Raihanum Anggraini, dia lah wanita cantik bergaun putih, yang sekarang tengah terduduk manis di depan penghulu dengan pakaian pengantin nya. Rona kebahagiaan sudah terpancar indah dari wajah nya sejak tadi.
Karena siapa yang menyangka, gadis miskin seperti diri nya bisa menikahi seorang Aksara Wijaya Pemilik Perusahaan tempat ia bekerja. Sungguh.! bagai cerita Upik Abuk yang ada di dongeng dongeng.
"Saya Nikah dan Kawin kan Raihanum binti..." dengan sangat lancar dan fasihnya Aksara mengucapkan ijab qobul nya tanpa hambatan.
"Bagaimana Saksi..??"
"SAHH.."
"Alhamdulillah." semua serentak mengucap syukur atas pernikahan Sakral yang sudah terlaksana ini.
Tak lama, seorang Ibu bersama dua anak perempuan langsung datang menghampiri sepasang pengantin di depan nya.
"Selamat ya ka, atas pernikahan nya, semoga bisa cepat kasih keponakan buat kita." cicit si kembar Akila dan Alika yang langsung memeluk kakak kesayangan nya
"Doakan saja ya dek." dengan penuh kelembutan Raihanum mengelus elus kepala adiknya.
Dan mereka berdua merupakan keluarga Raihanum yang tersisa, setelah kematian sang Ayah beberapa tahun silam. Sedang Ibu nya sendiri entah berada dimana.
Dan selama ini ia tinggal dan di rawat oleh Ibu panti asuhan bernama Yanti.
"Hanum, Aksa, selamat ya sekarang kalian sudah resmi menjadi suami istri. Jadi tanggung jawab Ibu sudah berpindah pada suami mu." tutur Yanti, yang datang mendekat dan meraih kedua tangan sepasang suami istri baru itu.
"Iya bu, terima kasih." jawab Hanum dengan bahagia, sedang Aksara hanya menganggukkan kepala tanpa ekspresi apa pun
Beberapa saat berlalu.
Pernikahan sederhana yang di adakan dalam panti asuhan pun, sudah tampak lengang dan sepi. Kini saat nya Raihanum ikut pulang bersama Aksara dan kedua orang tua nya, mereka sejak tadi hanya diam tak mau berkata apa lagi memberi ucapan selamat.
"Hanum ayo cepat masuk." titah Mirna yang bukan lain adalah wanita yang baru resmi menjadi ibu mertua nya, dia tampak sudah berada di kursi depan sambil mengibaskan kipas di tangan.
"Baik Bu." Hanum pun menurut, dia langsung masuk ke dalam mobil dan ikut terduduk bersama Aksa di belakang.
Tak lama, supir terlihat menyalakan mesin kendaraan dan mulai melajukan nya dengan kecepatan tinggi brumm.. brumm.. Wusshh..!
Selama perjalanan semua terasa hening, tak ada percakapan apa pun yang terlontar dari bibir mereka masing masing. Hingga Hanum memberanikan diri memulai nya.
"Pak Aksa, apa mulai sekarang aku boleh memanggil mu. Mas.?" tanya Hanum dengan sangat hati hati, seraya menoleh kan kepala ke arah suaminya yang sejak tadi hanya sibuk dengan ponsel.
"Terserah!" jawab Aksa dengan cuek nya.
"Lalu, apa aku masih boleh bekerja di kantor Mas Aksa setelah pernikahan ini.?" tutur Hanum lagi, karena bagaimana pun juga ia harus tetap bekerja mencari uang agar bisa menghidupi kedua adiknya yang berada di panti.
Ya walau pun dia tahu, kalau suami nya adalah seorang yang kaya raya. Tapi ia tak ingin memanfaatkan hal itu sama sekali.
"Terserah!" lagi lagi, hanya satu kata itu lah yang terus keluar dari bibir Aksa, tapi memang begitulah seorang Aksara Wijaya. Dan Hanum sudah sangat tahu kalau suami plus bos nya ini, merupakan tipe cowok yang Dingin, Ketus, Jutek dan Galak. Pokonya semua itu sudah jadi paket lengkap dalam diri nya.
"Kalau begitu terima kasih Mas." jawab Hanum, yang menyimpulkan kalau kata Terserah \= Iya
Dan seperti nya, mulai sekarang dia harus membiasakan diri untuk lebih mengerti tentang suami nya.
Dan satu jam perjalanan, sampai lah mereka di perumahan super Elite yang berjejer mewah bak istana nya.
Hanum yang melihatnya saja, sampai tak berkedip dibuat nya karena saking takjub
Brughh! pintu mobil terdengar tertutup, semua penumpang langsung berjalan memasuki bangunan indah milik nya. Tapi tidak dengan Hanum, dia masih diam mematung sambil terus memandang ke sekeliling.
"Ayo masuk, apa mau sampai malam berdiri di sini.!" ketus Aksa yang sudah menoleh, saat melihat istri nya masih tertinggal di belakang.
"Heum, iya baik Mas." Hanum langsung tersadar dan segera menyusul sang suami.
Sampai di dalam, dia semakin di buat tak percaya dengan kemewahan dan fasilitas yang ada. Bahkan beberapa lift ikut menghiasi rumah berlantai tiga itu.
Tring.! lift pun terbuka, Aksa dan Hanum segera masuk ke dalam nya. Sedang Ibu dan Ayah mertua nya sudah pergi ke dalam kamar yang berada di lantai bawah.
"Hanum, Ingat! kamu harus merahasiakan tentang pernikahan kita ini. Karena aku tidak mau para karyawanku mengetahui nya." tutur Aksa dengan nada tegas nya.
"Tapi kenap.." Hanum baru saja ingin protes, tapi Aksa dengan cepat menyela nya.
"Tak ada bantahan.!"
"Baik Mas.." tentu Hanum langsung menunduk dan mematuhi nya, karena melihat wajah super galak itu sudah berubah menjadi sangar.
Tring.! lift sudah berada di lantai tiga, Aksa langsung berjalan mendahului dan tampak masuk ke dalam satu ruangan yang berada di sudut kanan nya
Tapp.! pintu terbuka menggunakan kartu Akses khusus yang ada di tangan Aksa, dan membuat Hanum mengerutkan kening tak percaya.
"Bahkan pintu nya saja, sangat privat sekali seperti itu. Apa semua orang kaya memang seperti ini?" batin nya
Hanum sampai menggeleng geleng kan kepala, karena merasa berbeda jauh sekali dengan kehidupan dirinya di panti. Yang hanya memiliki pintu kayu keropos dan berayap.
"Cepat masuk!" titah Aksa
"Iya.."
Kini terpampang lah kamar super luas, super canggih, super harum, super rapi, super mewah dan segala Zupeerr Pokonya.!
"Woww.." hanya kata itu yang keluar dari bibir Hanum untuk mewakili semua rasa penuh takjub nya.
"Ck, dasar wanita norak!" gumam Aksa, saat melihat istri nya yang tampak terbengong dan melongo didepan nya.
Setelah nya.. Aksa tak mau ambil pusing lagi dengan tingkah istri baru nya, dia lebih memilih berjalan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Tapi baru saja Aksa ingin membuka pakaian, suara bariton sudah memanggil nya kembali.
"Mas, apa aku boleh menaruh pakaian ku di dalam lemari.?" tanya Hanum saat sudah tersadar dari lamunan, dan mulai membuka koper yang ia bawa.
"Terserah.!" jawab Aksa dengan sangat kesal, sebab sejak tadi istri nya itu selalu saja menanyakan hal sepele pada nya.
"Terima kasih Mas."
Kini, tas berisi pakaian sederhana yang hanya ada kemeja, celana jins, dan piyama tidur itu, mulai Hanum rapikan dan menyusun nya tepat di samping deretan jas super mahal milik suami nya.
"Apa aku ini, pantas bersanding dengan Mas Aksa.?" Lirih Hanum, yang merasa insecure karena kehidupan mereka yang bagaikan bumi dan langit.
"Hanum cepat bersihkan diri mu.!" tanpa di sadari, posisi Aksa sudah berada tepat di belakang tubuh Hanum. Bahkan pria itu hanya mengenakan handuk yang masih melilit di pinggang, hingga membuat tubuh kekar nya terekspose.
Deg..
Deg..
Jantung Hanum seketika berdegup kencang, saat dia menoleh dan melihat pemandangan indah yang sudah tersaji di sana.
"Kenapa hanya diam, ayo cepat sana." titah Aksa
"Heum.. I-ya baik Mas." dengan nada terbata, Hanum berjalan menunduk sambil berusaha menetralkan degup jantung nya yang tak karuan.
Tengah Malam
Aksa tampak keluar dari ruang kerja khusus yang ada di samping kamar nya, dia baru saja menyelesaikan pekerjaan kantor yang sudah menjadi rutinitas nya setiap saat. Walau pun ini adalah hari pertama pernikahan nya, tapi hal itu tak berpengaruh padanya.
"Uaahh.. letih sekali rasa nya." Aksa sudah berjalan ke arah kamar sambil menguap dan menggeliatkan tubuhnya yang lelah.
"Aku benar benar harus beristirahat sekarang." tuturnya, yang terasa mengantuk sekali dan ingin segera merebahkan diri.
Perlahan Angga pun membuka pintu, dan Ceklek..
Terlihat lah sang istri yang sedang tertidur pulas di atas ranjang besar nya, hanya mengenakan celana pendek dan tank top nya saja.
"Shitt.!" Aksa mengumpat seketika, saat menatap kemolekan tubuh istri nya yang ternyata mempesona dan seksi tak terduga. Selama ini, di kantor, wanita itu terbiasa menggunakan pakaian panjang, longgar, dan kurang menonjolkan bentuk tubuhnya.
Namun kini, kulit mulus seputih susu sang istri terpampang indah di depan mata. Dan membuat jantungnya berdebar kencang.
"Argh, sial!" gumam Aksa, panik dan gugup menyadari bagian bawahnya mendadak bereaksi dan terbangun. Rasa kantuk dan lelah yang sempat menyelimuti tubuhnya tadi, tiba-tiba lenyap, digantikan oleh gairah yang membuncah dan semakin memicu perasaan tak menentu dalam diri nya. Dia berusaha mengontrol diri, namun ketertarikan pada tubuh sang istri begitu sulit untuk diredam.
Dan membuat otaknya tak sejalan, karena dia malah berjalan mendekat ke atas ranjang dan tanpa aba aba lagi menyentuh dan mengusap usap wajah sang istri hingga ke bagian dada. Sett.. sett..
"Hemm.. Hem.." bibir nya mulai merengkuh, karena merasakan sentuhan dan belaian hangat yang membuat diri nya berdesir
"Ehm, Mas..??" mata Hanum pun perlahan mengerjap dan saat semua terbuka, tampaklah Aksa yang tengah sibuk membelai bagian sintal milik nya.
"Cepat bangun dan layani aku!" dengan nada ketus dan wajah sayu berkabut gairah, Aksara langsung to the point meminta jatahnya. Sejenak, pikiran Hanum menjadi kalut. Karena perasaan ragu dan takut seketika menguasai diri.
Tapi ini adalah malam pertama mereka dan jelas saja Hanum tidak ingin mengecewakan suami nya.
"Baik Mas, tapi aku ingin ke kamar mandi dahulu." jawab Hanum penuh kelembutan, ia pun ingin beranjak bangun untuk sekadar mencuci wajah.
Namun hal itu tak diizinkan oleh Aksa, bahkan dia langsung mencekal tangan Hanum lalu membanting nya dengan keras. Brughh.!
"Auw!" ringis Hanum, saat tubuh lemahnya terhempas jatuh tepat di atas kasur super king nya.
"Apa kamu menolak ku, Hanum?"
"Tidak Mas, ak..."
"Shh, sudah jangan bicara lagi!" Aksa pun sergap mengecup dan menggigit bibir Hanum dengan rakus nya.
"Hmmpp, tolong pelan-pelan Mas. Sakit..." Hanum tersentak kaget.
Dia memikirkan, apa seperti ini keinginan seorang suami pada umumnya, ataukah hanya Aksa yang melakukan ini.
"Aku menginginkanmu sekarang juga! Jadi jangan pernah beralasan apa pun." Aksa menyentak, marah dan merasa ditolak Hanum.
Di tengah ketakutannya, Hanum berusaha menenangkan diri dan berharap malam ini akan berakhir dengan indah dan baik.
"Baik, Mas, silahkan." dalam ketidakberdayaannya, Hanum memasrahkan diri agar tak semakin membuat suami-nya itu marah dan murka.
"Kalau begitu, cepat buka pakaianmu! Bukankah Ibu ku sudah membayar mu sangat mahal untuk melakukan ini?" lantang Aksa yang menitahkan dengan tatapan sangat tajam.
"Apa maksud mu Mas.?" wajah Hanum kini tampak kebingungan dan tak mengerti, kenapa tiba tiba sang suami mengatakan hal seperti itu pada nya.
"Ciihh, apa kamu masih belum paham Juga! atau hanya berpura pura tidak paham.?" Aksa semakin mendekati Hanum dan tanpa basa basi lagi mencengkram pipi mulus nya.
"Aduh, sakit mas.. aku berkata jujur, aku tidak mengerti dengan maksud perkataan mu" rintih Hanum yang berusaha melepas cengkraman Aksa dari wajah nya.
"Dasar wanita murahan.!"
"Cukup Mas, kenapa kamu jadi berubah kasar seperti ini. Apa sebenar nya salahku?" Hanum benar benar merasa keheranan dengan semua penuturan menyakitkan suami nya.
Karena setahu nya, ia di nikahkan secara baik baik tanpa paksaan apa pun. Bahkan menjalani proses lamaran sebagaimana mesti nya.
"Kalau begitu, Silahkan lihat ini baik baik.!" Aksa langsung memandang remeh wanita di depan nya, lalu memberikan sebuah bukti yang ada di dalam ponsel nya.
Deg..
Deg..
"Apa maksud nya ini mas.?" di sana sangat jelas sekali tertera, bukti transferan dari sang mertua sebesar tiga ratus juta ke no. rekening milik Ibu panti asuhan.
"Hanum, Hanum, kamu masih berani bertanya.? kamu itu hanyalah Rahim Sewaan Ibu ku.! untuk menggantikan kekasihku yang tak bisa hamil." Lantang Aksa yang mengatakan rahasia tentang Perjanjian diantara Ibu mereka berdua.
"Ti-dak Mas, itu tidak mung-kin, hal itu tidak mungkin ter..jadi.." seketika tubuh Hanum merosot turun ke lantai dengan derai air mata mulai membasahi wajah cantik nya.
"Jadi percuma saja, kamu berakting menjadi baik di depanku Hanum. Karena kamu itu hanya wanita bayaran bagi ku.!"
Kini.. Hancur Lebur Lah sudah Hati Hanum, saat mengetahui Kenyataan Pahit tepat di malam pengantin nya.
"Jadi mulai sekarang, jangan pernah membantah keinginanku! Tugas utama mu itu hanyalah melayaniku kapan pun aku meminta nya, Jangan bantahan apa pun! Dan satu lagi, kamu harus secepatnya hamil, mengerti!" tegas Aksa, dan saat ini Hanum pun tak bisa berkata apa-apa lagi.
Dia hanya bisa menahan rasa terkejut dan banyak pertanyaan di benak nya.
Namun sebelum sempat meresapi kebenaran yang baru saja dihadapinya, Aksa sudah menarik tubuh moleknya ke atas ranjang dan mengukungnya di bawah.
"Hmmp, Ehmph.." Aksa sudah kembali menyambar bibir ranum Hanum, dan menjadikan gadis itu semakin tak berdaya dalam rangkulannya.
Tangis sedu pun tak bisa keluar, dia masih berusaha memahami yang terjadi. Tapi tak lama, suara sobekan sudah terdengar keras saat Aksa merobek-robek paksa pakaian Hanum. Sret.. Sret..
"Argh Mas!" Hanum yang kaget langsung menutupi tubuhnya, tapi Aksa cepat menepis tangan itu dan mulai melancarkan aksi liar.
"Ampun, jangan Mas.." lirih Hanum seraya mencoba menolak, tapi Aksa malah tampak semakin ganas.
"Sudah ku bilang, jangan pernah menolak Hanum! Atau kamu akan tahu akibatnya!" Aksa mengancam, memperkokoh cengkeraman pada sang istri yang semakin tak bisa berbuat apa-apa.
Dan dengan menggebu - gebu nya, Aksa langsung menghantam kan kebanggaan milik nya. Hingga sedetik kemudian.
"Arghh.!!" teriakan pun sudah menggema dari bibir Hanum, seraya di barengi buliran air matanya.
Dan itu lah malam pertama yang Menyakitkan Lahir dan Batin bagi Hanum, dan entah bagaimana dengan nasib Pernikahan nya nanti.
Dia pun tak tahu..
Pagi Hari
Hanum sudah terbangun dari tidur nya, tapi dia masih enggan beranjak dari ranjang mewah nya. Karena merasakan nyeri dan perih yang luar biasa pada bagian tubuh bawahnya yang semalaman di jamah oleh sang suami tanpa henti.
"Sshh, aduh.. sakit sekali." Hanum sudah merintih sambil memegangi bagian intimnya, lalu berusaha untuk bangkit menuju toilet.
"Bagaimana ini, sudah jam tujuh. Aku harus berangkat bekerja." dia pun berjalan tertatih tatih sambil menatap sekeliling, yang ternyata suami nya sudah tak berada di kamar nya lagi.
"Pasti Mas Aksa sudah berangkat ke kantor lebih dulu." gumam Hanum, yang sudah hafal sekali. Kalau Bos nya itu akan selalu datang lebih awal dari pada para karyawan nya.
Tak lama, terdengar suara ketukan dari depan pintu kamar nya, Tokk.. Tokk..
"Non Hanum, Non." panggil salah satu pelayan di rumah ini, karena kemarin dia memang sempat mengenalkan diri pada seluruh penghuni rumah.
"Iya bi, silahkan masuk." Hanum tampak kembali terduduk, karena rasa sakit yang semakin menjalar pada tubuh nya.
Ceklek..
Terlihatlah wanita paruh baya yang tengah membawa makan, minum, dan paper bag di tangan. Lalu berjalan mendekat ke arah majikan baru nya.
"Non, ini sarapan nya." dengan sangat ramah Bi Inah sudah menyodorkan nampan yang ia bawa ke tangan wanita cantik di depan nya.
"Makasi ya Bi, maaf Hanum jadi merepotkan." tanpa basa basi lagi, Hanum langsung melahap makanan yang ada. Karena memang perut nya sudah sangat kelaparan sekali.
Ya bagaimana tidak, semalaman Aksa mengurung nya di dalam kamar tanpa memberi jeda dan waktu beristirahat. Bahkan untuk sekedar melepas dahaga sekali pun pria itu tak mengijinkan nya.
"Hati hati non, nanti tersedak." melihat wanita lugu dan polos ini sangat lahap sekali, membuat iba bi Inah. Terlebih lagi saat melihat banyak nya noda darah yang berceceran di kain seprei milik sang majikan, hati kecil nya semakin bertambah meringis saja.
"Baik Bi, tapi makanan ini memang sangat lezat sekali." wajar saja Hanum merasa seperti itu, dia memang jarang sekali bisa menikmati makanan enak. Karena hampir setiap hari hanya mie instan yang setia mengisi perut kecil nya.
"Kalau begitu, Non Hanum habiskan makan nya ya, dan ini ada titipin untuk dari tuan Aksa." Bi Inah segera memberikan paper bag yang sejak tadi ada di tangan nya, yang ternyata berisi beberapa obat pereda nyeri.
"Terima kasih banyak Bi."
"Iya Non, kalau begitu bibi kembali ke dapur dulu." Hanum hanya mengangguk setuju, sedang Bi Inah sudah beranjak dan berjalan keluar dari kamar nya.
Dalam waktu sekejap makanan itu pun tandas tak bersisa "Alhamdulillah.."
Selesai dengan aktifitas nya, Hanum sudah meletakan piring nya di atas nakas dan mencoba bangun kembali untuk membersihkan diri.
Dengan sangat perlahan Hanum melangkah kan kaki ke arah kamar mandi. Dan sebenar nya hari ini dia berniat pergi ke panti asuhan untuk meminta penjelasan pada ibu asuh nya tentang perjanjian yang di tuduhkan Aksa.
Tapi dengan keadaan diri nya yang seperti ini, tentu dia harus menunda nya terlebih dulu.
Saat ini pun, dia masih bimbang harus mengambil keputusan apa? Haruskah mengakhiri atau justru melanjutkan nya.
Setelah berkutat dan merapikan diri.
Akhir nya Hanum pergi ke Kantor menggunakan Taksi Online, karena motor tua yang biasa ia pakai untuk bekerja. Belum sempat ia bawa dari Panti Asuhan.
"Ini pak ongkos nya." Hanum tampak turun dari mobil sambil memberikan beberapa lembar uang puluhan ribu pada sang supir.
"Terima kasih neng." setelah nya mobil itu pun melaju pergi, sedang Hanum mulai berjalan ke arah pintu masuk nya.
Dan untunglah tadi dia sempat meminum obat pereda nyeri, jadi setidak nya saat ini dia bisa beraktivitas seperti biasa.
"Pagi Hanum." sapa salah satu karyawan lain, saat dia sudah berada di dalam Gedung Besar yang Menjulang tinggi nya.
"Pagi juga." jawab nya
Tak aneh lagi, wanita bersahaja ini banyak di kenal. Karena memang di sinilah tempat Hanum bekerja selama tiga tahun terakhir menjadi staff bagian Pemasaran. Kira kira sejak kelulusan kuliah nya.
"Pagi Cantik." sapa pria tampan berkaca mata dengan wajah oriental dan mata sipit nya. Saat melihat Hanum berada di lift yang sama.
"Pagi juga Rey." jawab nya dengan wajah tersenyum ramah, dan hubungan mereka ini memang sangat dekat sekali.
Tak lama lift terbuka, dua muda mudi itu pun keluar bersama dan melangkah menuju ke arah ruangan di depan nya. Tapi di pertengahan jalan, mata Hanum sudah bisa menangkap sosok Sang Bos bersama assisten nya sedang berjalan mendekat. Deg, Deg..
"Tenang Hanum, tenangkan dirimu, jangan sampai yang lain curiga." batin Hanum dengan tubuh sedikit gemetar nya
"Oya Hanum, kemarin kamu tidak masuk. Apa kamu sakit? wajahmu juga terlihat pucat sekali.?" tanya Reyhan, saat memperhatikan secara seksama wajah Hanum yang biasa nya tampak segar dan cantik, kini sangat Letih, Lesu, dan Lunglai sekali. Bahkan jalan pun sedikit terpincang.
"Hem.. A-ku, aku baik baik saja qo Rey, kemarin hanya ada sedikit urusan." kilah Hanum yang mencoba menutupi kebenaran, karena Aksa sendirilah yang meminta dia untuk merahasiakan tentang Pernikahan mereka.
"Syukurlah, kalau kamu baik baik saja." Rey sangat lega mendengar nya, karena memang dia satu satu nya pria yang sangat perhatian dan peduli sekali pada Hanum.
"Oya Hanum, bisakah nanti kita makan siang bersama.?" ujar Rey yang sedikit ragu ragu, padahal setiap hari mereka sudah sering menghabiskan waktu bersama. Tapi kali ini, sebenar nya dia sudah menyiapkan kejutan spesial untuk rekan dan sahabat nya ini tanpa di ketahui.
"Iya baik Rey." baru saja Hanum selesai mengatakan itu, tanpa sengaja kaki nya malah tersandung kursi yang ada di depan nya. Bugh!
"Argh!" teriak Hanum saat tubuh nya ingin jatuh ke lantai, tapi dengan sigap Rey menolong nya dengan cepat. Hap!
"Hati hati Hanum!" cemas Rey saat berhasil menangkap tubuh ramping itu tepat ke dalam pelukan nya.
Dan naas, di saat keadaan seperti itulah. Justru Aksa sudah berada tepat di samping Hanum dan melihat dengan jelas adegan dramatis nya.
"Argh tidak, maaf, maafkan aku." dengan cepat Hanum mendorong tubuh Rey agar menjauh, dan segera menundukkan pandangan.
Tapi sekilas dia masih sempat melihat sorot menyeramkan dari mata Aksa yang mengarah pada nya, dan sudah dipastikan pria itu sedang berpikir buruk tentangnya.
"Hanum, cepat ke ruangan saya sekarang!"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!