NovelToon NovelToon

At First Sight

Episode 1

Yuna POV

Seminggu yang lalu saat

aku memasuki gedung megah ini,

tempat yang seakan menjadi dunia

lain bagiku, dimana aku merasa asing

didalamnya. Aku menyadari satu

tekad kuat dalam hatiku jika semua

harus berjalan dengan baik. Aku akan

bisa bertahan dan mencapainya.

Mencapai tujuanku untuk membuat

putra konglomerat berhati binatang

pemilik gedung megah dimana saat ini

aku berada didalamnya merasakan

kehancuran seperti apa yang telah

dilakukannya pada Yuri kakak ku.

Tapi apa yang kemudian bisa

kulakukan..

Jika setelah aku berada disini yang

kulakukan hanyalah berdiri dimeja

resepsionis dan harus selalu

tersenyum bodoh tiap kali seseorang

membutuhkan bantuan dariku, ataupun

menjawab telpon-telpon para

pembawa uang yang bisa kupastikan

mereka akan semakin

menggelembungkan kekayaan

keluarga ini.

Aku bukan justru menghancurkan tapi

sebaliknya, Kurasa aku semakin

memakmurkan kehidupan mereka..

Bukankah itu terdengar menyebalkan..

Percayalah aku memang sedang

dalam keadaan tak baik saat ini.

Bagaimana tidak, aku bahkan telah

satu minggu disini.

Bekerja disini, dan

melakukan hal-hal menyebalkan tadi,

tapi Aku masih belum sekalipun

melihat seperti apa bajingan itu. Putra

pemilik gedung ini. Pria yang

kuketahui dari Mas Doni jika

jabatannya sekarang adalah

menggantikan posisi sang ayah dalam

memimpin kerajaan bisnisnya.

Aku yakin pria itu hanyalah seorang

pecundang.

Yang tanpa ayah nya bisa kupastikan

dia akan menjadi gelandangan

sekarang.

Oh Tuhan..

Apa yang terjadi denganku hari ini?

Mengapa aku menjadi begitu sinis

sekarang..

“Yuna.. Yuna..”

Seseorang menyenggol lenganku..

“Kau sedang menggerutu?”

“apa?”

Husna..

Dia rekan kerjaku, justru mencibir

saat mungkin aku tanpa sadar sedang

menunjukkan wajah kebingunganku

padanya karna tak mengerti maksud

ucapannya.

“Kuperhatikan Kau berbicara tak jelas

tadi..”

“euh, hanya sedikit gerutuan kesal..”

“Oh, apakah yang telah membuatmu

kesal?”

Deringan telpon masuk mengalihkan

pertanyaan Husna padaku, saat

kemudian aku mengangkatnya.

“Ini aku..”

“Oh, Mas Doni..”

Aku memelankan suaraku setelah tahu

Jika mas Doni lah yang menelpon,

tak ingin membuat kecurigaan

diwajah Husna yang memang selalu

mengamatiku tiap kali aku berbicara

dengan seseorang.

“Dia akan datang hari ini.. Bersiaplah,

kurasa kau juga akan menjadi salah

satu yang berjejer dilobi dan memberi

hormat padanya”

“Oh.. Maksudnya apa mas?”

Aku berusaha tersenyum dan

mengangguk saat berbicara agar

Husna mengira jika aku sedang

melayani telpon dari salah satu

perusahaan.

“Azka.. Bajingan itu sudah

kembali dari perjalanan bisnisnya.

Dalam sepuluh menit kau akan

mendengar intruksi kedatangannya.

Maka siapkan dirimu..”

“Ya.. Aku akan melakukannya.

Terimakasih..”

Meski kemudian Mas Doni telah

menutup telponnya aku masih

berbicara sendiri. Benar-benar seperti

orang bodoh saat tak ada seorangpun

disebrang sana yang mendengar

ocehanku.

Sampai sekitar sepuluh menit

kemudian, tepat seperti apa yang

Mas Doni katakan padaku

Husna menarik-narik lengan

kemejaku dan memberikan isarat agar

aku menutup telponku.

“Kau bilang penasaran dengan Tuan

muda itu kan?”

“ya..”

aku sudah tahu apa yang akan

dikatakan Husna selanjutnya.

“bersiaplah.. Dia akan datang”

Husna menarik lenganku saat

kemudian Ia membawaku untuk

bergabung dengan yang lain, berjejer

disepanjang pintu masuk sampai

kedalam lobi.

Apa-apaan ini?

Inikah bentuk penyambutan untuk pria

bajingan itu..

Benar-benar tak wajar, berlebihan Dan

sangat tidak pantas.

Pria seperti itu tak patut mendapatkan

penghormatan seperti ini.

Oh..

Kurasa aku harus bisa menahan

kesinisanku sekarang.

“Husna... Apa yang sedang kita

lakukan?”

“ssttt.. Kau akan lihat jika cerita-

cerita dalam dongeng itu memang

benar adanya. Akan ada pangeran

yang datang..”

“Ck! Kurasa aku akan lebih tertarik dengan kuda yang ditungganginya”

Bisa kudengar Husna yang terkikik

sedikit menahan tawanya..

“Tapi dia tidak akan menunggang

kuda nona. Yang bisa kupastikan dia

akan mengendarai mobil mewahnya

yang tak akan sanggup kita miliki

bahkan setelah kita menghabiskan

seumur hidup untuk bekerja..”

itu terdengar berlebihan..

Tapi memang benar. Sebuah mobil

yang berkilap berhenti disana dengan

beberapa pengawal yang kemudian

bergerak cepat membuka pintu disana

saat kemudian seorang pria bertubuh

proporsional itu keluar dari dalamnya.

Berjalan masuk dengan tubuhnya yang

tinggi, tegap dan mempesona.

Ralat..

Aku akan merekam kedalam otakku,

seperti apa seharusnya dia dalam

pandangan mataku.

Dia terlihat sombong, angkuh, arogan

dan sok kuasa. Dan yang paling

penting dia adalah

Brengsek..

Bajingan..

Pecundang bodoh yang akan ku

hancurkan.

“Apa yang sedang Kau perhatikan

nona?”

To be continued

Episode 2

Oh dear..

Aku seharusnya ikut menundukkan

wajahku.

Bukan justru menatapnya kasar dan

mencaci didalam hatiku..

Bagaimana ini..?

Yang kemudian kulakukan hanyalah

menundukkan wajahku, menghindari

tatapan matanya yang lurus mengarah

padaku.

Sial..

Dari banyaknya orang yang berada

disini mengapa dia harus melihatku?

Oh, jelas..

Mereka semua menunduk memberi

hormat. Sedangkan yang kulakukan

justru menatapnya dengan marah dan

cacian yang siap kukatakan padanya

andai aku tak memikirkan

kewarasanku saat ini.

Tuhan..

Kali ini Kau harus menolongku.

Aku tak ingin menerima resiko

dimarahi Mas Doni karna

kecerobohanku.

Tapi bahkan setelah menyembunyikan

wajahku, aku masih bisa merasakan

tatapan matanya yang menusuk

kedalam tulang-tulangku.

Apakah dia benar-benar masih

menatapku?

Sayangnya aku tak bisa memastikan

itu.

Benar-benar sial..

Harusnya aku tak melakukan hal

bodoh seperti ini.

“Dia karyawan baru.. Dia pasti belum

mengerti apa yang harus dia lakukan

ketika anda datang..”

Itu suara Mas Doni..

Sejak kapan dia berada disana?

Aku bahkan tak bisa memandangnya

gara-gara pria itu..

Menyebalkan..

“Pastikan dia bekerja dengan benar.Jika tidak, kau boleh memecatnya..”

Sialan..

Harusnya aku bisa meneriakkan

didepan wajahnya jika bukan karna

Kak Yuri, aku takkan sudi

menginjakkan kakiku disini.

“Saya akan melakukan apa yang anda

katakan.. Tapi sebaiknya anda tak

berlama-lama disini. Ada rapat yang

harus anda pimpin..”

Aku sedikit bisa bernapas lega ketika

Pria itu meneruskan langkahnya

dengan diikuti beberapa orang

dibelakangnya, termasuk Mas Doni

Dengan hal itu saja aku sudah bisa

memastikan betapa yang aku pikirkan

adalah benar.

Pria itu tak lebih dari seorang

pecundang bodoh.

Bagaimana bisa dia tak menyadari

jika Mas Doni, salah satu yang

terlihat patuh dibelakangnya,

mengikuti langkahnya, ternyata

sedang merencanakan sesuatu

dikepalanya untuk menghancurkan

dirinya.

Oh..

Tapi akan lebih baik jika pria itu

mempertahankan kebodohannya yang

akan mempermudah kerjaku dan juga

Mas Doni dengan rencana kami..

Mengangkat wajahku untuk melihat

Mas Doni, Aku akan mencatat

untuk berterimakasih pada nya yang

telah menghindarkanku dari masalah.

“Astaga Yuna.. Apa kau menatapnya tadi?”

Husna mulai bersuara. Aku tahu dia akan mengoceh setelahnya..

“hmm..”

“Kau gila.. Aku bahkan tak berani melakukannya. Aku harus cukup puas dengan memandangi punggungnya..”

Menggelikan..

Apa yang bisa dia kagumi hanya dari sebuah punggung?

Wajahnya bahkan tak cukup menarik dimataku..

“Jadi selama ini kau tak tahu seperti apa wajahnya?”

“tentu saja aku tahu.. Jika tidak aku takkan menyebutnya pangeran. Aku bisa mencuri pandang darinya. Tidak seperti apa yang kau lakukan tadi..”

Husna mulai menarik lenganku

kembali kemeja resepsionis, sebelum

seseorang memberikan teguran pada

kami..

“Kau benar-benar menunjukkan

ke-terpesona-an mu tadi..”

“Aku tidak sedang melakukannya..”

“Jangan mengelak.. Kau pasti wanita

normal yang juga tertarik dengan

ketampanan dan kemapanannya”

Aku mengangkat bahu.

Bisakah Husna mengganti topik

pembicaraannya.

Ini benar-benar memuakkan..

“Tapi sayangnya Tuan muda itu

takkan menggunakan matanya untuk

melirik kita.. Apalagi kau..”

“Aku? Mengapa dengan ku?”

“Kau masih cukup belia untuknya..”

“Kau tahu berapa usianya?”

“Tentu saja aku tahu.. Dia 28 tahun..”

Husna menggunakan kedua

tangannya untuk mempertegas

penyebutan angkanya padaku.

“Kau 18 tahun, itu berarti kalian

terpaut sepuluh tahun.. Cukup jauh

untuk bisa disatukan”

Aku mendengus kearahnya.

Memangnya siapa yang ingin

disatukan dengan pria bajingan itu?

Ya..

Aku memang masih belia jika

dikategorikan kedalam gadis-gadis

kaya yang manja.

Aku delapan belas tahun. Dan hanya

menyelesaikan sekolah menengahku.

Karna apa yang dilakukannya pada

Kak Yuri, aku harus mengubur

dalam-dalam mimpiku untuk masuk

universitas dan mencantumkan gelar

sarjana dibelakang namaku.

Kehidupanku cukup keras untuk

menyebut diriku belia diusia ku saat

ini..

“dan berapa usiamu?”

Aku mencoba bertanya untuk

menghindari tatapan Husna yang

mulai menyelidik kearahku..

“Oh, Aku? Aku sudah 20 tahun..”

“Kau juga cukup muda untuk

disandingkan dengannya. Dan 20

tahun.. Kau seharusnya

memberitahukannya padaku. Aku

sangat tidak sopan.. Seharusnya aku

memanggilmu kakak bukan?”

“Ya ampun.. Setidaknya aku dua tahun

diatasmu dan hanya terpaut delapan

tahun dengannya. Dan jangan

memanggilku kakak saat dikantor,

biarkan mereka menganggap kita

seumuran”

Aku terkikik..

Terkadang Husna memang cukup

lucu disaat-saat tertentu.

***

To be continued

episode 3

Hari ini berlalu dengan cukup baik.

Setelah menyelesaikan jam kerjaku

hari ini, Aku memutuskan untuk

mengunjungi kak Yuri. Dua hari tak

melihatnya dan aku sangat

merindukannya.

Namun ketika aku hampir mencapai

sebuah kamar yang ditempati kak Yuri, aku bisa melihat seseorang

berbalik keluar dari dalamnya.

Oh, pria itu?

Bukankah dia bajingan itu?

Ya Tuhan..

Apa yang dia lakukan disini?

Apa dia menyakiti kak Yuri lagi?

Tidak..

Aku takkan membiarkannya..

“Hei..Tunggu!”

Ketika aku kemudian melangkah

dengan cepat atau mungkin bisa

menyebutnya dengan berlari untuk

mencapai pria itu, aku menyentuh

pundaknya yang kemudian

membuatnya menoleh, Membalikkan

tubuhnya menatap dengan heran

padaku.

“ada apa nona?”

Oh dear..

Bukan dia orangnya.

Dia bukan pria bajingan itu.

Aku salah mengenali seseorang..

Sepertinya setelah ini aku harus

belajar dari Husna tentang

bagaimana caranya bisa mengenali

pria bajingan itu hanya dari

punggungnya.

Hanya untuk mengenali, bukan

mengagumi seperti apa yang

dilakukan Husna padanya.

Bagiku tak ada sesuatu hal pun yang

bisa dikagumi darinya..

“euh, maaf.. Aku mengira anda

seseorang yang kukenal..”

menggigit bibir bawahku, aku lantas

tersenyum canggung dan sedikit

membungkukkan badan sebagai

permintaan maaf.

“baiklah, tidak apa-apa..”

“emm, tapi apa yang anda lakukan? Itu

kamar kakak ku..”

“apa?”

Aku menunjuk pada kamar yang

Ditempati kak Yuri yang tadi kulihat

pria ini keluar dari dalamnya.

“Oh, saya hanya salah kamar..

Permisi nona, saya harus pergi..”

Aku mengerutkan dahi ketika pria itu

kemudian melangkah terburu dari

hadapanku dan merogoh ponsel dari

dalam saku celananya untuk

selanjutnya menempelkan pada

telinganya.

Astaga..

Kenapa aku justru memperhatikan

orang itu?

Aku seharusnya langsung menemui kak Yuri. Aku sangat merindukannya..

Bergerak menuju ke hadapan pintu

kamarnya, aku mengetuk sekali dan

kemudian masuk kedalamnya.

“Asslamualikum Kakak..”

Hatiku selalu teriris ketika

melihatnya.

Sapaan ku tak pernah dianggap.

Apa yang kukatakan dan kuceritakan

tak pernah sedikitpun direspon

olehnya.

Ini menyedihkan..

Ketika Kak Yuri seakan tak

mengenaliku sebagai adiknya.

Kak Yuri terguncang, depresi karna

patah hati.

Memuakkan bagiku, disaat hal itu

bahkan tak masuk akal untuk bisa

kuterima.

Kakak ku yang pintar seharusnya tak

akan jatuh terpuruk hanya karna

seorang pria.

Terlebih pria bajingan seperti Azka.

“kakak sudah makan?”

menutup pintu dibelakangku, aku

mendekat kesisi nya yang sedang

duduk dengan tatapan kosong,

dipinggiran ranjang tidurnya.

“Aku membawakan makanan

untukmu”

meletakkan bungkusan yang kubawa

keatas meja, Aku lantas berdiri

dihadapannya dan meraih tangannya.

Menggenggamnya erat, merasakan

betapa dinginnya tangan kakak ku..

“ingatkan aku untuk membawakan

sarung tangan untukmu.. Tanganmu

benar-benar dingin kak, biarkan Aku

menghangatkanmu..”

Yang kulakukan kemudian adalah

menggosok-gosokkan tanganku

ketangannya, berusaha untuk bisa

menghangatkannya.

Meski tak ada respon darinya, aku

tahu oenni tak keberatan dengan apa

yang kulakukan. Hingga kemudian aku

mengambil sisir dari dalam tas ku

untuk merapikan rambutnya..

“kak, hari ini akhirnya aku

melihatnya..Bajingan itu, akhirnya

aku tahu seperti apa wajahnya..”

Tiba-tiba saja kakak meraih

pergelangan tanganku..

“kakak..”

bibirnya bergetar seakan ingin

mengatakan sesuatu.

“Jangan mengkhawatirkanku.. Aku

tidak akan bertindak ceroboh,

mas Doni dan aku akan

membalas perbuatannya padamu

dengan lebih menyakitkan”

Kak Yuri semakin mencengkeram kuat

pergelangan tanganku.

“Aku akan baik-baik saja kak..”

“Tidak.. Jangan..Tidak..!”

“kak.. Ada mas Doni, dia akan

menjagaku”

“Tidak.. Tidak..!”

Kak Yuri melepaskan tangannku saat

kemudian dia menutup telinganya

dengan kedua tangan dan

menggelengkan kepalanya kuat-kuat.

Airmatanya kemudian mengalir

deras..

“Ada apa kak? Katakanlah padaku..

Kakak harus mengatakannya padaku,

agar aku tahu apa yang harus

kulakukan..”

Kuraih tubuhnya dan memeluknya

erat. Kurasakan tubuhnya bergetar

dalam pelukanku.

Ya Tuhan..

Apa yang saat ini sedang dirasakan kak Yuri pastilah tak jauh-jauh dari

rasa sakit. Rasa sakit yang disebabkan pria itu.

Brengsek..

Dia harus membayar untuk semua

kesakitan itu.

To be continued

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!