NovelToon NovelToon

Nisa Si Janda Kembang

Bab.1 Awal Mula

Nisa Juliana seorang gadis cantik di desanya. Bahkan bisa dibilang dia adalah kembang desa di desanya tersebut. Pemuda mana yang tak mengenal dirinya. Gadis yang selalu pergi ke sawah membantu ayahnya tersebut pun tak malu melakukan kegiatan sehari-harinya tersebut.

Pagi itu, Nisa pun pergi ke sawah setelah menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Maklum ibu tirinya enggan melakukannya dan selalu malas-malasan di depan ponsel pintarnya bersama anak gadisnya.

"Bu, Nisa pergi ke sawah ya.." ucap Nisa berpamitan.

"Hmm.." jawabnya malas.

"Pergilah kak, tugasmu sudah selesai semua kan?? Kami mau makan dulu." ucap Mariana adiknya.

"Baiklah." jawab Nisa sebal melihat kedua orang tersebut.

Mariana adalah adik tirinya yang usianya terpaut 2 tahun lebih muda darinya. Ibunya meninggal saat melahirkan Nisa dan ayahnya menikah setahun setelah kepergian sang ibu agar Nisa memiliki sosok ibu yang merawatnya. Apalagi ayahnya harus mencari nafkah dan neneknya sudah terlalu renta untuk merawat seorang bayi.

Hingga lahirlah Mariana 2 tahun kemudian, dan anak perempuan kedua itu menjadi tuan putri selama ini. Sementara Nisa menjadi upik abu yang mengerjakan semua pekerjaan rumah termasuk membantu ayahnya bekerja di sawah.

Nisa pun sudah lelah menghadapi ibu tiri dan adiknya yang suka seenaknya. Bahkan setelah lulus SMA pun Nisa dilarang bekerja di kota dengan dalih harus membantu orangtua. Nisa sebagai anak berbakti pun menurutinya dan menjalani aktivitasnya seperti saat ini.

Dirinya menaiki sepeda ontel yang ia kendarai dari rumahnya menuju ke sawah. Dengan membawa beberapa perbekalan untuk ayahnya yang telah lebih dulu berangkat sejak pagi buta.

Kring..kring..

Nisa pun bersepeda santai menikmati udara pedesaan yang sejuk dan damai. Meski hidupnya sulit tapi dirinya masih memiliki kebebasan kecil untuk keluar rumah dan bekerja di sawah, serta memiliki kekasih di kampungnya.

Baginya pergi ke sawah sudah seperti 'healing' tempatnya melepas penat karena pemandangan desa dan udaranya sangat indah dan sejuk. Setibanya di pinggir sawah, Nisa pun menepikan sepedanya dan menaruhnya di pinggir gubuk tempat mereka beristirahat.

"Pak.. Aku datang.." ucap Nisa.

"Oh, iya nak.. Bapak sebentar lagi selesai." jawab Supri ayahnya Nisa.

Tak lama setelahnya Supri pun mencuci tangan dan kakinya lalu menuju ke gubuk tempat Nisa berada. Dirinya pun, tersenyum senang melihat putri sulungnya begitu perhatian padanya bahkan istrinya sendiri pun enggan menengoknya ke sawah untuk sekedar membawakan makanan.

"Sini pak, Nisa masak banyak.." ucap Nisa.

"Wah, masakanmu terlihat enak Nis.." ucap Supri melihat Nisa sudah menyajikan makanan sederhana mereka.

Keduanya pun makan di gubuk tersebut, sederhana tapi sangat nikmat karena mereka selalu bersyukur. Kadang Supri merasa kasihan pada Nisa yang harusnya bisa bekerja dengan layak malah harus seperti pembantu dan pesuruh di rumah. Sampai-sampai Supri harus memintanya membantunya di sawah agar bisa terbebas dari istrinya yang suka bersikap seenaknya itu pada Nisa.

Kadang Nisa hanya disuruh duduk di gubuk menunggu ayahnya bekerja saja, tapi Nisa tak mau berdiam diri dan memilih membantu ayahnya. Padahal Supri hanya tak ingin Nisa kelelahan berada di rumahnya.

"Pasti sesak ya nak di rumah.?" tanya Supri.

"Ah.. Bapak ini ngomong apa sih,? Itu kan rumah kita masa Nisa merasa begitu." ujar Nisa.

"Maaf ya nak, ibumu itu suka seenaknya. Dan hanya menyayangi Mariana." ucap Supri.

"Tak apa pak, kan masih ada bapak." ucap Nisa.

"Ya.. Tapi kamu jangan keseringan turun ke sawah, nanti kulitmu hitam kayak bapak.. Nanti siapa yang mau nikahin kamu kalo kamu jelek." ucap Supri.

"Biarin aja, kalau dia serius pasti Nikahin Nisa." ucap Nisa tersenyum.

"Kabar Anton gimana nak?" tanya Supri (Anton pacar Nisa sejak SMA).

"Dia baik pak, katanya akhir bulan mau pulang karena kuliahnya sedang libur." ucap Nisa.

"Pasti orang tuanya tidak mau ya nikahin anaknya yang belum selesai kuliah.." ucap Supri.

"Pak jodoh sudah ada yang atur.. Bapak tenang aja, lagipula sekarang sudah jaman modern, jangan ngikutin adat kampung yang tamat sekolah terus nikah." ucap Nisa.

"Kadang bapak lupa, jaman sudah berubah..hahaha." ucap Supri.

Padahal jauh di dalam hatinya, Supri ingin menyelamatkan Nisa dari Sinta ibu tirinya. Supri sangat berharap Anton menjadi sukses dan mampu membahagiakan putrinya.

Setelah obrolan panjang itu, mereka pun kembali bekerja dan Nisa tetap turun ke sawah meski sudah dilarang oleh ayahnya. Mereka pun bekerja hingga sore hari.

Di perjalanan pulang, mereka pun mengendarai sepeda ontel masing-masing menyusuri jalan desa. Dan di tengah jalan ada sebuah mobil mewah, yang hampir menutupi jalanan. Hingga mereka harus berhati-hati ketika melewatinya.

Lalu Pak Subur, ketua RT setempat pun menyapa Supri dan Nisa.

"Pak Supri.. Mbak Nisa baru pulang ya.." ucap Subur.

"Iya pak.." jawab Supri tersenyum diikuti Nisa lalu mereka langsung berlalu setelah melambaikan tangan.

Di samping pak Subur, seorang pria tua menatap Nisa intens.

"Siapa gadis itu pak?" tanya pria tua itu.

"Itu anaknya pak Supri tuan, namanya Nisa. Dia adalah kembang desa kami. Sudah cantik, baik, berbakti pula pada orang tua." ucap Subur.

"Sepertinya aku ingin berkenalan dengannya." ucap pria tua itu.

"Tapi dia sudah punya pacar, namanya Mas Anton anak pak kades.." ucap Subur.

"Cuma kenal saja tak masalah kan pak." balas pria tua itu tersenyum licik.

"I-iya sih tuan." ucap Subur mencium bau-bau tak enak dari kakek tua itu.

Dalam hatinya, dirinya tak akan tega jika harus menjadi jembatan dalam perkenalan kakek tua itu. Apalagi usianya sudah sangat sepuh yang harusnya lebih banyak mengingat mati dari pada memikirkan kenikmatan dunia.

"Kalau pak Supri tau bisa gawat.. tapi tuan ini orang kaya yang mampu membeli apapun dengan uangnya.. Habislah aku, maju kena mundur juga kena.." gumam Subur dalam hati.

Keesokan harinya, Supri pun menyuruh Nisa diam di dalam rumah karena siang nanti harus pergi ke rumah neneknya di desa sebelah. Nisa pun tak mengerti dengan perintah ayahnya tapi tetap mengikutinya. Subur pun malam itu langsung mengabari Supri dan membuat Supri emosi. Maka dari itu, Nisa harus di sembunyikan di rumah neneknya.

Siang itupun Nisa pergi ke desa tetangga untuk mengunjungi neneknya. Dan dirinya akan menginap selama beberapa hari.

Rencana Supri pun berhasil dan Subur tak tahu akan rencananya. Sepulang dari sawah, mobil mewah yang kemarin pun parkir di depan rumahnya. Istrinya Sinta pun tersenyum lebar mencium bau-bau uang apalagi pria tua itu terus menanyakan anak gadis mereka.

"Assalamu'alaikum.." ucap Supri.

"Wa'alaikumsalam.. Bapak sudah pulang.. " ucap Sinta tersenyum lebar dan Supri pun mengerti.

"Siapa ini bu yang datang?" tanya Supri basa-basi.

"Dia tuan Doni, pemilik pabrik beras itu pak.. Dia menanyakan Nisa terus.." ucap Sinta.

"Ada apa ya pak??" tanya Supri langsung.

"Jadi bapak, ayah dari Nisa ya? Apa Nisanya ada di rumah?" tanya si kakek tua bernama Doni tersebut.

"Maaf pak, putri kami sedang ke kota mengunjungi saudara yang sakit." ucap Supri.

"Ke kota??" ucap Sinta bingung.

"Iya, aku memintanya ke kota mengunjungi pamanku." ucap Supri dengan sorot mata tajam.

"Jadi begitu ya.. Bolehkah kita bicara empat mata pak..?" tanya Doni.

"Silahkan." ucap Supri lalu mengusir Sinta.

Setelah berbincang panjang, Doni pun menyampaikan maksud baiknya ingin memperistri Nisa. Tapi dengan tegas Supri menolaknya, dirinya juga berkata kalau Nisa tak ingin cepat menikah. Pembicaraan pun berjalan alot karena Supri begitu melindungi Nisa.

Hingga Doni pun menyerah dan pulang dengan sopirnya. Pria yang bahkan harus berjalan dengan tongkatnya itu nampak tak suka dengan keputusan Supri. Di matanya tersimpan dendam dan amarah, meski begitu Supri tidak takut sama sekali.

Setelah Doni pulang, Sinta pun menghampiri suaminya.

"Gimana pak? Kapan Nisa akan menikah dengan tuan Doni.?" tanya Sinta.

"Menikah?? Jangan mimpi, apa maksudmu menikahkan Nisa dengan tua bangka itu?? Berapa uang yang pria itu tawarkan sampai kau sebahagia ini??" tanya Supri kesal.

"Pak, Nisa juga bisa hidup enak, tak perlu lagi ke sawah, tak perlu lagi mengurus rumah. Bahkan Nisa tak perlu lagi bekerja keras seumur hidupnya.. Nisa hanya perlu menjadi istri yang baik dan melahirkan anak, lalu hidup dengan nyaman." ucap Sinta.

"Tutup mulutmu, bagaimana bisa aku menikahkan Nisa dengan pria yang lebih tua dariku? Kalau kau tak suka kau saja yang menikah dengannya." ucap Supri kesal.

"Pak?? Apa bapak sudah gila??" tanya Sinta marah tapi Supri mendiamkannya.

"Gimana bu? Jadi kak Nisa nikah?" tanya Mariana.

"Gak tau tuh bapakmu malah nolak.. Padahal kan kita juga bisa hidup enak, hitung-hitung si Nisa balas budi orang tua.." ucap Sinta.

"Ck.. Kakak memang ga bisa diandalkan.." ucap Mariana kesal.

Mariana sudah memimpikan memiliki mobil dan hidup di kota dengan rumah yang bagus Seketika hayalannya sirna.

"Mariana..!! Apa yang kamu pikirkan?? Sekolah tak mau, ini mau sok-sok menjodohkan kakakmu.. Kenapa tidak kamu saja yang menikahi pria itu..!" ucap Supri.

"Ogah.. Masa aku sama kakek tua.." jawab Mariana.

"Tuh denger anak kesayanganmu saja menolak.." ucap Supri pada Sinta.

Keadaan pun menjadi perang dingin di rumah tersebut, hingga Nisa kembali.

Bab.2 Tragedi dan Kesepakatan

Nisa pun pulang ke rumah setelah satu minggu berada di rumah neneknya. Dirinya merasa aneh saat sampai dirumahnya. Pasalnya penghuni rumah sedang perang dingin saat itu.

"Pak,.. Ada apa ini??" tanya Nisa.

"Tidak ada, sudah kamu masuk kamar dan istirahat." ucap Supri.

"Oke." balas Nisa bingung.

Esok harinya, Nisa mulai pekerjaan rumah seperti biasanya. Dan dirinya sedang memasak di dapur.

"Nisa dengar ya.. Pokoknya semua harus udah beres sebelum jam 10.." ucap Sinta.

"Baik bu." ucap Nisa heran.

Pasalnya selama ini, Sinta tak pernah peduli asalkan ada makanan di atas meja tapi tiba-tiba ibu tirinya itu menjadi lebih ganas dari biasanya. Bahkan Nisa pun diomeli untuk hal yang bukan kesalahannya.

"Kak.. Apa ini??" tanya Mariana.

"Terong balado sama sayur sop." ucap Nisa.

"Dih, makanan orang miskin." ucap Mariana.

"Kalau mau makan enak, sana cari kerja sendiri.. Memangnya cari uang gampang.." ucap Nisa.

"Bu.. Lihat ni kakak nyuruh aku kerja.." ucap Mariana.

"Apa??? Nisa kau ini apa-apaan?? Kau saja tak kami suruh bekerja.." ucap Sinta.

"Habisnya Mariana protes sama makanan hari ini.. Biasanya juga makan itu." ucap Nisa.

"Ini semua gara-gara kamu tahu gak?? Apa ini tiap hari makan sayur-sayur begini, gak ada gizinya." ucap Sinta.

"Terus ibu mau makan apa? Kita tinggal di kampung bu bukan di kota. Lagipula uang kita juga pas-pasan." ucap Nisa.

"Kamu ini sudah berani membantah orang tua, makanya kamu ini cari uang biar kita bisa hidup enak." ucap Sinta.

"Kenapa bukan Mariana saja?? Kenapa cuma aku?? Dari awal kan ibu yang gak mau aku kerja di kota??" balas Nisa kesal.

"Dasar anak gak tahu diri.." ucap Sinta.

Plakk..plak..

Dua tamparan keras pun mendarat di pipi Nisa. Seketika Nisa pun menangis masuk ke dalam kamarnya. Sementara Sinta dan Mariana pergi dari rumah, mereka pergi ke warung nasi di dekat sana untuk makan karena jijik dengan masakan Nisa.

Setelah keduanya tak terdengar lagi, Nisa pun ikut meninggalkan rumah dengan membawa bekal untuk ayahnya di sawah. Nisa pun tiba di sawah dengan diam dan hening. Sampai Supri tak menyadari kehadirannya.

"Nisa, kapan kamu sampai?" tanya Supri.

"Belum lama pak." balas Nisa.

"Pipi kamu kenapa merah nak?? Ibumu menamparmu?" tanya Supri.

"Aku lagi pakai blush on pak.. Biar cerah mukaku." ucap Nisa berbohong.

"Nisa jangan bohongi bapak, bapak tau kamu habis menangis." ucap Supri tegas.

Akhirnya Nisa menceritakan kejadian tadi di rumah mereka. Lalu Supri memintanya bersabar. Mereka pun makan siang bersama dan berbicara setelahnya.

"Nisa, bapak sudah berpikir panjang selama kamu di rumah nenek." ucap Supri.

"Mikirin apa sih pak, sampai sepanjang itu?" balas Nisa.

"Duh kamu ini, bapak serius.. Kamu harus ke kota saja mencari pekerjaan." ucap Supri.

"Pasti gara-gara ibu ya sama Mariana.?" balas Nisa.

"Ini bukan sekali dua kali kan? Makanya bapak pengen kamu merantau saja sekalian dan menikmati hidup di kota." ucap Supri.

"Terus bapak gimana?" tanya Nisa.

"Bapak kan petani nak, selama bapak masih hidup, bapak bisa cari uang sendiri dan kamu juga harus menikmati hidupmu." ucap Supri.

"Beneran pak gak apa-apa??" tanya Nisa.

"Iya.. Nanti bapak kasih uang saku untuk tiga bulan pertama, kamu pasti butuh tempat tinggal dan makan sebelum terima gaji." ucap Supri.

"Sungguh?? Bapak gak becanda kan?" tanya Nisa.

"Iya nak.. Kamu nanti pulang buat lamaran kerja ya.. Semuanya nanti bapak yang urus soal uang." ucap Supri.

"Yeay.. Makasih pak." ucap Nisa.

"Pokoknya kamu jangan mikirin bapak, kamu pikirin hidup kamu sendiri aja.. Ibu sama adikmu biarin aja mereka mau bilang apa." ucap Supri.

"Oke pak.." ucap Nisa.

Nisa pun senang bukan kepalang setelah mendapat ijin dari ayahnya langsung. Dan dirinya juga bahagia bisa mulai mencari uang sendiri, serta tak perlu repot mengurus ibu dan adik tirinya. Tanpa pernah tahu kalau ini adalah upaya terakhir Supri agar Nisa bahagia.

Sepulang dari sawah, Nisa pun menyiapkan segala berkas untuk melamar pekerjaan. Beberapa juga ada yang Nisa kirimkan via email. Sementara Supri ikut senang melihat wajah bahagia Nisa.

"Nisa besok kamu gak usah ke sawah ya, urus aja semua keperluan kamu.. Bapak juga mau panen sama yang lain." ucap Supri.

"Oh.. Iya pak." ucap Nisa.

....

Keesokan harinya, Nisa menyiapkan segala keperluannya untuk pergi ke kota. Ibu tiri serta adik tirinya hanya bisa memasang raut wajah masam tanpa bisa melawan perintah Supri. Mereka semakin membenci Nisa karena harus pergi dan merantau ke kota. Tapi yang paling membuat mereka kesal adalah Nisa yang harus menolak lamaran tuan Doni.

Hari itu para petani sedang bahagia karena tengah panen. Mereka pun mengumpulkan hasil pertanian dan menaruhnya di gudang. Sebagian sudah mereka jual ke tengkulak dan sisanya mereka taruh di gudang penyimpanan.

Dan pada malam harinya saat semua sedang merayakan panen kali ini, mereka pun pulang ke rumah dengan bahagia. Saat semua orang sedang tertidur pulas sebuah insiden kebakaran pun terjadi.

Kebakaran yang terjadi tanpa tahu penyebabnya itu membakar gudang penyimpanan milik Supri dan beberapa kebun miliknya. Beberapa warga yang sedang ronda malam pun teriak dan membunyikan pentungan yang menandakan adanya kebakaran. Dalam sekejap, api melalap gudang makanan dan beberapa lahan warga yang berada di dekat lahan Supri.

"Kebakaran.. Kebakaran... "

Tok..tok..tok..tok..

Semua pun panik bergegas memadamkan api, semalaman pun mereka memadamkan api yang menyulut tersebut. Setelah api padam, Supri dan beberapa warga desa yang mengalami kerugian pun lemas mendapati semuanya habis terbakar.

"Tidak.." ucap Supri.

"Pak Supri, bapak punya musuh ya?" tanya seseorang.

"Tidak, apa maksudmu?" balas Supri bingung.

"Ini lihat, ada jejak ember bensin disini.. "

"Aku juga tak tahu pak, kenapa bisa begini dan tak tahu siapa pelakunya." jawab Supri.

"Lihat gara-gara gudang bapak, gudang saya juga kena.."

"Lahan kami juga kena.. Bapak harus ganti rugi.."

Beberapa orang pun terlihat menyalahkan Supri.

"Tenang semuanya.. Ada apa ini?? Ini kan musibah, siapa pelakunya kita tidak tahu. Jangan main hakim sendiri." ucap Subur.

"Tapi pak, kami juga ikut rugi.. Pak Subur harus ganti rugi." ucap beberapa warga.

"Tenang.. Tenang.. Saya sudah hubungi polisi, setelah ini akan diselidiki dan ditangkap pelakunya." ucap Subur membubarkan orang yang protes pada Supri.

....

Supri dan keluarganya pun lemas. Bahkan Supri bingung bagaimana dirinya mampu memberi uang saku pada Nisa setelah berjanji hari itu.

"Pak.. Gimana ini? Orang-orang minta ganti rugi." ucap Sinta.

"Ya mau gimana, kan bukan salah bapak." ucap Supri.

"Berarti Nisa ga bisa pergi.. Uang dari mana kita buat ongkos dan uang sakunya." ucap Sinta.

"Kau ini berisik sekali.. Itu tanggungjawabku, kau diam saja." ucap Supri kesal.

Nisa pun menghampiri ayahnya dan berkata kalau lebih baik dirinya ada di desa saja. Karena uang sakunya lebih baik untuk modal ayahnya bertani dan bertahan hidup. Supri pun semakin merasa gagal sebagai seorang ayah.

Dan esok harinnya beberapa orang warga berkumpul di rumahnya menagih ganti rugi. Supri pun mencoba menghadapi mereka dan bicara baik-baik. Tapi amarah mereka justru menjadi-jadi, hingga Supri tiba-tiba jatuh.

Setelahnya Supri dibawa ke puskesmas desa dan diperiksa. Tapi karena keterbatasan peralatan, Supri dirujuk ke rumah sakit besar di kota. Kata dokter desa kemungkinan Supri terkena serangan jantung.

Setelah dipindahkan ke rumah sakit besar, Supri pun tertolong tapi hanya sementara. Karena seharusnya Supri menjalani operasi jantungnya.

"Mbak, ayahnya harus segera dioperasi.. Kami meminta persetujuan keluarga dan membayar administrasinya." ucap perawat.

Nisa pun syok melihat biaya operasi yang fantastis tersebut. Begitu juga dengan Sinta dan Mariana.

"Gimana ini Nis.. Ibu mana punya uang segitu." ucap Sinta.

"Apalagi Nisa bu.. Nisa kan pengangguran." balas Nisa lesu.

"Mungkin kalian butuh bantuan saya.." ucap Doni muncul tiba-tiba.

"Tu-tuan Doni." ucap Sinta.

"Ibu siapa dia?" tanya Nisa.

"Dia tuan Doni nak, cepat beri salam." ucap Sinta yang merasa akan mendapatkan bantuan.

"Sudah, bagaimana jika kita duduk disana.." ucap Doni.

Mereka pun berbincang panjang lebar dan Nisa dibuat terkejut karena Doni memintanya untuk menjadi istrinya sebagai ganti Doni membiayai perawatan dan hutang ayahnya. Doni juga akan menjamin hidup mereka semua nanti.

"Bagaimana?" tanya Doni pada Nisa.

"Maaf tuan, saya perlu waktu untuk berpikir." ucap Nisa.

"Nisa apa yang kau pikirkan?? Nyawa bapakmu dalam bahaya." ucap Sinta.

"Kak.. Jangan egois kenapa.?" timpal Mariana.

"Maaf, aku permisi." ucap Nisa pergi.

Hatinya begitu resah dan tak terima, bagaimana bisa dirinya menikahi pria yang usianya lebih tua dari ayahnya?? Tapi jika tidak begitu ayahnya bisa mati dan bagaimana mereka membayar hutang-hutangnya pada para korban lain.??

Nisa pun terdiam, dirinya tak tahu harus meminta bantuan siapa lagi. Anton yang kekasihnya saja tak mungkin punya uang sebayak itu. Lalu Nisa memutuskan menghubungi Anton. Tapi jawabannya justru membuatnya kecewa. Dan Nisa tak punya pilihan lain selain menikah dengan kakek tua itu.

Nisa pun memberanikan diri bicara empat mata dengan Doni tanpa ibu dan adik tirinya. Nisa membuat beberapa kesepakatan dengan tuan Doni.

Bab.3 Terpaksa Menikahi Kakek tua

Nisa pun duduk di hadapan pria tua itu dan berusaha bersikap tenang menahan segala emosinya.

"Aku senang akhirnya kau memikirkan ayahmu.. Kau memang anak yang baik ya Nisa." ucap Doni.

"Tapi tuan, aku punya syarat sebelum menikah dengan anda." ucap Nisa.

"Bukankah harusnya aku yang mengajukan syaratnya??" tanya Doni.

"Karena anda muncul dengan mencurigakan di waktu yang tidak tepat.. Jadi haruskah aku mencurigai anda sebagai pelaku dari semua ini?? Atau anda mau mendengarkanku?" tanya Nisa.

"Baiklah katakan saja.." ucap Doni mengalah.

Nisa pun mengajukan beberap syarat, dimana dirinya akan menikah setelah Ayahnya membaik karena bagaimana pun, Nisa butuh wali untuk menikah dan Doni menyetujuinya. Dan Nisa juga meminta Doni memberikan beberapa hak seperti rumah atas namanya dan nafkah secara normal yang tentunya mampu dirinya kabulkan.

Nisa juga menyertakan, jika mereka memiliki keturunan, maka anaknya berhak atas harta milik Doni. Lalu tak lupa Nisa juga menanyakan status dari Doni apakah sudah menikah atau sudah berpisah dari istrinya. Ternyata Doni adalah seorang duda setelah menceraikan semua istrinya. Dari sekian banyak istri yang pernah dinikahinya, hanya istri pertamanya yang memberinya keturunan. Dan Doni berjanji akan berlaku adil pada anak Nisa kelak.

Nisa yang tak ingin dibodohi ingin membuat surat perjanjian pra-nikah dengan Doni sebagai bukti dan janji satu sama lain. Hingga Doni mengabulkan semua keinginan Nisa.

"Baiklah, saat ini penuhi janji anda yang pertama soal ayah saya." ucap Nisa.

"Baiklah Nisa-ku." ucap Doni menghubungi asistennya yang meminta mengurus semua biaya ayahnya.

"Terimakasih." ucap Nisa.

"Tentu, segalanya yang terbaik untukmu." ucap Doni.

"Ingat larangan untuk tak bersentuhan sebelum menikah tuan." ucap Nisa saat Doni hendak mendekatinya.

"B-baik." ucap Doni.

Doni pun pergi dan Nisa menunggu di ruang tunggu operasi bersama ibu dan adik tirinya.

"Harusnya sejak awal kau menerima tuan Doni." ucap Sinta.

"Apa maksud ibu?" tanya Nisa.

"Kak, bapak meminta kita merahasiakannya darimu karena dari awal tuan Doni menyukaimu dan ingin menikahimu." ucap Mariana.

"Jadi alasan aku dikirim ke rumah nenek itu?" tanya Nisa.

"Tentu saja." balas Sinta.

"Tapi akhirnya kakak membuat keputusan bagus." ucap Mariana tersenyum.

"Ya.. Apa aku punya pilihan? Atau kau mau menggantikanku menjadi nyonya besar?" tanya Nisa membuat Mariana dan Sinta terdiam dengan wajah kesal.

"Jadi tuan Doni memang mengincarku?? Sejak kapan?? Apa jangan-jangan kebakaran baru-baru ini memang ulahnya untuk memojokkan bapak??" gumam Nisa dalam hati.

Beberapa jam kemudian, operasi pun selesai dan berjalan baik. Nyawa Supri terselamatkan dan hutang mereka pun telah dilunasi. Kini Nisa hanya tinggal menunggu waktunya membayar hutang tersebut.

Supri pun masih terbaring lemah di ranjangnya dan mereka bergantian berjaga di rumah sakit. Sinta dan Mariana memilih pulang meninggalkan Nisa yang menjaga ayahnya malam itu.

Sinta dan Mariana sangat bahagia saat tiba di rumahnya karena orang-orang tuan Doni datang dengan beberapa barang berharga. Bahkan Sinta dijanjikan akan mendapatkan rumah baru setelah Nisa menikah nanti.

"Ibu.. Apa hidup kita akan berubah??" tanya Mariana.

"Iya nak.. Akhirnya hidup mewah yang kita inginkan akan segera terwujud." ucap Sinta.

Mereka tengah berbahagia, sementara Nisa tengah merana karena hidupnya sebentar lagi akan berubah 180°. Dan lagi bagaimana bisa suaminya adalah seorang kakek tua?? Nisa pun menitihkan air mata seraya menjaga ayahnya di ruangannya.

Hingga beberapa hari kemudian, Supri pun sadarkan diri. Perlahan-lahan kondisinya pun membaik dan diperbolehkan pulang ke rumahnya. Tapi lambat laun, Supri harus mendengar berita mengejutkan dimana Nisa akan menikah dengan tuan Doni si kakek tua bangka. Bahkan keputusan itu Nisa ambil demi dirinya.

Supri pun menangisi ketidakberdayaannya hingga mengorbankan putrinya sendiri. Padahal Doni lebih memilih mati daripada melihat Nisa menikah dengan kakek tua tersebut. Bagaimana mungkin Nisa bisa bahagia dengan menikahi kakek tua tersebut?? Rasanya dunianya pun runtuh setelah mendengarnya, bahkan sakit jantungnya kambuh setelahnya.

Nisa pun memberi pengertian pada ayahnya kalau ini adalah keputusannya dan Nisa harap Supri mau mengerti. Meski Supri tak sanggup mengatakan sepatah katapun pada Nisa.

"Bapak, Ini keputusan Nisa, bukan Ibu ataupun Mariana." ucap Nisa.

"Nisa, lebih baik bapak mati daripada menyaksikan kamu menderita dengan kakek tua itu.." ucap Supri menangis.

"Pak, Nisa pasti bahagia, kakek tua itu kaya raya dan juga sudah tua.. Bisa saja umurnya tak lama lagi." ucap Nisa.

"Ya ampun Nisa.. Bagaimana kau bisa berpikir begitu.." ucap Supri menangis.

"Sudah pak, Nisa tidak apa-apa.. Nisa sudah merencanakan segalanya dengan baik. Bapak tau kan Nisa tidak bodoh." ucap Nisa.

"Nisa.. maafkan bapak yang tidak berguna ini.." ucap Supri.

"Bapak tidak salah.. Semua sudah takdir Nisa." ucap Nisa dan Supri tak berani berkata-kata lagi karena tak sanggup dan merasa malu atas ketidakberdayaannya.

Beberapa minggu setelahnya acara lamaran pun diadakan. Dan ada begitu banyak barang yang dikirimkan oleh Doni pada Nisa dan keluarganya. Tentu Sinta sangat iri sekaligus senang karena ikut terkena keuntungannya. Shinta iri melihat perhiasan yang didapatkan Nisa pada lamaran kali ini.

Tapi Sinta harus diam dan bersabar, karena bagiannya sudah ditentukan. Setelah acara lamaran berakhir, tibalah 2 minggu lagi acara akad nikah dan resepsi pernikahan Nisa yang diadakan mewah di sebuah hotel.

Nisa pun harus bolak-balik ke kota untuk persiapan pakaian dan persiapan lainnya. Dan ditengah kesibukannya itu, Anton pulang ke desa mereka. Maksud hati ingin meminta maaf karena menerima perjodohan orang tuanya, justru Anton yang lebih terkejut lagi karena Nisa akan segera menikah lebih dulu.

Anton pun mengajak Nisa bertemu siang itu.

"Nisa siapa pria yang akan menikahimu?" tanya Anton.

"Apa itu penting?? Aku saja tak penasaran dengan tunanganmu." balas Nisa getir.

"Nisa, Bagaimana bisa kau menikahi kakek tua?? Apa yang ada di pikiranmu??" tanya Anton.

"Anton, itu urusanku.. Kau urus saja urusanmu sendiri." ucap Nisa.

"Nisa, seandainya aku tidak dijodohkan aku pasti akan menyelamatkanmu.." ucap Anton.

"Dengan cara apa?? Kau bahkan tak bisa hidup tanpa orangtuamu kan? Sudah aku sibuk, banyak yang harus aku urus.." ucap Nisa meninggalkan Anton.

Begitulah Nisa meninggalkan Anton dengan luka di hatinya. Setelah sekian lama menjalin kasih, nyatanya Anton malah dijodohkan dengan pilihan orang tuanya. Dan Nisa menyadari dirinya hanyalah gadis kampung yang tak berpendidikan, hingga harus menerima hal semacam ini.

Selama beberapa hari sebelum pernikahan semua orang sibuk dan rumah mereka pun menjadi ramai. Nisa pun menjalani perawatan tubuh sesuai keinginan Doni calon suaminya. Dan Nisa harus menerima kenyataan menikahi pria tua tersebut.

Hingga hari-H, Nisa pun berusaha untuk tak menangis akan keputusannya. Berat dan sungguh sulit karena harus terpaksa menyukai pria tua itu. Meski Doni memberikan banyak harta, apakah Nisa mampu menghadapinya dan menganggapnya sebagai sosok suami??

Nisa mencoba menenangkan pikirannya yang kalut dan terlihat bahagia dihadapan banyak orang. Hingga akad selesai dan Nisa masih mencoba menahan air matanya karena masih ada serangkaian acara resepsi.

Beberapa jam acara resepsi pun dihadapi Nisa dengan tenang meski hati dan perasaannya tak karuan. Dan setelah acara usai, Nisa pun pergi ke kamarnya sendirian karena Doni harus menghadapi amarah cucu pertamanya tersebut.

Saat sedang berjalan menuju kamar pengantin, air mata Nisa pun jatuh. Dirinya tak sanggup lagi menahan kesedihan dan emosi di hatinya menghadapi kenyataan pahit ini. Apalagi membayangkan malam pertamanya dengan kakek tua itu.

Tanpa sadar Nisa menabrak seseorang karena berjalan sambil menangis.

Brak..

"Akh.. " ucap Nisa terjatuh.

"Anda tidak apa?" tanya seorang pria tampan.

"Iya, maaf tuan saya sedang tidak fokus." ucap Nisa seraya menghapus air matanya.

"Bangunlah.." ucap pria itu mengulurkan tangan dan sampai memberi Nisa sapu tangan.

"Ini hapus air matamu." ucapnya.

"Terimakasih tuan." ucap Nisa menghapus air matanya.

"Anu.. Sapu tangan anda jadi basah, bagaimana saya mengembalikannya.?" tanya Nisa.

"Tidak usah dikembalikan, kau boleh membuangnya. Lagipula aku tak yakin kita bertemu lagi." ucap pria itu.

"Terimakasih tuan. Tapi aku akan menyimpannya hingga kita bertemu lagi." ucap Nisa.

"Kau pasti sedang mengalami hal buruk sampai menangis begitu.. Duduklah disini tenangkan dirimu jangan berjalan seperti tadi nanti kau kena masalah." ucap pria itu.

"Iya.. " ucap Nisa menurut dan duduk.

Pria itupun nampak mengambil air dan memberikannya pada Nisa.

"Minumlah dulu." ucapnya.

"Terimakasih." ucap Nisa lalu meminumnya.

"Maaf gara-gara aku tuan jadi terlambat ke suatu tempat." ucap Nisa.

"Tidak apa, aku punya banyak waktu.." ucapnya.

"Sekalian aku juga ingin membalas perlakuan buruk seseorang jadi aku harus membuatnya menungguku." ucapnya lagi sambil tersenyum.

"Baiklah, aku sudah lebih baik. Aku akan pergi agar tuan bisa melanjutkan urusannya." ucap Nisa.

"Kau yakin tak apa?" tanyanya.

"Iya." balas Nisa.

"Baiklah, kalau begitu kau harus fokus pada tujuanmu agar tidak terjatuh lagi." ucapnya lalu mereka pun berpisah.

Sementara pria itu tak lain adalah cucu dari Doni bernama Anggara. Anggara merasa tak terima kakeknya menikah diam-diam tanpa mengabari anak dan cucunya. Terlebih wanita yang dinikahi adalah gadis berusia 19 tahun yang bahkan lebih muda dari Anggara.

"Dasar kakek tua gatal.. sudah tua sudah mau masuk lobang kubur masih aja mengincar gadis muda. Masa anak bau kencur aku panggil nenek?? Yang benar saja.." umpat Anggara dalam hati.

"Tapi wanita tadi cantik juga ya.. Semoga kami bisa bertemu lagi.." gumam Anggara dalam hati.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!