NovelToon NovelToon

The Unloved Duchess

Malam Mengerikan

tap tap tap

seorang wanita dengan pakaian pelayan berlari setelah berhasil melompat dari kereta kuda. Tubuhnya penuh luka lebam dan sayatan. Namun semua rasa sakitnya harus dia tahan demi untuk bisa terus berlari dalam gelap nya malam membelah hujan badai dan melewati tanah berlumpur.

" kejar dan tangkap dia..!!" teriak seorang wanita.

Jemina menoleh sambil terus berlari, terlihat ada seorang lelaki yang mengejarnya. wanita itu semakin takut dan cemas. Dia harus terus berlari atau tidak dia akan tertangkap lagi.

" hey.." teriak lelaki yang mengejarnya.

Jemina semakin mempercepat langkahnya, terdengar jika lelaki itu semakin dekat. Jemina menatap ke depan, sebentar lagi dia akan memasuki hutan. Itu bisa menolong nya, pergerakannya akan sulit terlihat.

" ya tuhan... selamatkan aku.. hah .. hah.." dalam keputusasaan Jemina berharap dengan doa.

akk..

seketika tubuh itu terpelanting ke depan. Kakinya tidak sadar terkena akar pohon. Dengan keras Jemina terhempas di tanah berlumpur.

Wanita itu berusaha untuk bangkit, namun kakinya terkilir parah. dia tidak bisa menerus kan lari nya.

" dasar rendahan.." Lelaki yang mengejar nya langsung meringkus Jemina. Menindih tubuh itu dan mengikat kedua tangannya di belakang.

" lepaskan aku..!" Jemina memberontak.

" ikut aku!" lelaki itu menyeret tubuh ringkih itu di tengah hujan yang semakin deras. membawa tubuh yang hampir penuh dengan lumpur ke sebuah gubuk tak terpakai.

" diam kau disini" kesal lelaki itu, sambil melemparkan tubuh itu di atas tumpukan jerami yang usang.

" apa yang ingin kalian lakukan?" cicit Jemina yang sangat ketakutan. Sampai-sampai bibirnya menggigil saking takutnya.

Tak seberapa lama, terdengar suara kereta kuda mendekat. Dan Jemina sudah bisa menebak siapa yang akan datang.

" silahkan Duchess" ucap kusir kereta.

" kotor sekali, menjijikkan" gerutu Duchess Cassandra saat menuruni tangga kereta.

wanita itu menatap sekeliling dengan wajah meremehkan dan jijik. Sungguh jika bukan karena pelayan rendahan yang harus di singkirkan, Cassandra tidak akan sudi menapakkan kaki nya di gubuk reyot ini.

" Duchess.." ucap lelaki yang baru saja menangkap Jemina.

" dimana dia?"

" itu di sana" sambil menunjuk ke atau Jemina yang sudah kehabisan energi. Hanya bisa pasrah dan menunggu kematiannya tiba.

" kau tau, kau sangat merepotkan sekali" ucap Cassandra begitu sampai di depan tubuh pelayan nya yang terikat.

" apa salah saya nyonya ..?" tanya Jemina yang terdengar lirih, akibat hujan yang semakin deras.

" salah mu? apa ya.. kau menjengkelkan. dan aku tidak suka" jawab Cassandra enteng.

" kenapa anda sangat kejam pada saya, hiks.. saya hanya wanita miskin, tidak mungkin berniat jahat pada... "

" diam!!!... kau semakin membuatku jengkel,!" sentak Cassandra. setelahnya menginjak pergelangan kaki Jemina dengan keras.

" aakkk, ampun nyonya..." Jemina meminta belas kasihan. Tubuhnya sudah tidak sanggup menerima kesakitan lagi.

" dengar, malam ini kau akan mati, kau akan mendapatkan hukuman karena sudah merayu Louis, wanita murahan seperti mu memang seharusnya segera di lenyap kan" desis Cassandra. setelah puas melihat raut kesakitan Jemina.

Jemina hanya bisa menangis pasrah.

" sudah aku tak mau berlama-lama di tempat kotor ini. kau pastikan tak ada yang curiga dengan kematiannya. Lakukan dengan bersih" pesan Cassandra pada anteknya.

" mau di apakan wanita ini Duchess?"

" terserah padamu, kau bisa memakainya sepuasmu, yang penting aku mendengar kabar kematiannya besok"

" tidak, jangan lakukan ini nyonya. maafkan saya. saya mohon, lepaskan saya.. " Jemina menangis sambil menyeret tubuhnya mendekati Cassandra. mencium kaki Duchess pun akan dia lakukan yang penting dia bisa hidup.

 " bukan kah kau haus kehangatan jalang?, aku mengabulkan keinginan mu. bersenang-senanglah sebelum kematian menjemput mu" ujar Cassandra dengan nada mengejek sambil menendang wajah Jemina. Dia tidak sudi tubuhnya kotor karena bersentuhan dengan pelayan rendahan.

" baik Duchess saya akan laksanakan" ucap Antek nya dengan semangat. Dia menatap Jemina dengan pandangan tidak senonoh. Sangat merendahkan.

" tidak nyonya.. saya mohon, jangan lakukan ini.." Jemina terus mengiba. tangisannya semakin menjadi-jadi saat Cassandra berjalan meninggalkan gubuk.

" kemari kau jalang...!" Lelaki itu menarik tubuh Jemina ke bagian yang lebih banyak jerami nya. paras Jemina tidak terlalu buruk untuk menemani malamnya yang singkat.

" tolong lepaskan aku.. aku.. aku akan membayar mu.. aku mohon" ucap Jemina dengan penuh pengharapan.

" membayar mu? cuih.. bahkan tubuh mu saja tidak cukup untuk menukar nyawamu, hahahahah"

Lelaki itu lalu pergi mencari sesuatu. Kesempatan ini di gunakan Jemina untuk kabur, meski dia hanya bisa menyeret tubuhnya setidaknya dia tidak diam saja. Dia ingin sekali bebas dan menjalani hidup.

Namun harapannya sirna tak kala kakinya di seret ke tempat semula.

" jalang, menyusahkan!" sentak Lelaki itu. Di dekat mereka sudah ada bejana berisi air.

Surr..

Air dingin mengguyur tubuh Jemina. Luka-luka menganga di tubuhnya terasa sakit berkali- kali lipat.

" akk.." teriak Jemina kesakitan.

Ternyata lelaki itu mencari air bersih untuk menghilangkan lumpur di tubuh Jemina.

pyar,

setelahnya bejana itu di lemparkan asal.

" sekarang waktunya bersenang-senang" ujar lelaki itu sambil membuka pakaian di tubuhnya.

" tidak.. tidak.. " Jemina menggeleng cepat. Dia berusaha pergi. Tapi tidak bisa, tubuhnya sudah tidak memiliki energi lagi.

sreekk

" akkk" Gaun pelayan yang kotor dengan mudah di sobek, memperlihatkan tubuh bagian depan Jemina.

" hentikan.. aku mohon.. akkk hiks hiks" Jemina menangis se jadi-jadinya sambil memberontak.

" tolong...!! tolong!!" teriak Jemina. Berharap ada seseorang atau bahkan hantu pun datang menyelamatkan nya.

" diam kau"

plak

Lelaki itu menampar wajah Jemina dengan keras, wajah itu terhuyung dan membentur batu yang tertutup jerami sebelumnya. Sangat keras sampai pelipis nya sobek dan berdarah.

" tolong.. selamat aku.." lirih Jemina saat kesadarannya mulai menghilangkan. Benturan itu membuat kepalanya terasa melayang. Jemina masih bisa merasakan saat tubuhnya di sentuh dengan penuh nafsu oleh lelaki biadap itu. sangat tidak manusiawi, namun setidaknya sebelum kesuciannya terenggut wanita itu lebih dulu kehilangan detak jantungnya. Jemina gadis malang itu meninggal dalam ketragisan yang sangat.

Sedangkan lelaki itu tak sadar jika sedang menikmati tubuh Jemina yang sudah menjadi mayat, dia seperti kerasukan setan dan terus menerus menuruti gairah nya. Sangat biadap. Tak ada yang datang menolong gadis malang itu, dia pergi dengan membawa hati yang penuh dendam.

Sisi Lain

Setelah memasuki kereta kuda, Cassandra langsung duduk sembari kereta meninggalkan gubuk reyot di pinggir hutan itu.

" nyonya, anda basah kuyup" ucap pelayan Helena sambil mencari kain untuk mengeringkan tubuh majikannya.

" semua ini gara- gara wanita jalang itu" gerutu Cassandra yang ikut meneliti gaun nya.

" saya bantu nyonya.." pelayan Helena menemukan kain kering lalu mengeringkan rambut Duchess.

" jangan sampai merusak tatanan rambutku" pesan Cassandra, wanita bangsawan ini sangat memperhatikan penampilan. Baginya kecantikan dan kemewahan adalah segalanya.

" baik nyonya" jawab Helena sopan. Dia sudah hafal dengan perangai dan kebiasaan sang nyonya.

" kenapa hujan semakin deras" cicit Cassandra sambil menatap jendela kereta yang membentur rintik hujan.

jderr..

" akkk" suara guntur terdengar sangat keras. Cassandra langsung menutup telinganya sambil meringkuk di atas duduk.

" nyonya tenang.." pelayan Helena segera memeluk erat sang nyonya. Cassandra sangat takut dengan suara guntur dan petir. Dia gemetaran mencengkram gaun nya sendiri.

" percepat kuda nya, "

" baik nyonya"

Helena membuka pintu berniat meneriaki kusir. Namun di saat yang bersamaan muncul cahaya kilat begitu terang. Lalu

Diarrrr

Guntur menyambar di pohon dekat kereta dengan suara yang sangat keras.

" ak" teriak Cassandra. Lalu tiba-tiba tubuh itu ambruk, jatuh dari tempat duduknya.

" nyonya.." Helena langsung mengangkat kepala Duchess Cassandra.

" nyonya.. sadarlah.." pelayan Helena menepuk pelan pipi halus Cassandra. Namun Sang empu nya tidak bereaksi sama sekali. Duchess Cassandra kehilangan kesadarannya.

" percepat, Duchess pingsan!" teriak Helena pada kusir.

cah cah cah

Kusir dengan cepat memang kuda kereta. Berita Duchess yang pingsan adalah kabar buruk, dia tidak mau hal buruk terjadi pada wanita itu atau hidup nya akan jadi taruhan.

Kereta itu kini memasuki gerbang kediaman Duke Winston.

Setelah berhenti, kusir segera masuk ke kereta dan membantu membopong Duchess.

" ingat jangan katakan apapun mengenai malam ini, bilang saja Duchess baru saja menghadiri pesta di kediaman Morton mengerti?" ucap pelayan Helena pada kusir saat mereka akan memasuki kediaman.

Tak sengaja kepulangan mereka bersamaan dengan Duke Winston yang akan keluar.

" apalagi ulangnya?" tanya Louis pada Helena dengan nada bosan.

" emm itu.. nyonya.. terlalu banyak minum.. jadi.."

" memalukan sekali" ejek Louis sambil menatap datar wajah Cassandra. Setelah mengatakan itu Duke Winston melanjutkan langkahnya. Tak ada gurat cemas atau peduli dengan keadaan Cassandra. lelaki itu pergi begitu saja.

Helena langsung bernafas lega tak kala tuan nya tidak curiga sama sekali. Louis memang terbiasa mengabaikan Cassandra, memang benar mereka adalah suami istri. Namun itu hanya status saat mereka menghadiri acara resmi. Saat di rumah bagi Louis, mereka adalah orang asing, meski Cassandra terang-terangan menunjukkan rasa cinta nya. Sayangnya Louis malah muak dan benci pada wanita ini.

" cepat bawa masuk" ucap Helena pada Kusir.

Setelah nya, Helena segera mengurus Cassandra. Mulai dari mengganti baju dan menyeka tubuh itu menggunakan air hangat campuran bunga. Helena tidak berani memanggil dokter, takutnya malah menarik kecurigaan.

" maafkan saya nyonya.. " lirih Helena saat mengambil keputusan itu.

Pagi hari menjelang Duchess menggeliat di atas ranjang luasnya. Wanita itu belum pernah merasakan se nyaman ini saat terbangun dari tidur. seprei nya harum dan halus. Tak sadar wanita itu mengelus ranjang dengan mata yang masih tertutup. Tidurnya semakin nyenyak, hingga beberapa kilasan hidupnya mulai masuk dan mengingatkan kejadian terakhir kali.

" tidak... " teriak Cassandra langsung terduduk di atas ranjang.

Wanita itu mengatur nafasnya yang menderu. Lalu meneliti tubuhnya.

" tangan.. ini.. ?" Cassandra kaget dengan penampakan tangan putih mulus. Dia tidak memiliki ini sebelumnya.

Wanita itu menyibak selimut, kakinya juga berubah.

" nyonya anda sudah bangun?" suara Helena membuat Wanita itu langsung menoleh.

" madam... ., tidak.. " Cassandra beringsut mundur sampai menubruk sandaran ranjang. Wajahnya panik ketakutan.

" ada apa nyonya?" pelayan Helena segera mendekati Cassandra, namun nyonya nya malah menjauh seakan menghindari nya.

" jangan.. maafkan aku.. tidak.." rancu Cassandra mengingat sebelumnya Helena telah menyiksanya secara terus menerus.

" nyonya.. apa yang tejadi?" Helena semakin panik akibat reaksi Cassandra yang aneh ini.

" pergi.. ! jangan dekati aku" Cassandra melempar bantal serta benda- benda yang ada di sekitarnya ke arah Helena.

" nyonya.. tenang.. baik.. saya akan pergi. mohon tenang nyonya.." Helena mengangkat tangannya meminta Nyonya nya berhenti mengamuk.

" pergi!" teriak Cassandra.

pelayan Helena dengan langkah cepat meninggalkan kamar dan menutup pintu.

Cassandra mulai tenang, dia semakin bingung mengetahui dimana dia berada sekarang. Benar sekali ini kamar Duchess, wanita itu pergi ke arah cermin.

Seketika dia menutup mulutnya sambil terhuyung mundur.

" bagaimana.. bagaimana bisa? aku.. aku .." Wanita itu semakin mendekati cermin. melihat dengan seksama, memeriksa apa benar yang dia lihat.

" akk.. wanita jahat...!" teriak Wanita itu yang tak lain adalah Jemina. Dia terbangun dalam tubuh Cassandra. wanita yang membunuhnya kemarin malam.

Jemina berlari ke pojok ruangan. Dia memukul tubuhnya melampiaskan dendamnya pada Cassandra.

" jahat, kau iblis.. ibliss.. masuk lah ke neraka.. Wanita iblis.." rancu Jemina dengan terus memukul dirinya.

" nyonya... sadarlah.. saya mohon " pelayan Helena yang mendengar teriakan sang Nyonya langsung membuka pintu dan memeriksa keadaan. Betapa kaget nya saat melihat nyonya nya memukul bahkan mencakar tubuhnya sendiri di pojok ruangan.

" nyonya.. hentikan.. " Pelayan Helena segera menahan kedua tangan Cassandra. Dia berusaha agar tubuh nyonya nya tidak terluka. Karena yang dia tau Cassandra merawat dengan baik tubuhnya, tidak membiarkan jika ada sedikit saja luka atau benda kotor yang merusak kulitnya.

Jemina menatap Helena dengan tatapan penuh benci.

" kau.. juga.. iblis.. jahat, " kini gantian Jemina memukul tubuh Helena dengan keras.

" ak.. nyonya.. sakit.." Helena melindungi kepala dengan tangannya. Nyonya nya tidak pernah mengamuk seperti ini sebelumnya, membuat pelayan Helena ketakutan.

" rasakan ini.. kau yang menyiksaku.. rasakan.. ini.." Jemina mengambil apapun untuk di pukulkan pada Helena. buku, sepatu, tempat gantung baju.

" ampun nyonya.. maafkan saya. ampun.." Teriak Helena yang berfikir dia sudah melakukan kesalahan tanpa sadar.

" nyonya.." pelayan lain segera datang dan menahan tubuh Duchess.

" lepaskan aku.. , dia pantas menerima nya" sentak Cassandra. Dia sudah kehilangan akal, memukul Helena dengan membabi buta.

Hingga keributan ini mengganggu Duke Winston. Lelaki itu yang sudah muak dengan semua tingkah Cassandra segera saja masuk ke kamar wanita itu. Melihat Cassandra yang memukul tanpa henti, tentu saja membuat Louis jengah.

" hentikan Cassandra" ucap Luois yang sama sekali tidak di dengar Jemina.

" Cassandra!" peringatan kedua. Namun tetap saja tak merubah apapun. tak ada cara lagi untuk menyadarkan Casandra selain.

plak..

Dengan keras Louis menampar pipi Cassandra.

" selalu saja membuat masalah! hari masih pagi, dan kau ingin membunuh pelayan mu, hah?" teriak Louis dengan menggebu-nggebu. Dia tidak suka kekerasan, namun karena Cassandra yang tidak kunjung berhenti, Louis terpaksa melakukan ini.

Jemina terjatuh dengan memegang pipinya yang terasa panas terbakar. Wanita itu kaget melihat tuan Louis yang marah padanya.

" ingat, sekali lagi kau membuat ulah aku pastikan kau pergi dari kediaman ini" ancam Louis lalu keluar dari kamar istrinya.

Merenung

tamparan Tuan Louis membuat Jemina sedikit tersentak dan menyadari jika kejadian ini bukanlah sebuah mimpi. Dia benar-benar berada di tubuh Cassandra, nyonya nya sendiri. Lalu bagaimana dengan Cassandra yang asli? apa dia berada di tubuh nya?..

" apa yang harus aku lakukan?" lirih Jemina, wanita itu duduk di samping ranjang memeluk kedua kakinya. seakan bersembunyi dari dunia luar.

Pertengkaran pagi ini membuat gaduh satu kediaman, apalagi luka yang di derita Helena cukup banyak sampai harus memanggil dokter dan kini dalam perawatan.

Jemina berpikir menyeluruh, hal yang dia alami tidak akan di dapatkan oleh sembarang orang. Wanita itu lalu berdiri dan kembali mendekati cermin. meneliti setiap jengkal wajah Cassandra yang rupawan.

" wajah ini begitu cantik.. " lirihnya

ceklek

pintu kamar terbuka secara tiba-tiba. Dan yang lebih membuat nya kaget ada Tuan Louis di sana dengan wajah geram.

" kenapa kau belum bersiap? sebentar lagi mereka datang. Cepatlah jangan mempermalukan ku" gerutu Louis lalu menutup pintu sebelum Cassandra menjawab.

" mereka siapa?" celoteh Jemina sendiri. pasalnya tidak ada satu pelayan pun yang masuk ke kamar dan membantu nya bersiap.

Dia lupa jika pelayan Helena sedang rawat dan Cassandra tidak membiarkan sembarang pelayan menyentuh tubuh nya.

" untuk sekarang lebih baik aku ikuti saja kebiasaan Cassandra, jangan membuat yang lain curiga sebelum waktunya" putus Jemina. Wanita itu masuk ke kamar mandi setelah meminta 2 pelayan lainnya mempersiapkan gaun nya.

Sedetik itu Jemina terlena dengan fasilitas yang dia dapatkan. Apalagi menatap tubuh indah milik nyonya nya dulu. Sungguh dia sampai tergila-gila sendiri dan hampir tak percaya. Ada wanita yang memiliki tubuh sebagus ini.

" tapi kenapa tuan Louis begitu membenci Cassandra?" celetuk Jemina di depan cermin kamar mandi.

Setelah berbagai rangkaian dalam memperindah tampilannya, Jemina akhirnya keluar dari kamar dan turun ke lantai dasar. Aula kediaman semuanya ada di bawah.

" Duchess Winston.. anda selalu saja membuat kami terpesona" ungkap salah wanita paruh baya yang Jemina kenal sebagai nyonya Greya.

" terimakasih, "

Nyonya Greya sedikit tak percaya namun seketika wajahnya berubah tersenyum. Selama ini Cassandra selalu angkuh dan sombong. Ketika di puji Cassandra akan lebih menyombongkan diri bukan berterima kasih dengan raut segan.

" Cassandra,. kemari" Tuan Louis meminta wanita itu mendekat padanya. Bukan apa-apa, Lelaki itu hanya mengantisipasi agar Cassandra tidak banyak bercengkrama dengan bangsawan lain. Louis takut Cassandra malah membuat malu kediaman Winston dengan sikap sombongnya.

" ada apa Duke?" tanya Cassandra dengan halus. Hampir saja Louis terpesona, sampai dia ingat bahwa Cassandra sangat hebat dalam bersandiwara.

" ini adalah tuan Robert dan Istrinya. Mereka akan membuka restoran di area milik kita"

" ah ya. selamat atas pembukaan restoran kalian. Kapan-kapan kita akan ke sana untuk mencicipi menu nya" sambut Cassandra hangat. Louis dalam hati sedikit heran, tidak biasanya Cassandra ramah seperti ini. Biasanya ada saja ulah Cassandra untuk menjatuhkan harga diri lawan bicaranya. kenapa kali ini tidak.

" kami akan menunggu kedatangan anda. Kami merasa sangat terhormat Duke dan Duchess Winston bisa menyempatkan waktu" ungkap Tuan Robert.

"tidak masalah, asal makanannya enak" bisik Cassandra dan hal ini malah membuat pasangan Robert tertawa renyah. Mereka awalnya mengira jika Duchess seperti rumor yang beredar selama ini, nyatanya tidak. Wanita terhormat ini begitu sopan dan menghargai Lawan bicaranya.

pertemuan kerjasama siang ini berjalan dengan lancar. Cassandra tetap di dampingi oleh Louis. Lelaki itu lebih banyak diam, dia merasa ada sedikit kejanggalan pada istrinya. Perubahan nya lumayan signifikan, apa tujuan Cassandra bermulut manis di depan tamu-tamunya.

Malam datang dengan sangat cepat. Jemina masih tertidur di ranjangnya setelah lelah menyambut tamu. Dia tidak membayangkan sebelumnya, jika menjadi bangsawan ternyata melelahkan juga.

tok tok tok

" nyonya..." suara lirih dari balik pintu mengusik ketenangan Jemina.

" makan malam sudah siap" lanjut pelayan itu tanpa jawaban. Mereka sudah datang ke tiga kalinya mengetuk pintu namun nyonya Cassandra belum juga membuka nya.

Jemina sangat malas turun dari ranjang yang super nyaman ini. Dia ingin tidur lebih lama lagi.

tok tok tok

Suara pintu kembali membangunkannya.

" Cassandra... kau sakit?" suara Louis membuat kesadaran Jemina meningkat.

ceklek

pintu terbuka, saat Jemina beranjak menuruni ranjang.

" kau hampir saja melewatkan makan malam, apa aku sakit?" Louis masuk kamar dan duduk di tepi ranjang.

" tidak Duke.. " jawab Jemina.

" tidak tidak kau pasti sakit, hari ini kau sangat aneh. Apa tujuanmu?" selidik Louis.

Alis Cassandra berkerut, dia belum mengerti arah ucapan Louis.

" tujuan?"

" iya, kau begitu ramah menyambut tamu, memanggil ku Duke meski hanya kita berdua. Dan ini wajah angkuh ini, kau sembunyikan di mana?" lanjut Louis dengan penuh curiga.

Jemina mulai mengerti, dia sejak tadi belum memerankan menjadi Cassandra dengan sempurna. Dia seharusnya belajar sombong sambil mengingat tingkah dan gaya Cassandra selama ini.

" bukankah sudah aku katakan, aku akan membuatmu jatuh hati padaku. kenapa ? apa kau mulai bersimpati?" ucap Jemina yang mulai mirip dengan keangkuhan Cassandra.

" sudah aku duga, aku ingatkan padamu. Aku tidak akan jatuh hati padamu. lebih baik kau buang jauh-jauh pemikiran itu. Kau sama sekali bukan seleraku" ungkap Louis yakin lalu pergi dari kamar Cassandra. Niatnya memang ingin tau apakah istirnya sedang mengalami kesulitan sehingga berubah. Tapi dugaannya salah, Cassandra tetaplah Cassandra wanita cantik yang sombong dan kejam.

Sepeninggal nya Louis dari kamarnya, pelayan membawakan makan malam dan di taruh di meja kamar.

" kalian pergilah.."

" baik nyonya.."

" oh ya , Bagaimana kabar Helena?"

" madam Helena sedang beristirahat, madam baru bisa bekerja besok hari"

" baiklah.."

Jemina termenung menatap banyaknya makanan yang tersaji di meja. Semuanya adalah impiannya selama ini. Kehidupan bak putri bangsawan kini benar-benar terjadi, dan dia dapatkan secara instan.

" mulai besok aku harus bersandiwara dengan baik, jangan sampai mereka curiga. Tunggu sampai aku memiliki kesempatan untuk membalas nya" tekat Jemina.

Pagi hari seperti yang dia tau, pelayan Helena datang menemuinya di area balkon taman bawah. Biasanya Cassandra akan minum teh herbal sembari bersantai melihat bunga.

" nyonya.." Helena membuyarkan lamunan Jemina. wanita itu menatap Helena dengan tatapan tak suka.

" mulai besok kau bukan lagi pelayan Winston" ucap Jemina datar. sangat persis dengan Cassandra yang memecatnya waktu itu.

Mata Helena langsung terbuka lebar, tidak percaya dengan ucapan yang dia dengar.

" ampuni saya nyonya, saya janji tidak akan melakukan kesalahan lagi" Pelayan Helena langsung bersimpuh dan memohon belas kasihan. Meski dia sendiri tak tau apa kesalahan nya sampai nyonya nya memukulinya habis-habisan lalu memecatnya dengan tiba-tiba.

" aku memaafkan mu, dan kau pergi dari sini" Cassandra berdiri untuk meninggalkan tempat.

" nyonya, saya mohon. Saya akan melakukan apapun agar nyonya mau memaafkan saya.. saya mohon nyonya" Pelayan Helena menahan kaki Cassandra. Dia begitu mengiba, meski tubuh nya yang sakit dan penuh luka, Helena lupakan dia tidak peduli.

Mendengar kalimat Helena, Jemina memikirkan sebuah ide.

" baiklah, kau boleh tetap bekerja sebagai pelayan pribadiku. Tapi ada syaratnya.."

" saya akan melakukan apapun syaratnya" jawab Helena dengan cepat.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!