NovelToon NovelToon

My Killer Boss

BAB SATOOH

Hari ini hari pertama Lala menjanda setelah lima bulan lamanya wanita itu dianiaya fisik dan batin oleh sang mantan suami.

"Kamu akan menyesal sudah meminta cerai dariku, La! ... Kau dengar?!" umpat serapah yang terlontar dari mulut Harry.

Lelaki itu diseret beberapa polisi, jelas sudah jika Harry akan dimasukkan lagi ke dalam bui setelah terbukti menganiaya Lala hingga ditemukan beberapa tulang yang retak.

Tak sampai di situ, bahkan setelah divonis penjara selama empat tahun pun, lelaki itu masih sanggup menampar brutal Lala di keramaian tempat sidang perceraian.

Lala tak terisak, tapi air mata itu terjatuh membasahi pipinya. Sambil mengusap wajah, Lala berjalan mendatangi mobil Limosin.

Mobil mewah sang Boss yang memang baru saja tiba untuk menjemputnya. Yah, ... Hari ini Lala tetap harus bekerja, bahkan diwajibkan ikut keluar kota.

Ada permasalahan apa pun, sedih, senang, hujan, badai, Lala tetap harus masuk kantor atau gajinya akan dipotong.

Bersedia kerja lembur demi mendapatkan pundi- pundi rupiah yang bisa dia gunakan untuk pengobatan kanker mulut rahim ibunya.

Hidupnya tidak pernah mudah, sedari kecil berkecimpung dengan kemiskinan, sekolah pun hanya mengandalkan beasiswa, dan begitu diterima bekerja, dia harus menjadi sekretaris pribadi CEO arogan.

"Segera, Pak!" Lala segera berlari masuk ke dalam mobil yang terus menerus berseru dengan klaksonnya.

Telah duduk di sisinya, pria yang dikenal dengan nama Sky Rain. "Kau telat lagi. Kau tidak mendapatkan insentif."

Lala bahkan baru saja menghadiri sidang perceraian, tapi boss gilanya tak pernah bisa memaklumi keterlambatannya. Insentif keluar kota yang tidak seberapa pun harus dipotong.

Sky Rain terkenal tampan, kaya raya bahkan berada di list nomor satu untuk kejayaannya di negara ini. Mungkin mustahil jika ada yang bilang tak kenal dengan produk elektroniknya.

Sky Rain dilahirkan sebagai bungsu dari pemilik X-meria electronics, X-meria construction, Production house X-meria dan Sky juga satu- satunya keturunan lelaki yang masih harus menyetir Kimmy food milik keluarga ayahnya.

Sederet perusahaan yang bahkan sampai sekarang belum ada penerus lelakinya, sebab semenjak istrinya meninggal 17 tahun yang lalu, nama Sky hanya terdengar mondar- mandir di media gosip bersama para aktris.

Boss galak, playboy, diktator, mesum, semua itu melabeli makhluk rupawan dengan pahatan wajah yang cukup menawan mata para kaum hawa ini.

Sky Rain, ... pria berusia 40 tahun itu memiliki satu anak gadis yang sudah duduk di bangku SMA. Yah, Lala tahu seluruhnya, pernikahan muda Sky Rain menghasilkan satu anak perempuan yang cantik bak boneka Barbie.

"Tutupi lebam mu." Lirih, tapi cukup menyebalkan bagi Lala. Bisa- bisanya Sky bicara tanpa menoleh sama sekali.

Dirinya memang memiliki luka lebam, jelas karena pukulan Harry beberapa saat yang lalu sebelum mereka dilerai pihak kepolisian.

Lala secepat kilat menyambar BB cushion dari dalam tas miliknya, dia harus lakukan apa pun yang bossnya perintahkan. Termasuk, lembur, dan melayani Sky di luar jam kantor.

Sialnya ... Meski waktunya terbuang banyak dengan Sky Rain, selama ini Harry justru seperti menikmati penghasilan dari kerja lembur yang sudah mirip kudanya.

Harry hanya pemuda pengangguran, dia pernah bodoh menikahi Harry karena cinta buta. Pacaran selama tiga tahun, dan setelah menikah hampir enam bulan dirinya hanya disiksa lahir batinnya.

Ah, sudahlah. Lala bersyukur bisa lepas dari kungkungan toxic itu, sekarang, sudah tak ada lagi yang melarangnya merawat ibunya.

"Di samping bibir mu juga, ... Tutupi semua lebam yang ada di wajah mu, ... jangan sampai klien kita melihat, atau kau akan mengalihkan atensi mereka."

Saat menepuk di bawah bibir yang lebam, Sky kembali menyeletuk. Lala melirik bossnya, Sky tak menoleh karena memandangnya dari kaca spion yang bahkan tidak cukup besar.

"Iya, Pak!"

Lala kembali fokus pada cermin bulat yang tersemat di BB cushion miliknya. Benda mungil ini cukup mahal karena Sky Rain yang membeli beberapa mingguan lalu.

Alasannya, Lala terlalu miskin untuk membeli perawatan mahal sementara Sky tak suka jika harus berdekatan dengan wanita biasa yang bahkan tidak wangi, tidak bening, dan kata tidak lain yang ada unsur ejekannya.

Sejauh ini Lala manut saja, karena bagi Lala yang penting tidak dipecat. Gajinya tidak sedikit di sini, dari sini pula lah Lala bisa menghidupi sang ibu yang sudah lumayan lama sakit- sakitan.

Waktu siang, sore menguap tergantikan dengan malam yang melelahkan. Lala berakhir di villa puncak karena hari ini ada peninjauan kontruksi di daerah asri ini.

Takut kemalaman, Sky memutuskan untuk tidak pulang ke Jakarta. Dan seperti biasa, Sky Rain selalu meminta dilayani olehnya.

Tidak semuanya, karena biasanya ada asisten personal yang juga membantu Sky. Namun, untuk hari ini, Dominic sedang cuti saja.

Lala jadi harus melakukan hal yang terlalu bersifat pribadi. Contohnya seperti sekarang ini, Lala yang menyiapkan pakaian ganti Sky layaknya istri duda arogan itu.

Berdiri di sisi ranjang, sementara Sky duduk bersandar di sofa sembari menatapnya wara- wiri menyiapkan seluruh kebutuhan Sky, termasuk air hangat untuk mandi.

"Kau sudah resmi janda kah?" Celetukan Sky membuat Lala menoleh. Ah Tuhan, dia baru saja mengganti status istrinya menjadi janda dan lihat, Sky bertelanjang dada di depannya.

"I-iya, Pak!" Lala mengangguk.

Sky bangkit dari sofa, mendekati Lala yang berdiri gemetar. Sungguh, Lala sering digoda lelaki mesum ini.

Yah, walau sejauh ini Sky tak pernah bersikap kurang ajar tanpa izin darinya. "Kau tidak berniat berkencan dengan ku? Satu malam, kau akan dapatkan yang kau inginkan."

Dengar? Tawaran yang membuat Lala begitu skeptis terhadap lelaki itu. Jujur saja Lala tak kapok menikah, dia perlu melanjutkan hidup meski pernah gagal menjalani biduk rumah tangga, tapi menjatuhkan diri pada Sky, Lala rasa juga bukan pilihan yang tepat.

BAB DHOOA

"Aku bertanya padamu!" Sky membentak karena Lala ternganga lebar.

Bagaimana tidak shock, baru menjanda satu hari saja, Sky Rain sudah berani mengajaknya berkencan satu malam.

Tunggu, sejatinya ajakan berkencan dari Sky sudah sedari lama, tepatnya sebelum Lala menikahi Harry yang ternyata hanya numpang lewat dalam hidupnya yang sial.

Lala sudah lima tahun bekerja dengan Boss Fir'aun ini. Sedari usianya masih 25 tahun hingga saat ini sudah 30 tahun.

Sebenarnya, Sky cukup tampan, menawan, kekar, tinggi, parasnya nyaris sempurna untuk ukuran pria 40 tahun.

Namun, tidak mungkin seorang manusia lahir tanpa cacat, Sky banyak sekali kekurangan dan salah satu yang membuat Lala tak suka, sifat skeptis Sky, bahwa tak ada yang layak dinikahi selain almarhumah mantan istrinya.

Bagi Sky, wanita yang lain hanya pemeran figuran saja. Diajak berkencan, lalu hempas seperti yang dia lakukan selama ini pada perempuan cantik yang mengejarnya.

Mungkin memang hanya Lala yang terlalu bodoh menolak pesona Sky. Padahal jika diingat kembali, Sky tak kurang- kurang mengesampingkan gengsi demi merayunya.

'Kau masih tidak mau berkencan dengan ku?"

"Tidak, Pak. Terima kasih." Lala menolak halus, tapi bagi Sky Rain tidak halus sama sekali karena hampir penolakan itu tidak pernah ia dapati selama hidupnya.

Sky cukup kuat ketika mengolah rahangnya hingga tampak tegas. "Kalau begitu lembur sampai pagi!"

Diraihnya berkas- berkas laporan dari atas meja, lalu melemparkannya satu persatu di atas ranjang king size miliknya.

"Ini laporan keuangan PH X-meria, ini laporan keuangan X-meria electronics, ini laporan keuangan X-meria construction, dan terakhir, ... Ini laporan keuangan Kimmy food!"

Lala terpelongo karena di mobil Sky, Lala sudah cukup memeriksa laporan itu beberapa waktu yang lalu. Lagi pula, di kantor ada yang seharusnya

"Saya harus ngapain lagi?"

"Tidur dengan ku!" sentak Sky. Dan Lala terkaget setelah Sky meralat. "Tentu saja memeriksa ulang laporan keuangan itu satu persatu! ... Pastikan tidak ada yang rancu!"

"I-iya, Pak!"Lala mengangguk takut.

Sebenarnya tidak terlalu serius ketakutannya, karena sejauh ini Sky tak pernah bermain tangan, setidaknya Harry lebih tidak baik dalam memperlakukan dirinya selama ini.

Yah, Lala mengaku jika setidaknya, Sky menggajinya tidak murah. Tidak mudah mencari perusahaan yang bossnya bisa menggaji karyawan dengan nominal uang yang ditawarkan Sky.

Sky ngeluyur keluar, Lala ikut berlari menyusul di belakangnya. Membawa berkas- berkas yang bahkan sudah Lala kerjakan sebenarnya.

Di sofa ruang tamu, Lala menurunkan bawaan berkasnya, duduk di lantai sisi meja sambil mulai menata ulang berkas. Yah, meski sudah dia periksa sepenuhnya, tidak salah jika Sky menyuruhnya memeriksa ulang.

Dari pada dipecat, dia akan lebih sengsara lagi jika tak memiliki pekerjaan. Memang Sky sering memotong gajinya, tapi bila mana dikulik kembali, Sky juga sering memberikan reward sampingan seperti membelikannya make up, parfum, dan lain sebagainya.

Lala tak melupakan bagaimana dia pontang- panting melamar pekerjaan. Disaat sudah ada yang bisa membuatnya lebih terangkat dari jurang kemiskinan, maka tidak akan pernah, Lala sia- siakan.

Sky berdiri bergemuruh di sisi jendela, dan kaca yang menunjukkan kebun asri ala puncak, dia pandangi. Tatapannya lumayan tajam karena diiringi deru napas kesal.

Berkali- kali mengajak Lala berkencan, wanita biasa itu justru tak pernah mengatakan mau! Sial bukan? Seorang Sky ditolak, itu tidak lucu sama sekali, pun herannya Sky tak jera.

Esoknya dan esoknya lagi, Sky selalu menyeletuk saat ingin berkencan. Walau jawaban Lala tetap sama, tidak dan terima kasih seperti SOP kasir Alfa Mei.

"Hay, Om Sky..."

Lala melirik pada bossnya, di sana telah berdiri bergelayut seorang gadis muda, sayangnya belum sampai tersentuh, Sky sudah membentak wanita itu.

"Aku sedang tidak mood!"

Syafira nama artis sinetron itu. "Bukannya kita akan makan malam bersama di villa ini?"

Sky terkekeh, lalu menatap tajam kearah Syafira yang memberengut. "Tidak ada yang meminta mu berperan sungguh- sungguh."

Yah, mereka hanya settingan agar popularitas Syafira terdongkrak. Biasanya, aktris akan dikenal setelah melalui proses skandal.

"Tapi cintaku sungguhan." Syafira ingin, Sky benar- benar menjadikannya pasangan hidup, tak masalah soal perbedaan usia, dia rela menjadi istri Om Om kaya raya.

"Kau bahkan tidak berada di standar kriteria ku, Syafira!" Seperti biasanya, Sky terlalu pahit saat mengkritik. Lala saksinya, betapa sering CEO Killer itu mematahkan hati perempuan.

Syafira mencebikkan bibir, duduk dengan kesal di sofa ruang tamu. Kakinya lekas menyilang sambil berkata enteng pada Lala yang sudah kembali fokus pada berkasnya.

"Buatkan minuman dong, La!"

Artis seperti Syafira pasti menganggap Lala hanya budak, dan Lala akui itu, makanya tanpa banyak drama, Lala beranjak bangkit, sebelum ada bariton yang terdengar pekak.

"Tidak ada yang boleh bangun selain Syafira! ... Atau, ... kau akan aku pecat!"

Sontak, Lala duduk kembali. "I-iya, Pak!"

Sky lalu menatap Syafira yang mendengus kesal. Hanya menyuruh Lala membuatkan minuman saja Sky marah. "Kau boleh pergi."

"Tapi, Sayang..." Ini hanya tidak sengaja, lagi pula, Syafira tidak serius menyuruh. Tapi yang namanya, Sky akan sulit diyakinkan jika sudah begini, jalan satu satunya hanya pergi.

"Oke, Oke!" Syafira mengalah. "Kenapa kau sulit sekali mengerti ku!" Gadis itu melengos kesal sambil menggerutu.

"Sudah berapa dukun yang ku datangi, bahkan rela dicabuli demi bisa membuat mu jatuh cinta padaku, Om Sky... Ah sial sekali..."

Sky beralih pada Lala yang mulai kembali terbengong di tempatnya. "Lihat apa lagi? ... Jam kerjamu sudah di mulai!"

Lala mendengus. "Kenapa nasib ku sesial ini, ya Tuhan ku?" Andai saja Lala orang kaya, agaknya takkan pernah Lala sudi berurusan dengan monster diktator seperti Sky.

"Aku bisa tahu isi hatimu!"

Lala terkejut karena Sky berceletuk ketus. Dipandanginya lelaki bengis itu dengan bibir menyengir meski sungguh tak begitu ingin.

"Nasibmu tidak sial, ... kau justru sangat beruntung memiliki boss tampan seperti ku, kau harus tahu, ... di luar sana, banyak personil Teletubbies yang mengantri untuk tidur bersama ku!"

"Teletubbies?" Lala bahkan tak bisa menahan tawa saat membayangkan seorang Sky Rain berkencan dengan Dipsy.

MKB Bab 3

"Selamat ulang tahun, Geulis..."

Rahmi, satu satunya orang tua Lala yang tersisa. Ucapan ulang tahun pertama yang dilangsungkan, cukup mengharukan bagi Lala.

"Terima kasih, Ibu. Lala berangkat yaa"

Wanita dengan tinggi 172 itu memiliki berat badan 61 kilogram, bra 38A dan pinggul bak gitar, bentuk wajah oval dan rambut lurus panjang yang lebih sering di sirkam.

Bicara body, Lala dipandang seksi. Itulah kenapa selalu ada saja yang mengajaknya berkencan di kamar, termasuk boss-nya.

Namun, Lala sendiri yakin jika wajahnya tidak secantik itu. Mungkin juga itu yang membuat Sky Rain hanya mengajaknya berkencan satu malam saja, selepasnya akan dihempas.

Yah, ... wanita dengan wajah standar tidak berhak diperistri CEO X-meria. Lala tidak akan pernah pantas menggantikan almarhumah Nyonya Leona yang bahkan memiliki pahatan wajah nyaris sempurna.

Lala sadar diri, karena itu perlu.

Menjadi bungsu dari tiga bersaudara, tidak menjadikan Lala manja. Nyatanya, tak ada yang bisa memanjakan selain dirinya sendiri.

Dua abangnya hanya sibuk mengurus istri istri mereka. Bahkan, seakan sengaja lepas tangan dan menutup mata soal ibu mereka.

Bisa dirasakan, kehidupan Lala kembali normal setelah bisa lepas dari pernikahan toxic. Menjalani status jandanya dengan jabatan sekretaris di kantor pusat X-meria.

Walau rasanya cukup berat, terus dirayu satu malam bercinta dengan iming- iming uang miliaran oleh Boss duda. Tapi, Lala masih bertahan dengan harga dirinya.

Lupakan sejenak masa lalu pahit Lala, karena hilal kebahagiaannya kini tampak. Raffa, pria yang tersenyum manis di hadapannya.

Satu minggu yang lalu, Raffa melamar. Sudah satu bulan mereka berhubungan bahkan sudah memutuskan untuk melangkah ke jenjang pernikahan.

Satu tahun menjanda juga bukan waktu yang sebentar. Ibunya terus menanyakan kapan kamu akan menikah lagi? Dan yah, Lala bisa menjawab pertanyaan itu sekarang.

Setelah kemarin sempat trauma, Raffa hadir dengan begitu banyak kelembutan. Mereka teman masa kecil, itulah yang membuat Lala berani menjatuhkan diri pada lelaki tinggi itu.

Raffa bahkan rela menunggu janda seorang Lala. Raffa juga tak bisa menikah dengan wanita lain karena masih begitu tulus pada Lala yang pernah menjadi cinta pertamanya.

Akhirnya, takdir kini mempertemukan mereka kembali dan Alhamdulillah dengan status yang sama- sama masih sendiri.

Tampan, putih, tinggi, Raffa juga termasuk lelaki pekerja keras. Saat ini, Raffa sedang mengembangkan bisnis Cafenya dan mereka akan menikah setelah Cafe itu berjalan.

"Silahkan, Tuan putri." Raffa mempersilahkan Lala masuk setelah membukakan pintu mobil.

Lala tersanjung, sebelumnya Harry tak pernah memperlakukan dirinya dengan cara seperti ini, Harry hanya bisa marah- marah dan sering melakukan kekerasan.

Berbeda sekali dengan Raffa. Lelaki yang lemah lembut, murah senyum, bersuara merdu, setiap hari Lala dibuat semakin cinta karena perlakuan tunangannya tersebut.

Seperti biasanya, Lala duduk di jok penumpang bagian depan. Raffa yang menyetir, setelah menarik sabuk pengaman kekasihnya yang seksi.

Mobil melaju lumayan kencang, Raffa berusaha menghindari macet, walau masih cukup pagi karena Lala tak boleh terlambat meski hanya satu detik.

"Tidurnya nyenyak kan?" Raffa melirik Lala yang sudah mulai berkutat dengan laptop.

"Lumayan." Lala memberikan senyum walau sekilas mata melirik, tapi bisa terlihat betapa Raffa peduli pada jawabannya.

"Mmmh, ... Oya." Raffa menepuk nepuk setir mobil, ia tampak gamang, tapi setelah beberapa saat ia mau berbicara. "Uang yang kemarin aku bicarakan itu..."

Sontak, Lala menoleh, dia lupa kalau Raffa sempat meminjam uang. "Sudah aku transfer kok. Kamu nggak ada nge-check ya?"

"Oh..." Raffa tertawa sekilas, mungkin tak enak membicarakan soal uang. "Udah?"

Lala mengangguk. "Udah, dari semalam aku kirim uangnya. Kan baru sore tadi bisa aku gadai jam tangannya."

"Terima kasih ya, Sayang." Raffa tersenyum, lalu mengusap kepala kekasihnya.

"Sama- sama, Raffa. Semoga usahanya sukses ya."

Raffa lalu menurunkan tangan, ia beralih meraih tangan Lala. "Boleh kiss bibir kamu?"

"Ini ajah." Lala memberikan kiss bibir lewat tangannya. Mereka berkomitmen untuk pacaran sehat sampai tiba waktunya halal.

"Kamu cute banget sih!" Raffa memang semanis itu, selalu ada saja perkataan yang membuat pipi Lala kian merona.

...▪️◻️🔳🔲🔲🔳◻️▪️...

"Terlambat lagi, La!" Sky sambut dingin Lala seperti biasanya. Lelaki itu berdiri di sisi meja kerja sekretarisnya.

"Jangan potong gaji saya, Pak!"

Lala membungkuk ngos- ngosan. Sudah berlari padahal, tapi tetap saja terlambat. Entah Sky yang terlalu pagi atau Lala yang selalu datang lebih siang.

Lala sempat menilik jam di ponselnya. Karena jam tangan mahal dari Sky sedang digadaikan. "Hanya sepuluh menit."

Sky terkekeh lebih dingin dari sebelumnya. Walau, ... yah, Lala akui, ekspresi congkak duda yang bahkan sudah memiliki menantu itu masih begitu tampan di mata normalnya sebagai seorang perempuan.

"Kau tahu? Aku menghasilkan trilliunan uang hanya dengan sepuluh menit yang kau sia sia dengan entengnya!" sombong Sky.

"Saya percaya." Lala ingin memutar bola matanya, tapi urung karena Sky akan memotong gajinya jika begitu.

Lala duduk di kursi kerja setelah sang boss ngeluyur masuk ke ruang CEO. Baru saja mendaratkan pantat, mata Lala disuguhi kotak perhiasan berbentuk persegi panjang.

Ini tidak asing, Lala sering mendapatkan buangan barang branded. Biasanya, putri gadis Sky yang baru kemarin dinikahi seorang Ustadz membuang barang- barang setelah bosan dipakai saking kayanya mereka.

Kembali Lala bangkit, lalu masuk ke dalam ruangan boss-nya. Sebelum Sky menatap dirinya, dia sudah lebih dulu menyengir.

"Ini apa, Pak?" Ditunjukkannya kotak persegi panjang itu pada Sky. Memastikan, apakah kotak berisi kalung ini untuk Lala, atau bukan.

Sky terdengar berdehem. Lihat, bahkan Sky tak ada sedikit pun memandang Lala yang sudah cukup penasaran dengan jawabannya.

"Ini untuk saya, Pak?!" ulang Lala.

Sky menggeram kecil. "Alice bilang kalung itu suruh dibuang! ... Aku pikir dari pada membuangnya, lebih baik untuk mu."

Seketika, Lala mengembangkan senyuman manisnya. Tidak salah jika dia bertahan di sisi boss arogannya, setidaknya putri Sky sering membuang barang- barang mahal.

"Terima kasih, Pak! Ini sangat cantik! Semoga Nona Alice diberikan panjang umur."

Tak berapa lama, Lala meredup senyum ketika Sky menatapnya dengan dingin.

"Sekarang kerja, atau aku akan meminta imbalan atas kalung itu," kata Sky yang sontak membuat Lala terhuyung mundur tak sengaja.

Imbalan? ... Lala menciut. Sekelas Lelaki seperti Sky ini, imbalannya pasti masih berbau dengan ranjang kan?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!