawab buk Susi sampai dia tamat dari sekolah ini." Ujar wali kelas ku yang sudah tidak ingin ambil pusing lagi dengan diri ku.
"Baik. Mulai hari ini, Hannah akan menjadi tanggung jawab saya. Buk Ernita tenang saja. Anggap saja siswa kelas ibu berkurang satu." Balas buk Susi.
"Tapi bukan berarti dia tidak di hukum! Saya tidak terima itu." Sela pak Giring.
"Coba semua nya tenang dulu." Pak wakil kesiswaan menengahi.
"Begini saja. Kamu Hannah, saya skors tidak boleh masuk ke kelas selama satu minggu. Kamu renungkan perbuatan mu. Dan sekarang kamu ke TU dan ambil surat skors mu. PULANG DAN RENUNGKAN PERBUATAN KAMU."
Ku ambil tas ku lalu aku pun pergi ke ruang tata usaha untuk mengambil surat skors. Ku lihat pak wakil kesiswaan sedang menelpon tata usaha yang akan membuatkan ku surat ket Skors.
Kaki ku berjalan lemah. Mau protes? rasa nya percuma.
Tapi Skors? hmm itu masih lebih baik bila di bandingkan harus keluar dari sekolah ini.
Setelah mengambil surat keterangan Skors, aku pun pergi ke indomerit di depan SMA ku. Aku ambil sebuah es krim awal nya. Tapi karena es krim itu mengingatkan ku pada kejadian tadi maka aku ambil fanta dingin saja.
Setelah membayar Fanta itu ke kasir, aku pun keluar dari indomerit itu dan ..
"Brrrrrrroook!" tanpa sengaja aku menambrak seorang kakak- kakak.
Mungkin karena pikiran ku sedang kalut, maka nya aku sampai tidak melihat ada orang yang masuk.
"Kak, maaf..." Ucap ku sambil menunduk dan pergi keluar.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!