Love A Criminal [ Markhyuck ] | Diberhentikan
#1 LAC
Darah itu muncrat hingga mengotori pakaian yang orang itu pakai.
Seorang pria tersebut melakukan aksi pembunuhannya di gang sempit yang tak pernah dilewati siapa pun, karena menurut beberapa warga jika tempat itu angker walaupun sebenarnya tidak.
"selamat menjemput ajalmu."
Kata itu selalu ia lontarkan kepada targetnya.
Disaat tengah fokus menusuk targetnya, ia mendengar suara injakan pada ranting kayu.
Oh apa ada yang melihatnya melakukan tindakan kriminal ini? Sepertinya iya.
Pria itu tersenyum miring saat sudut matanya menemukan orang tersebut bersembunyi di balik tembok.
"Keluarlah." ucap pria tersebut, namun seseorang itu tak keluar dari tempatnya bersembunyi
"keluar. Jika kau tidak mau menampakkan wujudmu, maka aku akan langsung membunuhmu." kata pria itu lagi
Seseorang yang tengah bersembunyi itu pun akhirnya keluar dengan perlahan, tubuhnya bergetar tanda dirinya takut sesuatu terjadi padanya. Kepala ia tundukkan saat sudah berada di depan pria tersebut.
"jawab aku, kau melihat saat diriku menusukkan pisauku di perutnya? Jawab dengan jujur maka kau selamat." ujar pria tersebut
"a-aku m-melihatnya m-ma-af ji-ka l-ancang, t-tapi k-ku m-mohon jangan b-bunuh a-aku...." jawab orang tersebut dengan gagap sampai akhir katanya
"aku yakin kau tidak gagap. Maka jawab dengan lantang dan tatap mataku!"
Orang itu mengangkat dagunya memperlihatkan wajahnya yang manis meskipun pencahayaan gang sempit tersebut cukup minim. Pria itu menatap pemuda manis tersebut yang tengah bergetar serta mengeluarkan air mata yang menurutnya sangat menyenangkan di hatinya, ia suka saat pemuda manis itu menangis seperti ini.
"hiks....ku mohon j-jangan bunuh a-aku...kamu boleh minta apapun padaku asalkan jangan mem-hiks membunuhku... hiks ku mohon..."
Pria itu terdiam dengan wajah datarnya menatap pemuda manis di hadapannya. Dirinya menyukai saat pemuda dihadapannya menangis, itu rasanya membuat di dalam dirinya bangun tanpa sadar.
"jadilah milikku." ucap pria itu dengan senyum miring terpantri diwajah tampannya.
"a-apa?" tanya pemuda manis itu bingung.
"jadilah kekasihku manis, jika kau ingin baik-baik saja." jelas pria tersebut.
"t-tapi....aku pria.." jawab pemuda manis tersebut.
"apakah ada seorang pria yang menangis hanya karena ini, manis?" goda pria tersebut
"e-em bisakah y-yang lain saja?" tanya pemuda tersebut saat merasakan lehernya dijilat secara sensual... Membuatnya sedikit merinding.
"menurut, atau aku akan membunuhmu sekarang juga dan mengirim kepalamu ke keluargamu?"
"j-jngan hiks lakukan i-itu! Baiklah...aku mau, t-tapi j-jangan lakukan itu hiks ku mohon...." mohon pemuda manis tersebut.
"of course baby." jawabnya sambil mengusap surai si manis dengan lembut
"satu hal lagi, jangan bicarakan tentang ini kepada siapapun termasuk polisi, atau aku bisa membantaimu bersama keluargamu hingga tak tersisa sedikitpun sayang. Maka jangan lakukan hal bodoh yang membuatku nekat." ujar pria itu dengan panjang dan si manis hanya bisa mengangguk dengan sesekali meneguk ludahnya sendiri karena ketakutan.
"koneksiku sangat banyak, jadi ingat pesanku tadi. Jangan lakukan hal bodoh yang membuatku nekat. Aku akan mengawasimu mulai sekarang."
"baiklah sampai jumpa sayang" pria itu pergi meninggalkan si manis yang masih syok ketakutan, apalagi di depannya juga terdapat mayat yang bersimbah darah. Pria tadi mengeluarkan ponselnya saat pergi melewatinya seperti tengah menelepon seseorang dan dapat ia dengar "bersihkan mayatnya digang jalan xxxx" apa pria tadi menelepon bawahannya? Jika iya, pasti dia memang jelas memiliki aksen koneksi yang banyak atau.... Pikir saja sendiri haha.
"jangan bergumal dengan pikiranmu, cepat pergi sebelum anak buahku datang dan mengroyokmu." pria tadi melanjutkan jalannya meninggalkan si manis
Si manis yang mendengar itu pun langsung berlari pergi meninggalkan gang tersebut, dan pergi dengan tergesa-gesa agar cepat menuju rumahnya. Tanpa sadar pria tadi bersembunyi dan belum meninggalkan pemuda tadi yang menurutnya menggemaskan "lucu." satu kata yang pria itu ucapkan saat melihat tingkah pemuda manis itu.
"namanya indah sama seperti orangnya sweet and beautiful.." ucap pria itu saat matanya tadi tak sengaja melihat Nick name pemuda tersebut. pria itu pun mengeluarkan ponselnya "Carikan aku data yang bernama Lee Donghyuck dan taruh di ruanganku besok pagi." sambungan telepon tersebut ia matikan dan mulai mengikuti langkah pemuda tadi.
Mama Ten
"Sayang? Kamu baik-baik saja nak? Kenapa sembab begini? Ada yang menyakitimu hm? Bilang ke mama nak" Suaranya terlihat sangat panik saat melihat kondisi sang anak dengan mata sembabnya.
Donghyuck
"A-aku tidak apa-apa ma... Hanya kelilipan..." ucapnya sambil menundukkan kepalanya
Mama Ten
"baiklah... Emm sekarang kamu bersih-bersih dulu ya? setelah itu turun. Kita makan bersama oke?" ucapnya pada sang anak dan tidak ingin membahas hal tadi, mungkin anaknya belum siap untuk menceritakan apa yang terjadi jadilah ia menganggukkan kepalanya.
secret human
"kau kenapa hyuck? Ada yang mengganjal dihatimu? Sedari tadi ku lihat kau hanya diam dan mengaduk makananmu saja."
Donghyuck
"aahh tidak apa renjun ah, a-aku hanya terpikir sesuatu saja..."
Renjun
"jika itu sesuatu yang buruk kau bisa ceritakan padaku, siapa tahu aku bisa membantumu."
Donghyuck
"terima kasih, tapi kurasa itu masalah kecil...ya masalah kecil saja, kamu jangan khawatir."
Renjun
"baiklah, jika ada sesuatu buruk sedang terjadi segera hubungi aku. Oke?"
Renjun
"emm.... sepertinya aku akan sibuk lagi, maaf tidak bisa menemanimu terlalu lama hyuck, aku ada sedikit urusan. Kau tak apa jika aku tinggal? Eh maksudku atau aku panggilkan temanku untuk menemanimu? Ya...sebagai ganti karena aku tidak bisa..."
Donghyuck
"uuh tidak perlu, aku juga ingin pergi ke toko buku untuk membeli sesuatu. Kamu pergilah, hati-hati di jalan njun!" ucap Donghyuck dengan senyum manis yang terpantri diwajahnya
Renjun
"oke, kau juga ya bye~" membalas senyuman Donghyuck lalu pergi meninggalkan Donghyuck sendiri disana
Donghyuck
"aku pergi ke taman saja, sudah lama aku tidak kesana sepertinya." setelah bergumam dengan pikirannya ia pun mulai beranjak meninggalkan cafe tersebut
"seharusnya kau tidak membahas masalah ini disini, bagaimana jika ada yang mendengarnya? Itu bisa menjadi masalah besar." -?
"kenapa? apa kau takut? Sekalipun kita tertangkap oleh polisi, mereka tidak akan bisa memenjarakan kita. kau tidak perlu pusing lagi dengan hal itu, aku tau kau baru saja mengenal dunia kami. So? just enjoy it darling." -??
"ck, baiklah dan hentikan wajah burukmu di hadapanku. Kau terlihat cabul...dan itu mengerikan." -?
Donghyuck
"mencurigakan...."
Donghyuck
"aku benci itu. Huft aku tidak punya teman sekarang.... kenapa mereka harus beda kelas dan tugas denganku?!! Aaaa aku bosan. Tapi kalau dirumah pasti akan membosankan lagi, dan tentunya aku hanya akan jadi mainan mama untuk jadi main-mainan rias yang baru saja dia beli.."
"oh lihat! Dia manis sekali astaga, apa aku bisa menculiknya? Lihat tatapanya itu, tidak seperti biasanya akh lebih manis!"
"dia juga cantik, dan kusarankan jangan. Kau bisa saja di bunuh sama keluarganya."
"haha so pretty, andai aku pria. Akan ku jadian dia pasanganku huhu"
"jangan berkhayal, kau tahu jika temannya tahu kau berbicara seperti ini. Kurasa kau akan di mutilasi...uhh itu sangat menyedihkan haha"
"jangan lontarkan itu, aku jadi takut sekarang."
Donghyuck
"mereka kenapa? Padahal aku ini tampan bukan manis apalagi cantik! Apa mereka tidak bisa membedakan mana orang tampan?!" geramnya namun orang yang berlalu lalang melihat itu hanya bisa menggigit pipi dalam mereka dengan erat saking menggemaskannya
Donghyuck berpikir dengan keras, ada sedikit yang mengganggu pikirannya sebelum itu. Maksud perkataan orang yang lewat tadi, apa maksudnya dengan 'jika temannya tahu kau berbicara seperti ini. Kurasa kau akan di mutilasi' apa maksudnya itu? Ia bahkan tidak punya teman yang kejam, apa itu hanya sebagai candaan belaka? Tapi ketika melihat wajah seorang tersebut seperti sedang ngeri jika membayangkannya, membuat dirinya menjadi semakin bingung. Oh astaga dia tidak ingin memikirkan itu saat ini.
Donghyuck
"aku tidak mengerti..."
Suara itu, dia seperti mengenalnya... Seseorang yang baru saja ia pergoki kemarin malam... Melihat kedatangannya membuat Donghyuck terkejut.
Donghyuck
"k-kamu..." kepalanya ia tundukkan saat melihat siapa orang tersebut, tubuhnya sedikit bergetar karena bayangan waktu itu masih teringat di kepalanya.
"why? you are afraid of me?" tanya pria itu sambil mengelus pipi Donghyuck dengan lembut
Donghyuck
"u-um....sedikit." masih tak berani menatap ke depan mata sang pemilik
"masih ingat dengan perkataanku waktu itu sayang?"
"ckck, kamu melupakannya ternyata."
Donghyuck hanya terdiam melihat pria tersebut terkekeh kecil.
"akan aku ingatkan bahwa mulai waktu itu kamu adalah milikku tanpa penolakan." jawab pria itu dengan santai
Donghyuck yang mendengar itu pun langsung mengingat dimana saat pria itu mengatakan padanya dibawah lampu yang temaram di gang kecil waktu itu.
"sudah ku katakan kalau aku tidak menerima penolakan, oh dan satu hal lagi...
Minhyung (Mark)
...namaku Minhyung tapi panggil aku Mark."
Donghyuck
"m-mark?" ulangnya
Donghyuck
"tampan dan nama yang indah seperti malaikat, tapi tidak dengan kelakuannya saat dia melakukan hal kejam seperti kemarin..." ujarnya dalam batin
Minhyung (Mark)
"tidak perlu memuji jika akhirnya kamu malah memberikan fakta bodohnya, ahh tapi itu benar kkkk" terkekeh pelan
Donghyuck terkejut mendengar ucapan Minhyung, bukannya ia belum mengatakan sesuatu? Tapi mengapa orang ini seperti tau isi pikirannya?
Minhyung (Mark)
"mulai sekarang aku ingin kamu tinggal bersamaku."
Minhyung (Mark)
"aku yakin kamu mendengarnya sayang."
Minhyung (Mark)
"aku tidak menerima penolakan."
Minhyung (Mark)
"bawa dia ke mansionku." perintahnya pada anak buahnya dan segera dilaksanakan oleh mreka.
Donghyuck
"tunggu! H-hey! Aku tidak mau! Egh lepaskan! Kumohon lepaskan aku hiks....aku tidak mau! Hiks mama....tolong aku tidak akh lepaskan!!" ia memberontak sekuat tenaga tapi tetap saja ia tidak bisa lepas dari genggaman pria berbadan besar yang sedang menyeretnya menuju mobil.
"diamlah." desis pria berbadan besar tersebut.
Donghyuck
"hiks...aku tidak hiks mau, lepaskan hiks a-aku..."
Donghyuck sudah berada di dalam mobil sedangkan Minhyung masih di luar.
Minhyung (Mark)
"taruh dia di samping kamarku lalu kunci, kau jaga dia baik-baik. Perlakukan dia seperti majikan kalian, bawa makanan ke kamar itu jangan sampai kalian buat dia kelaparan. Jika kalian tidak melaksanakan tugas kalian dengan baik, kalian tahu apa yang akan terjadi setelah itu bukan?"
"Mengerti tuan" ujar para bawahan.
Minhyung pun pergi meninggalkan mereka, ia harus menyelesaikan sesuatu terlebih dahulu.
#2 LAC
Di sebuah ruangan yang hampir seluruhnya dominan dengan warna dark terdapat sesosok pria manis tengah terduduk bersandar di dekat pintu serta air mata yang terus mengalir di pipinya dan tak menghentikan gumamannya.
Donghyuck
"hiks...lepaskan aku, hiks kumohon..."
"nyonya, apa anda masih berdiri di depan pintu?" tanya seorang maid di luar.
"saya mohon nyonya, bisakah anda mundur? Saya ingin membuka pintunya."
Membuka pintu? Apakah dia akan melepaskan Donghyuck dan membantunya keluar dari sini? Tanpa pikir panjang Donghyuck mulai menyingkir dari balik pintu dan berdiri lalu menatap pintu yang akan terbuka itu.
"ku mohon, ku mohon.." ujar donghyuck dalam hati.
"maaf, nyonya. Saya membawakan makanan untuk anda, mohon segera dimakan, nyonya. Saya permisi." maid itu kembali menutup pintu dan menguncinya. Donghyuck terdiam melihatnya, sangat bodoh dalam pikirannya.
Donghyuck
"hiks, ku pikir... Dia akan mengeluarkanku dari s-sini hiks..." suaranya agak tersendat karena terlalu banyak menangis.
Donghyuck
"mama....hiks, tolong hyuck..."
Donghyuck kembali terduduk meringkuk kali ini dia berada dekat ranjang dalam ruangan itu, matanya menatap troli yang berisi makanan dan minuman itu tanpa minat. Pikirannya hanya tertuju pada 'bagaimana cara untuk keluar dari sini?' namun Donghyuck rasa itu mustahil kecuali Mark sendiri lah yang membebaskannya.
Mama Ten
"yongiee hiks bagaimana ini? Hyuckku hilang hiks, ku mohon bantu aku yongie..." tangisnya sambil menggenggam erat ponsel ditangannya yang tengah menghubungi seseorang.
"astaga, bagaimana bisa dia hilang?! Ceritakan pelan pelan tenniee, aku akan ikut bantu mencari."
Mama Ten
"dia tadi hiks hanya izin pergi ke cafe untuk menemui Renjun t-tapi sekarang hiks.... dia tidak pulang sama sekali, bagaimana ini yongiee.."
"apa kau sudah menghubungi Renjun? Bisa jadi dia masih bersama dengan Renjun itu."
Mama Ten
"aku sudah mengabari Renjun dan bertanya padanya, tapi dia tidak tau... Aku bingung hyuck ku dimana sekarang yongiee."
"astaga, aku akan ikut mulai mencari dan menyerahkan beberapa bodyguard milikku, oh ya kau tidak ingin memberitahukan pada suamimu? Aku tau kalian memiliki masalah dan belum berbaikan tapi itu sudah lama sekali tennie, apa kau tidak ingin memberitahukan keadaan anak kalian juga? Bisa saja pria bongkot itu masih memiliki rasa kasih sayang pada putranya yang lain."
"ku mohon Ten..." lirih harapnya di samping panggilan.
Mama Ten
"tidak, dia tidak perlu tau. Aku masih bisa mencarinya sendiri. Terima kasih atas bantuanmu, aku akan membalas kebaikanmu suatu hari nanti. Aku tutup, terima kasih sekali lagi."
Telepon terputus. Ten memutuskan panggilan secara sepihak, ia tidak ingin membahas pria yang menjadi masa lalunya.
Mama Ten
"hiks, mama mohon hyuckiee... Kamu dimana sayang.." lirihnya
Minhyung (Mark)
"aku mau kau membereskan bajingan tua itu secepatnya."
Jaemin
"kenapa dengan si tua ini?" menatap foto seorang pria tua yang diberikan oleh Mark.
Minhyung (Mark)
"korupsi, penggelapan dana, dan lainnya sudah ku beritahu di imess mu. Lakukan dan jangan biarkan sosok itu masih hidup di dunia ini."
Jaemin tersenyum miring mendengarnya.
Jaemin
"apa bayarannya untuk ini, hyung?"
Jaemin
"baiklah, tugas darimu akan segera terlaksana .tuan."
"ku mohon Chan, jangan begini..."
"kau harus sembuh, aku tidak mau jadi santapan Leon milik ayahmu nanti."
"sayang? Hey, dengarkan aku... Kita akan cari dia nanti okey? Calm down, kamu sembuh kita akan cari bersama-sama mengerti?"
#3 LAC
Haechan
"aku ingin Mama... Dan hyuck..."
Jisung
"sayang, tenang okey? Kita nanti cari mereka bersama-sama, tapi untuk sekarang kita fokus dulu sama kesehatan kamu dulu ya?"
Haechan terdiam sejenak lalu mengangguk perlahan, sebenarnya ia tidak akan seperti ini dan memikirkan ibu dan kakaknya dalam pikirannya. Pikirannya terbayang akan percakapan sosok sang ayah yang waktu itu tengah sendirian di taman belakang rumah mereka, waktu itu ia ingin memberikan hadiah pada sang ayah namun ia urungkan saat pendengarannya menangkap kata tentang sang ibu dan... Kakak? Ia berpikir dan bertanya, jadi selama ini ayahnya berbohong tentang ibunya telah lama tiada juga kakaknya? Ia tak bisa berpikir jernih lalu bertanya pada sang ayah hingga membuat sosok itu terkejut akan kedatangan sang anak.
Haechan
"jie... Papa... jahat? Apa papa jahat jie? Hng?" menatap Jisung dengan matanya yang sedikit memerah menahan air mata yang akan keluar kembali.
Jisung
"nooo, dengarkan jie... Papa echan tidak jahat, dia hanya tidak mau kamu kepikiran dan berujung sakit sayang."
Haechan
"t-tapi p-papa John..."
Jisung
"papa John mungkin sedang menunggu waktu yang tepat untuk membicarakannya denganmu, sayang. Sudah jangan di pikirkan, kamu sembuh kita cari mama dan kakak, echan setuju?"
Haechan mengangguk keras, ia ingin segera bertemu dua orang yang juga merupakan anggota keluarganya yang ia sayang.
Jisung memandang lamat wajah manis itu, sungguh ia tidak ingin sosok dalam dekapannya ini sakit hingga seperti ini. Ia rindu dengan sosok kuat dan tak kenal takut pada diri pria manis di dekapannya. Berharap semoga saja kesayangannya cepat sembuh dan kembali seperti biasanya.
"aku dengar echan hyung tengah sakit beberapa hari yang lalu, apa itu benar.... Jaemin. hyung?" tanyanya pada seorang pria dihadapannya yang tengah membersihkan tangannya dari darah.
Jaemin
"itu benar, dari mana kau tau?" berbalik menatap seorang di belakangnya setelah selesai membersihkan tangannya.
Jaemin
"ah orang itu, iya benar."
Jaemin
"apa dia masih disana sekarang?"
Chenle
"Entahlah, aku tidak bertanya padanya. Tapi kurasa dia masih berada di sana."
Jaemin
"kita akan pergi ke Chicago untuk menjenguk baby kita."
Jaemin
"ah ya, Jisung? Bagaimana dengan orang itu?"
Chenle
"tenang saja, Jeno bilang Jisung sudah menenangkan Haechan hyung. Kurasa mereka tengah bersama saat ini."
Jaemin
"ah begitu. Baiklah, ayo kita pulang urusan kita sudah selesai." ajaknya lalu berjalan terlebih dahulu meninggalkan tempat toilet umum.
Di sebuah tempat yang berisi hamparan pasir dengan semilir angin malam menerpa wajah tampannya. Mendudukkan diri dan merenung di bawah pohon, serta menatap langit dengan cahaya bulan yang menerangi gelapnya malam.
"kenapa dia harus datang, disaat aku ada untukmu..."
"hah.... kurasa dia yang terbaik untukmu, aku akan buang perasaan ini jauh-jauh. Kau... Layak mendapatkan yang lebih baik dan mengerti dirimu."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!