Bila ada waktu aku ingin kembali. Kembali ketempat asalku. Berlin Arora, iya gadis yang disembunyikan Ibuku. Ibuku pewaris Meghan Group tapi setelah kepergian Ibuku dan Ayahku menikah lagi. Semua menjadi kacau. Aku terkurung di sebuah tempat yang jauh dari kota asalku.
"Lucas,..morning......" Suara Berlin
Aku menatap langit-langit dengan redup. Ada apa dengan penglihatanku, sepertinya aku diberi obat tidur.
"Berlin.. Bangun sayang. Ibu kangen sama kamu nak" Suara wanita memanggilku
Aku melihat Ibuku dengan jelas. Apakah aku bermimpi?? (dalam hati Belin)
"Ibu, aku ingin pulang. Aku ingin pulang." Suara Berlin sedih
sepertinya aku tidak bermimpi (dalam hati Berlin)
Setelah dua bulan kemudian, aku sudah berada di suatu tempat. Tapi aku menjadi orang yang berbeda. Aku bahkan tidak mengenali diriku.
Apakah ini aku??
Sepertinya bukan aku??
Berlin histeris seketika, kemudian pingsan
"Sayang, ini Ibu nak" Suara ibuku
Sepertinya ini benar Ibuku (dalam hati Berlin)
"Ibu, aku dimana??" Tanya Berlin yang bingung
"Kita di rumah" Jawab seorang Ibu
Berlin bahagia, ternyata Ibunya masih hidup.
"Ibu, tapi kenapa aku berbeda, ini bukan wajahku" Tanya Berlin dengan bingung
Berlin memang tampak asing dengan kulit putih bersinar dan rambut panjang coklat. Dia bingung dengan dirinya.
Apakah aku sudah mati?? (dalam hati Berlin)
"Kamu Berlin sayang, hanya saja" Jawab
Ibuku
belum sampai mengatakan, tapi ada yang datang
"Hallo Berlin, apa kabar kamu??" Suara Paman
"Paman?? Paman Henry" Seru Berlin
Paman Henry adalah sahabat Ibuku dari kecil, dia juga sangat tahu seluk beluk di Meghan Group
"Kamu sehat sayang??" Tanya Henry
"Iya Paman, Berlin sehat" Jawab Berlin dengan ceria
"Berlin, kita akan pulang ke tempat yang kamu inginkan, tapi tidak di rumah yang dulu, kamu akan menjadi anak paman" ucap Henry sambil mengelus rambut Berlin
Apakah yang terjadi, apakah Ibuku menikah dengan Paman Henry. (dalam hati Berlin)
"Berlin, kita pulang tapi status kita akan berbeda. Kamu harus mengerti, semenjak Ibumu meninggal apa yang terjadi padamu?" Ucap Henry
"Ibu meninggal, lalu dia siapa paman?" Suara Berlin tampak kebingungan
"Dia pengganti Ibumu, namanya Ayolla. Kamu bisa memanggilnya Ibu, Mama atau tante." Ucap Henry
Tapi kenapa wajahnya mirip sekali dengan Ibu? (Dalam hati Berlin sangat penasaran)
Paman akan ajak kamu ke cermin
"Liat baik-baik, diri kamu sekarang." Henry menggandeng Berlin
"Iya paman, ini bukan Berlin" Ucap Berlin dengan bingung
Berlin tampak gelisah dan merasa aneh
"Tapi kamu sangat cantik sekarang, orang tidak akan mengenalimu" Ucap Henry
Paman Henry tersenyum misterius, tapi kenapa hatiku percaya dengan Paman.
"Berlin siapkan diri kamu, besok kita pulang ke negara kita. Paman juga sudah menemukan rumah yang cocok untuk kamu." Henry melanjutkan perkataannya
"Baik Paman, Berlin mau pulang" Ucap Berlin
Setelah pagi itu di Inggris, ternyata ketika aku bangun sudah berada di tempat lain dan dengan wajah yang berbeda. Aku juga tidak mengerti, apa tujuan Paman Henry sebenarnya.
"Setelah kamu tiba disana kamu akan berkuliah, kamu pasti senang" Suara Henry begitu lembut
Henry mengelus rambut Berlin dengan tatapan aneh tapi kenapa Berlin merasa dekat
"Baik Paman Berlin mau" Ucap Berlin
Aku tidak tidak bisa memanggilnya Ibu, karena dia bukan Ibuku
"Apakah tante Ayolla juga akan ikut dengan kita?" Tanya Berlin
"Iya sayang, kamu memanggil dia tante?"
Henry bingung
"Dia bukan Ibuku"
Ucap Berlin dengan tegas
"Sudah.. tidak apa-apa" Ayolla menyella
Aku mulai mengemasi pakaian dan beberapa barang yang ada dan tidak ketinggalan kotak Ibuku. Sebuah kotak yang tidak tahu apa isinya. Karena aku lupa kata sandinya.
"Paman, besok kita berangkat jam berapa?" Tanya Berlin
"Kita berangkat pagi-pagi sayang"
Paman Henry sambil mengupas buah apel untukku
"Ini makan dulu buah kesukaan kamu"
Ucap Henry sambil menawarkan apel
"Iya paman, Apelnya sangat segar. Terima Kasih" Ucap Berlin
Sebenernya Paman Henry bukan orang asing bagiku, kita mengenal sudah sangat lama, dan Paman Henry juga memiliki seorang anak laki-laki yang usianya tidak jauh dariku. Tapi kita tidak pernah dekat.
🌻🌻🌻
Terima kasih sudah membaca cerita ini 🙏
//////////
Malam itu di kota asalku. Aku tiba di kota masa kecilku, masa remajaku, dan masa aku dimana bersenang-senang dengan temanku.
Waktu sudah pukul 7 malam.
Rumah yang cukup mewah dihapanku. Berlantai dua dengan halaman yang cukup luas. Lampu taman memancarkan cahaya redup. Terdengar suara gemerjik air dari kolam ikan.
"Berlin, ini rumah kamu sayang." Ucap Paman Henry
Paman menyuruh orang untuk mengambil komperku, di rumah itu nantinya aku tidak sendirian. Karena ada bapak tua berusia sekitar 55 tahun yang tadi sedang mengambil koper dan seorang bibi gemuk berusia sekitar 50 tahun membuka pintu.
"Paman, sepertinya disini nyaman. Ada juga yang menemani Berlin selain tante Ayolla." Ucap Berlin dengan senang
Begitu aku masuk, aku masih memandangi ruang tamu yang cukup luas, dengan sofa berwarna abu-abu dan interior rumah ini cukup modern. Dibanding rumah dulu dengan nuansa klasik.
"Iya, itu tadi Pak Tom, lalu bibi Sum, mereka suami istri, berkerja dengan paman sudah lama. jadi kamu tidak perlu khawatir." Kata Henry
"Iya paman, terus kamar Berlin dimana paman??" Tanya Berlin sambil melihat ke arah lantai dua
Aku masih duduk di ruang tamu dan hanya memandangi yang ada di ruangan itu.
"Kamar kamu diatas dilantai 2, yang dibawah itu ada kamar Ayolla, kamar Pak Tom dan Bibi Sum lalu satu kamar tamu. Dan diatas 2 kamar, kamar kamu yang sebelah kanan tangga masuk, dan satunya kamar Key."
"Key,,??" Tanya Berlin
"Ayo kita ke ruang makan dulu." Ajak Henry
Paman Henry mengajak aku ke ruang makan dan dimeja makan itu ada yang duduk dengan sudut yang menawan, rambut yang keren, tangan yang terampil memotong daging panggang.
"Key, kita sudah datang." Ucap Henry
"Silahkan Paman." Suara Key datar
Laki-laki berusia sekitar 26 tahun, dengan tinggi badan kurang lebih 178 meter, dengan mata tajam memancarkan aura teduh dan dia hanya duduk tak beranjak dari tempat duduknya.
Sebenarnya ini rumahku atau rumah dia. Seolah menunjukkan, bahwa dia yang berkuasa dirumah ini.
"Berlin, duduk sayang. Mari kita makan dulu." Ajak Henry
"Iya, Paman" Ucap Berlin yang masih menatap ke arah Key
Tangannya begitu terampil, cara dia memakan daging itu sangat berkelas. Apakah dia pemilik rumah sebenarnya. Ntahlah aku masih bingung.
"Berlin, kita sudah selesai makan. Di ruangan ini om akan memperkenalkan kamu satu persatu." Ucap Henry
"Tante Ayolla dia akan membantu keseharianmu, lalu ini Pak Tom dan Bibi Sum yang menjaga rumah dan merawat rumah ini. Kalau kamu butuh sesuatu bisa panggil Ayolla atau Bibi Sum. Kemudian dia Key, orang yang akan menjaga keamanan dan melindungi kamu." Henry berkata dengan bijaksana
"Key Kenandeff,
senang bertemu dengan anda,
Nona Berlin Arora" Ucap Key kepada Berlin
"Iya, salam kenal." Jawab Berlin
.
.
.
Seketika ada rasa yang aneh. Key juga misterius, benar-benar aneh. Tapi kenapa hatiku, seolah kita dekat. Dan merasa pernah bertemu sebelumnya.
"Belin, aku antar kamu ke kamar. Sepertinya kamu sudah lelah" Ajak Key
"Baik," Ucap Berlin
Aku mengikuti dia berjalan, tapi dia sangat dingin dari awal aku datang tidak tampak senyuman dari wajahnya. Berbeda dengan Pak Tom dan Bibi Sum ketika menyambut kedatanganku. Tapi dia hanya duduk dimeja makan dan tidak beranjak dari kursinya.
"Ini kamar kamu, itu ruang ganti kamu sudah aku isi beberapa kebutuhan kamu, kalau tidak cocok besok kita beli lagi, dan ini kamar mandi kamu." Ucap Key
"Iya aku tahu" Berlin sambil melihat sekeliling
"Ingat!! Jangan lupa untuk tidak mengunci kamar. Aku tidak ingin mendobrak pintu kamar kamu nantinya." Tegas Key dengan menatap tajam
"Ini kamarku, kenapa kamu yang mengatur??" ucap Berlin dengan bingung
"Karena aku menjagamu 1x24 jam dan ingat kamu harus ganti baju di ruang ganti. Itu kamu bisa liat sendiri. Ada mata yang melihat kamu." Tegas Key
"Kamu!!! Bagaimana aku tidur, aku tidak suka kalau diawasin." Ucap Berlin dengan penuh kesal
"Aku hanya memperingatkan kamu, mata itu saat ini mati. Tapi kalau kamu macem-macem aku aktifkan. Ingat tidak boleh dikunci pintunya. Aku takut terjadi sesuatu. Itu jendela jangan dibuka walaupun pagi siang, tidak baik untuk kamu. Ini semua dilakukan untuk kamu."
Tegas Key
"Memang aku kenapa??" Berlin bingung
"Sudah istirahat dulu,, aku mau keluar." Ucap Key
.
.
.
Key meninggalkan kamarku. Tapi kenapa aku jadi penurut. Apakah aku akan seperti waktu di Inggris. Yang terkurung di dalam rumah.
🌻🌻🌻
Terima kasih sudah membaca cerita ini 🙏
"Selamat pagi" Sapa Key
Suara Key membuat aku deg deg gan, karena aku belum terbiasa dengan semua ini.
"Owh.. kamu" Ucap Berlin
Kemudian aku bersandar ditempat tidurku.
"Sudah mandi?" tanya Key
Aku hanya menggelengkan kepalaku, semalaman aku tidak bisa tidur dengan nyenyak. Banyak kekhawatiran dari dalam diriku.
"Ayo... Buruan mandi terus sarapan. Hari ini kita harus ke kampus. Kamu ada kuliah pagi ini." Ucap Key dengan datar
"Kuliah??" Ucap Berlin tampak bingung
"Paman Henry tidak bercerita?!" Tanya Key
Key tampak bingung. Sebenarnya paman pernah bercerita tentang kuliahku. Tapi aku tidak menyangka secepat ini. Baru tadi malam datang dan masih bingung dengan situasi sekarang.
"Paman cerita soal kuliahku. Aku pikir aku baru datang. Aku masih capek. Kuliahnya besok saja" Ucap Berlin dengan polos
"Kamu harus kuliah. Kamu sudah ketinggalan beberapa materi. Nah dimeja itu semua materi sudah aku catat. Kamu sudah disini Kamu yang berangkat, aku temani kamu di kelas. Aku yang di kelas itu, dan aku paling tua sendiri. Ayo...buruan mandi!!!!" Key suara tegas
Key mengangkatku dari tempat tidur dan membawaku ke kamar mandi. Dan dengan terpaksa aku mandi.
"Nona Berlin Arora" Suara Key memanggil
Aku masih di ruang ganti, tapi Key sudah masuk ke kamarku dengan suaranya yang cukup keras
"Aku baru ganti baju. Tolongin tarikin resleting." Ucap Berlin
Gara-gara suaranya membuat aku kaget, resleting dress yang aku pakai malah nyangkut.
"Sudah!! Ayo buruan aku tunggu di ruang makan. Ingat 5 menit sudah harus turun ke bawah. Nanti bisa terlambat ke kampus." Ucapan Key tegas
Tanpa berkata aku menurut saja. Aku hanya menggunakan pelembab wajah dan memoles bibirku dengan lipgloss. Karena aku terbiasa waktu SMA. Aku tidak berfikir untuk berhias wajah. Yang penting aku tidak lupa menggunakan lotion dan parfum.
\\
"Selamat pagi tante Ayolla" Sapa Berlin
Di ruang makan hanya ada tante Ayolla, dia yang menyajikan sarapanku di meja makan.
"Selamat pagi Berlin, kamu cantik sekali." Ucap Ayolla seraya mengajak Berlin duduk
"Tante, sudah makan pagi?" Tanya Berlin
"Iya tante sudah sarapan tadi dengan Key." Ucap Ayolla
"Terus Key dimana?" Tanya Berlin
Aku sambil memakan sandwich, teringat waktu ada Ibuku. Dulu aku terkenal cerewet. Apalagi ketika di meja makan bersama ayah dan ibuku. Melihat tante Ayolla yang mirip Ibuku. Aku seakan merasakan seperti dulu.
"Key mengeluarkan mobil dari garasi. katanya takut kamu terlambat nanti." Ucap Ayolla
Tante Ayolla mengelus rambutku jadi merasakan tangan Ibu.
"Owh.. Memang kenapa kalau Berlin terlambat?" Tanya Berlin
Seolah aku sudah mulai nyaman, berbicara santai dengan tante Ayolla
"Jelas tidak boleh terlambat Nona Berlin Arora"
Ucap Key
Key yang tidak tau dari mana dia masuk. tahu-tahu sudah ada dibelakangku. Dia memegang kedua pundakku. Tapi lagi-lagi aku menurut. Tidak seperti di Inggris, selama disana aku selalu memberontak. Mungkin karena sudah di kota asalku, jadi aku tidak takut dengan mereka semua.
"Iya.. ya udah aku minum dulu." jawab Berlin
Selesai aku makan pagi. Aku berangkat ke kampus dengan Key. Dia menyetir cukup kencang, apalagi dengan mobil Porsche berwarna hitam, jadi terasa malaju cepat.
Kita tiba di kampus, Universitas Swasta yang cukup terkenal di kota ini. Key turun lebih dulu, lalu membuka pintu untuk aku turun.
"Silahkan Nona Berlin Arora." Ucap Key
"Ini kampus aku?." Tanya Berlin
"Selamat datang di Universitas Brecce" Kata Key
"Emmm... Kenapa aku kuliah disini?" Tanya Berlin
"Kenapa, nggak suka?" Ucap Key memandang Berlin
"Suka.. tapi..." Ucap Berlin dengan bingung
Aku selalu ingin berkuliah di jurusan desain fashion. Tapi jurusan komunikasi yang dipilih oleh Key untukku.
"Ayo masuk....nanti terlambat." Ajak Key
Key menarik tangan kananku. Dan aku lagi-lagi menurut. Kenapa aku jadi begini. Begitu aku masuk ke ruang kelas, semua yang ada di kelas itu menatap aku. Aku jadi gelisah, kenapa semua mata menatap aku dengan kaget. Apa ada yang salah dengan diriku.
"Sorry Mr. Roy.. kita terlambat." Sapa Key
Kemudian Dosen hanya menyuruh kita agar capat mencari tempat duduk, tanpa bertanya tentang aku. Dalam hatiku, iya ini di kampus, bukan waktu aku SMA, yang bila terlambat langung ditegur dan gurunya hafal nama murid yang terlambat.
"Duduk sini.. kamu fokus." Ucap Key
Aku hanya mengangguk apa yang dikatakan oleh Key. Dan Key duduk di sebelah kananku. Jadwal pagi ini adalah media dan kajian budaya. Ternyata Key juga memperhatikan dosen saat memberikan materi. Cukup menarik pagiku ini, tidak seperti waktu aku di Inggris.
🌻🌻🌻
Terima kasih sudah membaca cerita ini 🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!