NovelToon NovelToon

"Rediscovering Love: A Tale Of Relationships"

Hello Readers!

..."Hai, para pembaca setia! 🌟...

...Aku, Mibrenebon, penulis 'Rediscovering Love: A Tale of Relationships', dengan senang hati mempersembahkan cerita ini untuk kalian semua....

...Siap-siaplah terhanyut dalam petualangan cinta yang penuh warna dan menggugah hati! 📖💕...

...Dari kisah romansa yang manis hingga konflik yang mendalam, 'Rediscovering Love' akan membawamu dalam perjalanan emosional yang tak terlupakan....

...Jangan lewatkan cerita ini, ya!...

...Salam manis dari aku, Mibrenebon, dan mari kita temukan kembali keajaiban cinta bersama-sama! 🌹"...

...Mei 2024,...

...CER°...

Kehilangan perhatian

...-Selamat membaca-...

Sebastian Dwiantara duduk di ruang kerjanya dengan tatapan serius, mata tajam menatap layar komputernya. Ia adalah pria yang dingin, disiplin, dan selalu fokus pada karirnya. Sebagai seorang manajer proyek di perusahaan teknologi terkemuka AuroraTech, ia dikenal sebagai sosok yang cerdas dan berprestasi. Setiap langkahnya diatur dengan cermat, setiap keputusan diambil dengan hati-hati. Baginya kesuksesan dalam pekerjaan adalah segalanya.

Namun, belakangan ini, Sebastian merasa semakin jauh dari Luna, Istrinya. Ia terperangkap dalam dunianya sendiri.

Luna adalah sosok wanita yang hangat, penyayang, dan selalu penuh perhatian dengan rutinitasnya sebagai ibu rumah tangga. Setiap hari, dia bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan untuk Sebastian. Dia berusaha keras untuk menjaga rumah tetap rapi dan nyaman, meskipun terkadang terasa berat.

"Pagi, sayang," sapa Luna sambil tersenyum manis.

Sebastian mengangkat kepala, tatapannya masih tertuju pada layar laptopnya. "Pagi," jawabnya singkat, tanpa mengalihkan perhatian dari pekerjaannya.

Luna kecewa, tetapi dia mencoba untuk tetap tenang. "Sayang, Aku pikir kita bisa sarapan bersama hari ini," ujarnya dengan lembut.

Sebastian hanya mengangguk sekilas. "Aku punya rapat penting pagi ini. Kita bicara nanti saja," katanya sambil bergerak menuju pintu.

Luna merasa kekecewaan memenuhi hatinya saat dia melihat Sebastian pergi begitu saja. Dia merindukan kehangatan dan perhatian dari suaminya ketika mereka masih baru menikah dan segala sesuatu terasa lebih mudah, tetapi sepertinya Sebastian selalu sibuk dengan pekerjaannya.

Di rumah, Luna merasa semakin kesepian.

Setiap kali dia mencoba untuk berbicara dengan Sebastian, selalu saja ada sesuatu yang menghalangi. Dia mencoba untuk bersabar, tetapi perasaannya semakin terabaikan.

Luna duduk di ruang keluarga, menatap ke arah Sebastian dengan ekspresi sedih yang mencerminkan kekecewaannya. "Sebastian, apa kamu ingin makan malam bersama malam ini?" tanyanya dengan lembut, berharap untuk mendapatkan sedikit perhatian dari suaminya.

Sebastian mengangkat kepala dari laptopnya hanya untuk sekejap, matanya melemparkan sekilas pandang singkat ke arah Luna sebelum kembali terfokus pada layar yang berkedip-kedip. "Malam ini tidak bisa. Aku memiliki pertemuan penting yang tidak bisa kutinggalkan," jawabnya singkat,

Luna merasa hatinya semakin berat, tetapi dia mencoba untuk menyembunyikan kekecewaannya. "Oh, begitu ya," jawabnya pelan, mencoba keras untuk tidak menunjukkan betapa terlukanya dirinya.

Sebastian tampak tidak peduli dengan reaksi Luna. Dengan cepat, ia membereskan semua perlengkapan kantornya dan berjalan menuju ke arah mobil pribadinya.

Ia meninggalkan Luna yang merasa semakin terabaikan dan sendirian dalam kehampaan ruang keluarga mereka.

Luna menelan ludah, merasa semakin tersingkirkan. Dengan langkah gontai, dia berjalan ke dapur, menekan rasa sedih yang melanda hatinya. Rasanya seperti dia tidak lagi memiliki tempat di dunia Sebastian, seperti dirinya hanyalah gangguan yang harus dihindari.

Baginya, itu bukan hanya soal kata-kata tajam Sebastian, tetapi juga perasaan diabaikan dan tidak dihargai oleh orang yang seharusnya mencintainya.

...****************...

Sebastian mengendarai mobilnya dengan tangan kiri sementara tangan kanannya memegang ponsel, mendengarkan panggilan dari sekretarisnya, Wina. "Baik, Wina. Saya sementara menuju kantor," ujarnya dengan suara tegas.

Wina memberikan pengingat, "Rapat akan dimulai pukul 8 pagi Pak."

Dengan pandangan cepat ke jam di dashboard mobilnya, Sebastian menyadari bahwa sudah hampir pukul 7.45 pagi. "Baik, terima kasih, Wina. Saya akan berusaha sampai di sana secepat mungkin," ucapnya, sedikit tergesa.

Wina mengkonfirmasi sekali lagi, "Baik, Sebastian. Pak Arif mengatakan untuk tidak terlambat."

Sebastian mengangguk meskipun tindakannya tidak bisa terlihat oleh Wina. "Saya akan berusaha secepat mungkin," katanya sambil menyesuaikan kecepatan mobilnya.

Sebastian menutup panggilan dan menyesuaikan sedikit kecepatan mobilnya, berharap bisa tiba di kantor tepat waktu.

...****************...

Rapat dimulai tepat pukul 8 pagi, Para eksekutif dari perusahaan Sebastian dan perusahaan Pak Arif berkumpul untuk membahas proyek baru yang menjanjikan. Mereka tengah tenggelam dalam diskusi strategis ketika pintu ruangan tiba-tiba terbuka dengan tegas. Masuklah seorang wanita muda dengan langkah mantap, menghentikan semua pembicaraan dan menarik perhatian semua orang.

"Maafkan saya, saya agak terlambat," ucap wanita muda itu dengan senyum cerah di wajahnya.

Eksekutif-eksekutif yang sedang berkumpul saling berpandangan, kebingungan tergambar di wajah mereka. Siapa wanita ini dan mengapa dia tiba-tiba muncul di tengah-tengah rapat yang sangat serius ini?

......................

...Sampai jumpa di part selanjutnya guys 😋...

Diabaikan

...-Selamat Membaca-...

Dengan senyum bangga, Pak Arif bangkit dari kursinya.

"Maafkan gangguannya, tapi saya tadinya memang ingin memperkenalkan seseorang," ucap Pak Arif dengan suara yang tenang tapi berwibawa, mencoba meredakan kebingungan yang melingkupi ruangan.

"Ini Sarah, putri saya satu-satunya. Dia akan bergabung dengan kita dalam proyek baru yang sedang kita bahas." Senyum hangat melintas di wajah Sarah, yang memberi salam kepada semua orang di ruangan.

Sebuah gelombang kejutan melanda ruangan. Pertanyaan dan bisikan mulai beredar di antara para eksekutif, mencoba memahami apa yang sedang terjadi.

Namun, moderator rapat dengan cepat mengambil alih situasi. "Selamat bergabung Sarah dan disilahkan jika ada yang perlu disampaikan," ucapnya, memotong kebingungan yang melanda ruangan.

Dengan senyum yang tetap terpahat di wajahnya, Sarah mulai memperkenalkan dirinya dan menjelaskan niatnya untuk bergabung dalam proyek baru yang sedang dibahas.

Para eksekutif, meskipun masih agak terkejut, mulai menerima kehadiran Sarah. Dengan sikap profesional dan saling menghormati, rapat berlanjut, dan Sarah mulai memberikan pandangan serta kontribusi yang berharga bagi proyek yang sedang dibahas.

Pak Arif tersenyum bangga melihat anak semata wayangnya kini sudah bisa dengan baik membangun relasi dan pandangan dalam rapat.

Sedangkan Sebastian segera kembali memusatkan perhatian pada agenda rapat yang sedang berlangsung. Meskipun kehadiran Sarah mungkin menarik perhatian tapi ia tetap fokus pada diskusi yang sedang berlangsung. Sementara para hadirin lainnya memperhatikan kejadian tersebut.

...****************...

Sebastian pulang larut malam lagi. Luna duduk di ruang tamu, menunggu dengan gelisah. Waktu terus berjalan, tetapi tak ada kabar dari suaminya. Setiap langkah yang terdengar di luar pintu membuat hatinya berdegup lebih cepat, tetapi ketika pintu akhirnya terbuka, Luna hanya melihat bayangan lelah Sebastian yang masuk.

Luna mencoba untuk tersenyum, tetapi matanya terlihat lelah. "Aku sudah menyiapkan makan malam," ujarnya pelan.

Sebastian mengangguk singkat. "Terima kasih, Luna. Tapi aku benar-benar lelah. Aku akan langsung ke tempat tidur," kata Sebastian dengan nada yang hambar.

Kata-kata itu terasa seperti pukulan di hati Luna. Dia berjuang untuk menahan air mata yang ingin keluar. "Sebastian, tunggu... Aku butuh bicara denganmu," ucapnya dengan suara gemetar.

Namun, Sebastian hanya menggeleng. "Bisa nanti saja? Aku benar-benar kelelahan sekarang."

"Tapi, aku..." ucapnya lagi, tetapi kata-katanya terputus.

Sebastian berhenti sejenak, melihat Luna dengan tatapan campuran antara kesal dan kelelahan. "Luna, aku tahu kau sedang kesal. Tetapi aku benar-benar butuh istirahat sekarang. Kita bisa bicara besok," ucapnya dengan nada yang dingin.

Luna menatap suaminya dengan mata penuh keputusasaan. "Kamu hanya bisa mengatakan bicara besok tapi nyatanya apa? Nggak ada kita bicara, Sebastian. Kapan kita akan benar-benar berbicara?" desahnya lirih.

Sebastian mendesah dalam hati. "Kamu tahu pekerjaanku sangat penting bagi kita berdua, Luna. Aku harus menyelesaikan tanggung jawabku," jawabnya dengan nada yang dingin.

Luna mengangguk dengan sedih. "Ya, Aku tahu," ujarnya, mencoba menyembunyikan kekecewaannya.

Ketika Sebastian masuk ke dalam kamar mandi, Luna tidak bisa lagi menahan emosinya. Dia duduk di sofa dengan tubuh yang gemetar, tangisannya pecah dalam isak yang menyakitkan.

Hatinya terasa hampa, seperti ada yang hilang dari hidupnya. Luna duduk sendirian di ruang tamu yang sunyi, terdiam dalam kegelapan malam yang menyelimutinya.

Cahaya samar dari lampu ruangan hanya menyoroti bayangannya yang penuh kegelisahan. Matanya yang lelah memancarkan ketidakpastian dan ketakutan yang menyiksanya.

Luna merasa seperti berada di dalam badai emosi yang menghancurkan. Dia merenung tentang bagaimana Sebastian semakin jauh darinya, bagaimana dia selalu sibuk dengan pekerjaannya yang tak ada habisnya.

Dia merenung tentang bagaimana dia sering dibiarkan sendirian di rumah, menunggu dengan hati yang hancur karena kekecewaan.

Tangisnya pecah dalam isak yang menyayat hati.

Dia merenung tentang bagaimana cinta mereka perlahan-lahan memudar, bagaimana jarang sekali mereka berbicara dari hati ke hati, bagaimana jarak emosional semakin melebar di antara mereka.

Dan dalam keheningan malam, Luna bertanya-tanya apakah Sebastian masih mencintainya.

Dia merenung tentang bagaimana rasa cintanya masih membakar di dalam dirinya, meskipun segala kesulitan yang mereka alami. Tetapi, apakah Sebastian juga merasakan hal yang sama? Ataukah dia telah melupakan perasaannya yang terabaikan?

Air mata Luna mengalir deras, menciptakan sungai keputusasaan di pipinya. Dia merenung tentang masa depan mereka yang tidak pasti, tentang bagaimana mereka dapat menemukan kembali cinta yang telah hilang di antara kegelapan yang menyelimuti rumah tangga mereka.

......................

...Sampai jumpa di part selanjutnya guys 😋...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!