" Sudah ku katakan pada kalian, aku tidak akan setuju sampai kapan pun ! "
Ailyn bergegas meninggalkan ruangan pesta dengan kesal nya. Air mata nya kini mengalir deras, membasahi kedua pipi dan area wajahnya.
" Hiks.. dasar keluarga sampah ! sial aku sungguh sial !"
Umpatan demi umpatan tak hentinya terlontar dari mulut manis nya.
Bagaimana tidak, berbagai perjodohan dari keluarga besarnya begitu mencekik hingga membuat nafas nya terasa sesak.
Ailyn Sherlina Smith, putri terakhir dari keluarga konglomerat yang lumayan berpengaruh di kota Eastas. Kini menjadi sorotan bagi seluruh keluarga ternama.
Karena di usianya yang mencapai 25 tahun ini, ia belum juga menikah. Padahal kedua kakak tirinya yang bernama Arden dan Asha sudah lama berumah tangga. Mereka masing-masing dikaruniai satu putra yang sangat dibanggakan.
Ailyn dipaksa melakukan perjodohan oleh Ibu tiri nya karna kehendak mendiang kedua orang tua Ailyn sebelum mereka meninggal dunia.
Ayah dan ibu Ailyn menuliskan wasiat tentang pembagian harta beserta permintaan perjodohan atas Ailyn. Mereka sangat khawatir pada putri bungsunya.
Namun gadis cantik itu selalu menolak nya. Karena sampai saat ini, ia masih percaya bahwa perjodohan itu hanyalah rencana busuk Nyonya Lamia (ibu tiri Ailyn) untuk mengusirnya dari rumah peninggalan Ayah dan ibunya.
" Ayah lihatlah istrimu itu ! dia sangat ingin mengusirku pergi dari sini ! dan.. hiks.. Ibu.. ibu, aku rindu padamu.. huuu.. aku harus bagaimana tolong jawab aku ! apa kalian bisa mendengar ku ?!"
Dengan gusarnya Ailyn meneriaki langit malam tanpa cahaya rembulan yang menerangi, serta bintang-bintang yang mengelilingi. Ia menangis tersedu di atas balkon kamarnya yang terletak di atas lantai 3 rumah nya.
Walaupun berasal dari keluarga kaya dan terpandang, namun bukan apa-apa bagi Ailyn yang sudah sejak lama menjadi yatim piatu.
Hari-hari yang dilaluinya terasa begitu berat. Mulai dari tuntutan pekerjaan yang tak kunjung usai, hingga desakan perjodohan oleh Nyonya Lamia yang membuatnya pusing.
Karena, setelah 20 tahun kepergian kedua orang tuanya yang begitu mendadak. Nyonya Lamia otomatis menjadi kepala keluarga yang memimpin rumah dan seisinya sampai saat ini.
Sikap angkuh serta pemaksaan yang dilakukannya kepada Ailyn beberapa waktu ini, membuat Ailyn semakin tidak menyukai nya.
Hingga sampai pada hari ini, sudah terhitung ke 20 kali nya Ailyn menolak perjodohan dari nya. Selain karna tidak berminat, Ailyn sedikit banyak telah mengetahui rencana busuk Nyonya Lamia untuk menyingkirkannya.
Ia sampai menyewa mata-mata khusus untuk mencari info lengkap tentang Nyonya Lamia.
Namun, hanya sedikit info penting yang ia dapat. Termasuk rencana untuk menyingkirkannya dari kediaman ini.
...----------------...
Tok.. tok.. ! ( suara ketukan pintu) .
" Nona Ailyn, makanlah sesuatu apa nona tidak merasa lapar? saya khawatir anda.. "
Belum sempat melanjutkan ucapannya, pelayan Ailyn tersentak kaget.
Cklak ! ( suara pintu dibuka) .
" Masuklah Mina" ujar Ailyn membuka kan pintu.
" Nona, apa anda baik-baik saja?" tegur Mina khawatir.
" Ya.. aku baik saja, apa yang membuatmu datang kemari?" tanya Ailyn menyeka air matanya.
" Saya khawatir anda belum makan dari pagi, karna hari ini anda terlihat sangat sibuk"
Mina meletakkan nampan berisi sepiring steak, semangkuk soup, dan aneka macam buah-buahan di meja kamar Ailyn.
" Terimakasih , seharusnya kau tidak perlu repot begini, aku akan mengambilnya didapur jika lapar" sahut Ailyn mulai membuka gaun pestanya.
" Tidak masalah nona, ini sudah tugas saya melayani anda" timpal Mina membungkuk kan badan
"Bisakah kau membantuku?"
Dengan cekatan, Mina pun bergegas menghampiri Ailyn yang kesusahan melepas gaun pestanya.
"Huuft..apa sebaiknya ku sobek saja ?!", dengus Ailyn mulai kesal.
" Ja.. jangan nona, Nyonya bilang ini khusus dibuat oleh desainer terkenal", ujar Mina berusaha membuka kancing yang berderet di bagian belakang punggung Ailyn.
" Apa yang membuat desainer itu terkenal, padahal membuat gaun saja tidak becus !", balas Ailyn geram.
" Mohon bersabar sebentar ya nona, sedikit lagi akan selesai", timpal Mina menenangkan nya.
Sudah sekitar 15 menit, Ailyn baru terbebas dari gaun rumit itu. Ia pun mempersilahkan Mina untuk kembali pada kegiatannya, karna ia akan tidur lebih awal.
Niat hati Ailyn ingin tidur lebih awal, namun kedua mata nya tak kunjung terpejam. Padahal waktu sudah hampir masuk tengah malam.
Karna merasa bosan, ia pun beranjak membuka jendela kamarnya, menuju kearah balkon.
Suasana malam begitu berangin, disertai gemerlap cahaya langit yang menandakan bahwa sebentar lagi akan turun hujan.
Beberapa menit ia berdiri, kini kulitnya yang halus mulai merasakan hembusan angin yang semakin terasa dingin. Akhirnya gerimis pun mulai turun disertai suara gemuruh petir yang menyambar.
Karna dirasa sudah mulai turun hujan, Ailyn pun membalik kan badannya hendak kembali masuk ke kamar. Namun tiba-tiba..
PYASSSSH !! ( suara aneh disertai kilatan cahaya)
Ailyn pun terkejut, kini pandangannya fokus pada cahaya kebiruan yang sedikit demi sedikit mulai meredup.
"Tidak salah lagi !"
Dengan hanya memakai piyama tidur, Ailyn berlari keluar kamarnya, menuruni lift. Dengan tergesa ia membuka pintu keluar, menuju ke kebun halaman belakang rumahnya.
Sampai ia tidak sadar beberapa pelayan yang masih terjaga, melihat nya keluar tanpa alas kaki pada malam itu.
Dengan mengendap-endap Ailyn mulai menghampiri sumber cahaya yang kian meredup itu. Terlihat cahaya kebiruan yang mulai menghilang berasal dari dalam kolam ikan koi nya.
Dengan perlahan ia berjalan menghampiri kolam tersebut. Namun, beberapa langkah Ailyn berjalan, terdengar lirih suara rintihan diantara pepohonan rindang disekitar kolam ikan.
Ailyn mulai merasa tegang dan merinding, namun rasa penasaran yang sedari tadi ia rasakan, mengalahkan rasa takutnya.
" Arrghh.. sshhh.. ".
Ditengah hujan yang mulai lebat, suara desahan itu semakin jelas ditelinga Ailyn, ia mulai menduga bahwa suara itu seperti seorang pria yang sedang kesakitan.
Kini jarak antara Ailyn dengan suara pria itu mulai semakin dekat. Semakin Ailyn mendekat, semakin tercium aroma anyir darah disertai aroma tanah yang dibasahi oleh air hujan.
Kraak !
Tanpa sengaja Ailyn menginjak ranting tanaman yang membuatnya tekejut sendiri.
" Ck ! bikin kaget saja !" umpatnya menginjak injak ranting yang sudah mengejutkannya itu.
"Sshhh.."
Suara itu mulai terdengar lagi, membuat Ailyn mulai fokus kembali dengan rasa penasarannya.
Dengan cepat ia menyibak dedaunan rindang yang menghalangi pandangannya.
Seketika kedua mata Ailyn terbelalak saat melihat sesuatu yang ada di hadapannya saat ini.
Terlihat dengan jelas seorang pria yang tengah bersandar menahan sakit di bawah salah satu pohon flamboyan.
Tangannya terlihat memegangi dada nya, serta tangan satunya lagi menggenggam sebuah anak panah yang berlumuran darah.
Seketika Ailyn bergegas menghampirinya. Air hujan yang deras, membuat pandangan nya sedikit kabur.
" Hey, Apa kau baik- baik saja?! " seru Ailyn mendekati pria tersebut.
Dilihatnya lekat wajah pria itu, bukannya menjawab, pria itu malah menatap mata Ailyn hingga mengeluarkan sinar cahaya biru yang begitu terang. Membuat Ailyn terkejut hingga tak sadarkan diri.
" Lihat ! nona sudah mulai sadar" seru salah satu pelayan, memberitahu pelayan yang lainnya.
Para pelayan yang sedari tadi merasa khawatir pun berkerumun mendekati ranjang Ailyn. Mereka terlihat tampak lega.
" Ada apa ramai begini?", tanya Ailyn kebingungan sembari mengucek kedua mata nya.
" Syukurlah nona sudah sadar, tadi kami menemukan anda di kebun belakang rumah" ujar salah satu pelayan memberi penjelasan.
" Hmm.. sepertinya aku mengalami sleep walking lagi, maaf sudah merepotkan, kalian bisa kembali beristirahat"
Ailyn mempersilahkan para pelayannya keluar,
" Kecuali Mina, aku masih ada urusan dengan nya"
Akhirnya mereka semua bergegas keluar kamar Ailyn, hanya tersisa Mina saja yang memang diminta Ailyn untuk menemaninya.
Ya, memang benar Mina adalah satu-satunya pelayan kepercayaan Ailyn dirumah ini. Mina sengaja dipilih Ailyn semenjak duduk dibangku sekolah menengah atas. Itu pun Ailyn yang merekrutnya sendiri, tanpa ada paksaan dari pihak mana pun.
Hingga sampai saat ini, Mina masih setia menemani Ailyn karena sejak awal bertemu, mereka seperti sudah saling terkait.
" Apa anda sudah merasa lebih baik nona? saya sudah mengecek semua nya, tidak ada racun atau obat tidur di hidangan anda tapi, mengapa anda bisa sampai pingsan di dekat kolam ikan?" jelas Mina keheranan.
" Apa kau percaya pada perkataanku?"
Akhirnya Ailyn menceritakan kejadian yang belum lama ini dialaminya. Mulai dari melihat cahaya terang kebiruan, sampai bertemu dengan seorang pria misterius yang membuatnya tak sadarkan diri.
" Kulihat wajah nya cukup tampan" ujar Ailyn mengingat wajah pria yang baru ditemuinya pada waktu yang lalu.
" Mm.. tapi saya tidak melihat siapapun kecuali anda sendiri nona", timpal Mina meyakinkan.
" Tidak mungkin, itu terlihat nyata. Ah ! sudah lah, maaf sudah mengganggu waktu istirahat mu".
...----------------...
Pada pagi harinya, Ailyn tengah bersiap untuk kembali bekerja. Di umurnya yang masih terbilang muda, ia sudah dijadikan sebagai direktur di salah satu hotel bintang lima milik keluarganya.
Sesuai wasiat mendiang ayahnya, ia harus mengelola salah satu hotel serta mendapatkan kepemilikan saham dibeberapa perusahaan lain.
Hal ini, cukup membuat Nyonya Lamia menaruh rasa iri padanya. Padahal mendiang Ayah Ailyn sudah sangat adil dalam membagikan harta warisannya.
Namun meskipun begitu, Ailyn tetap berusaha mengembangkan hotel yang dipercayakan sang Ayah kepadanya.
" Kenapa begitu terburu-buru, sarapanlah bersama kami"
Asha (kakak tiri perempuan) menegur Ailyn yang berjalan tergesa melewati ruang makan.
" Maaf kak, aku ada urusan mendadak" sahut Ailyn meninggalkan keluarganya yang terlihat sibuk menyantap makanan.
Sebelum menuju Hotel tempat nya bekerja, Ailyn menghentikan mobil nya dekat dengan kebun belakang rumahnya.
Dengan rasa penasaran yang masih mengganjal dihati nya. Ia pun kembali ketempat kejadian yang membuatnya tak sadarkan diri tadi malam.
Di perhatikan nya dengan seksama pohon flamboyan yang semalam diterpa hujan. Terlihat banyak bunga yang gugur berserakan di bawahnya.
Belum lama ia menyelidiki lokasi tersebut, Ailyn menemukan sebuah jam saku (arloji) yang terselip diantara bunga-bunga flamboyan yang gugur.
Dengan cekatan, ia pun mengambil jam saku tersebut. Jam berwarna perak dengan desain unik membuat perasaan nya menjadi aneh. Tampak retakan yang cukup besar pada kaca nya serta percikan darah yang mulai mengering yang menempel di sela-sela desain dan rantainya.
" Apa mungkin ?! "
Karna belum yakin dengan dugaan nya, Ailyn kembali ke mobil nya sembari membawa jam tersebut ke tempat kerjanya.
Di ruangan kantornya, pikiran Ailyn sangat sibuk menerka-nerka kejadian aneh yang dialaminya tadi malam. Sambil mengingat kembali kejadian itu, Ailyn memainkan jam saku tersebut.
Ia membuka penutup jam tersebut, lalu membukanya kembali, begitu seterus nya. Hingga beberapa menit berlalu, ia menemukan sebuah ide.
" Karna aku yang menemukan mu, akan ku jadikan kau milik ku" gumam Ailyn tersenyum senang.
Beberapa saat kemudian, ia meminta asisten kantornya untuk membawa jam saku tersebut ke tempat reparasi, lalu meminta nya untuk dijadikan sebagai bandul liontin.
" Kalau bisa, sebelum perjamuan nanti, jam ini sudah harus kembali sebagai kalung liontin ya" jelas Ailyn pada asisten nya.
" Siap nona, akan saya usahakan" ujar asistennya berlalu pergi.
Memang, hari ini akan ada perjamuan penting disalah satu restoran milik kolega bisnisnya.
Sebenarnya Ailyn sangat enggan mendatangi perjamuan tersebut, namun atas nama profesionalitas, ia pun mengiya kan undangan dari koleganya tersebut.
...****************...
Di perjamuan, tampak semua orang yang hadir sibuk berbincang mengenai bisnis. Membuat Ailyn merasa sedikit bosan. Karna sudah lelah berbasa basi, ia pun bergegas pergi menuju toilet. Berniat ingin merapikan riasannya.
Saat ini, hatinya merasa senang setelah melihat kalung liontin arloji unik yang ia kalungkan sedari tadi. Ia merasa puas karna asistennya sangat cekatan mengerjakan apa yang diperintahkannya.
" Kau terlihat cantik karna aku yang memakai nya" gumam Ailyn tersenyum senang memandangi jam tersebut.
Setelah merapikan riasannya dan memasuk kan kalung lion itu ke dalam pakaian nya. Ailyn bergegas kembali menuju tempat perjamuan.
Ia melewati salah satu ruang dapur yang tertutup di restoran itu.
Dari kaca luar, terlihat para koki dan pelayan sangat sibuk memasak dan menyiap kan hidangan untuk perjamuan hari ini.
Namun pandangan nya terhenti seketika, saat melihat salah satu pelayan pria yang terasa familiar dengan nya. Wajah pria itu mengingat kan nya pada seseorang.
" Nona, permisi jangan menghalangi jalan !"
Tegur salah seorang pelayan membuat fokus Ailyn teralihkan.
" Oh, maaf silahkan" sahut Ailyn memberi nya jalan.
Ia pun kembali mencari pelayan pria yang ia perhatikan sebelumnya, namun sudah tidak ada.
Ailyn kehilangan pria tersebut. Karna merasa tidak menemukannya, Ailyn kembali ke tempat perjamuan.
Selama sisa acara perjamuan, para rekan bisnisnya sibuk dengan pembahasan yang itu-itu saja. Hingga pada puncaknya mereka pesta minuman keras sampai mabuk.
Ini adalah hal yang paling membuat Ailyn malas untuk datang ke perjamuan. Karna ia sangat benci Alkohol.
" Ayolah nona Smith, segelas saja " ujar salah satu rekan pria, menyodorkan segelas wine kepada Ailyn.
Ailyn tidak menolaknya, namun tidak meminumnya juga, ia hanya berpura-pura untuk menyenangkan para rekannya .
" Pelayan ! bawakan 3 botol lagi, karna malam ini kita rayakan sampai pagi ! whooooo! " seru salah satu rekan bisnis Ailyn yang mulai mabuk.
Beberapa saat kemudian muncul pelayan pria membawakan beberapa botol wine dan anggur.
Wajahnya begitu tampan, dengan senyum kharismatik.
Ailyn yang melihat nya seketika terkejut bukan main. Ya tepat sekali ! pria itu sangat mirip dengan sosok pria yang ditemui nya semalam.
"Silahkan "
Ujar pelayan tersebut menata serta mengisi beberapa gelas minuman berakohol diatas meja, yang disambut dengan antusias para pemabuk itu. Setelah nya pelayan itu bergegas pergi, menuju kembali ke dapur.
Ailyn yang semakin penasaran, segera beranjak dari tempat duduk nya. Bergegas mengikuti pelayan itu. Sampai pada akhir nya Ailyn berada tak jauh beberapa meter dari pria tersebut. Mencoba menghentikan langkah nya.
"Ehm.. Hey ! kau berhenti !"
Seketika pelayan pria yang membuatnya penasaran itu, menoleh kan pandangan ke arah Ailyn. Wajah tampan nya terlihat kebingungan.
" Si.. siapa kau sebenarnya?!" tanya Ailyn gugup.
Karna merasa kebingungan, pelayan berwajah tampan itu berjalan mendekati Ailyn.
" Ma.. mau apa kau?!"
Seketika Ailyn yang sedari tadi merasa tegang, berjalan mundur beberapa langkah dari pelayan itu. Secara sekejap ia memejamkan matanya, menghindari kontak mata dengan si pelayan, agar kejadian semalam tidak terulang kembali.
" Permisi, apa anda mengenali saya?"
Tanya si pelayan yang sudah tepat berada di hadapannya, membuat Ailyn kembali membuka kedua matanya.
Bagai terhipnotis, visual dari pria yang sedang berdiri dihadapannya itu begitu menarik perhatian Ailyn. Postur tubuh yang tinggi dengan pakaian khas pelayan yang di kenakan nya, membuat pria itu terlihat maskulin.
Apalagi dengan wajah tampan nya itu, sangat membekas di ingatan Ailyn. Fokus Ailyn tertuju pada wajahnya, jelas sama persis dengan pria yang ia lihat tadi malam.
" Wah tidak salah lagi ! kau bisa mengeluarkan cahaya dari kedua mata mu, seperti ini !"
Ailyn memperagakan saat pria yang semalam ia temui membuat nya tak sadarkan diri. Membuat pelayan tampan itu mengerutkan dahi, keheranan melihat tingkahnya.
" Apa anda sedang mabuk? lebih baik meminta kenalan anda untuk datang menjemput" ujar si pelayan tersenyum canggung pada Ailyn.
" Coba lah ingat kembali, itu benar kau, aku tidak mungkin salah li.. "
Ucapan Ailyn terhenti seketika, saat pelayan lain datang menegur si pelayan rupawan itu.
" Rainer.. kau tahu kan ini masih jam kerja !" tegas pelayan lain menepuk bahu pria yang berdiri di hadapan ailyn.
" Maaf, saya harus segera kembali"
Si pelayan tampan berlalu pergi meninggalkan Ailyn dan pelayan yang tadi menegurnya.
Ailyn yang masih dirundung rasa penasaran pun dengan cepat bertanya pada pelayan yang masih berdiri disampingnya.
" Siapa nama nya?" tanya Ailyn tiba-tiba, membuat pelayan disampingnya jadi tersipu.
" Ah.. aku Peter, panggil saja Pete" jawab si pelayan mengulurkan tangan nya, bermaksud ingin berkenalan.
" Bukan kau, tapi pria tadi" sahut Ailyn menatapnya dingin.
Seketika pelayan tadi kembali menarik uluran tangannya, menahan malu sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
" Ehem.. dia Jave Rainer, pelayan baru disini, apa dia membuat masalah dengan anda nona?"
Si pelayan mencoba bersikap ramah.
" Tidak" pungkas Ailyn berlalu meninggalkan si pelayan yang terlanjur merona dibuatnya.
...----------------...
" Jave Rainer.. Jave.. Rainer.. Rai.. ner , Aarrgghhh !! aku bisa gila !"
Ailyn membekap wajah nya menggunakan bantal . Hentakan beruntun dari kaki nya membuat seluruh tubuh nya bergerak mengikuti irama.
Saat ini Ailyn merasa frustasi dibuat nya. Karna sedari tadi ia mencari info identitas dari nama pria itu lewat internet, tak ada hasil apa pun yang diperoleh nya.
" Kau harus bertanggung jawab karna membuat ku semakin penasaran", gumam Ailyn meremas kuat bantal yang di pegangnya.
...----------------...
Disisi lain, Jave yang hendak bersiap pulang selepas bekerja, terduduk merenung di depan lemari lokernya.
" Bagaimana mungkin ini bisa terjadi, seharus nya dia tidak akan mengingat apapun " gumamnya merasa bingung.
Pasal nya ia berhasil memanipulasi semua orang di restoran ini, termasuk rekan kerjanya yang bernama Peter dengan hanya menggunakan tatapan dari matanya, itu bukanlah hal yang sulit baginya.
Namun tidak pada wanita yang sudah dua kali datang menemuinya itu. Wanita tersebut mengingat dengan baik kejadian sebelumnya, bahkan ia mengingat wajah Jave dengan jelas.
Ini semua bisa terjadi, karena Jave mencoba menyelamatkan diri dari serangan musuh saat sedang berperang melawan bangsa Demon di tempat asalnya.
Sudah berulang kali Jave melakukan hal demikian, dan selalu berhasil. Ia menggunakan sebuah arloji mystic yang di dapatkannya dari sang raja.
Raja memberikan arloji itu sebagai hadiah istimewa kepada Jave atas usaha serta loyalitas Jave dalam memimpin para pasukan Elf.
Ya benar, Jave adalah mahluk menyerupai manusia yang berasal dari dimensi lain, masih termasuk dari golongan Elf (peri). Di dimensi asalnya, ia adalah seorang ksatria tertinggi pemimpin pasukan Elf.
Jave mengingat sepintas ketika ia bisa berpindah dimensi, karna memutar arlojinya terlalu jauh. Lalu menyadari bahwa ia sudah berada di tempat asing yang belum pernah dilihat nya.
Jave jatuh di kebun halaman belakang kediaman Ailyn. Dengan luka yang lumayan parah.
Karena keberadaan nya ketahuan oleh Ailyn, dengan sisa kekuatannya, ia mentransfer efek cahaya ke kedua mata Ailyn.
Efek cahaya tersebut bisa membuat seseorang akan melupakan secara permanent kejadian yang baru di alaminya.
Setelah dirasa berhasil mengelabuhi Ailyn, karena sangat merasa kesakitan akibat tancapan panah yang ia cabut dari lengan nya. Jave kembali mengambil arloji nya lalu memutar arah jarum nya secara berlawanan. Berharap ingin kembali ke dunia asalnya.
Namun, bukannya kembali ke tempat asalnya, ia malah terbangun di salah satu ruangan yang begitu asing dengan pakaian pelayan yang sudah dikenakan nya.
Dan aneh nya luka di bagian lengannya sudah tak terasa sakit lagi. Energi serta kekuatannya pun kembali membaik. Namun, ia kehilangan arloji milik nya.
Jave merasa bingung harus mencari kemana, karna tidak mengenal dengan baik dimensi yang baru di datanginya saat ini.
...----------------...
Dikantor tempat Ailyn bekerja.
" Tolong reservasi ke gold restaurant ya, buat rapat nanti sore !" tegas Ailyn pada asisten nya.
" Siap nona !"
Alih-alih ingin mengadakan rapat di restoran tempat kolega bisnis nya. Niat Ailyn sebenarnya hanya ingin memastikan kebenaran soal Jave Rainer yang semakin membuat nya dihantui rasa penasaran.
Karena gadis jelita itu meyakini bahwa Jave bukan lah pria sembarangan. Di zaman yang serba modern ini memang banyak pria berwajah tampan, namun berbeda dengan Jave Rainer yang sudah dua kali ditemui nya itu.
Ketampanan serta aura kharismatik yang dipancarkan dari wajah Jave sangat lah mustahil dimiliki oleh manusia pada umumnya.
Ailyn merasa Jave seperti sosok super hero tampan dalam film yang sering di tonton nya bersama Mina saat berada di bangku sekolah dulu.
Jujur saja, Ailyn mulai tertarik pada pria itu. Tentu saja karna visual pria tersebut yang begitu mencuri perhatiannya.
Pada sore harinya, dengan mengenakan setelan kantor, Ailyn bergegas menuju ketempat meeting yang telah di reservasi sebelumnya.
Ia sengaja datang lebih awal dari waktu yang telah dijadwalkan. Sambil menunggu para koleganya datang, Ailyn memesan segelas minuman dingin kepada salah satu pelayan.
Hingga datanglah seorang pelayan yang sudah di nanti nya beberapa saat yang lalu.
"Silahkan minuman nya"
Jave meletak kan segelas minuman di atas meja yang sudah Ailyn pesan.
" Ehm.. apa kau benar-benar tidak mengingat ku? ah iya juga, apa kau mengalami amnesia?" tanya Ailyn tiba-tiba.
Jave yang mendengar pertanyaan Ailyn, tidak menghiraukan nya sama sekali, ia mulai berlalu pergi membuat Ailyn menjadi geram.
Ailyn pun beranjak dari tempat duduk nya, hendak mengikuti pelayan misterius tersebut. Namun karena tidak hati-hati, sepatu heels nya tersangkut di sela kaki meja, membuatnya kini berada pada posisi yang membungkuk.
" Ck.. sial ! "
Ailyn mulai kesal, mencoba melepaskan hak sepatu nya yang tersangkut.
Hal itu membuat liontin arloji yang dipakai nya keluar dari balik kemejanya.
Jave yang belum jauh berada dari sekitar Ailyn, seketika menoleh ke Arah suara gaduh yang Ailyn sebab kan. Dan ia pun merasa terkejut saat melihat kalung liontin yang terlihat menggantung di leher Ailyn.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!