NovelToon NovelToon

Terjerat Pesona Cewek Galak

Pertemuan

Jefan Davi Pramana, POV.

Jefan memperhatikan dirinya didepan cermin. Lalu ia menghela nafas berat. Dan tak berselang lama, seorang wanita paruh baya datang menghampirinya.

" Uh, anak Mom ternyata sudah siap. Kamu tampan sekali sayang. Pasti nanti calon istri mu akan jatuh dalam pesonamu." puji Mom Rita.

" Pastilah Mom, tidak ada wanita yang tak terpikat dengan ketampanan ku ini." sambung Jefan percaya diri.

" Baik, kalau begitu, kamu cepat keluar kita harus segera berangkat. Jangan sampai mereka menunggu kita." ujar Mom Rita.

" Em, Mom. Jefan kan tampan, dan banyak wanita pasti akan berebut menikah dengan Jefan. Jadi, tidak bisakah kita tak perlu melakukan perjodohan ini. Maksud Jefan, nanti Jefan akan cari sendiri jodoh Jefan sendiri. Jefan akan cari yang cocok untuk Jefan." ujar Jefan melakukan penawaran.

" Iya, kamu memang tampan. Dan pasti banyak yang ingin menjadi istri kamu. Kamu juga bisa mencari yang cocok untuk dirimu. Tapi, yang cocok dengan Mom hanya dia." ujar Mom Rita tak mau termakan rayuan putranya.

" Ayolah Mom, yang akan menjalani pernikahan adalah Jef. Kenapa harus cari yang cocok dengan Mom." Jefan memelas.

" Karena kalau menantu dan mertua itu tidak cocok dalam berkeluarga, pasti nanti akan ribut terus kerjaannya. Begini saja, kalau kamu memang tidak mau bertemu dengannya, tidak apa. Mom tidak memaksa." tutur Mom Rita.

Jefan berjingkrak girang mendengar perkataan Mom nya. " Benarkah Mom?" tanya Jefan sembari memeluk Mom Rita.

" Iya, benar. Memangnya kapan Mom pernah berbohong sama kamu."

Jefan mencium pipi Mom Rita, tanpa melepas pelukannya. " Mom adalah yang terbaik!" ujar Jefan girang.

" Iya, Mom tau kalau Mom adalah Mommy terbaik di dunia! Kamu diam saja di rumah, biar Mom dan Dad yang pergi untuk membicarakannya. Nanti kalian bertemu di pelaminan saja." ujar Mom Rita kemudian. Dan sontak membuat Jefan melepas pelukannya.

" Maksud Mom bertemu di pelaminan apa?" tanya Jefan.

" Begini boy, kamu kan tidak mau bertemu dengan calon istrimu hari ini. Jadi nanti sekalian aja bertemunya di pelaminan. Saling kenalan dan sah!" jelas Mom Rita.

Jeder!

Bagaikan sudah di angkat tinggi- tinggi, lalu di jatuhkan begitu saja. Begitulah gambaran perasaan Jefan saat ini. Perkataan yang di ucapkan Mommy nya hanya sebuah harapan palsu.

" Cepatlah turun sayang, Mom dan Dad menunggumu di bawah." ujar Mom Rita, lalu pergi meninggalkan Jefan.

Mom Rita menutup pintu kamar Jefan. Dan ia berdiri di depan kara Jefan sebentar. " Dasar anak nakal! Memangnya aku akan terjebak dengan rayuannya itu!" gumam Mom Rita.

Selama perjalanan, Jefan tak banyak bicara. Ia hanya diam dan mendengarkan obrolan kedua orang tuanya, yang membahas seputar pernikahan. Tak terbayang sebelumnya kalau kisah cinta seorang Jefan akan berakhir dalam sebuah perjodohan konyol. Niat kabur ke Indonesia, untuk menghindari perjodohan. Eh, malah orang yang akan dijodohkan dengannya ada di sana. Bagaikan keluar dari mulut macan, dan malah masuk ke mulut singa.

Sebuah perjodohan yang katanya sudah direncanakan saat ia belum lahir. Sungguh menjengkelkan sekali Mom dan Daddy nya.

Tak berselang lama, mobil berhenti di sebuah restoran mewah.

" Jefan, dengar ya. Kamu jangan bertingkah yang aneh-aneh. Jangan buat Daddy malu." peringat Dad Juan.

" Iya Dad," ujar Jefan pasrah.

Entah kenapa, kaki Jefan seolah sulit di langkahkan untuk masuk kedalam restoran. Ia takut syok, melihat orang yang akan dijodohkan dengannya, adalah orang yang jauh dari kriteria wanita idamannya.

" Ayo Jef," ajak Mom Rita.

" Iya, Mom."

Jefan mengikuti langkah kedua orang tuanya. Dan karena tak fokus, Jefan sampai menabrak Dad Juan yang tiba-tiba berhenti.

" Kamu kenapa Jef, kok nabrak Dad?" tanya Dad Juan.

" Nggak apa Dad," Jefan menggeleng dan tersenyum tipis.

" Maaf telah membuat kalian menunggu," ujar Dad Juan pada seseorang yang duduk di sebuah kursi.

 Entah siapa itu, Jefan tak tau.

Jefan senantiasa berdiri di belakang Daddy nya. Ia sungguh malas untuk bertemu dengan calon jodohnya.

" Hei sayang, apa kabar." giliran Mom Rita yang bertanya pada seorang wanita.

Suaranya terdengar masih muda. Dan bisa di perkirakan kalau itu adalah orang yang akan dijodohkan dengan Jefan.

" Baik Mom, Mom gimana kabarnya?" wanita itu balik bertanya.

Jefan merasa jengah dengan panggilan wanita itu pada Mom nya. " Huh! Seperti sudah jadi menantu saja, panggil Mom!" batin Jefan menggerutu.

" Mom juga baik Reva. Oh iya, Mama kamu kemana?"

" Mama lagi ke toilet,"

Deg.

Jefan terpaku mendengar nama yang disebutkan oleh Mom Rita. " Aku harap, dia bukan Reva si cewek galak itu." batin Jefan harap-harap cemas.

" Oh iya, anak kamu mana?" tanya Papa Agus.

" Oh, ini ada dibelakang. Mungkin dia masih malu untuk ketemu Reva. Jef, jangan sembunyi." bisik Dad Juan.

" Hm, iya Dad." Jefan menampakkan dirinya.

Jefan tersenyum dan menganggukkan kepalanya pada Papa Agus. Lalu ia beralih, pada seorang gadis yang duduk di sebelah Papa Agus.

Deg.

" Kamu?!"

Dunia terasa berhenti seketika. Diantara banyaknya wanita, kenapa harus Reva sih, yang akan dijodohkan dengannya.

...----------------...

Reva Anindita, POV.

" Ma, apa harus ya berpenampilan seperti ini?" tanya Reva memperhatikan dirinya didepan cermin.

" Harus dong sayang, kamu kan mau ketemu sama calon mertua dan suami kamu." sahut Mama Tissa.

" Tapi aku nggak nyaman Ma. Aku nggak biasa pakai pakaian seperti ini." ujar Reva, merasa risih dengan dress yang dipakainya sekarang.

Bagaimana tidak, Reva biasanya yang memakai celana panjang dan baju yang kedodoran, kini harus tampil feminim dan perfect.

" Harus bisa sayang, dan setelah ini kamu harus belajar untuk pakaian-pakaian yang feminim. Jangan hanya memakai celana dan baju yang kedodoran." jelas mama Tissa.

" Tapi ma, bukankah kita harus mencari pasangan yang bisa menerima kita apa adanya. Dan bukan yang menerima kita karena ada apanya." ucap Reva.

" Iya sayang, kamu benar. Sudahlah, sekarang kita keluar. Jangan sampai kita telat." ajak Mama Tissa.

" Iya, Ma." Reva hanya bisa menurut.

Reva, Mama Tissa, dan Papa Agus, sudah sampai di resto. Ternyata mereka telah sampai lebih dulu dari keluarga Mom Rita.

" Pa, David nggak ikut?" tanya Reva mencairkan suasana.

" Nggak. Kamu kayak nggak tau adik kamu aja. Dia mana mau di ajak melakukan pertemuan seperti ini." ujar Papa Agus.

" Reva," panggil Mama Tissa.

" Iya, Ma."

" Gini sayang, nanti kalau ketemu mereka kamu harus jadi cewek yang kalem ya." ujar Mama Tissa penuh ke hati-hatian.

" Jadi, maksud Mama aku ini cewek kurang kalem gitu?" Reva mulai tersinggung dengan ucapan Mamanya.

" Enggak, sayang. Tapi pokoknya-,"

" St, lihat. Jangan berdebat." ujar Papa Agus menengahi.

" Mama mau ke toilet dulu," ujar Mama Tissa, lalu beranjak pergi.

"Mereka sudah datang." ujar Papa Agus memberitahu Reva.

" Kamu?!"

Alangkah terkejutnya Reva, saat mengetahui siapa laki-laki yang akan dijodohkan dengannya. Dia adalah CEO pengganti di perusahaan tempat ia bekerja. CEO termesum yang pernah Reva temui.

Rencana

" Apakah kalian sudah pernah bertemu, sebelumnya?" tanya Mom Rita antusias.

" Iya, Reva kerja di perusahaan Arga." sahut Jefan.

" Wow! Sungguh kejutan yang luar biasa!" teriak Mama Tissa tiba-tiba datang. Untung ruangannya sudah di private. Jadi tak ada tamu lain, selain mereka.

" Tissa! Kita tidak perlu susah-susah mengenalkan mereka. Ternyata mereka sudah berkenalan sendiri!" ucap Mom Rita, sambil memeluk Mama Tissa.

Reva dan Jefan saling melempar tatapan. Lalu beralih menatap Ibu mereka yang asyik berpelukan.

" Sudah, sudah. Kita beri waktu mereka untuk mengobrol. Lebih baik kita cari tempat lain dulu." Dad Juan buka suara.

Setelah kepergian para tetua, hanya keheningan yang menyelimuti sepasang manusia yang masih diliputi rasa terkejut.

Jefan mengusap tengkuknya, " Kenapa nggak nolak?" tanya Jefan membuka pembicaraan.

" Apa?" Reva balik bertanya.

" Perjodohan ini," sahut Jefan.

Reva menghela nafas berat, " Sudah berkali-kali aku coba. Segala cara aku coba. Hasilnya tetap sama. Bahkan, aku pernah mengancam untuk bunuh diri. Tapi ternyata Mama ku jauh lebih licik dariku. Dia sengaja meminum racun untuk membujukku." jelas Reva.

Jefan terbelalak, ternyata cara yang di gunakan Reva jauh lebih ekstrim darinya.

" Kalau kamu, gimana? Apa aja usaha kamu untuk menolak?" Reva balik bertanya.

" Kabur,"

Byur.

Reva menyemburkan minuman yang tadi masuk ke mulutnya, dan belum sempat ia telan. " Kayak anak gadis yang nggak dikasih pacaran aja! Pakai kabur, segala!" cibir Reva tersenyum miring.

Jefan tersenyum kikuk. Ia mengangguk alisnya yang tak gatal. " Hanya itu saja yang terlintas di pikiran aku." Jefan membela diri.

" Kabur kemana?" tanya Reva.

" Dari Paris ke Indonesia."

Brak!

Reva menggebrak meja saking terkejutnya. " Bodoh! Bukan malah menjauh. Tapi malah semakin mendekat. Ibaratkan ikan tak perlu dipancing, tapi sudah memperlihatkan diri!" ketus Reva.

Jefan sampai menutup kedua telinganya karena suara Reva yang sangat cempreng. " Bisa nggak sih, bicaranya biasa aja! Yang kalem, jangan kayak kak Ros." ujar Jefan sebal.

Reva berdiri dan berkacak pinggang. " Oh, jadi kamu mau bilang kalau aku ini galak?" tanya Reva dengan aura tak biasa.

" Duh, singa betina mulai mengaum nih." batin Jefan.

" Enggak. Eh, lalu apa rencana kita selanjutnya?" Jefan mengalihkan pembicaraan.

" Ya, gitu." sahut Reva pasrah.

" Gitu, gimana?" tanya Jefan.

Reva menyuap satu potongan kecil daging ke mulutnya." Turutin keinginan para tetua." jawab Reva dengan santainya.

" Ya, nggak bisa gitu dong. Kita usaha dulu untuk membujuk mereka. Jangan main terima aja," ujar Jefan.

" Kamu aja sendiri. Aku udah capek bujuk kedua orang tua aku." ucap Reva cuek.

Jefan memperhatikan Reva yang asyik memakan-makanannya. " Kalau kamu sih enak, bisa nikah sama cowok se tampan dan mempesona diriku. Tapi aku yang menderita kalau nikah sama cewek model nya kayak kamu. Bisa-bisa kena stroke aku, setiap hari meladeni." ucap Jefan dalam hati.

Ehem.

Jefan berdehem, " Gimana, kalau setelah pertemuan kita ini, kita sama-sama bilang kalau merasa nggak cocok." saran Jefan.

" Basi. Emangnya, kamu kira akan gampang apa, merayu Mama dan Mom kamu? Mereka itu lebih licik dari kita. Jam terbang mereka tuh, udah tinggi!" tolak mentah-mentah Reva.

Jefan menjambak rambutnya frustasi. " Ya usaha dong! Jangan main terima gitu aja! Aku nggak mau nikah sama kamu! Kamu tuh jauh dari kriteria calon istriku!" ucap Jefan secara gamblang.

" Heh! Memangnya, kamu kira aku nggak ada usaha apa-apa! Memangnya, kamu kira aku mau nikah sama kamu! Nggak pernah ada dalam list masa depan aku untuk menjalin hubungan dengan cowok modus dan super mesum sepertimu!" Reva menunjuk wajah Jefan, dan menatap nyalang.

" Calm down, kita pikirkan caranya dengan kepala dingin." pinta Jefan.

" Pikir aja sendiri! Aku malas untuk berpikir, kalau ujung-ujungnya akan sia-sia!" ketus Reva.

" AHA! Aku tau idenya!" ucap Jefan.

" Apa?"

Jefan mengisyaratkan Reva untuk mendekat, dan ia berbisik di telinga Reva. Mata Reva membulat sempurna, mendengar rencana Jefan.

" Kau gila ya!" pekik Reva. " Kalau kayak gitu caranya, aku yang rugi. Kamu mah enak, tinggal ngomong doang! Orang-orang pasti mengira kalau aku itu udah kotor. Dan nggak akan ada laki-laki yang mau sama aku! Pokoknya aku nggak setuju! Kalau kamu mau, kamu aja sendiri!" tolak Reva setengah emosi.

Bagaimana tidak, rencana yang disusun Jefan teramat di luar nalar. Reva di suruh berpura-pura telah di lecehkan. Dan pasti, Mom Rita tidak akan mau menerima Reva sebagai calon menantunya lagi, karena ia telah kotor. Sungguh rencana yang sangat membagongkan pikir Reva.

" Lalu, kita harus gimana sekarang?!" tanya Jefan frustasi.

Reva hanya mengangkat kedua bahunya, acuh. " Pikir aja sendiri ." gumam Reva pelan.

" Bantu mikir dong! Oh, aku tahu. Kamu pasti senang karena akan di jodohkan dengan laki-laki sepertiku! Makanya kamu tak mau membantuku membatalkan perjodohan ini." tuduh Jefan.

Reva merasa jengah, ia berdiri dan menatap tajam Jefan. " Sudah aku katakan tadi! Kalau aku nggak sudi di jodohkan dengan pria mesum sepertimu! Jika ada pilihan lain, aku lebih baik tidak menikah selamanya!" tegas Reva penuh penekanan.

Hening. Tak ada yang bersuara dari sepasang manusia itu. hanya terdengar suara heels yang dipakai Reva. Karena ia sengaja mengetuk-ngetuk kan di lantai.

" Aku sudah punya laki-laki yang aku cintai." ucap Reva memecah keheningan.

" Bagus. Kalau gitu gunakan dia untuk membantumu." saran Jefan.

Reva memutar bola matanya malas. " Hanya aku yang mencintainya. Dan lagi pula, dia sudah punya pacar." ujar Reva jujur.

Pft.

Jefan mengatupkan bibirnya, berusaha untuk menahan tawa. " Mana ada yang mau sama kamu. Orangnya galak kayak gini kok." batin Jefan.

" Apa?!" tanya Reva garang.

Jefan menggeleng, " Kita harus pikirkan rencana lain." ujar Jefan.

" Sudah aku katakan. pikirkan saja sendiri. Aku sudah lelah untuk terus berpikir!" ketus Reva.

Jefan berdiri, ia membenarkan jas yang dipakainya. " Aku rasa cukup sekian dulu, pertemuan kita yang ke sekian kalinya. Nanti kalau aku ada ide bagus, akan aku beritahukan padamu."

Jefan langsung beranjak pergi meninggalkan Reva. Sementara Reva, ia mendadak mendapat lampu terang di atas kepalanya.

" Tunggu!" panggil Reva menghentikan langkah Jefan.

Jefan berbalik, dan menatap Reva yang berjalan mendekat padanya. Fokus Jefan tak pada wajah Reva. Tapi pada kaki mulus Reva, yang ia lihat untuk kedua kalinya. Setelah kejadian rekaman cctv waktu itu. Tapi sayangnya, hanya kaki, tak sampai paha.

" Apa lihat-lihat!" ketus Reva kini sudah berada di depan Jefan.

" Tidak. Ada apa kau memanggilku?" Jefan mengalihkan pembicaraan.

" Aku sudah terpikir sebuah rencana yang sangat cemerlang. Dan kamu harus mengikuti. Pertama, saat kedua orang tuamu bertanya, katakan kalau hubungan kita baik-baik saja. Masih dalam proses pendekatan. Kedua, kita harus kembali bertemu dua hari lagi di tempat ini. Dan ketiga, jangan bertanya apapun! Ikuti saja sesuai instruksi dariku!" tegas Reva tak dapat di bantah lagi.

Baru Jefan hendak membuka bibirnya, sudah di tutup kembali setelah mendengar kalimat terakhir Reva.

Reva pergi meninggalkan Jefan. Sementara Jefan hanya melihat punggung Reva yang semakin menjauh. " Apapun itu, asalkan bisa membatalkan perjodohan konyol ini." gumam Jefan.

####

Sedikit pesan dari Othor nih. Biar nggak bingung, kalian bisa kepoin bagaimana pertemuan pertama Jefan dan Reva di novel Mengandung Benih Bos.

Senjata makan tuan

Sesuai dengan perjanjian dua hari lalu. Jefan dan Reva kembali bertemu, tanpa sepengetahuan para orang tua. Dan Jefan akan mengikuti rencana yang telah di rancang Reva.

Jefan celingak-celinguk mencari keberadaan Reva. Sampai, netranya menemukan sesosok orang yang sedang duduk membelakanginya. Jefan mendekat, dan menyentuh bahu orang itu.

Reva yang merasakan bahunya di sentuh, menoleh. Dan ternyata yang menyentuhnya adalah Jefan. " Kau telat tujuh menit." ujar Reva sembari memeriksa jam di pergelangan tangannya.

Jefan duduk di depan Reva. " Sorry, tadi aku harus mendengarkan ceramah Mommy." jelas Jefan.

" Ceramah?" beo Reva.

Jefan mengangguk, " Hm, dia menceramahi ku agar bisa menjaga diri dan nafsuku. Karena aku sudah mempunyai calon." sahut Jefan.

Reva terkekeh pelan, " Heh, calon mantan sebelum menjalin hubungan maksudnya." sambung Reva.

" Langsung aja, apa rencana mu?" tanya Jefan to the point.

" Kita tunggu seseorang dulu." ujar Reva, sambil menatap sekeliling. Dan beberapa saat kemudian, senyum di bibirnya merekah.

" Lihatlah wanita itu, dia sexy kan? Sesuai dengan kriteria mu." ujar Reva menunjuk seorang wanita yang berpakaian sangat sexy, yang tengah berjalan ke arah mereka.

Jefan ikut melirik ke arah yang di pandang Reva. Maniknya melebar, dan bibirnya tersenyum nakal. " Wow, so hot!" ujar Jefan memuji.

Reva menatap Jefan, yang masih menatap Nina berjalan ke arahnya. " Heh, ternyata rencanaku akan berhasil dengan mudah sepertinya." batin Reva.

" Hai, maaf aku telat." Ujar Nona dengan suara di selembut mungkin."

" Ah, Iya. Tidak apa kok. Silahkan duduk Nina." Reva menyuruh Nina untuk duduk di sebelah Jefan.

" Iya, terima kasih." Ujar Nina, sambil duduk di tempat yang di tunjuk oleh Reva.

Reva terus memperhatikan gerak-gerik Jefan. Yang terus menatap Nina, dari atas sampai bawah. Seolah ingin menerkam Nina saat ini juga. " Huh! Dasar laki-laki mesum!" Reva membatin.

Nina yang sudah tau tugasnya, langsung mengajak Jefan mengobrol. Sesekali mengubah posisi duduknya untuk menggoda Jefan.

Tak berselang lama, seorang pelayan datang membawa nampan berisi minuman. " Ini minumnya Tuan dan Nona." ujar pelayan, sambil meletakkan minuman itu di atas meja.

" Hm, terima kasih." ujar Reva.

Reva langsung memberikan minuman itu pada Jefan, Nina dan juga dirinya. " Ayo, silahkan diminum." ucap Reva.

Jefan meminum, minumannya lebih dulu. Sementara Nina dan Reva saling pandang. Reva mengedipkan sebelah matanya pada Nina. Dan Nina hanya tersenyum tipis sambil mengangguk.

" Gimana minumannya, seger?" tanya Reva.

" Iya nih, seger banget." jawab Jefan, tanpa ada rasa curiga sedikitpun.

Lalu keduanya minum, setelah Jefan selesai minum. Setelah minum, Reva langsung memberi kode pada Nina, untuk bergerak sekarang.

Dan Nina, ia langsung menjalankan perintah Reva. Mulai dari mengobrol biasa, hingga pegangan tangan.

Namun, Reva merasa ada yang aneh disini. Sudah tiga menit berlalu, Jefan masih tak menunjukkan reaksi apa-apa. Ia masih terlihat biasa-biasa saja. Dan justru, dirinyalah yang merasakan aneh pada tubuhnya.

" Duh, kok gerah banget ya?" gumam Reva sambil membuka jaket yang tengah dipakainya.

" Kamu ngomong apa tadi?" tanya Jefan memastikan.

" Enggak, cuma hawanya agak gerah aja." jawab Reva.

Semakin lama, Reva semakin merasakan aneh pada tubuhnya. Panas, gerah, pokonya tak dapat digambarkan. Reva langsung berlari ke-kamar mandi, tanpa berpamitan lebih dulu.

Dan bertepatan saat itu juga. Ia berpapasan dengan pelayang yang ia suruh tadi. " Hei, kamu!" panggil Reva.

" Iya, ada apa Nona?" tanya pelayan itu.

 Reva tak langsung menjawab. Ia menatap sekeliling. Dan setelah di rasanya aman, baru ia menjawab. " Tadi kau sudah benar, menaruh serbuk yang saya berikan?" tanya Reva berbisik.

" Iya, sudah Nona. Minuman warna merah yang harus saya campur minumannya." jawab pelayan.

" Goblok! Saya kan bilangnya, minuman warna kuning! Bukan warna merah!" bentak Reva. Ia sudah mengangkat tangan hendak memukul kepala pelayan, tapi niatnya urung, karena tubuhnya terasa semakin panas.

Reva terus menggeliat panas, seperti cacing kepanasan. Reva membuka seluruh pakaiannya di kamar mandi.

Nafas Reva memburu. " Argh! Bagaimana caranya ini! Panas banget!" teriak Reva frustasi.

" Ini sih namanya, senjata makan tuan!" geram Reva.

Sementara Nina, ia sudah resah karena Reva tak kunjung datang. Dan ditambah lagi dengan Jefan yang masih baik-baik saja. Tak seperti orang yang dalam pengaruh obat perangsang.

" Duh, ini si Reva kok nggak datang-datang sih! Mau nelpon, tapi ponselnya tertinggal disini!" gerutu Nina dalam hati.

" Reva kok nggak datang-datang, ya?" tanya Jefan.

" Em, mungkin dia lagi buang hajat. Aku akan cari dia, kamu tunggu dulu disini ya." ujar Nina, dan langsung beranjak pergi.

Nina mengetuk satu persatu pintu kamar mandi. Sampai ia mendengar seseorang yang berteriak, sembari memukul-mukul pintu.

" Re, Reva! Kamu didalam?" teriak Nina mengetuk pintu.

" I-iya, to-tolong aku Nina. Aku, aku udah nggak kuat." sahut Reva lirih.

" Buka pintunya dulu, Reva." pinta Nina.

Saat pintu terbuka, Nina sangat terkejut melihat penampilan Reva. Ia hanya memakai dalaman saja, serta rambutnya acak-acakan.

" Nina, tolong Nina. Aku udah nggak kuat," pinta Reva dengan sangat memohon.

" I-iya, aku akan bantu kamu." ujar Nina.

Dengan susah payah, Nina membantu Reva untuk menghilangkan efek obat perangsang yang ia minum.

Ya, rencana yang disusun Reva adalah membuat Jefan dan Nina tidur bersama. Dengan cara, memberi obat perangsang pada Jefan. Dan setelah Jefan dan Nina tidur bersama, Reva akan memfoto dan ia akan berakting kalau Jefan bukanlah sosok laki-laki yang tepat untuknya. Namun apalah dayanya, pelayan yang ia tugaskan, tak becus menjalankan perintah. Jadinya sekarang malah dia yang mengonsumsi obat itu.

...----------------...

Flashback On.

" Ayolah Nina, tolong bantu aku. Lagi pula ini juga kan, pekerjaan kamu. Memuaskan hasrat para lelaki. Aku bakal bayar tiga kali lipat, deh." pinta Reva.

Nina tampak berfikir, tawaran yang sangat menggiurkan untuknya. Bayaran tiga kali lipat. Apalagi, ia saat ini sedang butuh uang untuk membeli tas impiannya.

" Oke, aku mau melakukannya. Tapi dengan satu syarat. Kamu harus bayar aku separuh dulu sebagai DP. Setelah semuanya beres, baru kamu bayar lunas. Gimana?" tawar Nina.

Reva tersenyum, " Oke, deal!"

Mereka berdua melakukan jabat tangan. Setelah melakukan kesepakatan untuk menjebak seseorang.

" Aku yakin, Nina. Nanti kamu akan sulit untuk melupakan malam yang indah dengannya." ujar Reva.

" Kenapa harus sulit? Aku biasa berganti partner setiap satu minggu dua kali." ucap Nina tanpa ada rasa malu.

" Karena orangnya pasti berbeda dari orang-orang yang menyewa kamu. Dia ini seorang pengusaha muda, tampan, pokoknya idaman para wanita." jelas Reva.

" Terus, kalau memang di se sempurna itu, kenapa kamu malah nyuruh aku. Kenapa nggak kamu lakuin sendiri?" tanya Nina.

" Nggak! Aku nggak tertarik dengannya. Di sangat modus dan mesum!" ungkap Reva.

Setelah melakukan kesepakatan, Nina pamit lebih dulu. Sementara Reva, ia masih duduk di tempatnya.

" Kali ini, pasti akan berhasil. Mama dan Papa, pasti tidak akan mungkin menjodohkan anaknya dengan pria yang sudah meniduri banyak wanita." gumam Reva.

flashback Off.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!