Seorang direktur atau CEO muda dan tampan sedang berada disebuah mobil, semua orang menyebutnya "KR". Sekelompok mobil ditampilkan tiba di kantor, bos keluar dari mobil dan berjalan ke kantor, semua menunduk dan memberi hormat kepada nya.
Dengan tubuhnya yang gagah dan tinggi itu ia berjalan dengan angkuh dan menawan melewati semuanya, tanpa senyum dan tanpa membalas sapaan mereka, ia terus berjalan dengan angkuh.
"wahh saat Tuan KR datang, aku seperti membayangkan lagu yang keren, yang cocok dengan dirinya.."
Bos itu mendengar suara itu wajah bos itu pun ditampilkan, dan tidak ada yang lain selain KARA WIJAYA.
Hampir semua karyawan itu menatapnya hingga tidak berkedip, saat Kara berdiri didepan mereka. dengan usia Kara yang hampir menginjak 30 tahun, ia masih terlihat sangat tampan dan awet muda. dengan kumis dan berewok tipis menambah ketampanan dari seorang "KR".
"ingat! saya membayar kalian untuk bekerja, bukan untuk merumpikan hal yang tidak penting!," setelah itu Kara masuk dalam lif pribadinya dan menghilang.
"ya ampun siapa yang mau menikah dengannya jika KR angkuh seperti itu..." ucap seseorang.
"kamu belum tahu ya,, KR itu sudah menikah loh..." balas seseorang.
"oh iya?"
"ya, tapi istrinya itu meninggal 5 tahun lalu, dan karena itu juga kepribadiannya menjadi dingin seperti itu..." jawab seseorang.
****
5 tahun berlalu, Kara sekarang adalah konglomerat bisnis yang kuat, pembisnis terkenal dan siapa yang tidak tahu dengan nama Kara. Semua orang sering menyebutnya kejam dalam urusan bisnis, Kara tidak pernah bermain main dengan omongannya, dan selalu menghargai waktu jika karyawannya tidak bisa menghargai waktu, tidak segan segan Kara memecat orang itu.
setelah kehilangan Angel, Kara hidup dengan janji janji yang ia buat untuk Angel. Kara memulai hidup untuk semua itu, sampai Kara berhasil dan membuat namanya dikenal oleh seluruh dunia. Kara membangun sebuah perusahaan ternama diberikan nama KA GROUP'S, Kara menjadi orang yang sangat ambisius saat berbisnis dan bekerja.
Sifatnya dingin dan arogan, membuat semua wanita takut saat mendekatinya. Mereka hanya bisa terkagum kagum dari jauh saja, hanya wanita tertentu saja yang menggodanya tapi Kara tidak pernah tertarik pada satu pun dari mereka saat ada yang menggodanya hanya dibalas dengan sifat dingin Kara.
Setelah penderitaan 5 tahun yang lalu, Kara pindah ke jakarta dengan seluruh keluarganya, karena agar Kara tidak mengenang masa lalunya. Terkadang jika dia rindu, dia akan datang ke makam dan rumah yang pernah ia tempati dulu.
saat ini Kara sedang duduk di singgah sananya dalam ruang kerjanya, dimeja terletak tulisan nama direktur "Direktur KR". Kara membuka sebuah laci kecil dimejanya, dan mengambil sebuah foto ternyata foto Angel. Dia tersenyum melihat foto itu.
"lihatlah, aku menjadi bos besar." ucapnya, setelah itu pintu ruangannya diketuk oleh seseorang dengan cepat Kara memasukkan foto itu kembali.
"masuk!" terlihat Reno masuk kedalam ruangannya.
"Kara aku sudah memeriksa semuanya, semua baik baik saja seperti yang diperkirakan.!" ucap Reno, Kara pun mengangguk.
Reno menjadi tangan kanan Kara selama 5 tahun terkahir, Kara tidak percaya dengan siapapun ia hanya percaya pada keluargamu sendiri. Saat Kara meminta Reno untuk menjadi orang kepercayaan nya, Reno menyetujuinya dan selalu membantu Kara jika diperlukan.
"baiklah, kalau begitu, katakan apa jadwalku? " ucap Kara angkuh.
"pergi kerumah sakit untuk memberikan santunan disana untuk seorang anak dengan penyakit Leukimia." sekejap ia mengingat Angel dengan penyakit itu.
"sembuhkan anak itu, sampai sembuh berikan pengobatan yang terbaik untuknya dan masukkan dana dari kita sebutuh yang anak itu butuhkan dirumah sakit." Reno terkejut dengan itu.
"apa kamu yakin?"
"tentu, apa aku pernah main main dengan ucapanku?" Reno hanya menggelengkan kepalanya, terdengar suara ketukan pintu lagi. Reno dan Kara saling pandang. mereka berpikir siapa yang datang.
"masuk!"
terlihat anak kecil berumur sekitar 5 tahun berlari kearah Kara, Kara terkejut melihatnya. Kara pun berdiri dari duduknya langsung membuka kedua tangannya dan tersenyum lebar.
"gendong!" ucap anak kecil itu.
"hai tampan apa kabarmu.." tanya Kara saat menggendong anak kecil itu.
"Bagas sangat baik dan tidak nakal lagi.." dengan lucu anak kecil itu membuat Kara tertawa, begitu juga Reno.
"benarkah, apa kau tidak mengganggu ayahmu?" anak laki laki itu hanya menggelengkan kepala.
"benarkah?"
ucap seseorang tiba tiba, Kara dan Reno pun melihat kearah suara tersebut. terlihat Febriyan berdiri dengan menawan, menyender disamping pintu membawa tas sekolah kecil. Febriyan berjalan ke arah Kara dan Reno.
"wahh sayang.. kau membuat pamanmu ini tertawa!" ucap Febriyan tertawa dan mengambil anak laki laki itu dari gendongan Kara, ternyata itu anak dari Febriyan.
"apa yang kau lakukan disini?" tanya Kara dengan angkuh dan duduk di sofa.
"putraku meminta untuk bertemu dengan paman kesayangannya.." Febriyan menuru kan putranya dan berjalan kearah Kara.
"bagaimana kabarmu?" tanya Febriyan, Kara pun tersenyum tipis dan menyalakan rokok.
"seharusnya aku yang bertanya bagaimana kabarmu, apa kamu baik menjadi single parent?" Febriyan tertawa dengan perkataan Kara.
"hei!" ucap Reno tiba tiba, Kara dan Febriyan pun melihat kearah Reno.
"kalian tidak perlu membahas kesedihan lagi, Kara ayo pergi!." ucap Reno membuat Febriyan kesal dan menendang bokong Reno sampai terpental ke sofa, membuat putra Febriyan tertawa.
"hahaha... lihat lah anak itu tertawa.." ucap Kara yang tiba tiba tertawa, mereka semua pun tertawa.
"hei anak kecil apa kau mau mempunyai Ibu?" tanya Reno kepada Bagas putra Febriyan, Kara hanya terdiam mendengar perkataan Reno.
"iyaa.. bagas pengen punya ibu..." jawaban dari Bagas membuat Reno melihat kearah Febriyan yang kini sedang menatap tajam kearah Reno.
"apa yang kau lihat?" ketus Febriyan menggendong Bagas, Kara hanya menggelengkan kepala mendengar Reno tertawa.
***
Kara, Reno dan Febriyan keluar dari ruangan Kara menuju keluar perusahaan. dengan menawan Reno berjalan agak sedikit belakang dibelakang Kara, Kara dengan ke angkuhannya berjalan sedangkan Febriyan berjalan disamping Kara dengan menggendong putra kecilnya.
Mata semua orang tertuju pada mereka, betapa kagumnya mereka melihat bos tampan mereka. Kara selalu terlihat rapi dengan jasnya begitu juga dengan Reno, bukan hanya bos mereka, mereka juga terkagum melihat Febriyan sangat tampan menggendong putranya.
"ya Allah tampan sekali..." ucap salah satu karyawan.
"hm.. benar, apalagi tuan KR..." balas lainnya.
"tidak lebih tampan kakaknya itu, membawa putranya.."
"ketiga pria single itu, beri aku satu huhu..."
Febriyan tertawa mendengar itu, Kara tetap dengan keangkuhannya berjalan dan tidak menggubris omongan dari bawahannya.
mereka berhenti disebuah mobil, terdapat mobil yang sudah berjejer didepan kantor Kara. bahkan seorang supir sudah membukakan pintu mobil dan mempersilahkan Kara untuk masuk, langkah Kara berhenti dan melihat kearah Febriyan.
"oke boy.. kamu mau kemana sekarang?" tanya Febriyan pada putranya.
"es krim.."
"oke kita akan pergi beli es krim.." Febriyan pun masuk kedalam mobilnya, saat seorang supir membukakan pintu.
****
Kara dan Reno sedang berada disebuah restoran, mereka sedang bertemu dengan klien. Kara membicarakan bisnis dengan seseorang, Reno pun turut serta disana. begitu juga dengan Febriyan bersama putranya sedang menikmati makan siang mereka, beberapa menit kemudian Reno dan Kara selesai dengan urusan mereka dan menghampiri meja Febriyan.
"makanlah yang banyak, agar kau cepat besar!" ucap Reno mengusap rambut Bagas yang tengah asik memakan ayam goreng ditangannya.
"katanya mau makan es krim?" tanya Kara duduk disebelah Bagas.
"aku tidak tahu, saat kusuruh memilih es krim apa, malah menunjuk ayam goreng!." Kara hanya mengangguk saja.
setelah selesai Febriyan sedang menunggu pesanan nya yaitu es krim yang dipinta putranya untuk dibawa pulang, Kara dan Reno tengah sibuk hp nya dan tidak memperhatikan Bagas yang berlari kesana kemari.
"Bagas awas!!" teriak Kara saat melihat sebuah mobil akan menabrak Bagas, ia berlari dengan cepat mengangkat tubuh Bagas.
Bagas selamat tapi tangan Kara terkilir hingga bagian pundaknya, Kara meringis kesakitan. Reno dan Febriyan berlari cepat melihat darah keluar dari tangan Kara dan kaki Bagas, Reno mengangkat Bagas yang menangis diberikannya kepada Febriyan, mereka membawa Kara dan Bagas kerumah sakit.
saat sudah sampai dirumah sakit dengan cepat Reno berlari masuk kerumah sakit itu, Reno menuntun Kara sedangkan Febriyan berlari membawa Bagas.
"ada apa ini?" tanya seorang dokter wanita.
"dokter pria ini terluka pada tangannya, dan anak kecil ini menangis karena kakinya terluka!" ucap seorang perawat,
"dokter obati anak itu.., urus aku nanti saja.." ucap Kara, dokter itu pun langsung menyuruh Febriyan masuk kedalam ruang rawat, sedangkan Kara ditempatkan diruangan lain menunggu dokter mengobatinya.
***
jangan lupa like dan komen kalian😇
oh iya tekan tanda ❤
Nadia Salsabillah seorang dokter cantik berusia 27 tahun yang ramah, baik dan juga sangat baik hati. Nadia adalah seorang mahasiswa terbaik dan berprestasi jurusan kedokteran di universitasnya saat kuliah dulu, meskipun belum menikah Nadia memiliki sifat keibuan dan sangat lembut sebagai seorang wanita.
Nadia terkenal sebagai dokter yang ahli dengan apapun, semua dokter percaya siapapun yang mendapatkan perawatan dari dokter itu akan baik baik saja.
siang itu Nadia datang menghampiri setiap pasien yang dirawat disana, ia mendatangi pasiennya satu persatu dengn senyum cantiknya.
"halo.. bagaimana kabarmu.." ucap Nadia pada seorang pasien
"baik dokter.." Nadia tersenyum cantik mendapat jawaban itu.
" Nadia kamu sudah memeriksa semuanya apa kau tidak lelah?" ucap suster Dewi.
"tidak Dewi ini sudah tugasku, jika kamu mau istirahat kamu boleh istirahat." ucap Nadia tersenyum, Dewi temannya itu hanya menggelengkan kepala dan mengikuti langkah Nadia.
Nadia sedang duduk sibuk dengan kertas kertas diatas meja, tiba tiba seseorang berteriak memanggil namanya.
"dokter Nadia... ada pasien yang terluka." ucap perawat, Nadia pun langsung berlari menghampiri pasiennya.
terlihat seorang pria menggendong anak kecil yang menangis, dengan cepat Nadia menghampiri mereka
"ada apa ini?" tanya Nadia yang melihat seorang lagi dengan tangan terluka.
"dokter pria ini terluka pada tangannya, dan anak kecil ini menangis karena kakinya terluka!" ucap seorang perawat,
"dokter obati anak itu.., urus aku nanti saja.." Nadia pun mengangguk dan menyuruh pria yang tak lain adalah Febriyan untuk masuk kedalam ruang rawat.
saat didalam ruang rawat itu Bagas terus menangis dipangkuan Febriyan melihat darah yang ada pada kakinya, Nadia pun tersenyum dengan kelucuan Bagas.
"haii siapa namamu sayang..." tanya Nadia, Bagas pun berhenti menangis mendengar suara indah Nadia.
"agas.." Nadia tersenyum mendengar suara pelat dari Bagas.
"kenapa kamu menangis memangnya ini sakit ya.." Bagas menggelengkan kepala, Nadia sibuk membersihkan luka itu dengan antiseptik.
"anak laki laki tidak boleh menangis loh.. harus kuat seperti papa nya..." Febriyan tersenyum..
"kamu pengen jadi kayak papa tidak.." Bagas menggelengkan kepala, membuat Nadia bingung.
"kenapa?"
"agas.. penen.. jadi sepelti omn Kala.." Nadia pun mencium pipi Bagas dengan gemas
"siapa om Kala itu?" Bagas mencari cari keberadaan Kara tapi tidak menemukan nya.
"papa dimana om kala..."
"om Kara ada disebelah, nanti kamu ketemu!" jawab Febriyan.
"oh.. jadi om Kala itu yang tadi ya.." Bagas pun mengangguk dengan perkataan Nadia, Nadia masih sibuk membalut luka Bagas dengan perban.
"kalau Bagas pengen jadi kayak om Kara, Bagas gak boleh cengeng, coba lihat tadi om Kara tidak menangis ya kan.." ucap Nadia tersenyum.
"iyaa.. agas gak bakal nanis lagi..." Nadia tertawa dengan itu.
"baiklah pak.. anak anda sudah baik baik saja hanya terluka kecil, saya sudah membersihkan nya dan oh iya jangan terkena air ya. jika ada apa apa bapak langsung bawa saja kemari dan saya akan memeriksanya." ucap Nadia pada Febriyan.
"iya dokter terima kasih, saya tidak akan lupa itu.." ucap Febriyan tersenyum.
"iya sama sama bapak, anak manis sekarang kamu boleh pulang." ucap Nadia mencubit pipi gembul Bagas dengan gemas.
"doktel.. siapa namanya..." Febriyan terkejut dengan perkataan Bagas, Nadia tertawa dengan itu.
"hm.. Bagas sukanya manggil dokter apa?".
"doktel cantik!" Nadia tertawa lagi.
"kenapa?"
"kalena.. doktel itu cantik..." Bagas membawa Febriyan mendekat kearah Nadia, Febriyan terkejut dengan Bagas yang mencium Nadia.
"maaf dokter, anak saya nakal, Bagas tidak boleh begitu nak..." Nadia tertawa dengan itu.
"tidak apa apa pak, namanya juga anak kecil.. nama dokter itu Nadia.." ucap Nadia membalas ciuman dari Bagas.
"baiklah pak saya permisi dulu, dadah Bagas..." Bagas melambaikan tangannya pada Nadia.
Nadia berjalan menuju tempat dimana Kara menunggu, Nadia berjalan kearah Kara. Terlihat Kara berbaring menutup matanya, Nadia mengambil anti septik dan menggapai tangan Kara. Kara terkejut ia membuka mata dan melihat Nadia disampingnya,
"pak.. silahkan duduk saya akan membersihkan luka ini.."
tanpa menjawab Kara mendudukan dirinya, Nadia mulai membersihkan luka itu. Kara meringis merasakan sakit pada tangannya, Nadia hanya melihatnya sekilas.
"kau kalah dengan keponakanmu, dia tidak merasakan sakit sama sekali saat aku membersihkan lukanya." Kara hanya diam tidak menjawab perkataan Nadia.
pria sombong. seperti ingin dicontoh? tidak baik untuk dicontoh.
Nadia membalut luka itu, dan memasang alat pada lengan Kara karena tangan Kara mengalami cedera serius. Reno masuk keruangan Kara, Kara pergi begitu saja.
"hm.. dokter terima kasih! " ucap Reno tersenyum.
"iya tuan, nanti kalau terjadi sesuatu pada tangannya bawa saja kemari lagi dan temui saya..." ucap Nadia tersenyum dan berlalu pergi.
****
jangan lupa like dan komen kalian😍
Dua hari kemudian setelah kejadian kecelakaan itu, tangan Kara belum sembuh bahkan tangannya menggantung didepan dadanya menggunakan alat yang dipasang oleh Nadia dihari sebelumnya, tapi tidak menjadi penghalang untuk bekerja.
Kara sedang sibuk didepan komputernya dengan satu tangan Kara mengerjakan pekerjaannya sampai kegiatannya terhenti ketika seseorang mengetuk pintu ruangannya.
"masuk!" ucap Kara dingin, dan terlihat Febriyan disana menggendong Bagas, Kara pun berdiri menghampiri mereka.
"hei pendekar apa kakimu sudah sembuh.." ucap Kara mencubit pipi Bagas dengan gemas.
"tentu saja.." Febriyan pun mendudukan Bagas ke sofa, Kara menghampirinya.
"Kara terima kasih.. kalau tidak ada kamu, entah apa yang terjadi padanya.." Kara tersenyum mendengar perkataan Febriyan.
"kenapa harus berterima kasih, dulu kau juga menyelamatkanku, jika tidak aku tidak akan berdiri disini." ucap Kara, Febriyan pun mengingat 5 tahun yang lalu dirinya menyelamatkan Kara yang hendak mati dengan meminum sebuah racun.
"haha kau benar.. Kara?"
"hm..?" jawab Kara yang fokus dengan Bagas.
"apa kau tidak mau menikah kembali?" pertanyaan Febriyan membuat Kara terdiam dan menyunggingkan senyumnya.
"sebaiknya kamu yang harus menikah lagi, untuk bisa mengurus putramu..." Febriyan malah tertawa.
"tidak.. aku hanya mencintai Ina.."
"aku juga, hanya mencintai Angel." sejenak mereka saling pandang dan tertawa renyah.
"om.. ayo kita kelumah satit.." pinta Bagas, Kara pun bingung dengan itu.
"oh iya, Bagas harus mengganti perbannya.. tapi aku ada jam ngajar hari ini!" Febriyan melihat kearah arloji nya, Kara menghela nafas.
"baiklah biar aku saja mengantar nya, dan aku juga akan melepas alat ini, aku benar benar tidak menyukainya." Kara menggendong Bagas dengan lengan yang tidak terluka, Febriyan terkejut dengan itu.
"apa kau yakin menggendongnya?"
"tentu saja, apa kau mau aku membiarkannya berjalan dengan kaki seperti itu?" Febriyan menggelengkan kepala, mereka pun berlalu pergi dari ruangan Kara.
"Kara aku titip putraku, nanti akan kujemput dia setelah selesai mengajar." Kara pun mengangguk dan memerintahkan supir untuk melajukan mobilnya menuju rumah sakit.
setelah sampai dirumah sakit, Kara menggendong bagas dengan tangannya yang tidak terluka. Kara bingung mencari dokter itu, bahkan Kara tidak tahu siapa nama dokter itu, sampai suara Bagas
"doktel cantik.." suara Bagas membuat seorang dokter menoleh dan tersenyum,
Bagas meminta turun pada Kara dan berlari kearah Nadia, tapi saat berlari Bagas hampir saja ditabrak oleh seseorang jika Kara tidak menariknya hingga tubuh Bagas berada diatas tubuh Kara.
"Akhhh..!" teriak Kara saat tangannya yang terluka tertindi tubuh Bagas, Nadia terlihat terkejut dengan cepat Nadia menghampiri mereka.
"apa kau tidak apa apa, sayang apa kau baik baik saja." Bagas mengangguk kan kepala, perhatian Nadia tertuju pada Kara yang merintih kesakitan.
Nadia membantu Kara berdiri dan tidak ada penolakan, Kara terdiam saat Nadia membantunya berdiri untuk pertama kalinya setelah lima tahun seorang wanita menyentuh. Nadia membantu Kara keruangannya untuk dirawat, Bagas digendong ole salah satu perawat.
"seharusnya kau lebih berhati hati tuan!" ucap Nadia membuka alat pada tangan Kara, Kara hanya mengeryitkan dahinya.
"apa kau tidak bisa hanya melepas itu dan tidak usah mengomel dokter!" ucap Kara tiba tiba, Nadia pun kesal ia menekan lengan Kara yang terkilir.
"akhh.." Kara berteriak kesakitan, membuat Nadia tersenyum sinis.
"beraninya kau!"
"tuan!! awas!!"
Kara hendak berdiri tapi malah menabrak Nadia, karena tubuhnya sangat dekat dengan Nadia. saat Nadia tersenrak kebelakang dengan cepat Kara menggapai pinggang Nadia dan membuat mereka sangat dekat. mereka saling pandang, sedetik, dua detik, tiga detik, Kara tersadar dan melepas tubuh Nadia.
"aku tidak perlu memakainya lagi!" ucap Kara saat melihat Nadia ingin memasangnya.
"tidak tuan, kau harus memakainya agar tanganmu tidak sakit lebih parah!" Nadia tetap memasang itu pada lengan Kara, aneh nya Kara tidak menolak dan malah ter diam.
"apa kau tidak tahu siapa aku?" tanya Kara, Nadia diam tidak menghiraukannya ia tetap fokus dengan pekerjaannya memasang alat pada lengan Kara.
"dokter tuli.. akh.." Nadia menekan lengan Kara, Kara sangat marah dengan itu.
"sudah selesai tuan! oh iya nama saya dokter Nadia bukan dokter tuli!" setelah mengatakan itu Nadia keluar dari sana, Kara menyunggingkan senyum nya tapi hilang beberapa detik kemudian.
Nadia terus mengumpat kekesalannya pada Kara.
"menyebalkan, dia pikir dia itu siapa emangnya dia bos besar apa!" Nadia melampiaskan kekesalannya pada kertas didepannya.
"Nad, kenapa?" tanya Dewi melihat temannya kesal.
"aku kesal, kau tahu dia menjuluki tuli apaan coba." Dewi marah dengan perkataan Nadia.
"kamu lucu ya.. emang kesal sama siapa, aku baru liat loh kamu sangat kesal gini.
"hiss.. Dewi... pria itu loh yang tinggi brewokan gan.. eh nggak maksudku gaya sok pakai jas!" Dewi mengerti siapa yang dimaksud oleh Nadia.
"oh.. KR."
"KR?, kamu kenal?" Dewi mengangguk.
"Nadia,, siapa sih yang gak kenal dengan seorang KR, ceo tampan, angkuh dan anti dengan wanita, dijamin deh kalau dia udah cinta sama cewek gak bakal selingkuh!" Dewi tertawa, Nadia semakin kesal dengan itu.
"siapa tahu kamu naksir dia!"
"siapa juga yang mau dengan dia!, liat tampangnya saja seperti itu hii.." ucap Nadia dan berlalu pergi.
"Nad, mau kemana?" tanya Dewi mengikuti langkah Nadia
"mau pulang!" ucap Nadia tanpa menoleh Dewi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!