NovelToon NovelToon

My Workaholic Husband

Prolog

"Thella, coba lihat, ada seorang pria tampan yang berjalan ke arah kita. Seperti seorang artis korea, aku yakin kau akan menyukainya," Vanya dengan sangat heboh memberutahukan pada Thella tentang seorang lelaki yang memang berjalan ke arah mereka.

"Mana dia?" Thella mengedarkan pandangannya pada sekitar ruangan bar yang mereka kunjungi, hingga ia melihat jelas seorang lelaki dengan tampang cool berjalan ke arah mejanya. Jantungnya berdegup kencang. Nalurinya tidak bisa menolak karisma pria tampan tersebut.

"Thella? itu namamu?" tanya pria itu.

"Ya, ada apa?" Thella menjawab pertanyaan lelaki itu dengan cukup singkat. Ia melihat pria itu tersenyum sekilas.

"Menikahlah denganku," ucap pria itu dengan ringan. Thella gelagapan, ia tidak menyangka pria di hadapannya itu mengajaknya menikah.

"Kita tidak saling mengenal, kenapa tiba-tiba kau..." kalimatnya terpotong kala pria itu mendekatinya.

"Namaku Naufal. panggil aku Fall. Aku tidak ingin penolakan, jadilah pengantinku," Pria itu pergi meninggalkannya. Thella kesal. Lelaki itu sekejap datang lalu mengajaknya menikah dan sekarang pergi begitu saja tanpa rasa bersalah.

"Laki-laki sialan! Berani sekali dia mengancamku," dengusnya kesal.

"Hei.. sejak kapan kau berpacaran dengannya? baru saja dia melamarmu? Sungguh sangat beruntung, aku juga ingin memiliki suami sepertinya," Vanya memandang punggung lelaki yang tengah berjalan menjauh itu dengan tatapan sangat menginginkan.

"Gila! Ambil saja lelaki itu. aku tidak butuh suami sepertinya!" Thella mengambil tasnya dan berniat untuk pergi.

"Thella, acara belum selesai dan kau ingin pergi begitu saja?!" Vanya setengah berteriak kesal. Sahabatnya begitu sensitif. Hanya karena lelaki yang tak di kenal, ia bisa menjadi sangat garang.

"Aku sudah tidak selera dengan pesta ini. Hubungi teman lain saja. Aku harus pulang," Thella melangkahkan kakinya menuju pintu keluar. Ia sangat terburu-buru hingga menubruk dada seorang pria. Bahkan lelaki itu tetap berdiri kokoh tak tergoyahkan sedikitpun.

"Fall..." Ia mendongak dan mengenali sosok laki-laki yang ia tabrak. Lelaki itu, yang beberapa menit lalu melamarnya tanpa cincin, mangajaknya menikah seolah sudah saling kenal. Pria itu menatapnya dengan tatapan sedingin es.

"Thella, mengapa kau berniat lari dariku? Kau tunanganku sekarang. Tidak bisa pulang seenaknya saja. Ini pesta dansa, setidaknya, temani dulu calon suamimu ini berdansa, baru kau bisa pulang dengan tenang," kalimat yang Fall ucapkan tanpa ekspresi membuat Thella menghentikan langkahnya. Tapi untuk apa ia mendengarkan pria aneh ini?

"Fall, aku bukan calon istrimu, bukan tunanganmu, aku bahkan tidak kenal siapa dirimu, jadi tolong jangan asal mengklaim aku sebagai calon pengantinmu!" Thella mendengus kesal. Ia tidak habis fikir dengan apa yang ada di otak laki-laki yang ada di hadapannya itu.

"Bukankah aku tadi sudah memberitahumu, namaku Naufal dan kau sudah memanggilku dengan benar, apa itu belum termasuk kenal?" Tentu saja bukan cowok bodoh! Umpat Thella dalam hati.

Thella curiga, pria di hadapannya itu tidak pernah mengenal wanita, sampai arti kata kenal pun dia tidak paham.

"Fall, perkenalan itu harus dilalui dengan beberapa saat yang lama. Baru saja mengucapkan nama lalu mengajak menikah, itu aneh. Lagipula aku tidak bersedia menikah denganmu!" Thella mencoba memberontak.

"Jangan kamu pikir aku tidak tahu kau kerja di mana, rumahmu di mana, tempat favoritmu apa, kau berani menolak, karirmu selesai hari ini juga. Kau tidak akan di terima kerja di perusahaan manapun. Hidupmu akan menderita seumur hidup. Jadi pertimbangkan tawaranku!"

"Satu lagi, jika menikah denganku, kau akan tinggal di rumah mewah, akan ku berikan mobil keluaran terbaru, uang berlebih, tanpa kau harus susah payah lagi bekerja!" Suasana Bar yang ramai memaksa Fall untuk berkata dengan nada tinggi agar di dengar oleh Thella.

Sejenak gadis itu berpikir. Jika ia menolak menikah dengan Fall, maka karirnya akan terancam, bahkan mungkin orang-orang terdekatnya juga.

Kenapa lelaki tampan sepertinya punya kepribadian yang sangat buruk! Umpat Thella di dalam hati.

Ia mengepalkan tangannya. Ia benar-benar tidak mempunyai pilihan lain kecuali menikahi pria yang tidak di kenal itu. Ia memang menyukai pria tampan, tapi ia tidak suka pria yang tidak perduli dengan perasaan wanita seperti Fall. Baginya, hanya uang yang dapat di gunakan untuk membeli seluruh isi dunia. Bahkan termasuk wanita.

"Fall...!" Thella meneriaki lelaki yang telah berjalan angkuh beberapa langkah di depannya itu, hingga membuatnya menengok dan berhenti.

"Ada apa?" tanyanya datar. Tanpa ekspresi.

"Aku... aku... aku bersedia menikah denganmu," Berat rasanya Thella mengucapkan kata-kata itu, tapi ia tidak punya pilihan. Fall telah menggenggam separuh dunianya. Jika ia memutuskan untuk melawan Fall, dia sendiri yang akan kalah dan terpuruk. Ia menyadari, pria di hadapannya tampak sangat berpengaruh.

"Bagus! Besok aku akan menjemputmu. Kita Fitting baju pengantin kita. Lusa, kita menikah," Ujar Fall, masih dengan tanpa ekspresi. Lelaki di hadapan Thella ini seperti manekin, tidak bisa tersenyum sedikitpun saat bicara. Membuat Thella jengah.

"Fall, apa itu tidak terlalu cepat?" Thella coba protes.

"Atau mau sekarang saja?" Fall kembali mengancam Thella. Gadis itu menciut nyalinya. Benar-benar lelaki yang kaku.

"Baiklah, aku tidak akan protes lagi." Thella mencoba mengalah. Mungkin memang takdirnya, harus menikahi pria aneh seperti Fall.

"Sebaiknya memang begitu. Aku tidak menerima bentuk protes dalam hal apapun. Besok tepat jam delapan aku datang. Jangan buat aku menunggu. Aku benci menanti terlalu lama," Fall mengatakan itu dengan menatap Thella menggunakan mata elangnya.

"Baik, Fall. Jangan terlalu galak. Aku takut," Lagi-lagi Thella memprotes Fall. Ia menyesal tdlah mengucapkan kalimat itu.

"Maaf!" Hanya kata itu yang Fall ucapkan, kemudian ia berlalu meninggalkan Thella yang masih belum bisa menerima kenyataan yang baru saja ia alami.

Thella menarik rambutnya sendiri dengan kedua tangannya. Ia kesal dengan sikap Fall. Bagaimana mungkin ia akan melewati banyak hari dalam hidupnya untuk tinggal satu atap dengan pria egois sepertinya?

"Tuhan, aku berharap ini mimpi. Aku tidak mungkin menikahi Fall. Aku mohon, esok bangunkan aku tapi hilangkan Fall dari hari-hariku," Ia berkata setengah berdoa dengan lirih. Ia yakin tidak ada yang mendengarkannya.

"Thella, kamu tidak jadi pulang?" Vanya kembali menemukan Thella yang sedang bimbang.

"Lelaki itu, dia tidak mengizinkan aku pulang. Katanya aku harus menemaninya berdansa sebelum pulang," Keluhnya pada Vanya.

"Maksudmu, laki-laki yang baru saja melamarmu?" Tanyanya sejurus kemudian.

"Ya," Jawab thella super singkat.

"Kau benar-benar akan menikahinya?" Vanya penasaran dengan ekspresi yang di tunjukkan sahabatnya itu. Thella yang biasanya gembira, kali ini terlihat sangat kacau.

"Aku tidak punya pilihan lain..."

Cast:

***1. Naufall Ferdinand Roxy (Sahabat di MT\, dengan identitas di rahasiakan. Merelakan kisah hidupnya di jadikan inspirasi di Novel ini)

Thella Anastasya Putri (Mantan pacar sahabat MTku. Mengapa di dalam novel ini masih di ceritakan sebagai pasangan? Karena kisah cinta mereka saat sama-sama yang menjadi inspirasi.

Vanya (Saya sendiri, dimana saya adalah tempat curhat, meskipun yang sering curhat sebenarnya pemeran utama cowok)

Ardian (Abang Online dengan nama yg sama\, Ardian\, yang kenal 3 hari sebelum novel ini kontrak dengan pihak Mangatoon. Ia di jadikan cast di sini karena dia dengan sukarela menawarkan diri untuk masuk sebagai cast***)

Chapter 1

Din! Din! Din!

Klakson mobil di depan rumah Thella terdengar berulang kali. Dia yakin itu pasti ulah Fall. Siapa lagi yang berani berbuat arrogant seperti itu selain dia?

Thella mengambil tasnya, dan cepat-cepat keluar sebelum Fall marah dan mengutuknya. Entah mimpi apa dia, harus bertemu dengan lelaki datar dan egois seperti dia.

"Aku datang!" Thella keluar dan menutup kembali gerbang rumahnya. Lalu menghampiri Fall yang sudah menunggunya di depan mobil. Sambil berdiri dengan gaya seperti model fashion seraya memasukkan kedua tangannya ke saku. Cowok itu menatap tajam seperti seekor elang yang sedang mencari mangsa.

Pasti dia akan memarahiku, aish, dasar cowok pemarah! Tidak takut cepat tua apa dia? Omel Thella dalam hati.

"Aku sudah berdiri di sini sejak pukul tujuh lewat empat puluh lima menit dan kamu baru muncul setelah jam tujuh lewat lima puluh lima menit. Sepuluh menit kau buat aku menunggu! aku sudah bilang, aku benci menunggu. Itu membuang waktu produktifku!" omel Naufal panjang lebar seperti burung yang bernyanyi di pagi hari seketika membuat mood gadis itu memburuk.

"Maaf," Hanya itu yang Thella ucapkan. Ia tidak bisa membela diri, itu hanya akan membuat Fall semakin marah.

"Senyum. Siapa yang mengizinkanmu menekuk wajah seperti itu. Tunangan Naufal haruslah seorang wanita cantik berwajah ceria. Bukan seperti angsa buruk rupa," sindir Pria tampan itu, membuat Thella kesal dan ingin menimpuknya, tetapi ia tetap berusaha sabar dan mengulas senyum terpaksa dengan semanis mungkin.

"Penampilanmu, seperti itu gayamu untuk pergi berdua denganku? Tidak bisa berdandan yang lebih anggun? Aku bisa di kira jalan dengan babu kalau kau berpenampilan seperti itu," protes Fall saat melihat penampilan Thella yang hanya memakai kaos santai dan celana jeans.

"Tunggu, aku akan ganti baju," Thella berniat mengganti bajunya agar si Fall yang cerewet itu berhenti mengomentari penampilannya.

"Tidak perlu! Sudah jam berapa ini? kamu mau buat aku menunggu lebih lama lagi? Beli saja nanti! Ayo berangkat!" Naufal masuk ke dalam mobil dan menutupnya sedikit kasar.

Thella hanya bisa mengelus dada melihat perangai buruk Naufal yang membuatnya sedikit tertekan. Ia kemudian bergegas masuk ke dalam mobil supaya terhindar dari ocehan Naufal.

Sepanjang perjalanan mereka berdua hanya saling diam. Fall serius menyetir mobilnya sedangkan Thella, ia enggan memulai percakapan karena merasa setiap yang ia katakan selalu salah.

Naufal membelokkan mobilnya ke sebuah toko pakaian Branded yang berada tidak terlalu jauh dari rumah Thella.

"Turun, cepat beli baju yang bagus. Pakai ini," Naufal menyodorkan kartu kreditnya pada Thella. Gadis itu tidak punya pilihan lain selain menerima setiap keputusan yang di buat Fall.

Ia bergegas masuk ke dalam toko. Lima menit kemudian ia keluar dengan memakai dress pendek dengan motif sederhana berwarna merah jambu.

Naufal memandang Thella dari dalam mobil dengan tatapan kagum. Gadis pilihan temannya itu sangat cantik dan mempesona. Ia senang karena bermain truth or dare membuatnya bertemu dengan Thella.

Ia melihat Thella berjalan dengan tergesa-gesa. Mungkin karena takut akan diomeli lagi olehnya. Fall tersenyum saat Thella hampir terjatuh. Gadis itu telah dekat, Fall berusaha kembali ke sikapnya seperti biasa.

"Ini, terimakasih." Thella mengembalikan kartu kredit Naufal. Cowok itu hanya mengambilnya tanpa berkata apapun, lalu mengemudikan kendaraannya.

Ini cowok, dulunya mamanya ngidam apa ya, bisa jadi begini. Sombong, cerewet, ngeselin, egois untungnya ganteng, kalau wajahnya juga jelek, entah apa bagusnya dia, gumam Thella dalam hati.

"Lain kali, setiap pergi denganku, kamu harus memakai dress seperti ini. Kamu adalah tunanganku, jadi harus menuruti apa kataku." oceh Naufal lagi dengan nada ketus.

"Baiklah, lain kali aku patuh," Thella hanya menunduk, pura-pura patuh pada Fall, meskipun nyatanya ia sangat tidak suka di perlakukan seperti itu.

"Bagus, kamu memang harus patuh padaku. Aku ini orang sibuk, punya banyak kenalan, aku tidak ingin punya istri yang kumal. aku mau pasangan yang modis dan cantik. Berdandanlah terus untukku setiap hari. Meskipun aku tidak ada di rumah."

Naufal terus berbicara sampai Thella pusing mendengarkan ocehannya. Ia ingin sekali menutup kedua telinganya, tetapi mana mungkin bisa, ia akan di damprat habis-habisan jika melakukan itu.

Kalau aku sudah jadi istrinya, pasti lama-lama aku menjadi tuli karena setiap hari harus mendengarnya ngoceh seperti ini. Tuhan, kenapa engkau pertemukan aku dengan manusia semacam Fall, keluh Thella dalam hati.

"iya, Fall. Aku akan dandan setiap hari, memakai baju yang sesuai dengan apa yang kamu mau, aku akan mematuhi semua peraturanmu, apa kamu senang?" Thella menampakkan muka pura-pura bodohnya di depan Fall. Ia yakin, suatu hari pasti Naufal akan berubah, atau paling tidak melepaskannya untuk pergi.

"Tentu saja, aku sangat senang karena kau cepat paham!" Naufal kembali serius mengemudikan kendaraannya. Idan berhenti berbicara.

Untuk sementara, tidak apa-apa aku menjadi istrinya. Suatu hari, aku akan mempunyai celah untuk meninggalkan dia. Aku tidak ingin mati konyol jika serumah dengan pria seperti ini, umpat Thella dalam hati.

Mobil Naufal kembali berbelok ke sebuah tempat yang mewah. Ternyata tempat itu adalah butik yang akan di gunakan untuk fitting baju pengantin mereka berdua.

"Silahkan, Kak. Ada yang bisa kami bantu?" tanya seorang pelayan kepada Naufal ramah.

"Mbak, saya mau lihat koleksi terbaru gaun pengantin di toko ini, yang terbagus dan paling mahal," Naufal berbicara denga lembut. Thella jadi kesal, ternyata Fall hanya ketus padanya saja.

"Baik, Kak, mari.."

Mereka mengikuti pelayan itu masuk ke dalam toko. Naufal menggandeng tangan Thella, seolah-olah mereka pasangan romantis. Berulang kali Thella coba melepaskan tangannya tapi Fall semakin mengeratkan genggamannya hingga gadis itu merasa kesakitan.

"Mbak ini calon istrinya, Kak?" Pelayan itu menanyakan status Thella.

"Iya, ini calon istri saya, cantik ya mbak?" Tanyanya pada pelayan itu. Beruntung saja mereka tidak sedang makan, kalau sedang makan pasti Thella akan tersedak.

"Iya, mbaknya cantik sekali. Imut lagi, cocok banget sama kakaknya," puji pelayan itu. Naufal tersenyum manis mendengar pujiannya.

"Makanya, saya sangat mencintai calon istri saya ini, mbak," Naufal menatap Thella dalam-dalam. Dia ingin mengakuinya secara langsung tapi gengsinya lebih besar dari perasaan kagumnya pada Thella.

Di depan orang saja sok manis. Sama seperti bunglon, suka berkamuflase. Aslinya galak seperti macan, Omel Thella dalam hati.

Mereka berdua lalu di sibukkan memilih baju yang diinginkan, lebih tepatnya yang Naufal inginkan. Selama di dalam toko, Fall memperlakukan thella seperti pacar sungguhan. Karena sebenarnya Naufal sudah mulai menyukai Thella sejak malam itu, tetapi gengsi untuk mengakuinya.

Chapter 2

"Cium! Cium! Cium!" teriak riuh para tamu undangan di pernikahan Thella dan Naufal saat janji nikah di antara mereka berdua sudah selesai di laksanakan.

Thella mematung. Ia sebenarnya ingin pergi dari hadapan Fall sekarang juga. Gadis itu tidak rela melepaskan ciuman pertamanya untuk Naufal, pria aneh dan egois yang tiba-tiba hadir dalam hidupnya.

Semoga Fall tidak berniat menciumku sekarang! Jangan lakuin itu fall, please, aku tau kamu nggak ada rasa buat aku, jadi nggak perlu ada wedding kiss, harap Thella dalam hati.

Tapi harapan Thella tidak terkabul, karena Fall sudah mengecup bibirnya sekarang, diiringi tepuk riuh tamu undangan. Thella kembali mematung saat Fall mengakhiri kecupannya. Jantung Thella berdegup kencang, ini adalah saat pertama di dalam hidupnya ada seorang pria yang mencium bibirnya, tapi Thella kecewa, karena dia melakukannya bukan dengan orang yang di cintainya.

"Tetap bersikap manis. Berikan senyummu pada tamu-tamuku. Apa kamu begini karena tidak suka aku menciummu? Kamu lupa, kalau aku ini sekarang suamimu? Setiap inci tubuhmu adalah milikku," bisik Naufal yang membuat Thella merinding. Cepat-cepat ia mengangkat wajahnya dan tersenyum kepada seluruh tamu undangan.

Kalau saja dia punya hati sedikit saja, aku pasti akan terkesan padanya. Sikapnya yang seperti ini membuatku semakin benci. Batin Thella.

Seluruh deretan acara resepsi Naufal dan Thella telah usai. Mereka meninggalkan gedung tempat akad dan resepsi di lakukan. Fall membawa istrinya kembali ke rumah pribadinya.

"Fall..." Panggil Thella takut-takut. Ia sangat berusaha memberanikan diri.

"Hmm, ada apa?" sahut Fall masih dengan sikap juteknya.

"Kita ... kita ... kita tidak akan tidur bersama kan?" Susah payah Thella mengeluarkan kalimat ini dari kerongkongannya.

"Di apartemenku hanya ada satu kamar. Kalau kamu mau tidur di lantai, kita tidak akan satu ranjang," jawab Fall dingin. Sebenarnya di apartemen itu ada banyak kamar. Hanya saja ia tidak ingin berbeda kamar dengan Thella.

"Baik aku akan tidur di lantai," Sebenarnya Thella tidak yakin bisa tidur di lantai, karena ia tidak pernah melakukan hal tersebut selama ini.

"Terserah!" Fall acuh pada keputusan Thella. Dia kesal karena gadis itu bahkan tidak ingin tidur satu ranjang dengannya.

Mereka telah sampai di apartemen Fall. Pria itu menggandengnya masuk, meskipun Thella menunjukkan penolakan, ia tidak perduli. Dibawanya Thella masuk ke dalam kamar mereka yang sangat luas.

Banyak etalase di dalam kamar itu. Ada etalase baju, tas, sepatu wanita. Thella heran, milik siapa semua barang-barang ini. Jika milik mama Naufal, tentu saja akan berada di rumah mamanya, bukan di rumah pribadi milik pria itu.

"Semua ini barang-barangmu, pakai semuanya sesuka hati. Ingat pesanku, tampil dengan sempurna setiap hari, jangan buat aku malu! Apa yang orang bilang tentangku kalau melihat istriku biasa-biasa saja, mereka akan mengira aku orang yang pelit." oceh Naufal seperti biasa.

Naufal melepas jas nya dan melemparnya asal. begitu pula dengan sepatu, dasi, kaos kaki dan yang lainnya. Thella merasa kesal melihat kelakuan suaminya yang seperti itu.

"Fall, kamu tidak bisa rapi sedikit? Lihatlah kamarmu, seperti kapal pecah." keluh Thella, melihat sekeliling kamar Fall yang berantakan. Sepatu, tas, bola, selimut, raket, dan banyak lagi barang yang berantakan, keadaan ini berbanding terbalik dengan Thella yang pecinta kerapihan.

"Itu fungsinya kamu. Sebagai istriku kamu harus bereskan semua ini. Kamu masak yang enak, dandan yang cantik, lakukan semua yang menguntungkan untukku." Fall menjatuhkan dirinya ke atas kasurnya yang empuk dan tertidur.

Daripada jadi istri, aku malah merasa jadi babunya. Aku jadi kangen rumah, tapi kalau aku kabur sekarang, sepertinya nggak akan menguntungkan, mungkin lebih baik kalau aku kerjain aja si Fall. Sebuah ide jahil muncul di benak Thella.

Thella membereskan seluruh ruangan kamar Naufal sampai kinclong. Begitu pula dengan ruangan lainnya. Ia juga memasak untuk makan malam. Setelah semuanya selesai, ia memutuskan untuk berenang, setelah melihat kolam renang Fall yang berada di samping paviliun.

Thella menceburkan dirinya ke dalam kolam renang mewah itu. Perubahan suhu tubuh menjadi lebih dingin membuatnya rileks. Sejenak ia melupakan kekesalan dan emosinya terhadap Naufal. Banyak hal yang ia harus pertimbangkan sebelum pergi meninggalkan pria berhati batu itu. Tanpa di sadari oleh Thella, Fall memperhatikannya dari balik jendela kaca kamar tidurnya. Perlahan, Fall turun dan menemui Thella yang sedang asyik berenang.

"Apa kau menyukai kolam renangku?" ujar Naufal dengan nada datar seperti biasa.

Karena terkejut Thella refleks menyilangkan kedua tangannya agar bagian dadanya tidak terlihat oleh Fall, meskipun ia memakai kaos tertutup.

"Kamu fikir aku orang mesum? Dada rata seperti itu apa bagusnya?" cibir Naufal sambil tertawa mengejek.

"Baguslah, kalau kamu tidak normal," balas Thella sambil menyunggingkan senyum sinis pada Fall. Pria itu sedikit kaget karena Thella berusaha mengimbangi permainannya.

"Aku normal, laki-laki tulen. Kamu pikir aku apa?" Fall tampak marah, Thella tentu saja senang. Karena dia bisa membuat Naufal emosi.

"Aku pikir kamu setengah wanita." Thella menertawakan Fall dan berenang menjauh. Cowok itu geram dengan perlakuan Thella yang berani mengejeknya.

Ia melepas kaosnya dan terjun ke dalam kolam menyusul Thella. Ia ingin memberi pelajaran Thella karena sudah membuatnya kesal. Naufal memegang kuat kaki Thella, membuat gadis itu tidak bisa bergerak. Fall beralih berenang ke hadapan Thella, dia menatap tajam Thella seperti biasa.

Sepertinya, Naufal benar-benar marah. Aku harus berbuat apa sekarang? Memang benar kan, susah menang kalau melawan dia. Batin Thella berkecamuk.

"Apa kamu sangat senang bisa mengejekku? Kamu pikir bisa melawanku? Atau kamu perlu bukti kalau aku ini seorang pria?" Fall bergerak maju, sebaliknya Thella bergerak mundur.

"Maaf, aku...," Fall tidak memberi kesempatan Thella untuk bicara.

"Kenapa minta maaf? Apa kamu takut, Istriku?" Fall terus bergerak maju sambil tersenyum jahat. Ini membuat Thella sedikit panik. Apalagi tidak ada ruang untuknya mundur, ia sudah sampai ke pinggir kolam.

Fall mengunci Thella dengan kedua tangannya. Fall menyeringai dan membuat gadis itu semakin ketakutan. Ia menyesal telah membuat pria itu tertantang.

Jangan lakukan sesuatu Fall, jangan...

"Jangan, Fall.. please..." Thella terpaksa memohon pada pria arrogant itu untuk tidak melakukan sesuatu.

"Kenapa kamu takut? Bukannya kamu perlu bukti kalau aku ini seorang pria?" Naufal terus memojokkannya. Ia menyondongkan wajahya kedepan, hingga begitu dekat dengan Thella.

"Soal itu, aku hanya asal bicara ... jadi, maafkan aku. Lain kali aku tidak akan begitu lagi." Thella sedikit kesal karena harus berakhir mengalah lagi pada Fall.

"Ternyata kamu benar-benar takut? Oh, tenang saja. Meskipun aku ini normal, kamu bukan seleraku," Naufal tertawa jahat dan berenang menjauh dari Thella. Gadis itu geram dan meninju air kolam untuk menuntaskan rasa kesalnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!