NovelToon NovelToon

Derita Wanita Malam

Bab Satu

Celina bangun dan langsung berdiri begitu menyadari sang pelanggan yang ingin dia layani, tidak menggunakan pengaman. Dia telah mengatakan pada mami Angel, salah satu syarat memakai jasanya adalah memakai pengaman.

Celina lalu meminta sang pelanggan untuk memakainya dulu. Tapi pria hidung belang itu tak menggubrisnya.

"Harus berapa kali aku katakan, aku tak akan melayani jika anda tidak memakai pengaman!" ucap Celina dengan tegas.

"Aku sudah membayar mu! Jangan belagu dan sombong!" balas pria itu dengan nada tinggi.

"Bukankah salah satu syarat jika ingin menggunakan aku, pakai pengaman. Anda menyalahi aturan. Minta saja uangmu dengan mami Angel. Maaf, aku tak Sudi melayani!" ujar Celina lagi.

Bukannya dia sok bersih dan sok suci. Ini semua salah satu cara agar dia tak tertukar penyakit dari pelanggan. Memang kemungkinan tertular itu akan selalu ada selagi dia masih melayani berbagai pria hidung belang.

Celina mengambil bajunya, dan memakainya kembali. Setelah itu dia berjalan menuju pintu hotel tempatnya berada saat ini. Ketika akan menggapai pintu, tangannya di tarik seseorang.

"Kau pikir bisa pergi sebelum melayaniku!" ucap Pria itu, dia menarik tangan Celina dengan keras sehingga gadis itu tersungkur.

Pria berbadan tinggi dan besar itu mendekati Celina. Menarik pakaiannya hingga sobek. Wanita itu berusaha berdiri. Walau badannya terasa sakit karena kebentur dinding. Dia harus berani melawan jika tidak sesuai aturan.

"Jangan paksa, aku tetap tak akan melayani anda jika tidak memakai pengaman. Aku tidak mau tertular penyakitmu!" ucap Celina lantang.

Tangan pria itu terangkat dan menampar pipi Celina dengan keras. Darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Dia merasakan pipinya memanas. Belum hilang rasa sakitnya, pria itu mengulang perbuatannya sekali lagi. Berulang kali dia melayangkan tamparan ke pipi wanita itu.

"Dasar pe*lacur! Jangan sok bersih kau. Kau pasti saat ini juga memiliki penyakit. Seharusnya aku yang takut tertular penyakit dari wanita kotor sepertimu!" kata sang pria dengan suara makin tinggi.

Pria itu tidak memakai satu helai benangpun. Masih polos. Tadi mereka sudah hampir berhubungan. Namun, tertunda karena Celina yang memintanya untuk memakai pengaman terlebih dahulu. Tapi pelanggan itu tidak setuju dengan alasan, tak suka berhubungan dengan memakai pengaman.

Celina berusaha bangun. Saat sang pria ingin mendekati dirinya. Tapi dia kembali tersungkur karena mendapatkan tendangan dari pria itu. Suara ringisan terdengar dari bibirnya.

Pria yang berbadan tinggi berisi dengan kulit gelap itu mendekati Celina dengan seringainya. Entah dengan kekuatan dari mana, wanita itu mendorong tubuh pelanggannya hingga terjatuh.

Celina segera bangun dan berlari keluar dari kamar hotel. Tak peduli mata memandanginya karena baju yang sobek dan bibir yang pecah masih mengeluarkan darah.

Dia terus berlari hingga sampai ke jalan raya. Tubuhnya terasa sangat lelah. Pandangannya kabur dan akhirnya pingsan.

***

Celina terbangun ketika sinar matahari masuk ke celah kamar. Dia bangun dan melihat ke sekeliling.

Celina merasa heran karena merasa tak mengenal kamar itu. Dia lalu berdiri dan keluar. Mencium aroma masakan yang begitu harumnya.

Seorang pria muncul dari dapur. Celina begitu terpesona melihat wajah tampan dengan senyum manis itu.

"Kamu sudah bangun?" tanya pria itu sambil tersenyum.

"Kamu siapa? Kenapa saya bisa ada di rumah kamu?" tanya Celina.

Pria itu masih tersenyum. Dia mendekati Celina. Lalu duduk di sofa yang ada di ruang keluarganya.

"Panggil saja saya, Yusuf. Saya menemukan anda pingsan di jalan. Saya bawa pulang dan mencoba mengobati setelah melihat ada luka di bibirmu," jawab Yusuf.

Celina lalu mengenalkan dirinya. Dia ikutan duduk dekat Yusuf. Dia melihat bajunya telah di ganti dengan kemeja sang pria.

"Terima kasih, Yusuf. Aku tak menyangka, masih ada juga orang baik di dunia ini. Aku kira semua pria itu jahat," balas Celina.

"Aku juga bukan pria baik. Kamu jangan ketipu. Tadi aku sudah masak nasi goreng. Kamu bisa sarapan. Aku mau kerja. Apa kamu mau aku antar pulang?" tanya Yusuf.

"Kalau diizinkan, apa aku masih boleh di sini. Aku masih malas pulang. Takut mami marah-marah lagi," jawab Celina.

Yusuf tersenyum dengan dahi berkerut. Dia menatap wajah Celina yang begitu cantik.

"Mami kamu marah pasti karena sayang denganmu. Lihat saja, siapa yang kuatir anak gadisnya yang secantik kamu pergi malam-malam. Apa lagi hingga pagi ini belum juga pulang. Badan penuh luka. Memangnya apa yang terjadi denganmu?" tanya Yusuf lagi.

Celina tertawa mendengar ucapan Yusuf. Hal itu membuat pria itu jadi keheranan.

"Pertama, dia bukan mami kandungku. Dia itu hanya wanita yang menjualku pada laki-laki hidung belang. Aku ini bekerja sebagai wanita malam. Lukaku karena aku tak mau melayani pelanggan tanpa pengaman!" jawab Celina.

Jawaban Celina membuat Yusuf terkejut. Dia melihat dari wajahnya, wanita itu pasti baru berusia sekitar dua puluh tahun. Di usia semuda itu sudah menjajakan dirinya pada pria hidung belang.

"Kamu bekerja jadi wanita penghibur di usia semuda ini?" tanya Yusuf dengan nada keheranan.

"Tuntutan hidup. Orang tak akan mengerti jika tidak berada di posisiku. Perutku lapar, aku boleh makan?" tanya Celina. Dia sengaja mengalihkan obrolan.

"Silakan. Aku mau pergi kerja. Nanti aku kirimkan baju gantimu. Sekarang kamu bisa pakai kemeja ku dulu," ucap Yusuf.

Yusuf lalu beranjak dari duduknya dan keluar rumah. Dia menjalankan mobilnya menuju kantor. Dalam perjalanan pikirannya selalu tertuju pada Celina. Apakah dia jatuh cinta dengan wanita itu?

Bab Dua

Celina sengaja mematikan ponselnya. Tidak ingin mami Angel menghubungi. Entah kenapa, dia merasa betah berada di rumah Yusuf. Padahal rumahnya sedikit jauh dari kota. Mungkin karena rumahnya jauh dari tetangga sehingga wanita itu merasa tidak akan ada yang mematai dirinya.

Sudah jam delapan malam, Yusuf belum juga kembali dari kerjanya. Celina duduk di ruang keluarga sambil menonton televisi.

Baru saja matanya akan tertutup ketiak terdengar seseorang membuka kunci pintu. Celina langsung bangun. Dia melihat Yusuf pulang. Tubuhnya penuh dengan peluh. Wajahnya memerah.

"Kamu kenapa, Suf?" tanya Celina melihat kegelisahan pria itu.

"Entahlah, sejak dari kafe tadi tubuhnku terasa panas, kepala pusing dan ...." Yusuf tak melanjutkan ucapannya. Matanya memandangi Celina dengan tatapan penuh napsu.

Celina tersenyum. Dia paham apa yang sedang terjadi dengan pria itu.

Dia mendekati Yusuf dan membantunya membukakan pakaian. Tentu saja hal itu membuat sang pria terkejut.

"Celina, kamu mau apa?" tanya Yusuf dengan suara serak. Sentuhan yang diberikan wanita itu makin menambah napsunya.

"Aku akan mengobati kamu. Pasti ada seseorang yang ingin mengerjai kamu dengan memberikan obat," jawab Celina.

Dia lalu mengajak pria itu ke kamar. Yusuf tak bisa menolak lagi. Dia ikuti apa saja yang wanita itu inginkan.

Celina membuka kemeja yang dikenakan Yusuf, membuat Yusuf yang sedang bimbang dan hampir dibawah alam bawah sadarnya hanya menurut saja, Yusuf hampir tidak bisa mengendalikan dirinya.

"Maaf, aku tidak bermaksud-" Celine mendorong tubuh Yusuf ke atas ranjang, membuat pria itu jatuh di atas ranjang dengan mata meremang karena hampir tidak sadarkan diri. "Mau a-apa?" tanya Yusuf dengan sedikit meracau.

Celine mengangkat jarinya dan menaruhnya di bibir Yusuf, pria itu bungkam, bukan karena satu jari melainkan dia tidak bisa berkutik apalagi saat Celine mengelus badannya yang sudah tanpa atasan, Yusuf tidak bisa menahan suara racau yang keluar dari bibirnya.

Celine bangkit, Yusuf sudah tidak bisa mengontrol diri dan berpikiran positif, Celine sendiri mulai melepas seluruh pakaiannya, membuat dirinya kini polos tanpa busana.

"Jangan ...." Yusuf belum selesai menyelesaikan kalimatnya karena Celine langsung mencium bibirnya dan membuat Yusuf kembali bungkam.

Yusuf tidak tahu apa yang terjadi lagi, dia merasakan bahwa Celine bergerak diatas tubuhnya, Yusuf tidak bisa lagi menahan semua ini, dia mengangkat tubuhnya dan beralih menindih Celine.

"Kamu yang meminta ini." Yusuf menggerakkan badannya diatas tubuh Celine, menghabiskan waktu mereka berdua dimalam itu, saat berada tepat di alam bawah sadar.

Cukup lama, keduanya bermain, sampai akhirnya Yusuf merasakan bahwa dia sudah tidak bisa menahannya lagi, dia bergerak cepat kemudian berhenti secara mendadak saat merasa sudah tiba di ujung hasrat yang membawanya.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Celine. Tidak ada jawaban dari Yusuf, pria itu terjatuh tertidur di pelukan Celine disertai dengkuran pelan darinya. "Kamu pasti lelah." Celine mengelus rambut Yusuf pelan dan berjanji ini semua hanya terjadi malam ini. "Maaf."

Celina duduk di tepi ranjang, memandangi pria itu yang telah terlelap. Walau ini bukan yang pertama bagi wanita itu, tapi dia merasa ini hubungan yang paling dia nikmati.

Dengan Yusuf, dia tidak ragu melakukan tanpa pengaman. Entah mengapa dia percaya jika pria itu tidak memiliki riwayat penyakit apa pun.

Celina masuk ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya. Dia lalu keluar kamar dan menyiapkan makan malam. Wanita itu yakin Yusuf pasti akan merasakan lapar saat bangun nantinya.

Jam sepuluh malam, Yusuf terbangun. Dia merasa kepalanya yang pusing mulai terasa ringan. Pria itu teringat apa yang tadi dia lakukan. Dia menarik napasnya.

Yusuf masuk ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya. Akhirnya dia merasakan pertama kali berhubungan badan. Walau ada terasa ngilu, tapi lebih banyak nikmatnya karena Celina pintar sekali dalam memuaskan dirinya.

Setelah mandi dan berpakaian, pria itu keluar dari kamar. Dia melihat Celina yang sedang menonton televisi dengan hanya memakai baju kaos miliknya tanpa bawahan. Rambutnya terurai menambah keseksiannya.

"Selamat Malam, Celina!" sapa Yusuf dengan gugup.

"Selamat Malam, Yusuf. Bagaimana sekarang, apa sakit kepalanya sudah hilang?" tanya Celina dengan senyuman.

Yusuf membalas senyuman wanita itu dengan canggung. Dia lalu memilih duduk di samping Celina.

"Kamu pasti lapar. Tunggu aku ambilkan makanan untukmu. Tadi aku sudah masak. Ya walau hanya telur balado," ujar Celina.

Celina berisi dan langsung berjalan menuju dapur. Yusuf memandangi tubuh wanita itu tanpa kedip hingga hilang dari pandangan.

Beberapa saat kemudian Celina kembali dengan sepiring nasi beserta lauknya dan teh hangat. Wanita itu meletakan dihadapan Yusuf.

"Makanlah. Walau aku tak pintar masak, tapi aku rasa masakanku tak buruk-buruk amatlah," ucap Celina.

"Maaf, aku jadi merepotkan kamu," balas Yusuf.

"Bukan kamu yang merepotkan aku, tapi sebaliknya. Aku yang telah merepotkan kamu," jawab Celina.

"Kamu tidak makan sekalian?" tanya Yusuf, masih dengan canggungnya.

"Aku sudah makan berulang kali. Takutnya nanti aku tambah gendut dan tak ada yang mau lagi pakai jasaku," jawab Celina.

Yusuf tampak menarik napas mendengar ucapan wanita itu. Ingin rasanya dia memintanya berhenti dari pekerjaan menjadi wanita penghibur. Namun, dia tak berani mengutarakan. Mereka baru saja saling mengenal.

Yusuf memakannya dengan lahap. Entah masakannya yang enak atau karena perutnya yang lapar. Dalam sekejap sepiring nasi ludes termakan.

"Apa kamu mau nambah lagi?" tanya Celina.

"Cukup, aku sudah kenyang," jawab Yusuf. Dia tak berani menatap wanita di sampingnya. Masih teringat pergulatan mereka tadi.

Mereka menonton televisi dengan saling diam. Entah apa yang ada dalam pikiran mereka. Tepat jam dua belas malam, Yusuf pamit ingin tidur.

"Aku sudah mengantuk. Apa kamu tidak ingin tidur juga?" tanya Yusuf.

"Aku tidur di sini saja. Kamu di kamar," jawab Celina.

Rumah yang Yusuf tempati saat ini hanya ada dua kamar. Satu kamar tidur dan satu lagi dia gunakan untuk ruang kerjanya.

"Kamu saja tidur di kamar. Aku bisa di ruang kerja," balas Yusuf.

"Baiklah. Selamat Malam ...!" ucap Celina sebelum melangkah masuk ke kamar.

Setelah wanita itu menutup pintu kamarnya, Yusuf lalu masuk ke ruang kerja. Tidur di sofa yang ada di sana. Dia langsung terlelap karena merasa tubuhnya sangat segar.

**

Pagi harinya, Celina menyiapkan roti bakar untuk sarapan mereka berdua. Yusuf menyantapnya dengan lahap. Biasanya dia sarapan di kantor saja.

"Yusuf, terima kasih karena telah membantuku. Aku pulang. Apa suatu saat aku masih boleh bermain ke sini?" tanya Celina.

"Tentu saja, pintu rumah ini terbuka untukmu," jawab Yusuf.

Celina mendekati Yusuf dan mengecup kedua pipi pria itu. Membuat jantungnya berdebar lebih cepat. Setelah itu barulah sang wanita melangkah pergi.

Setelah bayangan Celina hilang, Yusuf baru menyadari jika dia lupa meminta nomor ponselnya.

"Aku lupa meminta nomor ponselnya," gumam Yusuf dalam hatinya.

**

Celina turun dari taksi dengan senyum semringah. Masih terbayang wajah Yusuf yang malu-malu.

Baru saja dia akan membuka pintu kamar kost, tangannya di tarik dua orang pria dan memaksa masuk ke dalam mobil. Celina tampak hanya pasrah.

"Mami Angel menunggumu ...!" ucap pria itu ketika mereka telah berada di dalam mobil.

Bab Tiga

Dua orang pria berbadan kekar itu meminta Celina turun dari mobil begitu sampai di sebuah rumah besar dan mewah. Tak ada pilihan lain, dia terpaksa mengikuti apa maunya mereka.

Melewati ruang tamu, Celina di minta ke sebuah ruangan yang berada paling belakang rumah itu. Dia masuk setelah pintu di buka. Terlihat seorang wanita paruh baya dengan dandanan menor dan pakaian ketat. Dialah mami Angel.

"Akhirnya kamu pulang juga!" ucap Mami Angel dengan tersenyum sinis.

"Aku tak kemana-mana.Tentu saja aku pulang ke kost juga!" jawab Celina. Dia tak merasa takut dan tertekan walau wanita itu menatapnya dengan pandangan tajam seolah ingin menelannya hidup-hidup.

"Kemana kamu dua hari ini?" tanya Mami dengan suara yang tinggi.

"Aku pergi menenangkan diri!" jawab Celina dengan suara yang tegas, tidak ada sedikitpun rasa takut pada dirinya.

Mami Angel berdiri dari kursi kebanggaannya. Berjalan mendekati Celina dan langsung menampar pipinya dengan sangat keras.

Pipinya terasa panas. Darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Namun, dia dengan tanpa rasa takut membalas menatap wajah Mami Angel.

"Kenapa kau meninggalkan pelanggan lagi?" tanya Mama Angel dengan suara menggelegar.

"Aku sudah katakan, tidak akan mau melayani mereka jika tak menggunakan pengaman!" jawab Celina dengan tanpa rasa takut.

Mami Angel mendekati Celina dan menarik rambutnya. Wanita itu terdengar meringis kesakitan. Namun, dia mencoba menahan air matanya agar tak tumpah membasahi pipi. Dia tak mau terlihat lemah.

"Apa kau lupa siapa dirimu? Jangan belagu! Kau hanyalah seonggok sampah!" ucap Mami Angel.

"Mi, dari awal kita sudah setuju dengan syarat ku itu. Jika Mami tak memenuhi, sama saja melanggar perjanjian. Bukankah di surat itu jelas tertulis, bagi yang melanggar akan membayar denda sebesar satu miliar!" seru Celina.

Mami Angel terdiam beberapa saat sebelum akhirnya bicara. Dia tampaknya takut jika Celina menuntut, secara kertas perjanjian yang satu ada ditangannya dan satu lagi di pegang Celina.

"Jika kau merasa keberatan, bisa hubungi aku. Jangan main tinggalin pelanggan begitu saja. Apa kau tau pria yang kau tinggalkan itu, dia seorang pejabat! Dia lalu menuntutku mengganti kerugian. Beruntung dia mau berdamai dengan jumlah uang yang tak menguras semua tabunganku!" ucap Mami Angel.

"Aku juga bisa menuntutnya dengan tindakan kekerasan!" jawab Celina dengan nada tinggi.

"Aku tak mau kejadian serupa terulang lagi. Kau selalu saja bermasalah dengan pelanggan, bukan sekali dua kali!"

"Aku akan melayani mereka dengan baik jika mengikuti aturan. Mami juga harus mengatakan syarat yang aku berikan jika ada yang ingin memakai jasaku. Ingat, kita juga ada surat perjanjian. Jika ada yang melanggar, akan dikenakan denda. Aku rasa Mami pasti masih ingat apa isinya!" ucap Celina dengan penuh penekanan.

Mami Angel kembali ke tempat duduknya. Dia tampak kesal mendengar ucapan Celina. Mungkin dia pikir wanita muda itu tak akan berani membantah ucapannya.

Biasanya Celina hanya menerima apa saja yang dikatakan mami Angel. Hari ini dia berani membantahnya.

"Pergilah dari sini sebelum aku berubah pikiran dan kembali menyiksamu! Kau harus melayani pelanggan nanti malam. Jangan pernah kabur lagi!" ucap Mami Angel dengan nada tinggi.

Tanpa menjawab ucapan Mami Angel, wanita muda itu keluar dari ruangan. Bersyukur dia tak di pukul dan dicambuk seperti biasanya jika melakukan kesalahan.

Celina sudah bertekad tak akan tinggal diam atas perlakuan mami Angel lagi. Bukankah wanita itu juga mendapatkan keuntungan dari kerjanya.

**

Sudah satu minggu berlalu. Yusuf masih teringat dengan Celina. Dia telah mencoba mencari ke tempat-tempat lokalisasi. Namun, belum menemukan wanita yang dia cari.

"Kemana aku mencari'mu lagi, Celina? Atau kamu berbohong padaku? Sebenarnya dia bukan wanita malam. Kalau begitu, aku telah menodainya hari itu!" gumam Yusuf pada dirinya sendiri.

Dia duduk di sebuah kafe. Memperhatikan setiap wanita yang masuk, berharap salah satunya adalah Celina.

Saat sedang asyik memperhatikan wanita-wanita yang masuk, ponselnya berdering. Yusuf melihat di layar tertera nama ibunya.

"Selamat Sore, Bu. Apa kabar?" tanya Yusuf dengan suara lembut.

"Selamat sore. Kabar ibu baik. Kamu kapan pulang?" tanya ibu Yusuf.

"Aku belum mengambil cuti, Bu. Kerjaan masih banyak. Nanti setelah ada waktu senggang, aku pasti akan pulang," jawab Yusuf.

Ibu Yusuf tinggal di kota kecil. Berjarak delapan jam dari tempat tinggalnya. Di sana, sang ibu tinggal dengan seorang sepupunya. Ayah Yusuf telah tiada.

"Apa kamu sudah ada calon? Ingat Yusuf, jika tahun ini kamu belum juga ada calon istri, kamu harus terima ibu jodohkan!" ucap Ibu Yusuf yang bernama Fatimah.

"Bu, jodoh itu tidak bisa aku paksakan. Semua takdir dari Allah. Jika memang jodohku belum ada, aku harus bagaimana?" tanya Yusuf masih dengan suara yang lembut.

"Walaupun jodoh itu takdir dari Allah, bukan berarti kamu harus berpasrah menunggu jodoh itu datang. Semua juga butuh ikhtiar!" jawab Ibu Fatimah.

"Baiklah, Bu. Apa pun yang terbaik menurut Ibu, aku ikut saja. Beri aku waktu lagi, dua bulan ini. Setelah itu Ibu bisa menjodohkan aku dengan siapa pun gadis yang ibu suka," balas Yusuf akhirnya.

Ibunya selalu saja mengingatkan tentang jodoh setiap kali menelpon. Dia selalu mendesak Yusuf untuk segera menikah. Padahal usianya juga belum terlalu tua. Masih tiga puluh tahun.

Yusuf menghabiskan sisa makanannya. Sudah hampir dua jam dia berada di kafe ini, tapi tak jua ada wanita yang dia cari. Padahal dia sangat berharap bertemu di sini, karena dia menemukan Celina saat pingsan, berada di sekitar jalan ini.

Dengan kecepatan sedang dia menjalankan mobilnya menuju rumah. Sebelumnya Yusuf mampir membeli makanan untuk cemilan sambil menonton bola nanti.

Saat sampai di halaman rumahnya, dia melihat seseorang yang tertidur di kursi teras. Yusuf menghentikan mobilnya. Berjalan mendekati orang itu.

Ketika telah makin dekat, Yusuf sangat terkejut ketika menyadari jika itu Celina. Tapi sepertinya wanita itu sedang mabuk.

"Celina ...." Yusuf membangunkan wanita itu yang tertidur di teras rumahnya. Beruntung rumahnya terpencil sendiri, jauh dari tetangga sehingga tak menimbulkan kehebohan jika ada yang melihat seorang wanita di rumahnya.

"Yusuf ....! Celina memandangi wajah pria itu dengan intens. Mungkin karena mabuk, dia harus menatap lebih lama untuk memastikan pandangannya.

Yusuf membuka pintu rumahnya dan membawa wanita itu masuk. Dia lalu meminta Celina berbaring di sofa ruang keluarga.

"Kamu tunggu di sini, aku buatkan teh hangat untukmu," ucap Yusuf.

Tanpa menunggu jawaban dari pertanyaannya, Yusuf berjalan menuju dapur. Beberapa saat kemudian dia kembali dengan segelas teh hangat. Pria itu tampak terkejut melihat apa yang Celina lakukan.

***

Selamat Pagi. Maaf jika mama selalu mengingatkan untuk membaca setiap update novelnya agar retensi terjaga. Jangan menumpuk bab.

Mama juga minta like dan komentarnya di setiap bab. Terima kasih. Lope-lope sekebon jengkol untuk semuanya. 🥰🥰🥰

Bonus Visual

Celina

Yusuf

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!