NovelToon NovelToon

Psikopat Gila Jatuh Cinta

Barra 01

Brummm...Brummm....Brummm

Suara deru motor sport memekakkan telinga di iringi dengan gemuruh sorakan fans dan para sahabatnya yang berteriak atas kemenangan sang juara bertahan tak terkalahkan the one only Barra Malik Bagaskara siapa yang tidak mengenalnya di arena balapan liar dia adalah juara bertahan tak terkalahkan.

Namanya terkenal sebagai Barra si psikopat gila, siapapun tidak ada yang berani membuat masalah terhadapnya. Barra terkenal dengan sebutan "Manusia tanpa hati"

Leonardo, Gabriel dan Bastian adalah sahabat Barra sedari kecil mereka sangat memahami bagaimana Barra dan mereka tidak akan pernah mau ikut campur dalam urusan Barra tanpa Barra minta.

"Barr ke markas atau cabut pulang" ucap Bastian

"Cabut pulang aja besok ketemu di sekolah" sahut Barra cepat.

"Ini duit kemenangan Lo mau diapain" tanya Gabriel

"Seperti biasa lo pada habisin beli makanan untuk di markas sisanya transfer gue"

"Beres bos, makan enak kita guys" ucap Gabriel

"Gue cabut Lo pada bubar Sono" Ucap Barra sambil menghidupkan mesin motor sportnya.

Brummm...Brummm...

Malam itu Barra mengendarai motor sportnya dengan tenang dan tatapan tajam kedepan, hingga di persimpangan ia hampir saja menabrak seseorang jika ia tidak cepat memegang rem motornya hingga motor bagian belakangnya terangkat keatas.

"Sial, mata lo dimana ah" teriak Barra turun dari motornya

"Sorry..sorry gue nggak sengaja tadi gue di kejar-kejar orang jadinya gue nggak lihat saat nyebrang" ucap gadis itu dengan gugup

"Bodoh gue belum maafin Lo"

"Lagian Lo nggak nabrak kan terserah Lo maafin ataupun nggak gue nggak peduli" ucap tegas gadis itu mengambil ranselnya yang terjatuh karena kaget tadi.

"Lo mau kemana apa Lo budek gue belum maafin Lo"

"Nggak peduli Lo maafin atau nggak gue nggak ada urusan dengan Lo"

"Yakin" Tatap Barra tajam pada gadis di depannya

"Yakin, jangan Lo tatap gue kayak gitu gue nggak takut sama Lo" Pergi meninggalkan Barra.

Setelah kepergian gadis yang hampir ia tabrak tadi hingga menghilang dalam pandangan matanya. Barra melihat tangannya yang memegang benda yang terjatuh dari ransel gadis tadi.

"Kita akan bertemu lagi gadis bawel" ucap Barra melihat tajam kearah gadis tadi pergi.

Barra melanjutkan perjalanannya menuju rumah pribadinya. Rumah yang berada di tengah hutan yang lebat dan jarang tersentuh oleh siapapun.

\=\=\=\=\=\=\=\= • Keesokan harinya • \=\=\=\=\=\=\=\=

Di sekolahan elit ternama di ibu kota, sekolahan swasta yang memiliki fasilitas lengkap dan terkenal seantero dunia sebagai sekolah elit yang hanya menerima siswa yang berprestasi dan tentunya siswa memiliki kemampuan finansial di atas rata-rata.

Sekolah elit itu Dirgantara High school kedatangan murid perpindahan dari sekolah Bina Nusantara dia adalah murid berprestasi.

"Jadi Lo bakalan sekolah disini dong Arlleta" ucap Rossa

"Iya gue kan jadi murid pindahan baru disini"

"Lo masuk kelas mana Let" Ucap Rania

"Gue masuk kelas XII IPA 2"

"Hah sekelas dong sama kita-kita" Sahut Sandra

"Kalian di kelas XII IPA 2 juga asik dong kita bisa kumpul nanti, tapi gue harus lapor ke kepsek dulu"

"Ya udah kita ketemu di kelas aja" ucap Rania

"Ya udah gue duluan ya"

Gadis berambut panjang dan bergelombang itu menyusuri koridor sekolah hingga tidak memperhatikan jalan, hampir saja ia menabrak seseorang di depannya.

"Elo" teriak gadis itu.

"Arlleta Clarissa nama yang cantik seperti orangnya" gumam Barra sambil menatap wajah gadis itu setelah melihat nama yang ada di seragam gadis yang ia temui tadi malam.

"Minggir gue mau lewat"

"Lo nggak ngerasa kehilangan sesuatu" tanya Barra ketika gadis bernama

"Nggak tuh..." jawab cuek gadis itu melangkahkan kaki menjauh

"Yakin, tapi kalau lo kehilangan sesuatu lo bisa cari gue" teriak Barra sebelum gadis itu melangkahkan lebih jauh lagi.

"Yakin nggak usah ngarep deh pengen ketemu gue lagi" ucap gadis itu tanpa melihat ke arah Barra.

Setelah benar-benar gadis itu menghilang dari pandangan matanya Barra tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Lo harus jadi milik gue Arlleta Clarissa" tekad Barra.

Setelah menemui kepala sekolah akhirnya Arlleta bersama dengan wali kelasnya menuju kelas dimana ia akan menjadi murid pindahan baru di kelas XII IPA 2.

Setelah perkenalan singkat di depan kelas Arlleta akhirnya mendapat tempat duduk bersama dengan sahabatnya Rosa. Arlleta sungguh senang bisa berkumpul kembali bersama teman masa sekolahnya dulu saat ia mendapatkan beasiswa di sekolah elit saat di sekolah dasar.

Tidak terasa pembelajaran telah di mulai Arlleta bersama sahabatnya memperhatikan guru yang sedang menjelaskan dengan saksama. Arlleta merupakan murid dengan prestasi yang mampu membanggakan sekolahnya tentu itu hasil kerja kerasnya.

Trinnnng.....

Bel pulang sekolah berbunyi semua murid berhamburan ke luar dari kelas mereka mungkin tidak sabar untuk pulang atau seperti sebagian besar murid-murid disini keluar kelas lalu menuju lapangan basket untuk menonton pertandingan basket favorit mereka.

"Eh mau langsung pulang atau mau ngemall dulu" tanya Sandra

"Gue sih malas banget, mending tidur" ucap Rosa

"Gue cabut deh nonton basket ngemallnya lain kali aja " ucap Sandra

"Dasar Lo san pasti Lo ngebucinin Barra ya kan" Tanya Rania

"Itu Lo pintar jadi gue besok-besok aja ya" ucap Sandra pergi meninggalkan sahabatnya.

"Lo gimana Let mau langsung pulang atau gimana!" tanya Rania

"Pulang deh, gue juga mau beres-beres kan gue baru pindah kontrakan dekat sini"

"Mau gue bantuin Let" Sahut Rossa

"Nggak perlu gue bisa kok sendiri"

"Ya udah kalau gitu kita ke depan sama yuk" ucap Rosa

Tiga gadis cantik itu melangkahkan kaki menuju halaman luar sekolah tapi saat di parkiran mereka berpisah karena Rania dan Rosa mereka membawa kendaraan pribadinya. Sementara Arlleta tetap berjalan keluar gerbang sekolah menuju halte.

Gadis itu menunggu angkutan umum untuk pulang ke rumah kontrakan yang memang ia sudah sewa selama ia sekolah di Dirgantara High school.

Disisi Barra saat ia tengah main basket ia melihat gadisnya lewat begitu saja tanpa melihat ke arahnya tentu hal itu membuat Barra penasaran secara ia adalah most wanted di sekolah ini semua gadis tergila-gila dengan dia tapi tidak dengan gadis incarannya.

"Barr gue sudah tahu latar belakangnya" ucap Gabriel

"Gue juga sudah mengetahui itu"

"Lah kalau Lo udah tahu kenapa suruh gue cari tahu tentang gadis itu"

"Kenapa Lo keberatan"

"Nggak sih boss, cuma apa sih istimewa gadis itu buat Lo bos"

"Lo nggak akan pernah tahu, dia milik gue dan harus menjadi milik gue"

"Lo nggak mau dekatin dia buat pedekate boss"

"Dia sendiri yang akan cari gue nanti" Barra menyeringai menatap kepergian gadisnya keluar gerbang sekolah.

...****************...

...****************...

...****************...

Barra 02

\=\=\=\=\=\=\=\= • Next Story • \=\=\=\=\=\=\=\=

Sesampainya Arlleta di kontrakannya ia mulai menyusun semua barang-barang hingga tertata rapi dan bersih.

Ia baru saja mengingat kalung pemberian neneknya yang selalu ia pakai tapi malam kemarin ia lepas karena takut kalung itu hilang.

"Dimana sih perasaan kemarin aku masukkan di dalam ransel ini apa jangan-jangan"

Sekelebat ucapan Barra berputar dalam ingatannya. 'Kalau Lo kehilangan sesuatu lo bisa cari gue'.

"Oh Astaga jangan sampai benar kalung peninggalan nenek ada di tangan pria gila itu" gumamnya.

Karena sudah mencari keberadaan kalung di tas ransel dan tidak menemukan kalung itu Arlleta berencana untuk pergi ke tempat dimana ia pertama kali bertemu dengan Barra tujuannya untuk mencari kalung peninggalan sang nenek yang sangat berharga untuknya.

Setibanya disana Arlleta menyelusuri jalanan yang sama saat ia hampir di tabrak Barra tapi setelah ia cari-cari ia tidak menemukan apa-apa disana.

 Sreeet....Sreeet...

Arlleta mendengar suara yang tidak jauh dari tempatnya berada, ia mencari sumber suara dan berdiri di balik pohon betapa terkejutnya Arlleta melihat seseorang sedang melakukan penganiayaan terhadap seekor kelinci.

Ya kelinci itu di bunuh dengan pisau dengan tatapan dingin Arlleta melihat orang itu dengan tatapan yang sulit di jelaskan.

"Keluarlah cantik ayo main bersama"

"Elo lagi" ucap Arlleta setelah melihat siapa pelaku pembunuh kelinci itu.

"Kenapa kaget begitu, bagaimana jika kita bermain saja akan lebih menyenangkan bukan"

"Elo udah gila ya, itu kelinci Lo bunuh dimana letak hati Lo dasar manusia tanpa hati" Arlleta menatap Barra yang hanya tersenyum padanya.

"Ayolah cantik ini sangat menyenangkan"

"Sakit Lo ya, gue kesini cuma mau minta kalung gue yang Lo ambil"

"Lo nuduh gue nyuri kalung Lo" Ucap Barra menatap kesal Arlleta.

"Gue nggak nuduh Lo tapi Lo sendiri kan yang bilang kalau gue kehilangan sesuatu gue harus cari Lo artinya Lo tahu kalau gue kehilangan kalung gue"

"Tapi gue nggak nyuri bodoh, Lo sendiri yang jatuhin itu kalung dan gue cuma menyimpan kalung berharga Lo itu"

"Nah akhirnya Lo ngaku mana kalungnya kembaliin"

"Untungnya buat gue apa kalau gue kembaliin itu kalung"

"Gue janji nggak akan berurusan dengan Lo lagi dan anggap kita nggak saling kenal"

"Kalau gitu gak akan gue balikin sampai kapan pun" Ucap Barra pergi setelah membuang bangkai kelinci dan pisau yang masih bersimbah darah di tangannya.

"Eh Lo mau kemana" teriak Arlleta.

\=\=\=\=\=\=\=\= • Keesokan harinya • \=\=\=\=\=\=\=\=

Arlleta sudah sampai ke sekolah lebih awal dari biasanya tujuannya untuk bertemu dengan Barra dan untuk meminta secara baik-baik Kalungnya yang berada di tangan Barra.

"Let lo ngapain berdiri di gerbang sekolah ayo masuk udah mau bel" ucap Rosa

"Kalian duluan aja ke kelas gue lagi nungguin seseorang"

"Lo nungguin siapa sih" Ucap Sandra

"Gue lagi nungguin pria gila yang ambil kalung gue"

"Iya siapa orangnya" ucap Rosa

"Barra"

"What" teriak Sandra, Rosa dan Rania

"Lo nggak usah cari penyakit deh Let" ucap Rania

"Lo mending jauh-jauh deh dari Barra nggak usah ngarep juga buat dekat sama dia" ucap Sandra

"Yang mau dekat dengan dia siapa, ogah ya gue dekat sama pria gila nggak punya hati gitu" ucap Arlleta.

"Lo bilang gue apa" Suara Barito itu tiba-tiba datang entah dari mana muncul di belakang Arlleta.

"Eh Barra, bar nggak usah di dengarin omongan dia" ucap Sandra menatap Barra namun yang di tatap cuek aja.

"Kalau Lo mau kalung Lo balik Lo temuin gue di rooftop nanti pulang sekolah" ucap Barra berlalu pergi meninggalkan keempat gadis di hadapannya.

Sandra secara diam-diam mengepalkan tangannya, ia tidak terima jika Barra akan bertemu dengan Arlleta nanti di rooftop. Apalagi saat Sandra menyadari tatapan Barra pada Arlleta tidak sama seperti Barra menatap dirinya ataupun gadis lain di sekolah ini.

Sesampainya di kelas Sandra langsung bicara pada Arlleta untuk tidak menemui Barra.

"Let sebaiknya lo lupain kalung pasaran lo itu deh, lo bisa beli yang baru atau mau gue yang beliin kalung yang lebih mahal dari punya lo asal lo menjauh dari Barra" ucap Sandra

"Ini bukan masalah murah atau mahalnya kalung itu San, gue cuma mau kalung itu kembali nggak ada niatan gue mau dekat sama pria gila itu"

"Apapun itu gue nggak peduli pokoknya lo nggak boleh ketemu sama Barra titik" sahut Sandra.

"San Lo nggak boleh egois gitu dong, ini bukan masalah perasaan San Letta cuma mau apa yang jadi miliknya kembali" ucap Rania.

"Lagian lo bukan siapa-siapa Barra San jadi lo nggak ada hak buat larang siapapun dekat dengan Barra" ucap Rosa

"Kalian berdua sama aja, kalian lebih belain dia dari pada gue" ucap Sandra

"Bukan ngebelain tapi lo yang udah keterlaluan San... gue tahu lo suka sama Barra tapi orangnya nggak ngeliat lo sama sekali dan harusnya lo sadar diri" Ucap Rosa

"Udah-udah kalian nggak perlu berantem, Sandra gue sama sekali nggak ada niatan buat ngedekatin pria gila itu gue cuma mau kalung pemberian nenek gue kembali cuma itu nggak lebih"

"Alah omong kosong lo semua mulai sekarang kalian bukan sahabat gue lagi" ucap Sandra

"Eh Sandra...San lo mau kemana" teriak Arlleta.

"Udah Let, biarin aja dia sendiri dulu mungkin dia butuh waktu untuk nenangin diri" ucap Rania

"Benar kata Rania Let mending kita ke duduk bentar lagi pelajaran di mulai" ucap Rosa

Mereka bertiga mengikuti pelajaran hingga selesai saat akan pulang mata pelajaran di kelas mereka kosong karena gurunya berhalangan hadir oleh karena itu semua murid hanya diberikan tugas di perpustakaan.

Arlleta dan kedua sahabat juga mengikuti teman-teman yang lain untuk menyelesaikan tugas yang di harus di selesaikan dan hanya perpustakaan tempat mereka bisa mencari bahan dari materi pelajaran yang menjadi tugasnya.

"Gue udah kelar nih kalian gimana" ucap Rania

"Gue bentar lagi Lo gimana Let" Sahut Rosa

"Gue duluan ya udah jam pulang juga soalnya nyokap minta di temani ke mall nih" ucap Rania

"Ya udah hati-hati Ran" ucap Arlleta dibalas anggukkan kepala oleh Rania

"Gue ke toilet dulu deh Let, Lo nggak apa-apa gue tinggal di perpustakaan sendirian"

"Gue nggak apa-apa kok lo langsung pulang aja soalnya gue juga mau kelar" ucap Arlleta

"Ya udah gue duluan ya" Rosa pamit dan meninggalkan Arlleta yang masih mencatat tugasnya.

Sepuluh menit kemudian Arlleta sudah selesai dengan tugasnya ia mengemasi barang-barangnya. Arlleta ingat janjinya dengan Barra untuk bertemu di rooftop ia bergegas ingin keluar dari perpustakaan tapi saat ia menutup pintu perpustakaan seseorang memukul kepalanya dari belakang.

Bruuuuk....

Arlleta langsung pingsan tak sadarkan diri dan orang yang memukul Arlleta kali ini sedang menatap gadis malang itu ia juga mengeluarkan pisau lipatnya di balik jaket yang ia kenakan tapi suara langkah kaki seseorang mengurungkan niatnya. Pria berjaket hitam itu pergi meninggalkan Arlleta yang terkapar di depan perpustakaan seorang diri.

...****************...

...****************...

...****************...

Barra 03

\=\=\=\=\=\=\=\= • next story • \=\=\=\=\=\=\=\=

Barra sudah dari setengah jam sebelum bel pulang sekolah berbunyi ia sudah berada di rooftop menunggu gadis incarannya.

"Woi bos ngapain disini, just Info boss Excel minta balapan nanti malam gimana bos" ucap Gabriel

"Menurut Lo gimana!"

"Gue sih terserah bos aja terima atau abaikan" sahut Gabriel

"Terima aja pantang pulang sebelum perang"

"Ya udah bos gue dan yang lain mau ke markas dulu"

"Hmmm"

Barra yang sudah bosan menunggu ketika ia berjalan menuruni tangga dari rooftop ia melihat sosok laki-laki yang memakai pakaian serba hitam dari gerak geriknya mencurigakan.

Barra mengikuti laki-laki itu betapa terkejutnya dia saat laki-laki memukul seseorang dengan balok kayu karena Barra ingin mengetahui siapa yang menjadi korban ia melempar batu ke sembarang arah benar saja laki-laki itu kabur hanya dengan pergerakan lempar batu.

Barra mendekati korban matanya langsung terbelalak kaget dan amarahnya memuncak.

"Sial, siapa yang berani nyentuh gadis gue harus mati" ucap Barra.

Setelahnya ia menelpon seseorang melalui ponselnya sebelum mengendong Arlleta meninggal perpustakaan.

\=\=\=\=\=\=\=\= • Keesokan harinya • \=\=\=\=\=\=\=\=

Di ruangan serba putih dan aroma obat-obatan yang menyengat membangunkan tidur seorang gadis berparas cantik.

"Eeettsss... Sakit sekali" gumamnya ketika baru sadarkan diri.

Ya gadis itu adalah Arlleta yang baru bangun dari pingsannya. Arlleta menajamkan matanya melihat sekeliling ternyata ia berada di salah satu ruang rawat inap di rumah sakit.

Arlleta mencoba mengingat sesuatu yang terjadi padanya sebelum tidak sadarkan diri.

Tak berapa lama seorang perawat masuk ke dalam ruangan rawat Arlleta.

"Nona Arlleta sudah sadar" ucap Perawat itu.

"Iya sus, sus saya mau tanya siapa yang membawa saya kesini sus"

"Temannya nona, dia baik dan terlihat sangat khawatir dengan keadaan nona"

"Siapa sus, apakah sus tahu siapa orangnya"

"Orangnya ganteng non, saya pikir dia kekasihnya nona dia sangat khawatir saat melihat nona tidak sadarkan diri"

"Terimakasih sus" ucap Arlleta.

Saat perawat pergi meninggalkan Arlleta seorang diri di ruang rawatnya Arlleta sempat memikirkan siapa kiranya yang telah menyelamatkan dirinya. Tapi itu tidak berlangsung lama saat pintu ruang inapnya terbuka nan menampilkan sosok sahabatnya yaitu Rosa dan Rania.

"Arlleta syukurlah kamu sudah sadar" ucap Rosa

"Kalian, terimakasih kalian sudah datang menjenguknya ku"

"Ya kami merasa khawatir atas berita yang kami dapatkan" ucap Rosa kembali

"Kalian tahu aku berada di sini dari siapa" ucap Arlleta

"Seseorang menelpon ku dan mengatakan jika kamu di rawat di rumah sakit ini" ucap Rosa kembali

"Misterius sekali orang yang menyelamatkan ku" ucap Arlleta

"Ya sudah jangan di pikirkan lebih baik sekarang kamu cepat pulih" ucap Rania.

Sementara di tempat lain lebih tepatnya di ruangan bawah tanah yang lembab dan kotor penuh dengan aroma yang tidak sedap.

Di salah satu ruangan itu ada seseorang yang di gantung dengan rantai yang mengikat di kedua kaki dan tangannya.

"Lepaskan aku" teriak pria itu.

"Hmmm melepaskan mu, tentu akan aku lepaskan setelah aku selesai bermain denganmu hahaha" ucap Barra

"Siapa kau aku tidak ada masalah denganmu"

"Oh ya, kau sudah menyentuh gadisku jadi kau masih tidak mengingatnya"

"Gadismu... Aku tidak mengenal gadismu"

"Sayang sekali.... Tapi kau telah membuatnya terluka kau memukulnya dengan balok ini bukan" Ucap Barra memegang balok kayu besar di tangannya.

"Maksud mu gadis di perpustakaan itu"

"Ya.. Kau sudah tahu apa akibatnya jika kau mengusik ku" Barra menyeringai

"Aku hanya di suruh bukan aku yang salah lepaskan aku"

"Sudah ku bilang akan ku lepaskan jika aku sudah puas bermain dengan mu"

"Tidak... Tidak lepaskan aku" Teriak pria itu ketika Barra mengayunkan balok kayu itu tepat di wajah pria itu.

"Ini baru permulaan, tenanglah ini sangat menyenangkan" senyum Barra.

Barra mengambil satu palu besar seperti palu milik Thor. Tanpa basa basi Barra mengayunkan palu itu tepat ke tempurung kaki kanan pria itu hingga suara teriakan keras pria itu mengaduh kesakitan.

"Hai tenanglah itu belum sepadan dengan apa yang kau lakukan pada gadisku" seringai Barra sungguh menakutkan.

Sekali lagi tanpa rasa ampun Barra mengayunkan palu besarnya pada kaki kiri pria itu tidak hanya itu Barra adalah manusia tanpa hati ia akan terus menyiksa korbannya tanpa ampun. Ia kembali melihat di atas meja ada beberapa barang kesayangan yang siap berlumuran darah.

Ya Barra mengambil samurai miliknya lalu membuka sarung dari samurai itu tanpa rasa gugup ia mengayunkan samurai itu kepada Pria itu. Samurai itu menyayat bagian depan pria itu dengan sekali tebasan.

Darah mengucur deras dari hasil sayatan samurai yang di ayunkan Barra pada pria itu. Lalu setelahnya Bara menebas tangan kanan dan tangan kiri pria itu hingga tidak ada tangan yang menggantung di rantai. Pria itu tersungkur menahan sakit dengan kaki sebagai tumpangannya walaupun sakit.

"Berani nyentuh milikku maka berani mati juga apakah kau paham" ucap Barra tegas

"Tapi aku hanya di suruh dan di kasih uang sebagai jasa ku"

"Aku tidak peduli akan kisah sedih mu itu saat ini kau harus mati di tangga ku karena telah mengusik kehidupan ku"

"Ampuni aku tuan,, ampuni aku"

Tentu saja Barra tidak perduli akan tangisan dan rengekan itu tanpa basa basi Barra membuang samurainya ke lantai dan kembali ke meja yang tepat berada di hadapannya. Barra mengambil katana miliknya lalu mengayunkan katana itu di bagian perut pria itu tanpa ampun hingga ia mengeluarkan batuk darah di mulutnya.

"Kalian masuklah berikan mayatnya pada Kenzie" ucap Barra.

"Baik tuan muda " ucap anak buah Barra.

Barra mengambil handuk untuk mengelap darah yang menempel pada bagian wajahnya. lalu ia membuang kemeja yang tadi ia kenakan ke tong sampah.

"Siapkan pakaian bersih ku aku akan berenang terlebih dahulu" ucap Barra pada interkom di ruang bawah tanah itu.

Barra pergi meninggalkan ruang bawah tanah itu ia keluar dan pergi ke atas mengunakan lift dan menuju kolam berenang tempat ia biasa berenang di rumah mewahnya itu.

Byurrrr...

Barra melompat ke kolam berenang dan berenang merilekskan tubuh dan ototnya setelah selesai melakukan hal yang paling menyenangkan untuk dirinya.

Sementara para sahabatnya kini hanya merendam kaki mereka di pinggiran kolam sambil melihat ke dalam kolam.

"Gila si bos ternyata sesayang itu dengan gadis bernama Arlleta itu" ucap Bastian

"Lo akan tahu bagaimana gilanya psikopat jika sudah jatuh cinta" ucap Gabriel.

"Lalu gimana dengan balapan nanti malam" tanya Leonardo

"Lo tahu sendiri bos nggak akan kalah apalagi jadi pengecut untuk melawan Excel" ucap Gabriel.

...****************...

...****************...

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!