NovelToon NovelToon

Heart Melody ( Han Jisung X Choi Lia )

Satu

BRAKKK..

Suara tabrakan yang begitu keras membuat para penghuni kantin menghentikan sejenak aktivitas makan siangnya. Mereka semua menatap ke arah dua orang gadis yang tersungkur ke lantai.

Ke dua gadis itu mulai berdiri, saling bertatapan mata.

"Maafkan, aku Lia,karena tak melihat ke arah  depan jadi aku tak sengaja menabrakmu"  Winter berucap sambil menudukan wajahnya.

Lia menatap marah ke arah lawan bicara dihadapanya ini. Dengan mudahnya cuma bilang kata maaf.

"Hey!Winter kau tak lihat gara gara kecerobohan mu baju ku kotor! Kau harus berlutut sekarang di bawah ku dengan begitu baru aku akan memaafkan mu".

Para penghuni Kantin yang mendengar perkataan Lia, mengelengkan gelengkan kepala nya. Mereka semua tahu di sini, sifat Lia yang arogant.

Dan mereka juga tahu, kalau Lia membenci Winter karena alasan pribadi.

Mendengarkan perintah Lia, Winter terpaksa berlutut. Mungkin dengan dia melakukan hal ini, gadis yang di hadapannya bisa memaafkannya.

Lia tersenyum miring, salah satu tanganya mengambil tempat makan yang tak jauh darinya. Dia mengangkat tempat makan itu di atas kepala Winter.

Para penghuni Kantin makin heboh melihat adegan tersebut. Beberapa orang orang sudah mengambil Ponsel pintar nya untuk mengabdikan adegan tersebut.

Hap

Tangan Lia di pegang oleh seseorang sebelum gadis itu menumpahkan isi makanan di atas kepala Winter. Lia tersenyum kesal, aksinya di hentikan oleh seorang pemuda yang tak asing di mata nya ini.

Para penghuni kantin kecewa karena aksi Lia di hentikan, buru buru mereka menaruh Ponsel pintar nya ke dalam saku celana. Toh, gak ada momen seru yang pantas untuk di rekam.

"Ayo, Winter kita pergi dari sini" Ajak Pemuda itu sambil menolong Winter berdiri dari lantai.

"Han Jisung, teman mu ini tak bisa kau ajak pergi begitu saja. Apa kau tak lihat baju ku kotor karena nya". Lia berdiri di hadapan Jisung menghentikan langkah pemuda ini.

Jisung melepaskan jas kuliah nya, lalu menyampirkannya di pundak Lia. Tak lupa memberi kan paper bag di tangannya. "Winter kan sudah minta maaf pada mu tadi, dan aku sebagai sahabat nya memberikan mu ini sebagai permintaan maaf nya" ucapnya penuh ketenangan.

Setelah mengakatakan hal tersebut, Jisung pergi menggandeng tangan Winter meningalkan Kantin Kampus.

Hah

Suara kesal terucap dari bibir Lia, ia merasa di abaikan. Kedua kaki nya ia hentakan ke Lantai Kantin.

"Apa!?Lihat lihat!" Ucapnya pada para penghuni Kantin yang sedang melihatnya.

Para penghuni Kantin yang tadi menghentikan aktivitas makan nya, mulai melanjutkan makan nya lagi. Pura pura gak dengar ucapan Lia barusan.

Merasa badan nya lengket, Lia pergi meninggalkan Kantin menuju Toilet.

Sesampainya di Toilet, ia mulai membersihkan badan nya melepas seragam kuliah nya. Ia membuka paper bag dari Jisung, ternyata isinya adalah kaos pendek dan celana panjang.

Setelah menganti baju, Lia keluar dari Toilet menuju kantin di luar Gedung Universitas.

Di Universitas tempat Kuliah nya ini ada 2 Kantin, di dalam Gedung dan satu nya di luar Gedung.

Di sana ia membeli red velvet cake, menikmatinya sambil menatap pemandangan Bunga Bunga Musim Semi berguguran.

Sekarang kota Seoul telah memasuki waktu Musim Semi. Musim Semi, Musim di mana seseorang akan di cintai.

Lia membuang pikiran itu jauh jauh dari kepala nya. Karena kenyataannya orang yang di sukainya tak menerima cinta nya yang begitu tulus ini.

"Hey! Lia melamun saja!" Ucap Giselle di hadapan gadis ini.

Lia memposisikan duduk nya tegak, ia memakan sedikit cake nya. "Aku tidak melamun, Giselle"elak nya.

Giselle mendengus kesal, memalingkan wajah nya menghadap belakang. Dia memicingkan mata indah nya saat melihat seseorang yang di benci sahabat nya ini sedang duduk bersama seseorang di bawah pohon.

"Lia! Lihat lah! ke sana! Musuh mu sedang duduk bersama seseorang" Ucap Giselle sambil menjulurkan tangan nya ke sebuah Pohon.

Benar yang di katakan sahabat nya ini.

Tak jauh dari tempat duduk mereka,  di bawah Pohon Besar.

Jisung dan Winter sedang duduk bersama di bawah nya. Kedua telapak tangan mereka terulur ke depan, menikmati bunga bunga berguguran dari atas pohon sambil menutup mata.

Lia cuma menatap hal tersebut datar, baginya kedua nya seperti anak kecil.

Sedangkan Jisung yang sudah membuka mata nya menoleh ke arah Lia duduk.

Dia tersenyum manis ke arah Lia, membuat gadis itu berbelok menghadap belakang.

"Kenapa kau tersenyum Jisung ?" Tanya Winter setelah membuka mata nya.

"Tidak apa apa, ayo ku antar kau kelas mu"

Jisung lalu bangkit dari duduk nya, di susul Winter di belakang nya.

Giselle menolehkan kepala nya lagi menghadap sang sahabat.

"Kenapa kau menghadap ke belakang, Lia ?" Tanyanya kebingungan.

"Aku cuma membenarkan jas ku" Jawab Lia sambil berpura pura menata penampilan nya.

Sebentar, jas kuliah  yang sedang di pakai oleh sahabatnya ini bukan jas kuliah jurusan nya. Giselle tahu jas ini berasal dari jurusan mana.

"Lia, apa jas yang kau pakai ini milik Taeyong ?"

"Bukan!"

"Lalu milik siapa ?"

Lia tak menjawab pertanyaan Giselle, ia pergi dari sana. Wajah nya merona saat mengingat pemilik jas ini tersenyum kepada nya tadi.

Dua

Hari ini suasana Universitas STAY terlihat berbeda tak seperti biasanya.

Biasanya para Mahasiswa atau Mahasiswi hanya berlalu lalang atau mengoborol dengan teman dari fakultas yang sama atau melakukan kegiataan pribadi masing masing.

Tapi kali ini beda, Mahasiswa dan Mahasiswi dari fakultas berbeda sedang mengadakan Acara besar di Halaman Kampus.

Acara besar itu adalah acara perayaan Musim Semi yang di adakan di setiap tahun nya. Bisa saja di sebut semacam Festival Musim Semi.

Ada apa aja sih di dalam Festival Musim Semi acara tahunan Universitas STAY.

Di sana para Mahasiswa atau Mahasiswi bebas untuk berjualan atau hanya sekedar menikmati festival.

Ada yang jual makanan, minuman, ada permainan juga, ada yang jualan baju, aksesoris, peralatan sehari juga ada.

Pokoknya, para Mahasiswa atau Mahasiswi bisa bersenang dan bersantai ria.

"Lia, kau mau cari apa sih ? Kok sejak tadi muter muter gak jelas. Aku capek tahu".

Mata Lia masih memandang ke sana kemari tak peduli keluhan Giselle. Gadis ini sedang mencari Taeyong.

Di langkah kan kaki cantiknya menuju stand permainan game memanah. Di sana ada Taeyong, pemuda yang di sukainya.

Giselle memandang malas,saat Lia melangkah ke arah Taeyong. Sampai kapan sahabatnya ini mengejar pemuda bermarga Lee itu, pemuda bermaga Lee itu terlalu sering menyakiti sang sahabat.

"Hai, Taeyong" Lia menata penampilannya secantik mungkin di hadapan Taeyong agar pemuda ini tertarik kepada nya.

Merasa di panggil, Taeyong menoleh ke arah samping. Bola matanya memutar malas, dia tak suka akan kehadiran gadis ini. Bukan benci juga sih, cuma risih aja di ikuti kemana saja. "Ada apa?" Ucapnya datar.

Lia tersenyum cantik menatap wajah sang pujaan tidak peduli kata kata pedas dari mulutnya. "Kau sedang bermain game ini, ya ?".

Taeyong cuma mengangukan kepala sebagai jawaban iya, emang masalah bagi gadis di hadapanya ini.

"Kalau begitu, bolehkah aku meminta hadiah dari permainan ini untukku?" Secara tak langsung Lia menyuruh Taeyong untuk bermain game panahan ini untuk mendapat hadiah yang berupa boneka untuk dirinya.

Giselle tak habis fikir akan permintaan sang Teman yang meminta hadiah tanpa malu nya.

Dan sekarang keduanya di saksikan oleh beberapa teman teman Kampus mereka.

Satu Universitas STAY sudah mengetahui kalau Lia menyukai Taeyong. Karena, Lia selalu mengejar ngejar Taeyong di mana pun tempatnya.

Eksperi Wajah Taeyong kesal karena permintaan aneh dari gadis di hadapanya ini. Kalau tak di penuhi pasti dia akan menangis atau sedih, itu akan membuat orang salah paham.

Taeyong mengarahkan pandangannya ke sana ke mari, benar saja dugaan nya sekarang mereka jadi bahan tontonan.

Dengan terpaksa Taeyong melakukan permainan memanah tersebut dengan asal asalan, memang di sengaja agar saat dia tak mendapatkan apa apa, gadis itu bisa langsung pergi dari hadapanya.

"Gagal lagi" Lia kecewa sudah ke empat kalinya Taeyong gagal untuk memanah hadiah dari permainan ini.

Ini kesempatan terakhir Taeyong untuk mencoba memanah lagi, kalau Pemuda bermarga Lee itu gagal lagi. Dia akan menyemangatinya serta menghiburnya.

Tak apa apa, Dia tak mendapatkan hadiah darinya. Pokoknya, hari ini keduanya bisa bersama menikmati festival ini hingga selasai.

Dengan malasnya, Taeyong mengarahkan anak panah ke arah asal. "Berhasil" Gumamnya tepat sasaran.

Lia senang karena Taeyong berhasil mendapatkan hadiahnya. Dengan senyum cantik serta wajah berseri seri, dirinya sudah siap untuk menerima hadiah berupa Boneka Teddy yang amat besar.

"Ini untukmu Winter, ayo berkencan denganku hari ini" Saat ingin memanah untuk terakhir kalinya, mata Taeyong tak sengaja menangkap sosok Karina yang sedang berjalan ke arahnya.

Di panahkan lah anak panah itu sungguh sunguh, lalu berjalan ke arah Winter saat hadiah Boneka Teddy di terimanya.

Memang Taeyong sengaja melakukan ini, mengajak kencan Winter, biar bisa pergi dari Lia. Dia ingin menghabiskan waktu bersama dengan Karina, sosok yang sudah mencuri hatinya sejak pandangan pertama.

Melihat seorang Lia di tinggalkan begitu saja oleh Taeyong membuat beberapa orang di sana tertawa diam diam.

Seharusnya, jadi orang punya harga diri sedikit kalau sudah di tolak berulang ulang kali menyerah saja lah. Cari yang lain gitu loh , kayak gak ada cowok tampan lain ajah di dunia ini.

Giselle yang merasa kasihan dengan sang sahabat, menghampirinya memberikan usapan lembut di punggung nya.

"Sudahlah, mari kita pergi dari sini. Mari kita cari makanan dan minuman".

"Cewek itu lagi dan lagi, nyebelin banget sih jadi orang. Dia pasti sengaja tadi lewat sini biar Taeyong gak bisa berduan denganku. Dasar penggangu dan perebut milik orang". Giselle tak mengerti pikiran Lia yang menganggap Winter sebagai penggangu.

Yang harus di salahkan Lia itu adalah Taeyong, soalnya pemuda bermarga Lee itu dengan seenak hati nya mempermainkan perasaan sahabatnya ini.

Daripada sang Sahabat marah marah gak jelas dan menjadi bahan tontonan orang terus.

Giselle menarik tangan Lia paksa menuju Stand Makanan dan Minuman. Perut nya sudah lapar serta mulut nya sudah kehausan sejak tadi.

Tanpa mereka sadari, Jisung berdiri di belakang mereka menatap kepergian kedua nya dari sana dengan tatapan datar.

TiGa

Hujan sungguh hal yang tak terduga, padahal hari ini cuaca sangat panas sekali.

Jisung yang baru saja melangkah dari Gedung Fakultas nya menatap langit dengan pandangan datar. Dia tak membawa payung, terpaksa ia harus menunggu hingga hujan reda di depan pintu Gedung Fakultas nya.

Baginya pemandangan saat hujan tak ada yang menarik baginya. Dia lebih memilih menyandarkan tubuh nya di pojokkan.

"Taeyong, ini payung untuk mu. Aku tahu, kau pasti tak membawa payung. Jadi aku buru buru berlari ke sini memberikan payung ini untuk mu, agar kau bisa pulang".

Jisung melirik malas melihat adegan yang biasa di lihat nya. Seorang Gadis memberikan hadiah kepada Taeyong teman satu Fakultas nya.

Brakk

Sebuah payung berwarna biru terlempar di hadapan nya.

Jisung yang semula tak peduli, melirik ke arah samping nya. Dia bisa melihat seorang Gadis dengan ekspresi kecewa memandang payung pemberiannya di lempar begitu saja.

Tumben seorang Taeyong bersikap seperti ini. Walau dia tak dekat dengan pemuda bermarga Lee itu, tapi dia tahu kalau pemuda ini biasannya bersikap ramah kepada fans nya.

"Pergilah dari sini, bawa kembali payung mu. Aku tak membutuhkan nya".

Taeyong pergi dari hadapan Gadis tersebut sambil berlari menerjang derasnya hujan bersama dua teman nya yang sejak tadi menjadi penonton.

Jisung sedikit merasa kasihan pada Gadis tersebut, dia berjongkok mengambil payung yang berada di hadapan nya.

"Ini payung mu" Dengan ekspresi wajah ceria, gadis itu menerima payung dari tangan Jisung.

Gadis itu pun pergi dari sana, setelah menerima payung nya kembali. Tapi baru beberapa langkah dia kembali lagi menyerahkan payung tersebut ke tangan Jisung, lalu berlari dari sana.

"Tak usah bilang terima kasih" Ucap Gadis itu dari kejauhan.

Jisung tersenyum tipis melihat payung di genggaman tangan nya. Sunguh Gadis aneh begitulah kata hati nya.

Sejak saat itu, Jisung sering melihat nya mengejar-ngejar Taeyong di mana saja.

Tapi, dia tak peduli, toh bukan urusan nya juga.

"Hey!, Winter! Kau jangan merasa sok cantik di hadapan Taeyong. Dia tak menyukaimu sama sekali, cuma kasihan saja melihat mu lemah tak berdaya saat di tindas tempo lalu".

Suara teriakan kemarahan yang begitu mengema di Taman Kampus, membuat langkah kaki beberapa orang di sana terhenti. Mereka ingin mengetahui hal apa yang sedang terjadi sekarang.

Ternyata, seorang Gadis yang terkenal dengan sifat arogant nya di kampus ini sedang melabrak seseorang Gadis dari Fakultas Seni. Ini tontonan yang tak boleh mereka lewatkan sama sekali.

"Aku tak pernah merasa diriku sok cantik, Lia. Dan juga aku tak peduli Taeyong menyukai ku atau tidak" Ucap Winter santai membalas perkataan Lia.

Rasa kesal Lia makin menjadi, ingin rasanya dia mencakar wajah sang lawan bicara. Tapi ini di tempat umum, dia harus bersabar sebisa mungkin agar image nya tak bertambah jelek. "Kalau begitu, jauhi Taeyong".

Winter tak mengangapi omongan tak masuk akal yang di ucapkan oleh Lia barusan. Dirinya tak merasa begitu dengan Taeyong. Kenapa di perintah untuk menjauhinya ? Toh mereka tidak satu Fakultas juga.

Tak ada jawaban dari Winter, Lia mempersempit jarak di antara mereka berdua.

Giselle yang menemani Lia sejak tadi,  lalu menarik gadis itu pergi dari sana. Dia tak mau Lia berbuat aneh - aneh misalnya menjambak rambut Winter.

Kalau sampai hal itu terjadi, sang Sahabat nanti akan diskors.

Gerutuan kesal keluar dari bibir Lia, dia belum selesai bicara. Dengan seenak hatinya, Giselle menariknya pergi.

Hahahahahaha

Suara tertawa keras membahana tak jauh dari tempat kejadian. Suara tertawa keras itu berasal dari Jisung, membuat orang orang yang berlalu lalang di sana memandangnya aneh.

Bagi Jisung, kejadian yang di lihatnya di Taman Kampus tadi sangatlah lucu.

"Oppa!".

Winter berlari cepat menuju ke arah Jisung. Dia keheranan melihat pemuda itu mengusap air mata dari kedua sudut mata nya.

"Tadi? Siapa? Yang mengajak mu bicara? Apa dia teman Fakultas mu? Kok aku tak pernah melihatnya".

Winter mendengus kesal mendengar pertanyaan dari Jisung.

Winter pun mulai menceritakan satu persatu secara rinci. Tentang Siapa Orang tadi, masalah yang membuatnya berurusan secara tak langsung dengannya.

"Oppa, intinya Lia itu salah paham sama aku".

Mendengar cerita Winter, sekarang Jisung mendapatkan sedikit info tentang Lia "menarik" begitu ucapnya di dalam hati.

Langkah kaki Winter berhenti seketika, menyadari Jisung tak lagi berjalan di sampingnya. Di tolehkan badannya ke belakang, ternyata pemuda bermarga Han itu sedang melamun. "Oppa" Teriaknya keras membuat Jisung tersadar dari lamunan indah nya.

Jisung langsung berlari menghampiri Winter di depan nya.

Awalnya tak peduli dengan sosok Lia, Jisung mulai sedikit merasa tertarik pada nya.

Jisung selalu memperhatikan Lia dari jauh, saat gadis itu mencoba menarik perhatian Taeyong. Gadis itu tak pernah sedih atau kecewa saat di abaikan oleh pemuda bermaga Lee itu, hanya ada senyum cantik di bibir nya dan penuh cinta di kedua sorot mata nya.

"Jangan usik Winter lagi, sikapmu sungguh ke kanak kanakan"

Hari ini tak ada senyuman dari bibir Lia, gadis itu pergi dari Gedung Fakultas nya dengan wajah sedih.

Pelan pelan, Jisung mengikuti langkah kaki nya.

Ternyata, dia duduk di bangku taman Kosong di pinggir Danau kecil.

Tess Tess Tess

Tangisan pelan pelan keluar dari mata indah nya

"Hapuslah air mata mu, kau tak pantas menangisi orang yang tak menghargaimu".

Jisung menyodorkan sebuah sapu tangan ke dalam genggaman tangan Lia.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!