Kompetisi Seni beladiri terbesar di Benua Tianlong akan berlangsung di Kota Tianfeng yang juga markas Aliansi Beladiri. Semua seniman beladiri dari berbagai Sekte sangat antusias menyambut kompetisi itu, mereka ingin nama mereka masuk dalam daftar generasi muda terkuat di Benua Tianlong.
Kompetisi Beladiri edisi ini digadang-gadang menjadi yang terbaik, karena ada banyak murid-murid generasi berbakat muncul di berbagai Sekte. Namun, nama mereka tidak begitu dikenal khalayak umum karena Benua Tianlong sudah aman dari serangan Iblis, sehingga bakat-bakat muda itu tidak bisa menunjukkan kehebatan Beladiri mereka. Jadi, di ajang kompetisi Beladiri inilah mereka akan unjuk gigi.
Peserta kompetisi Beladiri juga semakin semangat karena Ketua Aliansi Beladiri tiba-tiba membuat pengumuman mendadak, di mana ia berhenti melakukan Kultivasi tertutup dan akan menonton para generasi muda berlaga di atas panggung.
Pengumuman mendadak Ketua Aliansi Beladiri itu menjadi perbincangan hangat di kalangan seniman beladiri di berbagai tempat di Kota Tianlong.
“Waw, Ketua Aliansi akan menonton pertarungan kita,” kata Yan Chung sembari mengunyah paha babi panggang.
Murid Xuan Ji bertubuh gemuk itu telah menguping percakapan pengunjung Restoran yang sedang membicarakan tentang Ketua Aliansi Beladiri yang akan hadir saat kompetisi Beladiri nanti.
“Aku penasaran seperti apa Ketua Aliansi Beladiri itu? Apakah ia Pria tua seperti Tetua Ji?” Mu Xian penasaran, kalau gurunya sudah sangat kuat maka Ketua Aliansi Beladiri pasti jauh lebih kuat.
Namun, setelah datang ke Kota Tianfeng yang juga markas Aliansi Beladiri, Mu Xian merasa Benua Tianlong memiliki lebih sedikit Kaisar Surgawi dibandingkan Benua Tianwu.
Dia menyimpulkan tidak banyak Kaisar Surgawi karena di masa lalu Kultivator Benua Tianlong berperang melawan Kaisar Iblis.
Setelah membaca dokumen tentang kekalahan Kaisar Iblis, ia sempat terkejut. Dia tidak menyangka Kaisar Iblis akan terbunuh, padahal dalam sejarah Benua Tianwu; Kaisar Iblis dikurung di balik pegunungan benteng besar karena tidak bisa dilenyapkan.
Siapa sangka, ternyata Kultivator Benua Tianlong mampu melenyapkan Kaisar Iblis itu dan membuat Benua Tianlong memasuki era kedamaian.
“Kita semua belum pernah melihatnya, tetapi aku setuju dengan perkataan senior Xian. Ketua Aliansi Beladiri pasti Pria tua yang suka mengelus-elus janggut putihnya hahaha ….” Yan Xu tertawa terkekeh-kekeh menanggapi pertanyaan Mu Xian.
“Kalau begitu beliau pasti suka menenggak arak sembari melamun menatap bintang-bintang di langit hahaha ….” Tian Qi yang sudah mabuk setelah menenggak seteguk arak tertawa terbahak-bahak.
Wan Yunsheng, Yan Chung, Yan Xu, Xue Hao, Wu Zhanhui, dan Mu Xian kemudian tertawa bersama-sama setelah mendengar candaan Tian Qi.
Pengunjung Restoran lainnya menoleh ke arah murid-murid laki-laki Tetua Paviliun Qianyun itu, mereka tidak menyangka ada murid Sekte tidak terkenal berani membuat lelucon pada Ketua Aliansi Beladiri.
Pemuda tampan yang mengenakan Jubah Sekte Taixu melempar gelas kecil berisi arak miliknya ke arah meja tempat murid-murid Xuan Ji.
Dia kesal sekelompok sampah tak tahu tempat itu sungguh berani sekali membuat keributan di tengah-tengah Kota yang dikelola oleh Aliansi Beladiri.
“Kalian mau mati!” bentak Pemuda tampan itu.
Mu Xian yang merupakan murid laki-laki paling senior langsung menjentikkan jarinya, kemudian gelas kecil berisi arak yang melesat ke arah mereka langsung hancur berkeping-keping.
“Kau siapa?” sahut Mu Xian sembari mengerutkan keningnya. Dia menahan diri untuk tidak melakukan serangan balasan agar tidak membuat masalah atau merepotkan gurunya.
Mu Xian menyadari kalau peserta kompetisi Beladiri berasal dari berbagai Sekte besar dan tentunya para peserta itu kemungkinan besar memiliki latar belakang Klan besar.
Menghadapi Kultivator arogan yang memiliki latar keluarga Klan besar sangat merepotkan, karena bila mereka kalah maka Klan mereka akan turun tangan. Bila Klan-nya kalah juga, maka mungkin leluhurnya akan bangkit kembali untuk melakukan balas dendam.
Bagi Mu Xian itu hal yang merepotkan untuk ditangani, karena Klan Mu-nya dihancurkan mungkin karena telah mengusik sosok seperti itu hingga akhirnya ia dan adiknya terpaksa menyelamatkan diri ke Benua Tianlong ini.
“Kita tidak saling mengenal, kenapa kamu malah ingin membunuh kami? Apakah kamu sudah tidak sabar ingin bertarung di atas panggung kompetisi Beladiri?” Mu Xian tetap duduk dengan santai di kursinya walaupun Pemuda tampan itu berdiri sembari mengarahkan Pedang ke arah mereka.
“Hahaha … kamu mengejekku, ya?” Pemuda tampan itu tertawa dingin dan semakin kesal mendengar jawaban Mu Xian.
Yan Xu yang duduk di sebelah Mu Xian memberitahu kalau jubah yang dikenakan Pemuda tampan itu memiliki lambang Sekte Taixu, salah satu Sekte terkuat di Benua Tianlong.
Mu Xian teringat kalau gurunya juga berasal dari Sekte Taixu.
“Ini merepotkan sekali, kita sungguh sial sekali. Padahal kita baru saja merayakan kedewasaan dengan minum arak terbaik, eh … malah muncul monster tak diundang,” bisik Mu Xian.
Pemuda tampan itu masih mendengar perkataan Mu Xian. Dia semakin kesal pada rombongan murid-murid Sekte tak dikenal itu, karena mereka tetap santai dan tidak takut akan nama besar Sektenya.
Bilah Pedang Pemuda itu tiba-tiba diselimuti energi spiritual Angin.
Melihat pertarungan akan segera berlangsung, para pengunjung Restoran segera menjauh dari kedua kelompok itu agar tidak terkena dampak pertarungan mereka.
“Senior Xiyuan tolong jangan bertarung di sini, nanti kita ditangkap dan didiskualifikasi!” Murid Sekte Taixu lainnya merelai agar seniornya itu tidak menyerang rombongan Mu Xian.
“Betul, bukankah Ketua Klan Duan meminta senior untuk meraih peringkat tinggi saat kompetisi Beladiri nanti. Kalau senior didiskualifikasi atau ditahan oleh pihak Aliansi Beladiri, maka Ketua Klan Duan pasti akan marah,” kata murid Sekte Taixu lainnya.
“Duan Xiyuan?” Tiba-tiba semua murid Xuan Ji menatap tajam ke arah Duan Xiyuan.
Mereka mengingat kalau saudari seperguruan mereka diburu oleh Klan Duan. Bahkan Klan Zi dimusnahkan dan hanya menyisakan Zi Rouyan yang diselamatkan oleh Xuan Ji.
Duan Xiyuan bingung kenapa semua murid-murid dari Sekte tak dikenal itu tiba-tiba menatapnya dengan tatapan permusuhan, padahal tadi mereka acuh tak acuh saja. Namun, setelah rekan-rekannya melerainya agar tidak berkelahi, mereka malah seperti sengaja memprovokasinya.
Yan Chung yang biasanya selalu memikirkan makanan di benaknya tiba-tiba mengumpulkan energi spiritual di kepalan tangannya, bersiap untuk menyerang.
“Tahan amarah kalian!” Mu Xian mengirim suara telepati pada rekan-rekannya. “Kita saat ini jauh dari Tetua Ji, sebaiknya kita tidak terlibat dalam perkelahian. Lagi pula saat di kompetisi Beladiri nanti, kita akan bertemu lagi dengan bocah bangsaaaaaat itu!”
Yan Chung dan yang lainnya setuju dengan pendapat Mu Xian. Lebih baik Zi Rouyan yang menghajar wajah tampan tuan muda Klan Duan itu, dan mereka sepemikiran walaupun tidak berdiskusi lebih dulu akan menghajar peserta yang bermarga Duan saat di panggung kompetisi Beladiri nanti.
“Mari kita pergi dari Restoran ini!” seru Mu Xian segera berdiri. “Rasa makanan di sini tiba-tiba hambar setelah wajah-wajah menjijikkan muncul!” cibirnya.
Duan Xiyuan langsung mengerutkan keningnya mendengar cibiran Mu Xian. Dia tidak menyangka murid-murid Sekte tak dikenal berani mengirim sinyal permusuhan padanya.
“Para bajingann itu bernyali besar juga!” cibir Duan Xiyuan segera duduk sambil menatap tajam rombongan Mu Xian yang berjalan menuju pintu keluar Restoran. “Tunggu saja, nanti di panggung kompetisi Beladiri aku akan menghancurkan Dantian mereka,” katanya lagi.
Bagi Kultivator tidak memiliki Dantian sama saja seperti mayat hidup, karena tidak memiliki Dantian maka mereka tidak bisa lagi mengalirkan energi spiritual ataupun menggunakan Jurus-jurus Beladiri.
Duan Xiyuan menjentikkan jarinya, kemudian Pria paruh baya muncul di sebelahnya. “Selidiki dari mana asal mereka!”
Pria paruh baya itu menangkupkan tinju untuk menunjukkan rasa hormat sembari menundukkan wajahnya. “Baik tuan muda,” sahutnya segera mengikuti rombongan Mu Xian.
Adik seperguruan Duan Xiyuan segera menuangkan arak ke gelas kecil untuknya agar ia tidak marah lagi. “Tenanglah senior Xiyuan, bocah-bocah itu hanya katak dalam tempurung. Saat di panggung kompetisi Beladiri nanti, mereka akan menyadari kalau dunia Beladiri itu tidak seperti yang mereka bayangkan.”
Duan Xiyuan hanya mengangguk pelan saja mendengar kata-kata hiburan dari adik seperguruannya. Baginya penghinaan ini harus dibayar dengan nyawa mereka, karena mereka berani mempermalukan dirinya di depan umum.
...***...
Mu Xian dan yang lainnya tidak tertarik lagi berkeliling kota Tianfeng, setelah keluar dari Restoran. Mereka langsung menuju markas Aliansi Beladiri.
Saat di gerbang masuk markas Aliansi Beladiri, mereka bertemu rombongan Xiao Yue kebetulan juga menuju markas Aliansi Beladiri. Murid-murid wanita Tetua Xuan Ji itu terlihat sangat bahagia karena telah berbelanja pakaian mewah, hanya si kecil Xue Hao yang bahagia karena tangan kanannya membawa belasan tusuk sate dan tangan kirinya membawa Bakpao berukuran besar—sementera pipinya kembung karena berisi Kue Bulan.
“Hwi hwhhwhhw ….” Xue Yao berbicara dengan semangat sembari mengunyah Kue Bulan di mulutnya.
Mu Xian dan lainnya tidak mengerti apa yang ia katakan. Mereka hanya tersenyum saja.
Mu Xian ingin memberitahu tentang Duan Xiyuan pada Zi Rouyan, tetapi ia langsung urung melakukannya.
Zi Rouyan saat ini terlihat bahagia dan Mu Xian tidak ingin melihat wajah cerianya itu menghilang karena tiba-tiba memikirkan tentang musuh yang telah menghancurkan keluarganya.
Diberitahu atau tidak, besok Zi Rouyan pasti akan melihat Duan Xiyuan dan murid-murid yang berasal dari Klan Duan di atas panggung kompetisi Beladiri. Setelah melihat mereka, amarah yang terpendam di hati Zi Rouyan pasti akan meluap dan ia akan menghajar mereka bila bertemu diatas panggung.
“Apakah kalian sudah selesai dengan acara kedewasaannya?” Xiao Yue bertanya sambil tersenyum sehingga Mu Xian dan yang lainnya malu.
“Hmm, berarti Kakak telah meniduri wanita penghibur di rumah bordil?” selidik Mu Qingqing dengan tatapan tajam.
Mu Xian segera menggelengkan kepalanya. “Kami hanya minum air saja di Restoran. Lagi pula Rumah bordil Bulan Purnama melarang peserta kompetisi Beladiri memasuki tempat itu,” sahutnya sembari menoleh ke arah lain.
Dia tidak berani menatap wajah adik perempuannya itu, karena Mu Qingqing terus memelototinya.
Xiao Yue dan murid-murid wanita lainnya tertawa, karena Mu Xian dimarahi oleh adiknya.
Anggota Aliansi Beladiri yang berjaga di gerbang masuk markas Aliansi Beladiri memandu Xiao Yue dan yang lainnya menuju kediaman khusus yang disediakan oleh Aliansi Beladiri.
Karena Sekte Pedang Abadi kini menjadi Sekte level menengah, kediaman yang disediakan oleh Aliansi Beladiri untuk mereka cukup besar. Kediaman itu memiliki halaman untuk berlatih beladiri serta kamar mandi dalam.
Sementara untuk peserta kompetisi Beladiri dari Sekte kecil mereka menginap di penginapan yang telah disewa oleh Aliansi Beladiri. Untuk Sekte besar tentu diberikan kediaman yang lebih bagus dan memiliki halaman yang luas.
Pemandu yang memandu Xiao Yue dan yang lainnya adalah Pria berusia Empat Puluh tahun. Dia mengaku satu generasi dengan Yin Ji, wanita cantik yang disukai oleh Xuan Ji. Namun, sayangnya ia tidak masuk dalam daftar generasi muda berbakat saat masih muda walaupun sekarang basis Kultivasi-nya telah mencapai Ranah Kaisar Surgawi.
“Apakah Paman mengenal Tetua Xuan Ji?” tanya Xiao Yue penasaran karena Xuan Ji mengaku juga satu generasi dengan Yin Ji dan ia juga masuk dalam daftar Pemuda tertampan nomor 9.999 dalam daftar Pria tertampan Rumah Bordil Bulan Purnama.
“Xuan Ji dari Klan Xuan, ya?” Pemandu itu mencoba mengingat-ingat nama tersebut.
Klan Xuan termasuk Klan besar dan terkenal sehingga nama-nama tuan muda Klan Xuan pasti familiar. Namun, ia hanya teringat dengan tuan muda Pertama dan tuan muda Kedua yang menjadi Tetua di Sekte Taixu.
“Hmm, mungkinkah yang bernama Xuan Ji itu bukan Putra dari Ketua Klan Xuan, makanya namanya tidak familiar?” Pemandu itu menduga-duga dalam benaknya. Dia kemudian tersenyum tipis menatap Xiao Yue dan berkata, “Maaf, aku tidak mengenalnya. Pada perang terakhir melawan Kaisar Iblis, banyak generasi muda berbakat yang gugur … mungkin nama yang kamu sebut itu salah satu dari mereka yang gugur tersebut.”
Dia sangat bersyukur waktu itu masih memiliki basis Kultivasi rendah, sehingga tidak dikirim ke Kutub Utara untuk menaklukkan Kaisar Iblis. Kalau ia ikut serta, maka ia tidak akan ikut menikmati kedamaian di Benua Tianlong saat ini.
Xiao Yue tersenyum mendengar jawaban Pemandu itu. Dia kemudian menunjuk ke arah Pria tua yang sedang bermain Xiang Qi (catur China kuno) dengan Pria tua tak dikenal sembari menenggak Teh Hijau hangat. “Beliau itu adalah Tetua Xuan Ji … yang juga guru kami dari Sekte Pedang Abadi.”
“Eh?” Pemandu itu terkejut mendengarnya. Baru kali ini ia mendengar anggota Klan Xuan menjadi Tetua di Sekte yang berasal dari Selatan Benua Tianlong atau jauh dari daratan tengah tempat Klan-Klan besar berada.
“Oh, kalian sudah datang,” kata Xuan Ji setelah menoleh ke arah rombongan Xiao Yue. “Apakah kalian sudah puas bersenang-senangnya?” katanya lagi sambil tersenyum lebar.
Xiao Yue dan yang lainnya langsung menangkupkan tinju untuk menunjukkan rasa hormat.
“Kami pulang Master Ji,” sapa Xiao Yue.
Pemandu itu juga menangkupkan tinju untuk menunjukkan rasa hormat. “Karena aku sudah mengantar kalian, maka aku akan undur diri Tetua Ji.”
Xuan Ji hanya mengangguk pelan, sementara Pria tua lawan bermain Xiang Qi-nya tidak menoleh dan tatapannya fokus ke bidak Xiang Qi.
Pemandu itu hanya sampai halaman kediaman itu dan segera kembali ke pos jaganya.
Sebenarnya ia ingin berbincang-bincang dengan Xuan Ji, tetapi Pria tua yang sedang bermain Xiang Qi dengan Xuan Ji itu adalah Tetua Aliansi Beladiri yang sangat dekat dengan Ketua Aliansi Beladiri.
Dia tidak menyangka Tetua dari Sekte menengah akan berteman dengan Tetua Aliansi Beladiri itu, padahal basis Kultivasi Xuan Ji sangat rendah sekali. Dia menduga-duga mungkin karena latar belakang Xuan Ji yang berasal dari Klan Xuan, dan saat masih muda mereka berteman baik atau berada di Sekte yang sama.
“Sepertinya tahun ini murid-murid dari wilayah Selatan akan unjuk gigi,” gumam Pemandu itu—karena basis Kultivasi murid-murid Sekte Pedang Abadi cukup tinggi, seperti berasal dari Sekte besar saja. “Mungkinkah Klan Xuan menyuplai sumberdaya pada Sekte Pedang Abadi, makanya mereka memiliki murid berbakat tinggi?” pikirnya lagi.
“Kakeeeek!” Xue Yao berlari dan langsung memeluk Xuan Ji. “Apakah Kakek mau ini?” Dia menyodorkan sate ke mulut guru yang ia kira kakeknya itu, hanya karena rambutnya putih seperti Kakeknya dulu yang telah meninggal.
Xuan Ji sebenarnya tidak ingin memakan sate itu, tetapi karena gadis kecil berusia Empat tahun itu telah menyodorkan sate itu ke mulutnya, ia pun memakannya agar murid termudanya itu senang.
Tetua Aliansi Beladiri yang sedang memperhatikan bidak Xiang Qi langsung menoleh ke arah Xue Yao.
Sudut bibirnya memancarkan senyuman tipis sembari mengelus-elus janggut putihnya. “Aku tidak menyangka Sekte Pedang Abadi yang berada di pelosok Selatan memiliki murid dengan fisik Naga Surgawi Legendaris.”
Xuan Ji mengangguk pelan sambil mengelus rambut Xue Yao. “Ha-ha-ha … Sekte kami memang beruntung menemukan salah satu keturunan Klan Long di pedalaman wilayah selatan.”
“Ya, kalian beruntung sekali mendapatkan murid berbakat. Sekte-Sekte besar di wilayah tengah pasti iri pada Sekte Pedang Abadi, padahal Klan Long telah dimusnahkan oleh kelompok misterius yang tidak pernah terungkap siapa dalangnya,” sahut Tetua Aliansi Beladiri itu.
Xue Hao, saudara laki-laki Xue Yao tidak menyangka Aliansi Beladiri bahkan tidak mengetahui siapa dalang yang memusnahkan Klan Long. Dia berpikir Klan Xue juga musnah oleh kelompok misterius yang memusnahkan Klan Long, makanya kakeknya membawa dirinya dan Xue Yao kabur ke wilayah Selatan.
Xue Yao asyik sendiri menyantap sate dan mengabaikan diskusi gurunya dengan Pria tua aneh di depannya yang sedang membahas tentang dirinya tersebut.
Tetua Aliansi Beladiri itu menenggak Teh Hijau hangat miliknya hingga tak tersisa, kemudian ia berdiri. “Karena murid-murid Tetua Ji sudah di sini, sepertinya aku harus pergi. Kehadiranku mungkin akan membuat mereka gugup.”
“Ha-ha-ha … sayang sekali Tetua Ma Junwu segera pergi, padahal aku hampir kalah,” sahut Xuan Ji sembari menatap papan Xiang Qi.
Sebenarnya dalam dua langkah lagi, Tetua Ma Junwu akan kalah. Namun, murid-murid Xuan Ji tiba-tiba datang, sehingga Tetua Ma Junwu menggunakan alasan kedatangan mereka untuk segera pergi dan dia pun tidak dianggap kalah dalam permainan Xiang Qi ini.
Dia malu bila dikalahkan oleh Tetua Sekte dari wilayah pedalaman selatan yang dianggap sebagai wilayah tertinggal tersebut, tetapi siapa sangka Xuan Ji ternyata pemain sepuh tiada tanding dalam permainan Xiang Qi.
Walaupun ia tidak bisa mengalahkan Xuan Ji dalam permainan Xiang Qi, ia tetap merasa puas karena berhasil mengkonfirmasi tentang gadis kecil yang memiliki fisik Naga Surgawi Legendaris yang dikatakan oleh Ketua Aliansi Beladiri.
Impian memasuki wilayah di balik pegunungan benteng besar akan segera terwujud saat gadis kecil itu berusia 17 tahun atau hanya beberapa tahun lagi.
Sebagai pihak yang menjadi kaki tangan Ketua Aliansi Beladiri, Tetua Ma Junwu telah mendengar cerita tentang Benua Tianwu darinya. Wilayah di balik pegunungan benteng besar itu sangat luas sekali, sumberdaya untuk berkultivasi di sana sangat berlimpah.
Ma Junwu tentu ingin menginjakkan kaki ke wilayah dibalik pegunungan benteng besar itu setidaknya sebelum ajal menjemputnya, serta membukakan jalan untuk keturunannya melihat dunia yang sangat luas dan tidak menjadi katak dalam tempurung di benua Tianlong.
Setelah Tetua Ma Junwu pergi, Xue Yao menoleh ke arah pintu—tempat Tetua Ma Junwu pergi. “Kakek itu menakutkan sekali, ada banyak hantu mengikutinya. Mereka ingin memukulnya, tetapi tak bisa karena auranya sangat kuat.”
Xuan Ji terkejut mendengarnya dan menoleh ke arah pintu gerbang halaman kediaman mereka. “Hantu?” gumamnya. “Pantas saja Yao‘er tidak menyapa Tetua Ma, ternyata Yao‘er melihat sesuatu yang mengerikan di punggungnya.”
Namun, Xuan Ji bingung, kenapa bisa begitu? Jawaban paling logis adalah mungkin Tetua Ma Junwu terlibat dibalik dalang pemusnahan Klan Long maupun Klan Xue.
Kini akhirnya ia mengerti kenapa tiba-tiba seorang Tetua Aliansi Beladiri mendatanginya dan mengajaknya bermain Xiang Qi, padahal mereka tidak saling mengenal. Sekte Pedang Abadi juga tidak memiliki pendukung di dalam organisasi Aliansi Beladiri, Sekte Pedang Abadi naik tingkat ke Sekte tingkat menengah karena memiliki murid yang telah mencapai Ranah Kaisar Bumi.
Xuan Ji tiba-tiba memejamkan mata sambil berpikir apa tujuan Tetua Ma Junwu melihat Xue Yao? Apakah karena tubuh Fisik Naga Surgawi Legendarisnya? Karena Tetua Ma Junwu tidak memperhatikan Xue Hao yang merupakan saudara kandung Xue Yao, tetapi Xue Hao tidak memiliki Fisik Naga Surgawi Legendaris.
Walaupun sudah merenung cukup lama, Xuan Ji tidak bisa menebak-nebak apa tujuan Tetua Ma Junwu.
“Sepertinya aku harus lebih memperhatikan murid-muridku agar sesuatu yang tidak diinginkan terjadi pada mereka.” Xuan Ji berkata dalam benaknya.
Dia juga tersenyum masam dan berpikir dalam cerita dongeng, yang memiliki banyak musuh biasanya adalah tokoh utama. Namun, dalam cerita hidupnya, malah murid-muridnya yang memiliki banyak musuh.
“Eh, apakah aku tokoh utama di dunia ini?” Pikiran Xuan Ji malah melenceng ke mana-mana. “Sepertinya aku merasa hebat hanya karena mengalahkan Kaisar Iblis yang sudah terluka.”
“Master Ji!”
“Master Ji”
“Guru!”
Xuan Ji terkejut ternyata murid-muridnya sudah memanggilnya sejak tadi, tetapi ia tidak mendengarnya karena terlalu memikirkan apa tujuan Tetua Ma Junwu memperhatikan Xue Yao.
“Kenapa Master Ji melamun?” tanya Xiao Yue penasaran dan terlihat raut wajah khawatir dari wajahnya.
“Iya, kenapa Tetua Ji melamun sembari mengerutkan kening,” sahut si gendut Yan Chung mendekatkan wajahnya ke wajah gurunya itu.
Xuan Ji mendorong wajah Yan Chung menjauh darinya. “Aku hanya melamun saja, pergilah beristirahat. Besok kalian akan mulai bertarung. Nafasmu juga bau arak, cuci mulutmu sana!”
Yan Chung tersenyum masam, lagi-lagi dirinya selalu kena getahnya bila gurunya mulai bercanda dan sekarang rekan-rekannya tertawa terkekeh-kekeh padahal mulut mereka juga berbau arak.
“Tadi kami melihat nenek cantik, tapi ia mengatakan kami salah orang. Katanya dia bukan kekasih Kakek,” kata Xue Yao yang membuat semua murid Xuan Ji terdiam.
“Hmm?” Xuan Ji tidak menyangka murid-muridnya akan bertemu Yin Ji yang sudah sepuluh tidak bertemu dengannya. Mungkin gadis yang ia sukai dan juga sahabat baiknya itu sudah menikah serta memiliki beberapa anak sekarang.
Sebagai murid tertua dan sudah dewasa Xiao Yue tentu memahami perasaan gurunya saat ini. Ini sama saja menabur luka lama yang sudah lama dilupakan oleh gurunya itu.
“Yang kita jumpai itu adalah Tetua Sekte Taixu dan wajahnya hanya mirip saja, dia bukan nenek yang ada di lukisan itu Yao‘er.” Xiao Yue membantu gurunya berkilah.
“Ya, mereka hanya sedikit mirip saja,” sahut Zi Rouyan sembari memaksakan diri untuk tersenyum.
Xue Yao bingung, rasa-rasanya wanita itu memang sama persis dengan lukisan kekasih kakeknya. Namun, kenapa saudari-saudari seniornya mengatakan hanya sedikit mirip.
Xuan Ji menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan-lahan. “Suatu hari kita akan bertemu nenekmu, tetapi sekarang kamu harus fokus memukul anak-anak nakal diatas panggung kompetisi Beladiri besok.”
“Aku akan memukul mereka hingga menjadi Bakpao mewhehehe ….” Xue Yao tertawa sembari mengepal tangan mungilnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!