NovelToon NovelToon

Kisah Regan Citra

chapter 1

Anak kecil ber usia 5 tahun itu asik merasakan sejuk dan dinginnya air pegunungan yang merendam tubuhnya, mereka adalah Regan dan Regi anak kembar laki - laki dari pasangan Putra Mahardika dan Rosintiani.

Setiap akhir pekan Putra akan mengajak keluarganya ini untuk berlibur seperti weekend kali ini ia mengajak anak dan istrinya itu ke sebuah Air Terjun di mana Air Terjun itu menyajikan sebuah pemandangan yang begitu indah.

Canda tawa pun selalu menghiasi wajah mereka, Regan kecil tampak begitu menikmati bermain air bersama kakaknya sedangkan Putra dan Rosi mengawasi dari Gazebo yang tak jauh dari sana....

"Gan.. kita ke sana yuk!" Ajak Regi menghampiri Regan yang tengah duduk di atas bebatuan, ia ingat betul nasehat ayahnya bahwa ia dan Regi tak boleh pergi kemanapun tanpa se izin ayahnya.

"Kata papa kita gak boleh kemana mana, jadi kita di sini aja."

"Tapi di sana lebih bagus di sana ada kolam ikannya aku mau kesana kamu gak mau ikut aku?"

Dengan bimbang Regan pun akhirnya mengikuti kakaknya yang telah berjalan lebih dulu, melihat ikan adalah kesukaannya sejak dulu.

"Regi! Jangan jauh - jauh aku takut papa marah kalau kita main terlalu jauh!"

"Cuma sebentar kok, kalau kamu takut liatin aku aja."

Regi kecil pun berjalan dengan lincahnya di atas bebatuan tanpa merasakan ada bahaya sedang mengintai dirinya itu.

Ia terus berjalan agar sampai ke sebuah kolam ikan dekat area air terjun, dengan ragu - ragu Regan pun mulai mengikutinya.

"Wah banyak banget Ikannya!"

Seru Regi dengan senangnya Regan pun mulai mengikuti kakaknya itu dan berdiri di sampingnya, ia melihat begitu banyak ikan besar yang ada di kolam itu warnanya begitu cantik.

Di satu sisi ada Putra dan Rosi yang kebingungan karna kedua anaknya tak ada di sana, mereka pun panik dan mulai mencari ke sana kemari.

"Pap! Kemana anak kita pap?"

"Lho.. tadi mereka main di sini, Regan sudah papa bilangin jangan main jauh - jauh tanpa se izin papa."

"Ayo kita cari mereka pap!"

Saat ke dua orang tua mereka sibuk mencari, Regan dan Regi malah asyik tertawa bermain bersama ikan - ikan itu hingga Regi pun berniat untuk berdiri di tepi kolam.

Ia langsung memanjat berusaha menaiki agar bisa duduk dan lebih dekat dengan para ikan koi itu. Namun Regan yang melihat langsung melarangnya karna menurutnya itu harus dengan bantuan orang dewasa.

"Kamu mau ngapain Gi?"

"Aku mau naik, Aku mau duduk di atas sini."

"Jangan! Kita harus minta tolong orang dewasa kalau kita mau duduk di atas sini."

"Gak perlu kita kan udah umur 5 tahun kita udah besar."

Regi pun langsung memijakan kakinya di atas bebatuan yang ada di sekitar kolam ia langsung memanjat berusaha menaiki agar bisa sampai diatas tepi kolam.

"Aku bisa kan Gan!"

"Kamu hebat Gi!"

Seru Regan yang melihat saudara kembarnya itu sudah sampai di atas tepi kolam, ia juga ingin mengikuti Regi. Regan langsung menyusul Regi, Mereka berdua begitu senang apa lagi Regi yang kegirangan, hingga akhirnya ia terpleset dan nyaris jatuh ke dalam kolam yang dalam.

Regan yang melihat refleks langsung menolongnya Regan menarik baju Regi dan Regi pun memegang erat tepian kolam itu agar tak jatuh ke bawah.

"Regi! Pegang tangan ku!"

"Gak bisa! Aku takut huaaaaa... Mama! Papa! Tolong!..."

Regan berusaha menolong kakaknya itu, ia pun menarik kedua tangan kakaknya sambil berteriak meminta bantuan kepada siapa pun yang berada di sana.

"Tolong... Tolong! Tolongin kakak Egan! Mama! Papa! Tolong kami..." Teriak Regan sambil menangis, hingga pegangan tangan Regan pun sudah tak kuat lagi menahan beban Regi.

Regi pun akhirnya terjatuh ke dalam kolam namun ternyata di sana ada sebuah pijakan kayu dan Regi pun berhasil memegangnya agar tak benar - benar jatuh ke bawah, Regan juga berusaha untuk menggapai tangan Regi namun nihil karna jarak antara Regan dan Regi cukup jauh. Regan harus jatuh kedalam kolam lebih dulu orang - orang yang berada di sana pun langsung berteriak histeris, mereka menghampiri kolam itu berusaha menolong mereka.

"Ya ampun itu anak kok bisa di sana!"

"Kemana orang tuanya sih lalai banget jagain anaknya!"

"Cepat tolongin!"

Seru beberapa wisatawan yang ada di sana hingga Putra dan Rosi pun terkejut tatkala melihat keramaian di sana. Mereka langsung menghampiri dan betapa terkejutnya mereka saat melihat Regi sudah basah kuyup dan terbaring di tepi kolam, ia menangis sejadi jadinya belum lagi Regan yang berada di gendongan petugas itu dengan kondisi yang sudah tak sadarkan diri. Entah apa yang akhirnya membuat mereka seperti itu.

"Regan! Regi!"

"Anak ku!"

"Bu di jaga anaknya mereka main di tepi kolam sampe terpleset tuh! Beruntung aja ada yang lihat!" Celoteh salah satu wisatawan kepada Rosi, ia tak menghiraukannya ia terfokus pada Regi yang menangis di sana berusaha di tenangkan, belum lagi Regan yang tak sadarkan diri membuat kedua orang tua mereka langsung membawa Regan dan Regi ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan.

Sesampainya di rumah sakit Regi dan Regan langsung mendapatkan pertolongan pertama, luka di kepala Regan cukup parah karna terbentur bebatuan belum lagi lebam yang ada di beberapa bagian tubuhnya itu membuatnya harus menahan sakit.

Mereka pun di rawat 1 satu ruangan yang sama, Putra melirik ke arah Regan ia terus menanyakan perihal kronologis yang sebenarnya terjadi.

"Regan! Kan sudah papa bilang, jangan pergi kalau tidak mendapat izin dari papa dan mama kamu lihat kan akibatnya?"

"Regan udah bilang sama Regi pa, Tapi dia malah bilang kita udah besar."

"Regan.. Regi itu orangnya penakut dia gak mungkin seperti itu nak, mama tau kok sifat anak - anak mama ini. Coba Regan bayangkan kalau seandainya kalian gak ada yang menolong hm?" Suara lembut itu pun ikut berbicara menghakimi seorang anak kecil yang terus di salahkan, sedangkan Regi hanya meringis sambil terus menangis membuat Regan pun kesal mengapa kakaknya hanya diam saja tak ikut menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

"Tapi Regan gak bohong ma! Regan gak ajak Regi ke sana, Regi sendiri yang mau ke sana."

"Udah kamu istirahat dulu, mama mau tenangin Regi dulu."

Wanita itu pun langsung mendekati Regi yang sedang bersama Putra, bukan kah Regan lebih parah luka nya? Tapi kenapa mereka seolah olah tak memperhatikan Regan.

"Prang...!!!"

Sebuah figura foto yang memperlihatkan keluarga kecil yang begitu bahagia akhirnya pun jatuh berantakan, Regan membantingkannya ke lantai setelah ia mengingat memori di mana masalah itu datang yang mengakibatkan ia harus menahan penderitaan di beda - bedakan oleh ke dua orang tuanya.

Ia selalu di salahkan walau ia sudah berbicara yang sebenarnya, namun tak pernahkah mereka berpikir sekarang mereka masih hidup bukan? Toh mengapa mereka masih saja menyalahkan Regan atas kejadian 14 tahun yang lalu saat dirinya berumur 5 tahun.

"Gak ada lagi yang sayang sama gue! Bahkan lu Gi buat lu bicara yang sebenarnya aja lu gak bisa dasar pecundang!"

Regan begitu terlihat emosi ia melempar sebuah vas bunga hingga hancur berantakan, membuat Regi yang ada di sebelah kamarnya pun datang mencoba membuka pintu kamar Regan namun pintunya terkunci.

"Tok..tok..tok! Gan buka pintunya! Apa lagi yang lu pecahin hah?!"

"Bukan urusan lu!"

"Lu gak bisa terus terusan kayak gini, kaya anak kecil tau gak!"

"Tau apa lu tentang gue hah?! Ini semua gara gara lu, Lu penyebab kekacauan dalam hidup gue!"

"Ngomong apa sih lu! Udah buruan keluar!." Bentak Regi dari luar kamar namun Regan enggan menanggapinya ia mendudukan tubuhnya di atas sofa melihat darah yang mengalir dari lengannya akibat terkena serpihan kaca.

"Luka ini gak sesakit luka batin yang kalian beri."

Regan memejamkan matanya berusaha mengatur nafasnya, melupakan sejenak semua rasa sakit yang mendera tubuhnya.

next...

chapter 2

Pagi ini jam menunjukkan pukul 06.00 namun Regan sudah berada di sekolah.

Ia selalu berangkat pagi hari karna menghindari saudara kembarnya itu. Disaat

Regi terbiasa di antar oleh Putra atau bahkan membawa mobilnya tapi tidak

dengan Regan, ia lebih senang berjalan kaki setiap hari walau jarak dari

rumahnya ke sekolah cukup jauh.

“Regan!"

Suara nyaring itu

terdengar memekikan telinga nya yang saat ini tengah berjalan melewati Aula

sekolah, Regan malas sekali maendengar suara itu siapa lagi jika bukan Citra.

Wanita yang selalu aja

sok akrab dengannya itu Walau Regan selalu berucap kasar padanya bahkan

mencampakkannya namun wanita itu tetap mengganggunya.

"Regan ih tunggu! Gue manggil lu tau!"

"Mau apa sih lu?Bisa gak sih sehari aja lu gak perlu ganggu gue?"Regan memberhentikan

langkah kakinya dan berdiri di samping Citra karna lengannya kini tengah ditahan olehnya.

Regan tau wanita didepannya ini tak kan pernah berhenti mengganggunya sampai ia menerima pertemanannya.

"Kok lu gitu sih sama gue? Gue cuma mau ajak lu sarapan pasti lu belum sarapan kan? Tapi.. tangan lu kenapa?" Tanya Citra yang melihat tangan Regan terluka, itu pasti luka saat semalam ia memecahkan beberapa foto di kamarnya.

"Gue udah sarapan, Dan jangan kepo!"Regan membalasnya dingin, ia begitu malas bersama makhluk yang satu ini. Citra memang di kenal siswi paling cantik dan ramah kepada siapapun semua pria akan terpikat oleh kecantikkannya ia juga terkenal pintar sama dengan Regan dan Regi.

Namun hal itu tak membuat Regan merubah sikapnya ia malah membenci gadis itu. Menurutnya Citra selalu

saja mengganggu aktifitasnya.

"Jawab dulu tangan lu kenapa? Ini kenapa gak di obatin sih?"

"Lepasin tangan gue!" Regan langsung menarik tangannya kemudian berjalan meninggalkan Citra sendirian dengan wajah masamnya.

"Kenapa sih lu gak bisa lihat gue ada Gan? selama ini gue bener - bener tulus mau berteman sama lu."

Citra kemudian berbalik arah menuju kelasnya dengan perasaan yang sedih, Regan selalu saja tak pernah

bisa menerima kehadirannya padahal ia sudah berusaha untuk selalu ada untuk Regan.

Suasana kelas belum begitu ramai, Regan langsung duduk di kursinya yang berada paling belakang. Ia

memandangi ke luar jendela melihat gumpalan awan putih ia sangat senang memandangi awan itu.

"Gan.. Apa yang lu lakuin semalam?"

Suara itu membuyarkan lamunan Regan suara yang paling ia kenal, Ya itu adalah Regi saudara kembarnya yang baru saja tiba namun Regi tak sekelas dengan Regan.

"Bukan urusan lu!"

"Jelas itu urusan gue, lu hancurin lagi foto keluarga kita kan?"

"Kita? Iya itu dulu sebelum lu rebut semuanya!"

"Tolong jangan kek bocah deh lu, dikit dikit ngambek dewasa dikit lah Gan!"

Ucapan Regi itu membuatnya sedikit kesal, namun ia berusaha untuk menahannya ia tak ingin berdebat pagi ini. Ia memilih meninggalkan Regi di kelasnya kemudian berlalu pergi menuju perpustakaan.

"Regan! Gak sopan lu!" Gumam Regi yang kesal dengan tingkah adiknya itu.

Kedatangan Regi ke kelasnya membuat mood nya pun berantakan, hingga ia berniat menghabiskan jam pelajaran pertama di perpustakaan.

Regan kemudian mengambil kursi yang terletak di pojok perpustakaan meraih sebuah buku yang berada di rak dekat kursinya kemudian mulai membacanya.

Bel istirahat telah berbunyi, kini Citra telah berdiri di depan kelas Regan berusaha mencari sosok pria yang tak pernah menerima kehadirannya itu. Namun nihil Regan tak kunjung menampakan dirinya.

"Eh Regan kemana?" Tanya Citra menghampiri Dev yang sedang bermain Mobile Legends di ponselnya. Dev adalah teman dekat Regan namanya adalah Devano namun ia hanya ingin di panggil Dev.

next...!

chapter 3

"Gak tau, dari jam pertama dia gak masuk. Tuh ada tasnya doang."

"Ishh.. gak pernah berubah." Balas Citra kemudian pergi berniat untuk mencari Regan.

"Dasar cewek aneh, gak pernah di anggap sama Regan tapi masih aja nge deketin heran gue sama jalan pikiran lu Citra.." Gumam Dev melihat Citra yang sudah hilang dari pandangannya itu.

Citra terus mencari Regan, hingga ia teringat sebuah tempat yang di sukai Regan. Walau terkenal badboy namun sebenarnya Regan anak yang baik.

"Nah tuh dia kan ada di sana." Citra begitu senang bisa menemukan Regan, namun pria itu tengah tertidur sambil menutupi wajahnya dengan buku.

"Regan! Regan bangun jangan tidur di sini." Citra mencoba membangunkan Regan dengan menggoyangkan bahunya itu.

"Apa sih brisik! Bisa gak sih lu sehari aja gak ganggu gue."

"Kenapa sih lu tuh cuek banget sama gue, salah gue apa sama lu Gan? Perlakuan lu ke gue beda

banget saat lu ketemu Lisa."

"Ya beda lah nama lu aja beda."

"Ya tapi kenapa Gan?"

"Bukan urusan lu!"

Regan langsung bangkit dari kursinya meninggalkan Citra yang menatapnya begitu kesal.

Hari ini benar - benar semua orang membuatnya begitu kesal, hingga ia melewati parkiran sekolah ia pun di hadang oleh Bobby sang kakak kelas yang di takuti oleh semua siswa di sekolah ini.

"Woy! Bagi duit dong!" Ucap Bobby dengan entengnya.

"Ga ada."

“Alah anak orang kaya masa gak punya duit! Mana sini keluarin dompet lu."

"Kalau gue gak mau?"

"Wah Bob.. dia nantangin."

"Jangan sok jagoan lu di sini.!!"

"Gue di sini mau sekolah."

"Banyak bacot lu!"

Bobby terlihat begitu kesal dengan Regan namun Regan hanya diam menatap dingin ke arahnya hingga

Bobby pun mendaratkan satu pukulan tepat di perutnya, membuat Regan naik pitam emosinya yang sedari malam ia tahan akhirnya kini terlampiaskan.

"Oh lu mau main perang perangan sama gue? oke!"

"Bukk!!" Regan meninju hidung Bobby hingga mengeluarkan darah mereka berdua pun terlibat perkelahian hingga Citra dan Dev pun mengetahui itu, mereka langsung melapor pada guru piket.

"Eh Regan udah stop!" Lerai Citra dan Dev.

"Sorry ya gue semalam lagi emosi banget! Kebetulan ada lu jadi lu aja yang jadi pelampiasan gue!" Ucap Regan sambil mengelap darah segar yang ada di bibirnya, ia memandang tajam ke arah Bobby yang sudah terjatuh lemah di tanah hingga datanglah bu Sekar sang guru BK.

"Regan! Bobby! Masuk ke ruangan saya sekarang!"

"Bobby! Apa benar yang di bilang Regan kalau kamu meminta uang padanya?"

"Enggak bu."

"Jawab jujur atau saya telfon ke dua orang tua kamu!"

"Jangan bu.. iya saya lakuin itu."

"Bobby.. kamu gak boleh seperti itu! Kamu sudah kelas 12 berilah contoh yang baik buat adik kelas kamu, sekarang kamu pergi ke UKS bersihkan luka kamu bel pulang sekolah jangan lupa ambil surat panggilan orang tua."

"Dan kamu Regan.. kamu itu pintar nak, sangat pintar jadi tolong berhentilah seperti ini. Ubahlah sikapmu Regan." Ucap bu Sekar dengan lembut, ia tahu Regan sebenarnya anak yang baik ia tak nakal jika tak di ganggu.

Sikapnya yang terkesan nakal itu hanya tercipta ketika ia sedang emosi dan sebenarnya Regan hanya

ingin di dengarkan.

"Oh ya emangnya saya pintar ya bu?"

"Ayolah nak jangan seperti itu, kamu kan pandai memainkan piano. Bahkan tahun kemarin kamu membawa harum nama sekolah kita."

"Ah itu.. itu sih cuma hal biasa bu lagi kebetulan aja."

"Ibu gak mau marah - marah sama kamu, kamu di marahin malah makin jadi. Pulang sekolah ambil surat panggilan orang tua."

"Nah gitu dong kan selesai masalahnya, saya keluar dulu bu."

Sekar hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah Regan yang seperti itu.

"Dari mana aja sih lu, sekalinya keluar malah ribut sama si Boby!" Gerutu Dev saat melihat Regan masuk ke dalam kelas.

"Perpus lah.. biarin setidaknya berkat dia emosi gue terlampiaskan."

"Hadehh.. kenapa lagi?"

"Gak apa apa. Mana buku lu gue pinjam."

"Nih udah gue siapin."

"Thanks brother.."

"Yoi.. eh lu di cariin Citra tuh."

"Ngapain sih tuh cewek aneh."

"Cinta kali sama lu."

"Idih.. buat lu aja."

"Jangan gitu, nanti benci jadi cinta gimana?"

"Serah lu!"

Dev hanya bisa tertawa melihat tingkah laku sahabatnya itu, ia juga sangat senang menggoda Regan. Walau Regan terkesan cuek tapi sejatinya ia tak pernah pilih kasih terhadap semua teman temannya.

Next...!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!