NovelToon NovelToon

Melawan Kematian

Bab 1 Zin'er

Dengan langkah tegap dan gagah, seorang pemuda berusia dua puluh tahun memasuki aula besar yang gemerlap. Mengenakan jubah merah yang elegan, jubahnya dihiasi dengan ukiran emas murni yang memancarkan keistimewaan. Di antara orang-orang yang berkumpul, pemuda itu berjalan dengan penuh keyakinan, membiarkan mereka membentuk barisan dan memberi jalan baginya.

"Kau sungguh hebat, Zin'er," ucap salah seorang dari mereka, suara penuh kebanggaan terdengar jelas. Pemuda itu adalah Riu Zin, seorang tuan muda dari keluarga besar yang terkenal di kotanya, keluarga Riu.

Sekte Rantai Api, dengan anggotanya yang mengenakan jubah merah dengan strip hitam, menyambut kedatangan Riu Zin dengan penuh kegembiraan. Namun, jubah Riu Zin yang dihiasi dengan ukiran emas menunjukkan bahwa ia bukan hanya seorang murid biasa, melainkan murid inti dari sekte tersebut.

Riu Zin tersenyum ramah kepada setiap orang yang menyambutnya, wajahnya memancarkan ketulusan dan kehangatan. Ia melangkah maju menuju tangga yang terdiri dari tiga tingkatan, di mana tiga orang berdiri dengan jubah yang hampir setengah tertutupi oleh emas murni. Mereka adalah para Tetua Inti sekte, pemimpin yang dihormati oleh seluruh anggota.

" Murid memberikan penghormatan kepada para Tetua," ucapnya dengan suara yang tegas namun penuh sopan. Ia melihat sekeliling, mengamati anggota murid sekte yang hadir, lalu melanjutkan, "Kemenangan ini adalah kebanggaan bagi kita semua!" Sorakan meriah pun memenuhi aula besar tersebut, menggema dari sudut ke sudut.

Riu Zin baru saja kembali ke kotanya,kota Bara Raya, setelah meraih kemenangan dalam turnamen tingkat Kekaisaran atas nama Sekte Rantai Api dan nama baik kotanya. Suasana kebahagiaan dan kebanggaan terasa begitu kuat, menciptakan momen yang tak terlupakan.

Keheningan turun ketika salah satu Tetua Inti, Lung Fili , berdiri di tengah dengan wajah tegas namun penuh kebanggaan. Suaranya mengisi ruangan saat ia mulai berbicara, "Kebanggaan bagi kita semua. Selama dua generasi sebelumnya, kita hanya mampu meraih posisi tiga besar." Kata-katanya menunjukkan ketegasan namun juga kebanggaan yang mendalam. Setelah menantikan selama 40 tahun, akhirnya Turnamen Tingkat Kekaisaran memberikan kemenangan yang dinanti-nantikan bagi Sekte Rantai Api.

Semua anggota yang sebelumnya bersorak kini terdiam, terpaku pada kata-kata Lung Fili. Suasana aula dipenuhi dengan antusiasme yang terhela, menciptakan momen yang sarat makna. Riu Zin, dengan penuh rasa hormat, menyatakan, "Berkat didikan dan kepercayaan kalian padaku, aku tidak akan pernah mencapai apa pun tanpa kalian."

Tetua Inti Lung Fili melangkah maju, mengumumkan dengan bangga, "Setelah ini, Kekaisaran akan memanggil Zin'er untuk menjadi murid inti di sana." Ungkapan bangga dan penghargaan dari Lung Fili menandai prestasi gemilang yang diraih oleh Riu Zin.

Suasana aula terasa sarat makna dan keheningan yang menggugah hati, di mana setiap kata yang diucapkan memiliki bobot yang mendalam.

Dengan mata yang terbuka lebar, Riu Zin terbangun dari tidurnya dengan tiba-tiba, seakan-akan terkejut oleh sesuatu yang tak terlihat. Mimpi yang membangunkannya membawa kembali kenangan akan momen epik di aula besar, memicu rasa keterkejutan dan kebingungan dalam dirinya. "Seharusnya aku sudah berada di Kekaisaran sekarang," gumamnya pelan, mencoba mencerna keanehan situasi yang mengelilinginya. Namun, kenyataannya, Riu Zin kini terbangun di tengah hutan yang gelap gulita, di mana pepohonan rimbun dan rerumputan liar tumbuh subur, hanya diterangi oleh bara api yang redup, menciptakan suasana misterius dan menyeramkan di sekelilingnya.

Sudah lima hari berlalu sejak dia kembali ke  kota untuk merayakan kemenangannya, namun sekarang, dia terdampar di tempat yang tak dikenal baginya, jauh dari keramaian dan kegembiraan yang biasa ia rasakan. Riu Zin merasa kebingungan dan keheranan, mencari jawaban atas pertanyaan yang menghantuinya.

"Kemana dia pergi?" gumamnya, suara ragu terdengar dalam keheningan hutan yang menyeramkan. Dari perkataannya, terlihat bahwa Riu Zin tidak sendirian, dan keberadaan seseorang yang misterius menjadi pertanyaan besar baginya.

Dengan langkah mantap, Riu Zin bangkit berdiri, menatap langit malam yang tertutup awan gelap, tanpa satupun bintang yang bersinar, bahkan bulan pun tak terlihat. Suara serak memanggilnya, memecah keheningan malam, meminta Riu Zin untuk melanjutkan perjalanan. "Ayo kita lanjut jalan," seruan itu terdengar, membuat Riu Zin segera menoleh ke arah sumber suara yang juga orang yang semenit lalu dicarinya. "Woi Kamal,kupikir kau pergi," balas Riu Zin dengan senyum miring, meskipun merasa sedikit curiga terhadap keberadaan orang tersebut.

Orang yang tampak seumuran dengannya, seorang pria berjubah hitam, berdiri di antara pepohonan hutan, sebagian tubuhnya masih terselimuti oleh kegelapan hutan yang misterius. Namun, ketika Riu Zin menerangi dengan bola api, seluruh tubuh orang itu terlihat jelas: kulitnya putih pucat, mata merah, rambut panjang, dan ekspresi wajahnya tetap tenang dengan tatapan kosong yang membingungkan.

Riu Zin bergumam dalam hati, mencoba memahami tujuan sebenarnya dari keberadaan orang itu. "Aku mencoba mempercayainya karena dia ingin memenuhi keinginanku," pikirnya sambil memerhatikan dengan seksama, merasa sedikit khawatir akan kemungkinan tertipu. Namun, seketika itu juga, rangkaian kejadian di depannya menghilang dalam sekejap mata, meninggalkan kebingungan dan kecurigaan di dalam hati Riu Zin.

Di tengah hutan yang gelap dan misterius, di mana bayangan dan cahaya bergabung dalam tarian yang tak terduga, Riu Zin harus menghadapi tantangan baru yang membawanya ke dalam petualangan yang penuh misteri dan ketidakpastian.

"Jadi kau tidak mempercayaiku ya?" kata orang itu dengan suara serak, muncul di belakang Riu Zin seolah mengetahui pikiran pemuda itu. "Habisnya sudah seminggu minggu kita tidak mendapatkan hasil, jadi wajar saja jika aku mencurigai mu," jawab Riu Zin dengan jujur, tanpa cela dalam kejujurannya. Matanya menatap mata merah orang itu dengan tegas, tanpa sedikitpun keraguan dalam sikapnya.

" Hahaha"

Di dalam hutan yang gelap dan misterius, suara langkah kaki mereka terdengar samar-samar di antara gemuruh daun kering yang gugur. Orang itu tertawa kecil dengan suara serak yang menggema di antara pepohonan yang menjulang tinggi, sementara wajahnya yang kosong menciptakan aura misterius yang menggoda. Dengan langkah mantap, dia berbalik dan mulai berjalan menjauh, membiarkan bayangan hitamnya terlihat di bawah cahaya redup yang menyinari hutan.

Riu Zin, dengan ekspresi ragu yang terpancar jelas dari wajahnya, memperhatikan setiap gerakan orang itu dengan cermat. Meskipun ada keraguan yang menghantuinya, keingintahuannya yang kuat mendorongnya untuk terus mengikuti sosok misterius itu. Dengan langkah hati-hati, dia mengikuti dari belakang, mencoba memahami motif dan tujuan di balik tindakan orang itu, sambil merasakan getaran misterius yang menyelimuti udara di sekitarnya.

Bab 2 Seorang Misterius !! Iblis

Sehari setelah kemenangannya dalam turnamen tingkat Kekaisaran, matahari pagi yang cerah menyinari langkah-langkah mantap Riu Zin saat ia menjelajahi jalan di sebuah tempat kecil yang sunyi.

Merasa terpanggil oleh suara misterius, Riu Zin dengan tegas memanggil, "Siapa yang memanggilku? Tunjukkan dirimu!" Suaranya bergema di antara pepohonan yang diam, mencerminkan keberanian dan ketegasan yang mengalir dalam dirinya. Dia memperhatikan setiap detail di sekitarnya, mencari tanda-tanda kehadiran yang menyelimuti udara.

"Sepertinya ada yang ingin bermain-main denganku," gumam Riu Zin dengan ekspresi serius, tangan kanannya membuka dan menutup, menciptakan aura merah yang meluas ke dalam hutan, mencari jejak musuh yang mungkin mengintai di balik bayang-bayang pepohonan. Aura merah itu meliputi area seluas tiga ratus meter, memberikan Riu Zin pandangan yang lebih tajam dalam mencari musuh yang tak terlihat.

"Tidak ada," ucap Riu Zin dengan suara pelan namun penuh kewaspadaan, matanya tetap fokus memindai sekitarnya. Aura yang ia pancarkan adalah kekuatan untuk melacak keberadaan musuh yang mungkin mengintai, memastikan bahwa tidak ada yang bisa menyelinap tanpa terdeteksi.

"Setidaknya dia belum jauh. Bukankah aku melihat sesuatu bergerak dari sini?" Riu Zin memutuskan untuk mengejar jejak yang baru saja ia lihat, langkahnya mantap memasuki hutan yang penuh misteri.

Dengan ekspresi serius yang terukir di wajahnya, Riu Zin melirik ke kanan dan kiri, menunjukkan kewaspadaan dan ketajaman pikirannya. Tanpa aba-aba, ia dengan cepat mengeluarkan pedangnya.

"Sing"

Gerakan cepatnya menghalau serangan tiba-tiba dari sosok yang tak dikenal. "Boleh juga dari seorang juara," puji orang yang menyerangnya dengan senyum licik, menyiratkan pertarungan yang menegangkan yang akan segera terjadi.

Mereka saling bertatapan sejenak sebelum dengan sigap melompat mundur, menyiapkan diri untuk pertarungan yang akan menjadi ujian nyali dan keberanian mereka.

Dengan matanya yang merah dan kulit putih pucat, orang itu menciptakan aura yang tajam dan menusuk, membuat Riu Zin berspekulasi apakah dia berhadapan dengan iblis yang menyamar.

Meskipun Riu Zin mengambil posisi berdiri seratus meter dari orang itu, aura tajamnya tetap menggetarkan udara di sekitarnya, membuat langkah Riu Zin terasa kaku dan berat, terhambat oleh ketakutan yang merayap dalam dirinya,jika menatap mata orang itu.

Jika benar orang yang dihadapinya adalah iblis, sesuai dengan pemikirannya, ini merupakan pertama kalinya dalam hidup Riu Zin ia bertemu langsung dengan sosok iblis. Meskipun ia adalah seorang anak yang tangguh dan tidak pernah gentar ketika ingin bertarung, kali ini kehadiran iblis membawa rasa kepanikan yang mengguncangnya hingga ke inti.

Untuk mengatasi rasa takutnya, Riu Zin memaksa dirinya untuk bersuara tegas, "Iblis sialan, mati kau!" Dengan langkah mantap, ia memutar tubuhnya dan membabat pedangnya ke arah orang yang tiba-tiba muncul di belakangnya, menciptakan gerakan pedang yang cepat dan mematikan, membelah udara dengan kekuatan membara. Aura ganas yang dipancarkannya meluas tiga ratus lima puluh meter di sekelilingnya.

Namun, pria misterius itu seolah menertawakan usaha Riu Zin, dengan lincahnya menghindari serangan pedang yang mematikan.

Riu Zin terkejut oleh kecepatan dan ketangkasannya, bahkan kecepatan dari jarak yang sangat dekat hanya berkisar sepuluh centi darinya. Bahkan serangan kejut itu jika dilakukan kepada para tetua,sudah pasti bisa membunuh mereka.

Pedang yang dipegang oleh Riu Zin bukanlah senjata yang dikenal sebagai senjata yang sangat kuat atau termasuk dalam kategori pedang legendaris, melainkan hanya sebuah pedang biasa. Namun, dalam tangan Riu Zin, pedang itu menjadi senjata yang menakutkan karena kekuatan yang tersalurkan oleh penggunanya.

Tebasan yang dilakukannya sebelumnya dapat merobohkan belasan lawan bahkan ratusan, tergantung pada penyaluran energi yang dikuasai oleh Riu Zin. Kekuatan yang dimiliki oleh Riu Zin tidak hanya terletak pada senjatanya, tetapi juga pada kemampuan dan kekuatan energi yang dimilikinya, yang mampu mengubah pedang biasa menjadi alat yang mematikan dalam pertempuran.

Kewaspadaan semakin merajalela dalam diri Riu Zin saat tebasan cepatnya dengan mudah dihindari oleh lawan. Berdiri tegak kembali, ia berusaha menjaga ketenangan di tengah kekacauan yang melanda. "Kemana lagi dia?" desisnya, mencari jejak orang yang tiba-tiba menghilang dari pandangannya.

Saat melintasi hutan yang gelap, langkahnya yang mantap membawanya ke tempat di mana gumpalan aura hitam seukuran dua kaki manusia mengambang, menciptakan suasana yang mencekam dan mengancam dengan kekuatan yang tak terbayangkan. Udara terasa tegang, dan aura kegelapan yang menyelimuti area itu menambah ketegangan dan ketidakpastian dalam pertarungan yang akan segera terjadi.

"Boom" 

Dengan suara gemuruh,Aura api tebasan pedangnya memotong dengan kekuatan luar biasa saat menyentuh tanah, menghancurkan area tanah seluas lima ratus meter dan kedalaman lima puluh meter ke bawah.

Sekitaran pohon-pohon sekitarnya hancur, tersisa hanya abu yang dihembuskan oleh angin, sementara api yang masih menyala membakar sisa-sisa kekuatan mistis yang terpancar dari Riu Zin.

Namun, meskipun kekuatannya menakjubkan, Riu Zin masih tercengang oleh dampak ledakan yang diciptakannya. Melihat gumpalan hitam yang menyebar luas, ia merenungkan kekuatan yang baru saja ia gunakan.

"Apakah sebenarnya kekuatan ini?" gumamnya, sementara dia menyaksikan kehancuran yang dia ciptakan, menyadari bahwa segala usahanya tampak sia - sia hanya untuk memancing iblis misterius yang semakin menggoda dengan misterinya yang tak terpecahkan.

"Wush" 

Angin kencang berhembus, diikuti oleh gumpalan aura hitam kecil seukuran kepalan tangan seorang anak kecil, meluncur dengan kecepatan kilat melewati Riu Zin tanpa terduga.

Orang misterius itu dengan gesitnya sudah berada di belakangnya, membuat Riu Zin jatuh berlutut, merasakan rasa sakit yang menusuk perutnya seolah dihantam oleh kekuatan yang tak terbayangkan. Darah merah mengalir dari mulutnya, menandakan seriusnya serangan yang ia terima.

Sebagai Pemuda terbaik di seluruh wilayah kekaisaran, Riu Zin memiliki bakat yang luar biasa. Tingkat Kultivasinya telah berada pada Ranah Penyempurnaan dan berada di Tingkat Puncak diri, tingkat keempat dari lima tahapan yang ada di Ranah Penyempurnaan.

Meskipun seharusnya membutuhkan enam puluh tahun untuk mencapai tingkat Puncak diri, Riu Zin yang baru berusia dua puluh tahun seharusnya paling cepat berada di tingkat pertama pada tahapan itu.

Memiliki Fondasi tubuh yang kuat.Kekuatan dan daya tahannya luar biasa, mampu menahan pukulan yang bahkan setara dengan hantaman belasan gunung. Namun, saat ini, Riu Zin terkapar, tidak mampu menahan serangan yang terlihat begitu kecil namun begitu mematikan.

Riu Zin merasakan tekanan luar biasa pada titik aliran energinya, seolah kepanasan yang tak tertahankan merayap di seluruh tubuhnya. Meskipun biasanya mampu mengendalikan api dengan sempurna, kali ini aura api yang membakar tubuhnya terasa berbeda, terganggu oleh kehadiran aura hitam yang mengancam.

Duduk di hadapan Riu Zin, orang misterius tersenyum sinis di balik jubah hitamnya, menatap dengan tatapan mengejek yang membuat bulu kuduk Riu Zin merinding.

Dalam keheningan yang mencekam, aura hitam yang membelenggu aliran energi Riu Zin mencoba memadamkan kekuatan dalam dirinya. Namun, dengan tekad yang kuat, Riu Zin mampu memusatkan energi apinya untuk melawan dan memusnahkan aura hitam yang merambat di tubuhnya.

Meskipun tersiksa oleh rasa sakit, Riu Zin bangkit dengan penuh ketegasan, melesatkan pedangnya ke arah orang misterius yang duduk tenang di hadapannya.

"Ku Bunuh Kau!" desisnya penuh kemarahan, matanya memancarkan keberanian yang tak tergoyahkan meskipun hatinya dipenuhi rasa takut sebelumnya. Namun, kali ini tebasan nya bergerak lambat, mungkin karena tenaganya yang juga terkuras akibat tekanan aura hitam sebelumnya.

Tebasan Riu Zin yang terkesan lambat,sudah pasti dengan gampang orang misterius itu mengelaknya"Manusia itu lemah," suara serak orang misterius bergema, sementara ia melompat keluar dari lubang ledakan besar yang menciptakan kekacauan di sekitar mereka.

Riu Zin tanpa ragu mengejarnya, memasuki pertarungan yang semakin memanas di antara keduanya. Dalam kegelapan yang menyelimuti, pertarungan antara kekuatan dan keberanian semakin intens, menguji tekad dan ketangguhan Riu Zin dalam menghadapi musuh yang misterius dan kuat.

"Mendengar orang itu menyebut kata 'Manusia itu lemah' sudah pasti berarti dia bukan Manusia," pikir Riu Zin dengan tegas. "Ternyata benar kau adalah iblis," ucapnya dengan mantap. Aura api yang kuat menyelimuti pedang yang dipegang Riu Zin, siap untuk melancarkan serangan berikutnya. Orang misterius itu tertawa besar, memandang rendah ke arah Riu Zin yang datang.

••••••••••••••••••••••••••••

Catatan : Di Dunia Bumi,Kultivasi terdapat tiga ranah yang meliputi; Ranah Penguasaan Mendasar,Ranah Penyempurnaan, dan Ranah Dominasi Ilahi. Setiap Ranah ini terdiri dari beberapa tingkatan yang harus dilewati para praktisi Kultivasi.

Bab 3 Devil Kamal

Riu Zin berhenti di atas,matanya mencari keberadaan orang misterius yang ternyata adalah Iblis. Dengan sikap tegak dan penuh keberanian,Riu Zin siap menghadapi ancaman yang mungkin datang siap bertarung melawan kegelapan yang mengintai.

Sesekali, tangan kiri Riu Zin yang tidak memegang pedang meraba perutnya yang masih terasa sakit akibat serangan sebelumnya. Untungnya, pusat aliran fokus qi-nya tidak diserang, membuatnya bertanya-tanya apakah iblis itu sengaja membiarkannya? Pemikiran itu mengalir di benak Riu Zin, mencoba memahami motif di balik tindakan iblis tersebut.

"Kemampuanmu yang terbaik di seluruh wilayah di kekaisaran Persatuan Sakti, sepertinya aku menemukan orang yang tepat," ujar iblis dengan suara yang menyeramkan namun terdengar jelas dari jarak yang cukup jauh di antara mereka.

Riu Zin berdiri di atas, hampir mencapai langit, sementara orang misterius berada di bawahnya.Iblis itu melakukan kontak batin, menciptakan hubungan yang gelap dan misterius di antara keduanya.

"Orang yang tepat," gumam Riu Zin dalam hati, matanya serius terkunci pada iblis di bawahnya. Dengan tegas dan penuh keberanian, ia langsung menanyakan dengan suara yang menggema, "Apa maksudmu? Orang yang tepat. Orang yang tepat untukmu mati ya? Hahaha"

Tetapi iblis hanya bergerak cepat tanpa memberikan jawaban, menghilang dari pandangan Riu Zin dengan kecepatan yang menakjubkan, dan tiba-tiba muncul di belakangnya.

Dalam sekejap, iblis menyerang dengan satu pukulan ke arah bahu, menghantam Riu Zin yang lengah, membuatnya terjatuh dengan kecepatan yang sama seperti sambaran petir yang menusuk tanah. Pukulan iblis begitu kuat sehingga terdengar suara patah tulang yang jelas saat Riu Zin terhempas dengan keras, menghantam tanah dengan kekuatan yang mengguncang.

"Bruk."

Bunyi patah tulang itu bergema di udara saat tubuh Riu Zin terjatuh dengan keras, dorongan energi yang kuat membuatnya terdorong dan terhempas ke tanah dengan kekuatan yang tak terbayangkan.

Terus terbawa oleh kekuatan benturan, ia meluncur melalui pepohonan dan bebatuan besar, terjatuh dengan kecepatan yang mengerikan hingga akhirnya terhenti tiga kilometer dari titik awal kejadian, terluka dan terpukul berat oleh serangan iblis yang mematikan.

Melihat ke bawah dengan tatapan kosong ke arah Riu Zin yang terjatuh di antara bongkahan batu yang menutupinya, iblis menatap dengan ekspresi misterius yang penuh teka-teki. Namun, setelah sekejap keheningan, wajahnya berubah kembali menjadi senyum licik yang mengisyaratkan rencana jahatnya. Aura iblis yang kuat mengambang di atas, menyebabkan beberapa burung yang terbang melintasinya dengan jarak puluhan meter langsung terjatuh, terpengaruh oleh tekanan aura yang mematikan.

Bongkahan batu yang menumpuk tinggi mulai bergetar, seakan didorong dari bawah, dan tanpa ampun semua batuan itu hancur menjadi debu. Riu Zin keluar dari bongkahan batu, memandang ke arah iblis yang masih berdiri di atas. Napasnya terengah-engah, badannya terluka, dengan tangan kanannya yang bengkok, menandakan patah tulang juga dengan dua tulang rusuknya. Riu Zin berdiri dengan tubuh yang membungkuk, tidak mampu berdiri tegak karena cedera yang dideritanya. 

"Seperti yang sering dibicarakan para Tetua bahkan paman sering memperingati itu. Ternyata benar Iblis memiliki kekuatan yang sangat berbahaya.Tekanan energi yang begitu kuat sampai aku terpental sejauh ini," ucap Riu Zin dengan suara penuh kecemasan.

Bayangan tentang dirinya melintas di benaknya, mengingat dirinya selama ini hidup, "Zin'er, tidak pernah kalah," "Turnamen ini sangat mudah baginya," "Tidak ada yang bisa menyainginya," terdengar suara pujian bergema di benaknya, mengingat banyak pujian yang pernah dia terima dari orang-orang.

Riu Zin melihat ke atas dengan tatapan kosong, namun terlihat kelengahan dalam raut wajahnya. "Inilah yang aku cari," gumamnya. Kecemasan itu tidak bertahan lama. Wajahnya berubah menjadi senyum, rasa takutnya menghilang, digantikan oleh semangat yang membara. Dengan aura api memancar dari tangan kirinya, dia memegang tangan yang patah.

 Krak!

Suara gesekan tulang terdengar, tangan kanannya yang patah kembali tersambung dengan kedua tulang rusuknya dengan teknik penyembuhannya. Senyum lebar terpancar jelas di wajah Riu Zin saat melihat iblis tanpa rasa takut.

Dengan suara tegas, dia berbicara, "Akhirnya, seumur hidupku, baru kali ini ada lawan yang bisa membuat diriku terbakar. Ini pertama kalinya aku ingin mengamuk besar,kemarahanku tidak bisa terbendung lagi. Bersiaplah, iblis." Suaranya menggema di udara, menandakan bahwa pertarungan baru saja dimulai.

Pancaran aura yang kuat dari Riu Zin meluap dari seluruh tubuhnya, seperti tekanan angin yang dahsyat. Setiap objek di sekitarnya harus terhempas oleh dorongan yang kuat yang keluar dari dirinya. Tanah yang dipijak Riu Zin mulai retak, tidak mampu menahan energi besar yang dilepaskan.

Bahkan batu-batu besar seukuran dua kaki manusia ikut terhempas, ada yang hancur menjadi pecahan kecil. Api yang membara seakan membakar wilayah seluas delapan ratus meter, bahkan awan di langit terasa terhempas oleh kekuatan yang dipancarkan.

Dampak guncangan yang begitu besar seharusnya menjadi perhatian warga kota, mungkin memancing reaksi mereka untuk mendekat dan mencari tahu apa yang sedang terjadi di sana.

Dengan sinis, iblis bahkan tidak tergoyahkan oleh amarah yang dipancarkan oleh Riu Zin. "Manusia memang selalu percaya diri, bahkan di depan kematian sekalipun," ucapnya dengan suara pelan yang meremehkan Riu Zin. Ungkapan itu membuktikan kekuatan misterius iblis tersebut, mengungkapkan betapa kuatnya ia sebenarnya.

Bola api melesat dengan cepat, dalam sekejap waktu, dalam jarak tiga kilo dari Riu Zin. Sebuah gumpalan aura api besar tampaknya hendak menabraknya, suhu mulai terasa panas, namun iblis itu diam di tempat, tanpa upaya untuk menghindar, hanya menunggu bola api itu benar-benar menghantamnya. Kecepatan aura bola api terlihat bergerak lambat di hadapan iblis itu, menciptakan ketegangan yang memuncak.

Deng!

Bunyi tebasan pedang dari tangan Riu Zin menghantam dengan presisi leher iblis. Guncangan yang kuat dari tebasan pedangnya bahkan dorongan energi bisa dirasakan sampai ke bawah, membelah beberapa tanah sepanjang tiga ratus meter di bawah. "Terimalah kematianmu," ucap Riu Zin dengan tegas, keputusannya jelas dan tanpa ragu.

Namun, iblis tetap tak bergerak, tak bergeming, tak membalas serangan. "Pandanganmu terlalu terfokus ke depan," kata Riu Zin sambil menekan pedang yang tertancap di leher iblis.

Meskipun kesulitan untuk membelah leher, gumpalan aura api besar siap membakar iblis itu dari depan. Suasana tegang dan penuh dengan ketegangan hidup dan mati terasa begitu nyata di antara keduanya, menandai awal dari pertarungan yang menentukan nasib keduanya.

 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!