Dengan langkah lebar kaki panjang dan senyuman mengembang dibibir. Samsul sangat percaya diri bahwa ia akan diterima.
Karena ia akan melamar kekasih tercinta nya. Mereka sudah setahun berpacaran, dan hari ini Samsul memberanikan diri untuk melamar kekasihnya.
"Mau kemana Sul, rapi amat?" tanya wanita paruh baya.
"Hehehe, mau melamar Suri, Bu. Kami ingin menikah," jawab Samsul percaya diri.
"Oh ... selamat ya, semoga diterima," ucap wanita itu.
"Terima kasih Bu, mari," ujar Samsul.
Samsul pemuda sopan di desanya, hidup sebatang kara karena kedua orang tuanya meninggal karena sakit.
Sakit langka yang tidak bisa di obati dengan medis. Namun dukun mengatakan jika penyakit itu adalah kutukan.
Akhirnya kedua orang tuanya pun meninggal secara bersamaan. Samsul sempat terpuruk ketika itu.
Namun kehadiran Suri yang selalu ada untuknya mendorongnya untuk bangkit kembali.
Hingga keduanya saling jatuh cinta, namun kedua orang tua Suri tidak menyukai Samsul karena miskin.
Samsul mengucapkan salam saat tiba didepan rumah Suri. Suri membuka pintu dan tersenyum manis saat melihat pujaan hati datang.
"Masuk Bang," ucap Suri.
"Terima kasih Dek," jawab Samsul sumringah.
"Mau apa kamu kemari?" tanya Sarkan.
"Pak, aku datang ingin melamar putri Bapak, Suriani," jawab Samsul langsung ke intinya.
"Punya apa kamu ingin melamar putriku? Kaya juga tidak, sok-sokan mau melamar. Jika kamu tidak kaya, sampai kapanpun aku tidak akan terima."
Samsul tertunduk, setetes air matanya jatuh. Tangannya terkepal dengan hinaan dari Sarkan.
Samsul pun diusir dari rumah itu oleh Sarkan. Bahkan ia di dorong hingga keluar rumah. Suri hanya bisa menyaksikan sambil menangis.
"Aku tidak sudi punya menantu miskin sepertimu." Sarkan menuding jari kearah Samsul yang masih berdiri mematung didepan rumah.
Dengan langkah lesu, Samsul berbalik kembali ke rumah nya yang sangat sederhana.
Pekerjaan sehari-hari Samsul hanyalah sebagai kuli di desanya. Apapun akan ia kerjakan selama itu bisa menghasilkan uang.
Seperti angkat barang dan sebagainya. Sementara gadis yang ingin ia lamar adalah orang terkaya di desanya. Dan Sarkan hanya ingin menantu kaya.
Agar hidup mereka semakin terjamin, dan tidak akan malu karena punya menantu kaya.
Samsul tiba di rumah, ia duduk disisi tempat tidur usang yang terbuat dari bambu. Dan dialasi kasur tipis yang juga sudah usang.
Samsul berbaring dengan tangan di kening. Ia memikirkan bagaimana caranya bisa menjadi orang kaya?
Dalam keadaan kalut, Samsul tidak juga menemukan solusinya. "Apa aku harus pergi dari desa ini?" gumamnya.
Samsul pun menjadi dilema saat ini, yang pastinya dia tidak ingin meninggalkan kekasih nya itu. Namun ia juga harus berjuang agar bisa setara atau lebih kaya agar bisa diterima.
Samsul sangat bingung ketika ini, hingga tidak sadar matanya mulai meredup dan tertidur.
"Hahaha ... hahaha. Kau ingin kaya, datanglah kepadaku!"
"Siapa kamu?" tanya Samsul. Karena ia tidak melihat sosok dari suara itu.
"Datanglah padaku ... datanglah padaku, maka kau akan menjadi cepat kaya. Hahaha ... hahaha." Tawa itu pun semakin menggema.
"Siapa kau? Bagaimana caranya aku bisa menjadi kaya?" tanya Samsul dengan berteriak.
"Temui Mbah Sukmo, dia yang akan membantumu," jawab suara itu. Kemudian menghilang.
"Hah ... hah ... hah, ternyata mimpi," gumam Samsul. "Mbah Sukmo, siapa?" batinnya.
Samsul terus merenung, ia tidak tidak tahu arti dari mimpi tersebut. Namun tidak ada salahnya untuk mencoba. Begitulah pemikiran Samsul.
Dia tidak peduli, yang penting dia bisa menjadi orang kaya. Dengan cara apapun itu. Samsul tidak menyadari, jika itu adalah jebakan setan untuk menjeratnya. Samsul bangun dari tidurnya.
Dilihatnya di luar ternyata sudah mulai gelap, karena hari mulai malam. Suara jangkrik pun terdengar sahut-sahutan disamping rumahnya itu.
Saat ingin makan pun, Samsul terus kepikiran tentang mimpi tersebut. "Mbah Sukmo, siapa?" gumamnya lagi.
Karena mimpi itu, Samsul pun mulai merasa tidak tenang. Setelah makan iapun kembali kekamarnya. Bahkan sholatnya pun ia tinggal.
Padahal sebelumnya ia sangat rajin sholat. Namun tipu daya setan ternyata sangat ampuh.
Keesokan harinya, Samsul kembali menemui orang tua Suri. Dengan harapan ia bisa diterima dan orang tua Suri akan berubah pikiran.
Namun yang ia dapatkan hanyalah hinaan dan perlakuan yang sama dari kedua orang tua kekasihnya itu.
Suri hanya bisa menangis tanpa bisa berbuat apa-apa. Karena ia juga tidak berdaya melawan kehendak kedua orang tuanya.
Samsul pun kembali ke rumahnya, dengan perasaan lesu. Bahkan saat orang-orang bertanya pun tidak digubris nya.
"Kenapa tuh anak? Biasanya sangat ramah dan sopan," tanya salah satu warga.
"Mungkin ditolak, karena kemarin ia ingin melamar anaknya Pak Sarkan," jawab wanita itu yang kemarin bertemu Samsul.
"Kasihan ya, padahal dia anak baik," ucap yang lain.
"Ya begitulah, jika tidak kaya maka jangan coba-coba untuk melamar anak gadisnya," kata wanita itu.
Mereka jadi bergosip sesama sendiri. Ya sudah biasa seperti itu jika sudah kumpul-kumpul. Pasti ada saja yang mereka bicarakan.
Samsul masuk ke dalam rumah dengan tidak bersemangat. Sebenarnya bukan baru kali ini dia dihina.
Namun karena cintanya terbalas, jadi Samsul nekat untuk melamar. Karena menurutnya, cinta bisa membuat mereka bahagia.
Harta? Soal itu bisa dicari bersama-sama, begitulah pemikiran Samsul yang ingin melamar gadis di desanya itu.
Samsul duduk dikursi yang juga terbuat dari bambu, ia menyandarkan tubuhnya disandaran kursi. Samsul menengadah keatas atap rumah.
Tiba-tiba, matanya mulai meredup dan mulai mengantuk yang tidak bisa ditahan lagi. Samsul pun akhirnya tertidur.
Mimpi yang sama, dan suara tawa yang menggema pun sama dengan mimpi sebelumnya.
Bedanya kali ini, Samsul seperti dituntun kesuatu tempat. Tempat yang terasa asing bagi Samsul.
"Dimana ini? Aku tidak mengenal tempat ini," gumamnya.
Samsul terus berjalan, hingga ia menemukan sebuah rumah yang terletak dipinggir hutan. Samsul mengamati sekitar rumah tersebut.
"Tempat apa ini?" gumamnya.
Saat ingin masuk, tiba-tiba rumah itu menghilang. Samsul pun terbangun, dan merenung kembali maksud dari mimpi itu.
"Rumah siapa ya?" gumam Samsul.
Samsul menoleh kearah luar, ternyata hari mulai gelap. Mimpi yang sama, di jam yang sama.
"Aku yakin ini bukan kebetulan, setiap menjelang Maghrib aku selalu bermimpi seperti itu," gumam Samsul.
Samsul hendak sholat, namun seperti ada yang menghalangi niatnya. Berkali-kali ia salah dan tidak konsentrasi.
Akhirnya Samsul tidak jadi untuk sholat. Lagi-lagi Samsul melalaikan kewajiban nya karena merasa ada yang menghalanginya untuk sholat.
Setelah selesai makan, Samsul berjalan keluar rumah. Samsul melihat sekelebat bayangan hitam melintas.
Samsul mengikuti bayangan itu, samar-samar bayangan hitam itu seperti menuntunnya ke suatu tempat.
...
Hai para readers semuanya, aku mencoba menulis cerita ber-genre horor. Hanya ingin coba-coba, untuk mengalihkan sedikit perhatian dari kisah cinta romantis. Hehehe.
Kalau berkenan mampir ya, dan novel ini akan aku ikutkan pada lomba YAAW season 2.
Mohon dukungan kalian semua. Aku ikut lomba, kalah menang urusan belakangan, setidaknya sudah mencoba.
Lomba ini saingannya berat, karena banyak author yang sudah profesional, lebih tepatnya senior. Juga ikut lomba ini.
Baca yuk jika berkenan, jika suka lanjut, jika tidak suka boleh di skip. Terima kasih.
Samsul memang pemberani jika menyangkut soal hantu dan sejenisnya. Karena merasa penasaran, iapun mengikuti bayangan hitam itu.
Tiba-tiba saja bayangan hitam itu menghilang, dan muncul kabut tebal menyelimuti tubuh Samsul.
Samsul seketika membeku dan tidak bisa bergerak sama sekali. Seolah ia sedang dililit tali di seluruh tubuhnya.
Samsul mencoba memberontak, namun sia-sia. "Aaaah ... kenapa ini? Apa yang terjadi padaku?" tanyanya.
Kabut tebal perlahan-lahan mulai menipis lalu menghilang. Samsul pun terjatuh ke tanah karena tubuhnya terasa lemas.
Suasana malam yang gelap membuatnya tidak bisa melihat apa-apa. Samsul berusaha untuk bangun, namun tidak bisa.
"Apa yang terjadi padaku?" ucap Samsul. Ia ingin membaca ayat-ayat suci, namun lidahnya terasa kelu.
Mata Samsul pun mulai terasa berat, dan mengantuk yang luar biasa. Hingga iapun tertidur ditempat ini, tempat yang tidak ia ketahui.
Samsul tidak tahu pasti berapa lama ia tertidur? Yang pasti saat ia terbangun, ia sudah mendapati matahari sudah bersinar cerah.
Samsul menelisik kesegala arah dan mendapati dirinya di sebuah hutan. "Dimana ini? Tempat ini terasa tidak asing?"
Ya, Samsul merasa tidak asing dengan tempat ini, tempat yang seperti didalam mimpinya beberapa waktu lalu.
Samsul bangkit, tubuhnya sudah tidak kaku lagi. Tidak seperti semalam sebelum ia tertidur.
"Aneh, badanku tidak sakit lagi dan bisa digerakkan," ucapnya.
Samsul berjalan menuju pulang, namun anehnya ia tidak menemukan jalan untuk pulang ke desanya.
"Mengapa aku ke tempat ini lagi?"
Samsul pun kembali berjalan, namun anehnya, beberapa kali pun ia mencoba tetap kembali ke tempatnya semula.
"Ada apa ini? Mengapa aku kembali lagi kesini? Dan tempat apa ini?"
Pertanyaan demi pertanyaan ia lontarkan, namun tidak menemukan jawaban. Ya bagaimana mau di jawab, ia bicara sendiri.
Karena lelah, Samsul pun duduk di tempat itu. Perutnya sudah terasa lapar dan juga haus. Samsul mengedarkan pandangannya, namun tidak menemukan sumber air di sekitar situ.
Saat ia mulai putus asa, iapun tidak tidak bisa apa-apa. "Andai saja disini ada makanan enak dan minuman," gumamnya sambil mengusap perutnya.
Tiba-tiba muncul makanan dan minuman didepan matanya. Tanpa berpikir panjang darimana datangnya makanan tersebut, Samsul langsung melahapnya.
Seharian tidak makan, membuatnya menjadi sangat kelaparan. Samsul makan dan minum hingga lapar dan hausnya hilang.
"Aku harus pulang, ya harus pulang," ucapnya.
Samsul kembali berjalan, hari mulai senja ketika ini. Dan sebentar lagi akan gelap. Samsul melangkah meninggalkan tempat itu.
Merasa sudah jauh berjalan, dan hari juga sudah gelap. Samsul menemukan rumah yang hanya di terangi dengan pelita.
Samsul tersenyum, ia merasa bersyukur karena menemukan rumah. Meskipun ia tidak tahu itu rumah siapa?
Yang penting ia bisa berteduh malam ini. Perlahan-lahan Samsul mendekati rumah tersebut, tiba-tiba petir menyambar dan disertai hujan yang tiba-tiba turun.
Samsul berlari ke rumah tersebut dan berdiri diteras nya. Hujan semakin deras, dan petir saling menyambar menerangi tempat itu seketika.
Samsul mendekap tubuhnya sendiri. Karena cuaca sangat dingin membuat dirinya menggigil.
Krieeet ... pintu terbuka, dan nampak lah seorang pria tua berjanggut. Samsul menoleh dan terkejut.
"Anak muda, masuklah, diluar dingin," ucap pria itu.
"Terima kasih Mbah," ujar Samsul, kemudian iapun masuk.
Pria itu memberikan pakaian miliknya, dan meminta Samsul untuk berganti pakaian. Sekali lagi Samsul mengucapkan terima kasih.
"Mbah, ini desa apa? Soalnya aku tersesat dan tidak bisa pulang," tanya Samsul.
"Ini desa mati. Siapapun yang datang ke desa ini tidak akan selamat," jawab pria itu.
Deg ...
Samsul bergidik ngeri mendengarnya. Namun ia mencoba berpikiran positif, karena menurutnya kematian adalah rahasia Tuhan.
"Kamu Samsul, kan? Aku tahu kamu selalu di hina karena miskin," tanya pria itu.
Deg ...
Samsul dibuat tercengang, karena pria itu mengetahui namanya. Samsul menatap dalam wajah keriput pria itu.
"Siapa Mbah sebenarnya? Mengapa Mbah bisa tahu namaku?" tanya Samsul.
"Namaku Sukmo, biasa dipanggil Mbah Sukmo. Hanya orang-orang terpilih yang bisa datang menemui ku," jawab Mbah Sukmo.
Lagi-lagi Samsul terkejut. Karena nama pria itu sama dengan nama yang didalam mimpinya.
"Apa ini kebetulan?" batin Samsul.
"Ini tidak kebetulan, Nak. Kamu orang terpilih," ucap Mbah Sukmo.
"Ba--bagaimana Mbah tahu apa yang aku pikirkan?" tanya Samsul.
"Aku tahu isi hatimu, kau ingin menjadi kaya, kan?"
Deg ...
Sudah beberapa kali Samsul dibuat shock oleh pria didepannya ini. Namun Samsul masih berpikiran positif dengan pria didepannya ini.
"Aku bisa membantumu, memberimu kekayaan yang seperti kau inginkan," ucap Mbah Sukmo.
"Bagaimana caranya Mbah? Aku benar-benar ingin menjadi orang kaya," ujar Samsul.
"Kamu yakin dengan keputusanmu?" tanya Mbah Sukmo.
"Yakin Mbah," jawab Samsul.
"Tapi ada syaratnya, dan syaratnya adalah, kamu harus mencari gadis perawan untuk kamu nikahi. Dan saat di malam pertama, kamu harus mempersembahkan gadis itu kepada Jagira. Apa kamu sanggup?"
"Sanggup Mbah!"
Samsul sudah bertekad untuk menjadi orang kaya, tidak peduli dengan cara apapun. Yang penting keinginannya terwujud.
Dan Samsul pun menyetujui persyaratannya. bahwa dalam satu tahun, ia harus mempersembahkan tujuh gadis untuk dinikahi, kemudian akan di persembahkan kepada Jagira sebagai tumbal.
Setahun adalah waktu yang cukup untuk Samsul mencari istri dan dijadikan tumbal demi kekayaan.
"Selain kaya, kamu juga akan mendapatkan ilmu pengasih agar kamu mudah mencari korban. Dan ingat, tujuh orang gadis dalam setahun. Jika bukan gadis, maka tidak akan berlaku," kata Mbah Sukmo.
"Baik Mbah, akan aku laksanakan," ucap Samsul.
Kemudian Mbah Sukmo meniup wajah Samsul, hingga dia pun tertidur. Samar-samar Samsul melihat, jika Mbah Sukmo berubah menjadi makhluk yang mengerikan.
Namun Samsul tidak akan mengingat itu semua, dan menganggap jika semuanya hanya mimpi.
Samsul terbangun, karena hari sudah pagi. Ternyata ia sudah berada di rumahnya, sedang tidur di teras rumah.
Samsul sempat bingung, namun ia melihat banyak tumpukan uang didekatnya. Samsul pun segera mengambil tumpukan uang tersebut.
"Ingat, kamu harus mempersembahkan gadis perawan untukku," ucap suara yang pasti hanya di dengar oleh Samsul saja.
Samsul masuk kedalam rumah, kemudian ia mandi dan berkemas. Ia akan pergi ke kota untuk mencari tumbal nya.
Setelah merasa rapi, Samsul pun pergi menemui Suriani untuk berpamitan. Nanti bila urusannya sudah selesai, dan menjadi orang kaya, maka ia akan datang untuk melamar Suri.
"Abang yakin ingin ke kota?" tanya Suriani.
"Yakin Dek, aku sudah putuskan untuk mencari pekerjaan, bila nanti aku sudah sukses, aku akan kembali untuk melamarmu."
Suri pun mengangguk, namun airmata nya jatuh di pipi nya. Samsul pun segera menghapus airmata Suri.
"Aku pergi dulu," ucapnya.
Suri mengangguk dan melambaikan tangannya. Setelah Samsul tidak terlihat lagi, Suri pun menangis sejadi-jadinya.
Samsul pun melakukan perjalanan tanpa tahu tujuan. Yang penting ia harus keluar dari desa ini.
Dengan Menaiki kendaraan umum, Samsul mulai berangkat. Sepanjang perjalanan, Samsul hanya terdiam.
Tiba di sebuah desa lain, bis yang ditumpangi Samsul pun berhenti, para penumpang ada yang naik dan ada yang turun.
"Boleh geser sedikit, Bang?" Samsul yang sedang memejamkan matanya segera membukanya saat mendengar suara lembut seorang gadis.
"Oh iya, silahkan," jawab Samsul tersenyum manis.
Sialnya, senyuman itu seperti menghipnotis gadis tersebut. Sehingga ia jatuh hati pada Samsul.
Keduanya pun mulai ngobrol dan saling berkenalan, Samsul menyebutkan namanya, begitu juga sebaliknya.
"Aku Susi Bang," jawabnya memperkenalkan namanya.
"Kamu begitu cantik," puji Samsul.
Setiap kata-kata yang diucapkan oleh Samsul, terdengar begitu manis ditelinga Susi.
Dan juga, dimata Susi, Samsul terlihat begitu tampan dan sempurna. Seperti tidak ada cacat sama sekali.
Samsul seolah mempunyai daya tarik tersendiri, yang mampu meluluhkan hati para gadis.
"Maukah kamu menikah denganku, Dek?" tanya Samsul.
Susi tanpa ragu pun mengangguk. "Iya, aku mau."
Tanpa sadar Susi sudah terkena pengaruh ilmu pengasih yang ada dalam diri Samsul. Samsul sendiri juga tidak mengetahui hal itu.
Yang ia inginkan hanya mencari tumbal untuk membuatnya semakin kaya nantinya.
Susi melupakan tujuan awalnya yang ingin belajar ke kota. Ia lebih memilih untuk menikah dengan Samsul. Seorang pria yang baru saja dikenalnya.
Keduanya pun tiba di kota, Samsul langsung mencari tempat tinggal, yaitu rumah sewaan. Kebetulan rumah tersebut sedikit jauh dari rumah yang lain. Samsul pun menyetujuinya.
"Kita akan tinggal di sini, dan besok kita akan menikah," kata Samsul.
Susi begitu senang, tanpa ragu ia memeluk Samsul. Di desanya, Susi paling anti laki-laki. Jangankan berpelukan, bersentuhan saja ia tidak mau.
"Kamu sangat cantik," puji Samsul lagi. Kata-kata itu semakin membuat Susi meleleh.
Ia tertunduk tersipu malu, Samsul pun tersenyum melihatnya.
Samsul menemui pemilik rumah itu kembali dan bertanya, "Pak, kalau ingin beli keperluan dapur dan sebagainya dimana ya?"
"Oh, kamu jalan kearah barat, di sana ada minimarket. Jika tidak ingin jalan kaki, kamu bisa naik ojek atau taksi. Disini ada yang bisa mengantar," jawab pria itu.
"Terima kasih Pak," ucap Samsul.
Samsul pun kembali ke rumah yang di sewanya. Dilihatnya Susi sedang beristirahat di kamar.
Samsul berlalu karena tidak ingin mengganggunya. Kemudian Samsul kembali keluar, ia ingin meminta bantuan para warga disekitar situ.
"Jadi kalian ingin menikah secepatnya?" tanya salah satu pemuka agama di tempat itu.
"Benar Pak, lebih cepat lebih baik," jawab Samsul.
Merekapun sependapat, karena jika tinggal satu atap tanpa ikatan, akan berdampak buruk bagi lingkungan. Begitu menurut mereka.
Keesokan harinya Samsul dan Susi pun resmi menikah. Dengan disaksikan oleh warga, keduanya sudah menjadi suami istri yang sah.
"Kalian sudah menjadi pasangan suami istri, jadi tidak perlu takut lagi akan fitnah walau tinggal serumah," ucap pemuka agama.
Samsul dan Susi pun tersenyum lalu mengangguk. Dimata mereka, Samsul adalah orang baik.
Karena Samsul memang tidak pernah menonjolkan sisi jahatnya. Dari dulu hingga sekarang.
"Terima kasih Pak dan semua warga disini, karena sudah menerima kami dengan baik," ucap Samsul membungkuk sedikit.
Kemudian Samsul memberikan amplop merah kepada mereka satu persatu. Para warga semakin senang.
Mereka tidak peduli uang itu darimana? Yang penting mereka diberi uang, itu sudah sangat membuat mereka senang.
Setelah acara makan-makan selesai, para warga pun kembali ke rumah masing-masing. Mereka ada yang sampai mencium amplop tersebut saking senangnya.
Saat dibuka, dua lembar uang merah muda di setiap amplop mereka masing-masing. Dan uang itu cukup untuk keperluan mereka dua hari. Bagi yang berhemat.
"Nanti malam siap-siap ya," pinta Samsul. Susi mengangguk, ia mengira jika Samsul akan meminta haknya.
Susi juga melupakan orang tuanya di desa, karena dia hanya berfokus pada Samsul saja.
Susi pun istirahat sore ini, karena ia akan memberikan haknya kepada sang suami. Dia benar-benar sudah tergoda dengan Samsul yang sekarang sudah menjadi suaminya.
Setiap kali melihat Samsul, rasa ketertarikan nya semakin mendalam. Pesona Samsul sungguh luar biasa baginya.
Susi tidak sadar jika itu adalah pengaruh ilmu pengasih yang ada pada diri Samsul untuk menggaet korbannya.
Malam hari ...
Setelah selesai makan malam, keduanya duduk berdua seperti orang pacaran pada umumnya.
Samsul selalu tersenyum dan itu membuat Susi semakin tidak berdaya dengan pesona Samsul.
"Masuk yuk!" ajak Samsul.
Samsul menggendong Susi membawanya masuk kedalam kamar. Susi diperlakukan seperti itu merasa sangat bahagia.
Perlahan Samsul membaringkan tubuh Susi ditempat tidur. Susi pun pasrah diperlakukan seperti itu.
Jam 12 malam, angin berhembus kencang, menerpa rumah mereka, sehingga jendela kamar pun terbuka.
Asap hitam pekat pun memenuhi kamar tersebut. Susi pun membuka matanya, anehnya, tubuhnya seperti ada yang mengendalikan.
Perlahan-lahan asap tersebut membentuk seperti makhluk hitam tinggi besar. Susi ingin berteriak, namun lidahnya kelu.
"Aaaaaaaa ... jangan ... jangan!" Namun itu hanya bisa diteriakkan dalam hati oleh Susi.
"Hahaha ... hahaha ... hahaha." Tawa itu menggema di kamar itu.
"Kau sudah menjadi persembahan buatku, aku adalah Jagira. Hahaha ... hahaha."
"Tidak! Tidak, jangan. Kamu setan, kamu setan!" teriak Susi. Anehnya suara itu hanya bisa ia katakan dalam hati.
Karena tubuh dan mulutnya terasa kaku, jangankan untuk bergerak, untuk berteriak saja Susi tidak sanggup.
Lalu makhluk itu perlahan-lahan merubah wujudnya seperti Samsul. Tampan dan gagah, lebih gagah dari Samsul yang asli.
Samsul? Samsul tidak tahu ia berada dimana? Yang ia tau, ia sedang berada disebuah ruangan gelap, yang hanya diterangi beberapa buah lilin.
Didepan nya terbaring sosok Susi yang terlihat transparan, karena yang ada didepan Samsul saat ini adalah roh Susi yang sudah diambil oleh Jagira, atau yang lebih di kenal Mbah Sukmo.
Samsul seperti melakukan semedi didepan roh Susi yang sudah terbaring di ranjang ruangan itu.
Samsul juga melakukan seperti ritual sesembahan pada Mbah Sukmo yang ada didepan roh Susi.
Sementara di tempat tubuh Susi yang asli. Jagira pun melakukan layaknya hubungan suami istri pada tubuh Susi yang asli.
Susi hanya bisa pasrah, karena didepan ini adalah wujud suaminya. Setelah semuanya selesai, Jagira tersenyum puas.
Di tempat Samsul, roh Susi pun menghilang dari tempatnya. Dan Samsul pun tak sadarkan diri.
Saat Samsul terbangun, ia sudah berada didalam kamarnya. Dan disampingnya banyak tumpukan uang kertas.
Samsul pun segera mengumpulkan uang tersebut dan menyimpannya dengan baik.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!