NovelToon NovelToon

Biar Aku Yang Mengalah

Bab 1

Suasana di ruang tengah sedang menegang, lantaran Al terus menolak keinginan sang mamah untuk menikah dengan pilihan mamah nya itu.

   "Mau sampai kapan Al, kamu terus menunggu wanita itu hamil? Mamah sudah muak dengan ini semua. Lima tahun itu sangat lama Al, untuk mendapatkan seorang anak."

"Istri kamu itu memang mandul Al. Rahim nya yang rusak maka nya tidak bisa mengandung. Coba saja dulu kamu tidak menolak Monalisa, kalian pasti sudah punya anak"

Rossa berkata tanpa memperdulikan perasaan Naila.

   Al sangat tulus mencintai Naila, namun ia juga menginginkan kehadiran sosok anak. Diri nya tidak lah munafik untuk tidak mengharapkan kehadiran anak.

"Mungkin tuhan masih belum mengizinkan kami untuk memiliki anak, Mah." Kata Al yang kemudian melirik Naila tertunduk.

   "Itu karena dia mandul, Al. Kamu tau tidak mandul itu apa, hmmm?" Rossa sedikit menyaringkan suara nya agar dapat di pahami.

"Mandul itu arti nya tidak bisa punya anak. Rahim nya tidak bisa menerima benih janin. Sehingga mau bertahun-tahun lama nya menunggu pun tidak akan bisa melahirkan anak. Sampai mati pun tidak akan bisa." Ucap nya dengan berapi-api lantaran merasa kesal karena Al selalu saja membela dan masih memilih Naila yang nyata tidak bisa hamil.

   "Cukup,! Cukup mah. Mamah sudah keterlaluan kali ini." Kata Al tak kalah garang dengan mamah nya.

"Bahkan kamu berani melawan mamah karena perempuan itu, Al. Apa kamu mau jadi anak durhaka, Al!"

Kalimat yang selalu membuat Al, mati tak berkutik karena takut jika kualat dengan orang tua.

Al, pun menarik lengan Naila pergi ke dalam kamar.

   "Al, kamu harus nurut dengan mamah. Jika kamu tidak nurut kamu bakal kualat sama mamah." Teriak nya hingga dapat di dengar oleh Naila dan Al di dalam kamar nya.

Di dalam kamar, Naila berdiri di depan jendela sembari memandangi indah nya taman yang di buat penghuni rumah itu. Di raup nya udara banyak-banyak untuk mengurangi rasa sesak di dada nya.

Al mendekati istri nya yang menatap lurus keluar dengan pandangan nanar. Di peluk nya tubuh Naila dari belakang.

"Maafkan mamah ya sayang." Ucap nya dengan menaruh dagu nya di pundak Naila.

"Mungkin yang di kata kan mamah itu benar mas. Aku yang tidak becus sebagai istri karena tidak bisa mengandung." Mulut nya bergetar menahan tangis nya.

"Tidak sayang,! Aku percaya bahwa suatu saat nanti kamu akan mengandung anak kita." Yakin nya

"Bagaimana jika sampai aku meninggal tidak bisa memberikan mu keturunan, Mas? Apa kamu menyesal telah bertahan dengan wanita seperti ku?" Naila sedikit menantang ucapan Al, yang menurut nya itu adalah hanya alibi nya saja karena merasa tidak enak jika menyakiti diri nya.

Al tertegun dengan pertanyaan Naila. Pasal nya ia juga ingin memiliki seorang anak. Al diam mematung tak membalas ucapan Naila.

"Menikah lah dengan nya, Mas." Papar Naila

Spontan Al mengangkat kepala nya dan melepas pelukan nya.

"Apa maksud mu,?" Tanya Al yang masih tak percaya dengan pernyataan Naila.

"Aku ikhlas jika kamu menikah dengan nya, Mas. Mungkin dengan cara menikah lagi kamu akan bisa memiliki keturunan. Aku tau kamu juga ingin memiliki anak. Maka dari itu menikah lah dengan nya." Naila berkata dengan hati yang tegar, meskipun perasaan nya sedang tak baik.

"Aku tidak bisa menikah dengan orang yang tidak aku cintai. Sudah lah ngak usah bahas itu lagi. Pokok nya aku tidak mau menikah lagi." Putus nya

"Setidak nya kabul kan keinginan mamah untuk bisa memiliki cucu, Mas. Ngak usah perdulikan perasaan ku, Mas. Pikir kan perasaan mamah juga."

Al mendekap tubuh Naila yang sedikit menurun. Ia menangis di dalam dekapan nya.

"Aku tidak bisa mencintai orang lain selain diri mu Nai."

"Pasti bisa, Mas. Dengan seiring nya waktu berjalan, kamu pasti bisa mencintai pilihan mamah kamu mas."

Sakit sudah pasti, kecewa pun ia, lelah apa lagi. Rasa nya ia ingin menyerah. Itu lah yang ada dalam benak Naila.

Bab 2

Di kantor, Al sedang mengerjakan pekerjaan nya sehingga ia tidak menyadari kedatangan, Lucy sang sekertaris.

    Lucy, memberanikan diri untuk menyentuh bos nya. Benar saja Al menatap laptop di depan nya namun ia melamun. Ia tersentak kaget karena sentuhan dari Lucy. Ia mengira itu Monalisa, wanita pilihan mamah nya.

"Maaf, pak!" Seru Lucy, saat Al menatap nya.

    "Saya dari tadi di sini menunggu bapak menyelesaikan kerjaan nya. Tapi bapak tidak mengetahui karena sedang melamun." Jelas Lucy

"Ah, ya. Langsung saja" Al berkata seada nya.

    Jika di Kantor Al, memang sangat dingin dengan semua karyawan nya. Ia tidak ingin bersikap lembut karena takut ada yang menyusup nya.

"Saya mau mengantar kan ini saja pak. Dan nanti siang kita ada jadwal meeting di luar."

   Usai memberikan berkas nya dan juga memberi tau bos nya, Lucy pun langsung keluar dari ruangan Al.

Kepala Al, masih saja sakit sejak mendengar pernyataan istri nya tadi pagi.

   Di rebahkan kepala nya pada sandaran kursi kebesaran nya. Di pijat-pijat nya di tengah antara kedua alis nya dengan jari.

'Aku bisa menjadi kedua jika kamu tidak mau menceraikan nya. Aku bisa memberi kan kamu anak berapa pun yang kamu mau. Asal kan kamu mau menuruti keinginan mamah mu, aku tidak akan menganggu istri pertama mu.'

Perkataan Monalisa masih saja terngiang-ngiang di kuping nya. Apa lagi permintaan konyol istri nya tadi pagi. Rasa nya kepala nya mau pecah memikirkan masalah hidup nya. Padahal ia sudah berencana untuk mengadopsi anak dari panti untuk di rawat agar bisa memancing kehamilan istri nya. Namun, lagi dan lagi mamah nya yang menjadi penghalang agar tidak membawa anak dari luar sana.

  Siang hari nya, Al bersama sekertaris nya sedang mengadakan meeting di luar. Di sana juga ada Monalisa ikut meeting.

Monalisa sedang bekerja menjadi sekertaris di perusahaan Daira grup yang kini menjalin kerja sama dengan perusahaan Alfandi grup yang di dirikan oleh almarhum papah nya Al.

   Melihat Monalisa hadir membuat Al tidak bersemangat melakukan meeting. Namun ia harus profesional dengan kerjaan nya. Masalah pribadi nya tidak bisa ia campurkan ke dalam pekerjaan nya.

    Monalisa tersenyum pada Al. Namun, Al justru pura-pura tidak melihat nya. Al sedikit risih, karena selama meeting Monalisa, terus melirik nya. Mungkin orang lain mengira itu wajar karena melaksanakan meeting. Namun tidak dengan Monalisa, bagi nya itu kesempatan nya bisa terus menatap wajah Al.

🌾🌾🌾

   "Tulis nominal uang yang kamu suka di kertas itu. Setelah itu kamu bisa pergi dari kehidupan nya Al." Timpal Rossa dengan sinis

"Aku tidak butuh uang itu. Aku sudah mengizinkan mas Al untuk menikahi wanita pilihan mamah."

   "Ngak usah munafik kamu Nai. Aku tau kamu itu menikahi anak saya bukan karena cinta. Jadi silahkan saja tulis jumlah uang yang kamu inginkan di kertas itu. Akan aku berikan setelah itu kamu boleh pergi dari sini."

Bukan nya menulis jumlah uang, namun Naila merobek kertas itu lalu menghamburkan nya ke udara. Sehingga kertas yang di robek itu terhambur kemana-mana.

   Murka nya Rossa saat dengan berani nya Naila membantah nya dan berani pada nya.

"Aaaawwww..!"

    Naila merintih kesakitan karena rambut nya di tarik oleh Rossa.

"Rasakan ini. Itu akibat nya jika kamu berani dengan saya. Selama ini saya hanya diam karena Al. Tapi tidak dengan sekarang, karena saya muak melihat wajah mu." Rossa semakin kuat menarik rambut Naila.

"Am—pun..." Naila hanya bisa pasrah dengan apa yang di perbuat mertua nya itu. Ia tak ingin jika melawan akan semakin membuat nya sakit.

Bruk.

Rossa melepas kan tangan nya dari rambut Naila hingga terjatuh. Rambut Naila, banyak yang putus dan nyangkut di tangan nya Rossa.

Di pegang kepala dengan kedua telapak tangan nya karena rasa sakit yang luar biasa. Naila menangis dalam hati, mengaduh dengan rasa sakit nya. Bukan hanya sakit fisik yang ia rasakan, melainkan sakit batin.

"Awas saja kalo kamu berani mengadu pada Al. Aku tidak segan-segan untuk membakar rumah ibu panti kamu itu." Ancam Rossa.

Di saat Al pergi kerja, tak jarang Naila mendapatkan siksaan dari Rossa. Naila selalu di ancam oleh Rossa. Kadang pun Monalisa ikut menyakiti Naila jika berada di rumah Rossa.

'Tuhan, boleh kah aku nyerah dengan pernikahan ku kali ini? Sejujur nya aku sudah tidak sanggup lagi dengan rasa sakit ini.'

Pertemuan Naila dan Al hanya memakan waktu sebulan untuk melangsungkan pernikahan. Al tidak ingin menikah dengan Monalisa karena beberapa kali Al melihat Monalisa dengan pria yang berbeda-beda. Untuk itu Al langsung menikahi Naila tanpa ada acara lamaran. Rossa terpaksa menyetujui pernikahan itu karena Al terlanjur mengumumkan pada media bahwa diri nya segera menikah. Rossa tak ingin nama nya jelek di mata orang-orang.

Naila kembali teringat moment yang di mana ia di nikahi Al. Pria yang selama ini ia kagumi ternyata menjadi suami nya. Segala perlakuan Al sangat lah manis. Namun berbeda dengan mertua nya yang memang tidak menyukai diri nya. Apa lagi diri nya tak kunjung hamil membuat Rossa semakin yakin untuk menikahkan Al pada Monalisa.

"Sayang..." sapa Al saat baru saja pulang dari kantor.

Naila menyambut tangan Al, kemudian ia mencium punggung tangan Al dengan takzim.

"Mas mau mandi dulu apa makan?" tawar Naila

"Mas mau mandi aja dulu." Ucap Al sembari melepaskan kancing baju nya satu per satu.

Naila langsung menyiapkan air untuk Al. Setelah itu ia membuat minuman hangat. Di letakan nya kopi pahit itu di atas meja dalam kamar.

Di lihat nya sang suami telah selesai mandi, ia pun mengambilkan baju yang telah di siapkan nya tadi.

"Ini baju nya, mas." Naila menyodorkan pakaian santai pada Al.

"Siapkan juga baju untuk makan malam kita sayang. Kita makan malam di luar biar ngak bosan di rumah." Kata Al

Malam hari nya, Naila telah bersiap-siap untuk keluar makan malam dengan suami nya. Ia sedikit memoleskan bedak dan lisptik agar tidak seperti orang sakit.

"Sudah siap..." Naila mengangguk

Baru saja kedua nya hendak melangkah kan kaki ke pintu, mereka mendengar sumber suara yang mengharuskan langkah mereka terhenti.

"Mau kemana kamu Al? Malam ini kamu tidak boleh keluar." Rossa menekan kan kata-kata nya.

"Al mau makan di luar sama Naila, mah."

Rossa berdecak kesal,, "kamu di rumah saja. Sebentar lagi Monalisa datang kemari. Kita makan malam nya bersama Monalisa, sekalian membicarakan pernikahan kamu itu." Rossa tetap kekeh untuk menikah kan Al dengan Monalisa.

Tok..

Tok..

Tok...

"Sayang...."

Bab 3

Monalisa datang dengan anggun nya.

   "Sayang..." Rossa berjalan menuju Monalisa berdiri. Mereka berpelukan layak nya orang yang lama tak jumpa. Tak lupa Rossa dan Monalisa cipika cipiki.

"Ayo masuk." Monalisa di persilahkan masuk.

    Mereka berjalan melewati Naila dan Al yang masih berdiri di ambang pintu.

Langkah Rossa terhenti saat mendengar ucapan Al.

   "Kalo begitu, Al dan Naila keluar dulu mah." Rossa berbalik badan pun Monalisa ikut balik badan juga.

"Stop Al,!" Pekik Rossa

    "Mamah sudah masakin buat kamu dan Monalisa. Hargai masakan mamah Al."

"Al sudah janjian dengan Naila makan di luar, Mah." Sanggah Al

"Kan sudah ada Monalisa datang untuk makan masakan yang mamah buat itu." Sambung nya lagi

    "Ngak apa-apa kok tante kalo Al dan Naila mau makan di luar. Kita bisa ikut mereka sekalian membicarakan perihal pernikahan itu." Monalisa ikut menimpalin ucapan Rossa dengan senyuman yang penuh arti saat menatap Naila.

"Ahhh, kamu benar. Kalo gitu mamah siap-siap dulu."

    "Aku hanya ingin makan dengan Naila, bukan sama kamu." Ketus Al yang malas dengan kehadiran Monalisa.

"Kalo kamu mau makan di luar, mamah juga ikut bersama Monalisa. Tidak ada penolakan lagi."

   Tak ada sautan lagi dari Al, ia langsung pergi bersama Naila. Sedangkan Rossa menyusul bersama Monalisa dengan kendaraan Monalisa.

Tiba di restaurant, Al memesan makanan hanya untuk diri nya dan Naila. Al juga sengaja duduk di pojokan meja agar bisa makan berdua dengan Naila tanpa ada nya Monalisa.

    Monalisa kesal terhadap Al yang menurut nya terlalu munafik. Padahal ia sudah berpakaian ketat nan sexi. Semua ia lakukan untuk menarik perhatian Al agar bisa tergoda dengan kecantikan nya. Tapi Al, justru membuang muka saat Monalisa menatap nya.

   "Al, duduk sini." Rossa menepuk tempat duduk di sebelah nya yang kosong saat telah selesai makan.

"Al di sini saja mah dengan Naila."

     "Jangan membantah mamah Al. Ingat ini tempat umum Al, jangan sampai mamah bikin ulah di tempat seperti ini." Selalu saja Rossa mengancam Al untuk menuruti kepentingan nya sendiri.

Dengan malas Al melangkah menuju meja mamah nya. Ia mendarat kan pantat nya dengan kasar.

"Apa lagi ini mah. Kalo untuk urusan nikah lagi mamah sudah tau jawaban nya." Kata Al dengan dingin.

   Rossa tersenyum, "Minggu depan kamu harus bertunangan dengan Monalisa. Ini sudah keputusan mamah." Rossa berkata dengan tegas.

"Tidak.!" Bantah Al

    "Pikirkan perkataan ku kemaren, Al." Imbuh Monalisa yang terus menatap wajah Al.

Al teringat dengan ucapan Monalisa, ia takut jika Monalisa benaran akan menyakiti Naila apa lagi sampai melukai nya. Ia tidak ingin Naila di sakiti oleh Monalisa. Tapi bagaimana dengan diri nya yang harus mengikuti keinginan mamah nya? Naila pun akan merasa tersakiti juga. Jika diri nya menolak, Monalisa akan menghasut mamah nya untuk menyakiti Naila. Jika ia setuju, malah diri nya sendiri yang menyakiti perasaan Naila. Al benar-benar di buat pusing dan bingung dengan masalah nya.

   Naila pun datang mendekati Al, kemudian berkata... "Jangan pikirkan perasaan ku mas, tapi pikirkan juga perasaan mamah yang ingin punya cucu." Tepat di kuping Al, ia berucap

"Ini hanya pertunangan dulu Al." Kata Rossa yang mendesak Al.

    "Terima lah pertunangan itu mas." Kata Naila dengan tersenyum.

"Naila sudah memberi mu izin, Al. Apa lagi yang kamu tunggu.!"

   Al, menatap Naila dengan perasaan bimbang. Naila yang paham dengan tatapan Al, menganggukan kepala nya.

"Baik lah, hanya bertunangan saja." Sahut Al dengan wajah menunduk

   Naila tersenyum lebar mendengar kalimat yang di lontar kan Al. Namun, di balik senyuman itu ada hati yang sedang menangis.

'Biarkan saja aku yang mengalah untuk kebahagiaan kalian semua. Aku akan menuruti permintaan kalian ini. Setelah nya biarkan aku pergi dengan membawa luka ini.' Naila bergumam dalam hati nya.

   🔥🔥🔥

Naila pulang bersama Al dengan hati yang rapuh. Berbeda dengan Monalisa, ia pulang dengan keadaan gembira lantara keinginan untuk menikah dengan Al, akan segera terwujud.

    "Anak mamah kok senyum-senyum sendiri sih. Lagi mikirin apaan sampai senyum-senyum sendiri." Goda Melda pada Monalisa.

"Heheheee.... Mamah tau ngak kalo tante Rossa itu sudah berhasil membuat Al mau bertunangan denganku.!"

    "Oh yaaa,,!" Melda senang dengan kabar gembira ini. Sudah lama ia menanti kabar ini dari Monalisa, yang akhir nya bisa ia dengar.

"Minggu depan loh mah, aku dan Al sudah tunangan." Berkata dengan bangga nya.

   "Akhir nya kamu bisa mendapatkan Al, sayang." Melda memeluk Monalisa

'Sebentar lagi aku akan jadi ratu di rumah itu.' Batin Melda

       💦💦💦

Matahari pagi telah menampakkan sinar ke seluruh permukaan bumi. Sepasang kekasih itu masih betah dalam tidur nya. Seolah-olah dunia hanya milik nya sendiri.

Tok..

Tok..

Tok...

Pintu kamar di ketok dari luar.

"Al, bangun. ! Jangan ikut istri mu itu yang mandul. Sudah mandul, malas pula bangun pagi." Hardik Rossa dengan suara lantang.

Di kamar, Naila hendak bangun untuk membuka pintu nya namun Al menahan agar tetap berada dalam pelukan nya.

"Tetaplah di sini sayang. Jangan dengar kata mamah." Pinta Al

"Jangan mas, aku tidak enak dengan yang lain nya jika mendengar perkataan mamah, mas."

Al mendengus... "Ya sudah, kamu tetap di sini. Biar aku yang bukain pintu nya." Kata Al, kemudian ia mengambil sandal di samping tempat tidur nya untuk di pakai.

"Al, buka pintu nya... Jangan biasa kan istri mu itu manja. Ajarkan istri mu yang man—"

Klek

Ucapan Rossa menggantung saat mendengar suara kuncian pintu berbunyi.

"Ada apa sih, mah." Protes nya

"Mana itu istri kamu itu. Jangan biasa manja kan dia."

"Ingat Al, besok kamu sudah tunangan dengan Monalisa. Baik nya kamu jaga perasaan Monalisa juga." Sambung nya lagi

Di kamar Naila dapat mendengar ucapan Rossa barusan. Ia hanya menghela nafas dengan berat sebelum akhir nya keluar menemui mertua dan suami nya.

"Mah, jangan memaksa aku mah."

Mata Rossa melotot pada Al, "Mamah tidak memaksa kamu Al. Mamah hanya minta kamu untuk menjaga jarak dengan istri mu itu karena besok kamu sudah bertunangan dengan Monalisa dan akan segera menikah."

"Maaf, mah..." ucap Naila yang berdiri di belakang Al.

"Nah ini dia orang nya. Cepat kamu beres-beres rumah sama yang lain nya. Besok acara tunangan nya Al dengan Monalisa. Jangan sampai rumah ini berdebu sedikit pun."

Rossa menarik paksa Naila untuk ke dapur.

"Stop mah.! Naila bukan pembantu." Teriak Al membuat Rossa menghentikan langkah nya.

"Diam kamu Al. Biarkan Naila ikut mengurus acara pertunangan mu. Lagi pula dia mandul, tidak masalah kalo capek. Tidak ada lagi yang bisa di harapkan dengan wanita ini." Tukas nya kemudian menarik kembali Naila ke dapur.

"Jika mamah masih memaksa Naila seperti pembantu, jangan harap aku mau hadir dalam pertunangan itu." Ancam nya yang sukses membuat bola mata Rossa nyaris keluar.

.

.

.

.

Jangan lupa terus dukung cerita author.

Jangan pelit-pelit untuk memberikan Like, gift, dan juga mawar serta komentar-nya. 🤗🤗

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!