NovelToon NovelToon

Hidden Baby Triplets Mr. Shane

Bab 1

"Ayah! Tolong jangan, Ayah. Jangan jual aku. Ayaaaaah!"

Seberapa besar pun Nabella berteriak dan memohon, Ayahnya tetap pergi tanpa peduli pada masa depannya akan hancur di club malam itu.

Gadis berusia delapan belas tahun itu, masih berharap pada Cakra- sang Ayah untuk kembali membawa dirinya pergi dari ruangan wanita yang akrab di sapa Mami Sella, pemilik club malam yang suka melelang gadis gadis polos nan perawan sepertinya kepada pria hidung belang langganannya di club.

Namun, harapannya pupus setelah beberapa lama meronta-ronta di antara dua bodyguard Mami Sella yang mencekal nya, pintu ruang kerja itu tetap tertutup rapat setelah kepergian Ayah nya yang selama ini ia hormati dan banggakan.

Tak terduga, Ayah nya menjual dirinya demi uang. Miris sekali hidupnya. Sebagai seorang anak, Nabella tidak habis pikir, kenapa sang Ayah tega padanya? Hatinya terasa hancur berkeping-keping saat itu juga. Dan satu lagi pertanyaan Nabella dalam benaknya, apakah Mala- Ibunya itu ikut andil dari kemalangan nasibnya malam ini?

"Uang dari mana sebanyak itu, Yah?"

Ah, Nabella jadi mengingat sepotong pembicaraan Ibu dan Ayahnya tadi pagi yang membahas tentang uang. Pasti, Ibunya pun tau tentang dirinya yang dijual sebagai jalan pintas mendapatkan uang bukan?

Kecewa berat? Tentu saja.

"Lepaskan aku!" Nabella meronta ronta.

Alih-alih terlepas, Mami Sella justru dengan cepat mencengkram dagu nya.

"Ssstt ... jangan berisik, Cantik." Meskipun bisikan, tapi sangat mengerikan di telinga Nabella. Gadis berambut sebahu itu reflek memejamkan mata sesaat Mami Sella menghembuskan asap rokok ke wajahnya. Nabella juga sampai terbatuk-batuk.

"Aku tidak mau di sini! Aku mau pergi. Tolong, lepaskan aku. Hiks... hiks..." Saking kalutnya, Nabella sampai menangis di antara permohonan sedihnya. Berharap sekali, Mami Sella mau mengasihi nya sesama perempuan.

"Lepaskan? Oh, tidak bisa, Sayang. Kau kan lihat sendiri dengan sepasang mata indah mu, bahwa Ayah mu tadi sudah mengambil sisa pembayaran uang banyak dari ku. Dengan wajah cantikmu, Mami akan memiliki keuntungan luar biasa malam ini." Mami Sella berdecak kagum mendapat boneka hidup cantik seperti Nabella ini.

Bentuk wajah Nabella, bisa menjadi primadona nya di club. Tanpa merayu pun, mata lelaki pemburu kenikmatan pasti sudah tergoda sendiri dengan fisiknya yang terbilang cukup sempurna. Intinya, Mami Sella seperti mendapat rejeki nomplok.

"Aku __ Aww..." Nabella berujung mengadu sakit saat Mami Sella menekan kedua pipinya.

"Hari pertama, kau memang akan keberatan, Sayang. Tapi selanjutnya, kau akan menikmati dan bahkan bisa ketagihan. Percaya sama Mami. Uang dan kemewahan lainnya, bisa kau dapatkan begitu mudah hanya dengan buka paha lebar lebar untuk calon Tuan mu nanti!"

Nabella sangat jijik mendengar kata-kata ambigu Mami Sella. Dengan berani, Nabella meludahi wajah Mami Sella.

"Kurang ajar!" Hampir saja, sebuah tamparan mendarat keras di pipi Nabella. Namun, Mami Sella menahan tangan nya demi tidak mencederai wajah Nabella yang merupakan aset besar nya yang beberapa menit lagi akan ia lelang malam ini juga.

Sebagai ganti kekesalannya, Mami Sella menjambak rambut Nabella membuat gadis itu terpekik sakit dengan pipi terlihat dibanjiri air mata.

"Kalau kau masih ingin hidup, maka bersikap manis lah. Atau, wajah mu yang cantik ini akan saya buat tidak berguna lagi!" Ancam Mami Sella bersungguh-sungguh seraya memutar ujung pisau nya secara pelan pelan di pipi mulus Nabella.

Tentu saja, Nabella takut di lukai. Mungkin, menurut patuh untuk saat ini tidak ada salahnya. Kalau ada waktu kondusif, ia bisa bersiasat kabur.

"Ba-baik," jawab Nabella tergagap.

Mami tersenyum jumawa. "Bagus," kata nya. Lalu melirik kedua anak buahnya yang sedari tadi mencekal Nabella. "Bawa dia ke ruangan make up. Suruh si banci Beni me-makeover penampilannya."

Meskipun hatinya berat, Nabella terpaksa berjalan setengah di geret sampai memasuki bilik yang di sudutnya terdapat baju-baju seksi nan glamor tergantung dengan pemilik ruangan yang bergaya gemulai menyambut kedatangan nya.

"Uhlalaa, ada boneka cuantik."

Nabella menggerakkan kepalanya cepat saat banci bernama Beni itu hendak menyentuh wajahnya.

"Kalian berdua tunggu apa lagi? Mau Eike dandani juga?"

Dua bodyguard yang sedari tadi memegang Nabella langsung melepaskan tangan nya di lengan Nabella lalu pergi dari pada si banci membuat mereka menjadi bahan eksperimen.

"Hem ... kira kira, baju seperti apa yang cocok padamu?"

Nabella risih saat tubuhnya di tatap dari ujung kepala sampai ujung kaki oleh banci berotot kekar ini.

Saat Beni sibuk memilih milih baju di gantungan kostum itu, Nabella beringsut ke arah pintu, ingin kabur.

Belum juga berhasil meraih gagang pintu, Beni sudah melayangkan pisau dan berhasil tertancap ke daun pintu. Banci berbadan atletis itu bukan sembarangan benci pada umumnya membuat Nabella putus asa.

***

Nabella yang sudah didandani secantik dan seseksi mungkin, saat ini sedang digeret masuk ke tengah-tengah kerumununan pengunjung club oleh dua bodyguard Mami Sella.

Ditatap lapar sedimikian mungkin membuat seluruh tubuh Nabella bergetar takut. Gadis yang tidak berdaya itu hanya bisa menunduk sedalam mungkin dengan bulir-bulir keringat dingin menghiasi kening.

"Gadis cantik yang masih suci ini, kira-kira siapa yang akan beruntung memiliknya? Mami buka harga senilai 200 juta." Tanpa basa-basi, Mami Sella langsung memulai acara lelangnya yang memang sudah terjadwal jika malam minggu seperti saat ini.

"250 juta!"

"300!"

"400 juta!"

Mami Sella bersorak riang dalam hati mendengar para eksekutif wahid pemilik hormon testosteron liar di depannya, pada excited memperebutkan Nabella yang memang terlihat cantik menggoda. Sementara di sisi meja lain, saat ini ada seorang pria sedang mengambil foto Nabella secara diam-diam lalu mengirimnya ke seseorang. Sejurus kemudian, dia mengambil jarak dari acara pelelangan karena cukup berisik untuk menelepon.

"Bagaimana, Nona Zoya, dengan foto yang saya kirim?"

"Cantik sih. Masalahnya, dia benar-benar gadis yang masih suci tidak? Saya tidak mau jika dia sudah bekas lelaki banyak yang kemungkinan memiliki penyakit."

"Mami Sella tidak pernah membohongi pelanggannya, Nona."

"Baiklah. Dapatkan gadis itu demi kelancaran hidup saya. Berapa pun harganya."

"Baik, Nona. Saya akan masuk lagi sebelum terlambat."

Buru-buru pria itu bergabung ke acara pelelangan yang saat ini Mami Sella menghitung mundur harga Nabella di nominal 700 juta.

"Satu M!"

Mami Sella tercengang mendengar tawaran yang paling tinggi itu dari pria berkemeja abu abu dengan pipi memiliki bekas luka sayatan. Sangat mengerikan di mata Naballe.

"Satu M? Harga yang sangat fantastis, Tuan Hen. Andalah pemilik gadis ini."

Mami Sella mencekal lengan Nabella lalu menariknya ke arah Tuan tersebut yang pun langsung dicekal oleh pria itu.

"Ini cek senilai 600 juta, sisanya akan saya transfer."

"Saya percaya pada Anda, Tuan Hen. Selamat bersenang-senang." Dengan hati gembira, Mami Sella meraih kertas berharga tersebut.

Menit berikutnya, Nabella sudah di tarik keluar dari club.

Tepat di parkiran, Nabella yang ingin kabur, menunduk untuk menggigit keras tangan pria berwajah sangar itu.

"Bangsat!"

Bugh...

Alih-alih di lepas, tengkuk Nabella justru dipukul sampai tidak sadarkan diri.

Bab 2

"Tuan Shane, satu jam lagi ada jadwal pertemuan bersama Nona Zoya."

Mendengar jadwal berikutnya dari sang asisten, membuat seorang pria berwajah tampan yang saat ini duduk di kursi kebesarannya, berdecak malas. Menutup berkas di hadapannya lalu bersandar ke belakang dengan tangan melonggarkan dasi.

"Di mana?"

Ditatap dingin seperti itu membuat Liam James- sang asisten, menunduk ngeri seketika. Aura sang Tuan muda pertama dari keluarga besar Jeff ini bisa menggetarkan lawan hanya dengan tatapan saja.

"Luxuria, Tuan."

Kenapa harus di villa?

Shane Jeff sangat malas berbasa-basi dengan Zoya William. Meskipun tunangan nya sendiri, tapi hubungan mereka terlalu dingin karena memang bukan berdasarkan cinta melainkan perjodohan antara dua belah pihak keluarga.

Drrtt...

Tiba-tiba, handphone Shane bergetar. Di sana, ada nama Oma Emma yang tertera.

"Halo."

"Ini Omamu, Shane. Bisa tidak berbicara jangan dingin begitu?"

Sudah dari setelan pabriknya, harus bagaimana lagi? Shane memang terlalu kaku pada siapapun.

"Eum."

"Astaga. Sudahlah. Oma cuma mau sampaikan pesanan Zoya, kalau dia menunggu mu di Luxuria. Jangan lupa datang. Kau ini selalu sibuk bekerja."

Licik juga Zoya yang sengaja memperalat Omanya, wanita yang selalu dituruti dan di segani oleh Shane.

Padahal, Shane tidak ada niat untuk datang.

"Shane Jeff, dengar kata Oma mu?"

"Dengar."

Tut...

Shane melepas total dasinya setelah mematikan telepon secara sepihak.

"Saya akan menyuruh supir bersiap-siap, Tuan."

Tidak mendapat jawaban dari sang Boss, Liam segera cabut dari ruangan CEO itu.

***

"Sayang, akhirnya kau datang juga."

Shane langsung disambut oleh Zoya yang berpenampilan aneh menurut nya.

Padahal, Zoya sangat cantik nan seksi. Namun karena memakai topeng penutup mata itulah yang membuat Shane tidak tahan untuk tidak bertanya, "Kenapa kau memakai topeng? Apa ada pesta badut di sini?"

Bibir Zoya yang bergincu merah menggoda, tersenyum kecut seraya menggeleng. "Hanya pesta kecil-kecilan untuk kita berdua. Topeng ini hanya pemanis saja. Ayo, masuklah."

Zoya yang ingin meraih manja lengan Shane, terhenti ketika pria yang susah dijangkau hatinya itu melangkah lebih dahulu.

Rahang Zoya sempat mengeras kesal dengan perilaku dingin pria yang menjadi obsesi nya sejak masa kuliah itu. Tapi, ia masih terus bersabar demi tujuan kemenangan nya.

"Silakan duduk, Sayang. Ku harap, kau menyukainya."

Seharusnya begitu. Lampu utama sengaja Zoya matikan dengan gantinya adalah lilin lilin bertebaran di sekeliling penjuru ruangan yang disulap hanya ada meja dan dua kursi, suasana yang sangat romantis. Namun, menurut mimik datar Shane, itu hanya suasana konyol yang membosankan.

"Kau terlalu repot dan membuang buang waktu berharga ku hanya karena makan malam."

Malah di cibir. Dasar pria tak berperasaan. Sabar, Zoya.

"Aku melakukan ini karena aku mencintaimu. Ingat, kita adalah sepasang tunangan dari tujuh bulan yang lalu."

Zoya harap, Shane ingat umur pertunangan mereka. Mana tau Shane sadar dan berniat segera naik ke pelaminan lebih cepat.

"Lebih tepatnya, tunangan secara paksa. Ingat juga, kita cuma dijodohkan. Dan saya paling tidak bisa menerima apapun yang menurut saya dipaksakan."

Zoya menghela nafas. Ia tidak boleh terpancing emosi dan berujung cekcok dengan Shane agar rencananya malam ini tidak gagal.

"Maaf. Aku juga korban keluarga kita," cicit Zoya mendramatisir keadaan. "Sudahlah, ayo makan. Please, jam dua belas malam ini memasuki ulang tahun ku, jadi sekali saja berpesta sebentar dengan ku. Mau kan?"

Zoya memohon sembari menyodorkan sebuah gelas berisi wine khusus racikan spesial yang menjadi pintu awal rencananya.

"Ayolah, Shane. Setidaknya, kau mau menghargaiku sebagai teman masa kecil."

Dengan pergerakan malas, Shane meraih gelas tersebut. Meminumnya agar kelar perkara.

Diam-diam sesaat, Zoya menyeringai melihat nya. Masuk perangkap kau, Shane, batinnya jumawa.

"Oupps, tumpah. Baju ku sedikit basah, aku akan menggantinya sebentar."

Shane tidak terlalu mencerna perkataan Zoya karena tubuh nya merasa beraksi tidak normal dalam hitungan beberapa menit saja.

Sial, kenapa tubuhnya mendadak panas?

"Shiiit." Adiknya di bawah sana merasa butuh pelampiasan.

Shane butuh air untuk merendam tubuhnya. Meninggalkan meja, masuk ke kamar yang paling dekat dalam jangkauannya. Ia mencoba melawan gejolak panas dari sisi tubuhnya.

Double sial, mandi di bawah shower serta menenggelamkan tubuh polosnya ke dalam buthup pun masih tidak berefek.

Percuma saja!

Hei, kenapa saat keluar dari kamar mandi, lampu kamar ini sudah menjadi setengah gelap. Di balik cahaya lampu tidur, Shane melihat sosok wanita yang terbaring dengan topeng persis yang dipakai oleh Zoya tadi yang sebelumnya kamar ini kosong.

Shane menjambak rambutnya prustasi. Otak jernihnya mengatakan pergi dari jebakan Zoya, namun tubuhnya berkata lain yang meminta pelampiasan. Sungguh, dia bisa gila karena bergulat batin sendiri. Dan ujung-ujungnya, kakinya mengantarkan pada sisi ranjang. Pikiran jernih nya kalah telak.

Di luar kamar, Zoya yang mendengar suara kasur berderit, mengepalkan kuat telapak tangannya dengan rahang mengeras pertanda dalam mode menahan nahan emosinya.

Andai satu tahun yang lalu ia tidak pernah aborsi anak lelaki bangsat kenalannya yang berakibat fatal pada rahimnya yang harus terpaksa diangkat, maka pasti ia sendirilah yang akan menghabiskan malam indah dengan Shane tanpa memakai jasa wanita yang dibelinya di club kemarin malam.

Zoya ingin bayi dari darah daging Shane sendiri, oleh sebab itu harus memanfaatkan rahim Nabella. Semoga, konspirasi besarnya langsung berbuah keberhasilan.

"Nona Zoya..." sapa sopir Shane yang setia menunggu di luar.

"Shane menyuruhmu untuk pergi, katanya akan menginap bersamaku di sini."

Agar semua berjalan lancar, Zoya harus mengusir siapa pun orang yang di sekitaran villa.

"Benar kah, Nona?"

"Kau meragukanku? Ini adalah perintah Shane sendiri."

"Maaf, Nona. Saya akan pergi jika memang begitu. Permisi."

Dua jam menunggu di tengah redupnya cahaya lampu di ruang utama villa, akhirnya Zoya mematikan rokoknya. Bangkit dari sofa mendekati kamar yang ditempati Shane.

Sudah tidak ada suara ranjang berderit dan suara laknat Shane yang sempat membuat hati Zoya panas kebakaran.

"Halo, Hen. Masuk segera."

Tidak butuh waktu lama, pekerja setianya sudah berada di depan Zoya.

"Coba buka."

Pria yang memiliki bekas sayatan di pipi kirinya itu, segera menuruti perintah Nona nya.

"Tuan Shane sudah terlelap, Nona," lapornya setelah mengintip ke dalam.

"Bawa kembali wanita jalan* itu ke gudang terbengkalai sebelumnya. Kurung terus sampai ada perintah selanjutnya dari ku. Ah, jaga dia baik baik terutama rahim nya."

"Laksanakan, Nona."

Awas saja kalau gadis yang dibelinya mahal dan sudah berhasil tidur dengan pujaan hati nya yang tak pernah dirasakan oleh dirinya, tidak berguna ke depannya, maka Zoya tidak akan memberi ampun nyawa gadis yang ia ketahui namanya adalah Nabella.

***

Merasa dadanya yang polos disentuh seseorang, Shane segera membuka matanya. Membeliak shock mendapati Zoya pelakunya dengan keadaan yang sangat intim.

"Good morning, Sayang." Zoya yang berbaring di sebelahnya, tersenyum manis seraya mendekatkan wajahnya ke bibir Shane.

"Menyingkir!" bentak Shane sembari mengangkat tangannya.

Zoya di dorong sampai terjatuh ke lantai dengan selimut setia ia tarik untuk menutup tubuhnya yang polos. Ia berakting seakan akan dirinyalah yang menghabiskan malam penuh gelora dengan Shane.

"Ck, semalam kau terlalu bersemangat menikmati tubuh ku sampai mahkota kesucian ku kau renggut. Sekarang? Lihatlah, kembali bersikap dingin bahkan sangat kasar."

Sekilas, Shane melirik ke noda merah di seprai itu.

Sial, Zoya ternyata memang masih suci sebelum dirinya berhasil mengambil nya semalam.

Tapi...

"Ini kesalahan mu sendiri, Zoya. Berhenti bersikap seolah olah kau adalah korban. Padahal kita berdua tau, kalau kau yang telah memperdayaiku. Aku muak melihat mu. Enyalah dari hadapan ku. Dasar licik!"

Shane yang sudah marah besar, melepaskan cincin tunangan dari jari nya lalu melemparkannya ke arah Zoya yang masih terduduk di lantai.

Zoya bisa merasakan aura pembunuh Shane yang mengerikan. Wajah tirus nya yang cantik, mendadak pucat. Zoya kehilangan kata-katanya.

"Sekali lagi kau berani muncul di hadapanku, maka kau akan tahu siapa Shane Jeff yang sesungguhnya."

"Ba-bagaimana kalau aku hamil setelah hubungan intim kita semalam?"

Shane langsung kehilangan kata-katanya mendengar kemungkinan besar yang diucapkan oleh Zoya.

Bab 3

Braak...

Braak...

"Tolong, kepala saya pusing!

Nabella yang terkurung di sebuah ruangan yang entah di mana ini, menggeprak geprak pintu. Biasanya, pria yang berpipi bekas sayatan akan datang jika ia butuh pertolongan. Jujur, meskipun dikurung seperti binatang yang sudah satu bulan lebih lamanya, pelakunya itu selalu memberikannya fasilitas makanan yang bergizi dan kenyamanan ruangan yang bersih. Namun tetap saja, Nabella butuh kebebasan.

Ceklek...

"Ada apa?!"

Karena wajah pria yang bernama Hen itu selalu sangar disertai suaranya yang dingin parah, Nabella selalu dibuat ngeri.

"Kepala saya__"

Belum selesai ucapannya, Nabella sudah pingsan karena memang tidak kuat menahannya.

"Sial. Nona Zoya bisa marah kalau dia kenapa kenapa."

Hen bergumam resah sembari menghubungi Nona nya.

"Halo, Nona. Wanita itu pingsan. Apa kah saya harus membawanya ke rumah sakit?"

"Bodoh. Itu sama saja masalah untuk kita kalau dia di bawah ke publik. Tunggu saya di sana, saya akan datang."

***

Satu jam lebih, Nona nya ini baru sampai bersama wanita tua yang entah siapa.

"Nona, dia sudah siuman. Tapi, barusan muntah muntah hebat. Makan pun, ia selalu menolak nya."

Mendengar itu, Zoya menyeringai. Muntah? Mungkin kah rencananya satu bulan lebih lalu telah berbuah manis?

"Coba periksa dia di dalam. Ingat, untuk jangan memberikan dia informasi apapun yang ditanyakannya."

"Baik, Nona Zoya." Wanita paruh baya yang merupakan pensiunan suster, masuk membawa peralatan kesehatan nya.

Melihat wajah baru yang masuk di ruangan ini, Nabella memiliki harapan sedikit.

"Saya akan memeriksa mu. Katanya, kepala mu pusing dan muntah muntah?"

Nabella mengangguk. "Dari dua hari kemarin. Tapi hari ini paling tidak tertahankan. Apa kau seorang Dokter?"

Wanita itu tidak menjawab. Lebih sibuk mengeluarkan peralatan medisnya. Lanjut melakukan pemeriksaan menggunakan stetoskop.

"Saya dikurung oleh pria berwajah mengerikan itu. Tolong bantu saya kabur. Lihatlah, di ruangan ini tidak ada celah sedikitpun kecuali pintu baja di sana. Mau kah kau menolong ku, Nyonya?"

"Nyonya, kalau boleh tau, kita di daerah mana?"

Tidak direspon lagi. Wanita asing ini malah sibuk meraba perut dan terkadang menekan tepat di atas permukaan peranakannya.

"Coba tes urine. Tampung sedikit di wadah kecil ini."

Meskipun bingung, Nabella tetap menurut demi mengetahui sebab penyakit nya yang tiga hari ini sering pusing dan mual.

Tidak butuh waktu lama, Nabella sudah keluar dari kamar mandi, membawa barang yang diinginkan oleh wanita berumur ini.

Dalam diamnya, Nabella memperhatikan si wanita tua mencelupkan ujung alat.

"Garis merah dua. Pertanda kau dalam keadaan mengandung. Selamat untuk itu."

Deg...

Jantung Nabella berdetak kaget dengan perasaan yang hancur lebur. Tulang tulangnya melemas dan berakhir terduduk di ujung kasur.

Hamil? Sama siapa? Apakah orang berwajah sangar yang mengurung nya itu pelakunya? Tapi, kapan melakukan nya? Waktu malam pelelangan itu yang sempat dipukul tengkuknya sampai ia tak sadarkan diri? Berbagai pertanyaan muncul di benak Nabella yang membuat nya kembali pusing. Ia benar benar tidak tahu siapa pelaku dan kapan kejadiannya?

Tunggu dulu, Nabella baru ingat pada pagi hari itu. Di mana ia bangun bangun hanya dililit oleh selimut yang tebal tanpa ada busana lainnya.

"Aaarghhh... Hiks ... Hiks..."

Wanita tua itu tidak peduli dengan teriakan dan tangisan pilu Nabella. Dia keluar membawa barang-barangnya.

"Nona Zoya, dia hamil," lapor nya sembari memperlihatkan benda kecil bergaris dua merah di tangannya.

Sembari meraih nya, Zoya menyeringai lebar. "Ini yang saya mau."

"Nona, dia sedang histeris di dalam. Demi keselamatan janinnya, dia tidak boleh stres," papar mantan suster itu.

"Bagaimanapun caranya, kalian berdua yang bertanggung jawab. Ini ada kartu berisi 500 juta. Sisanya akan saya transfer kalau bayinya sudah selamat ke gendongan saya."

Karena mata duitan, wanita tua serakah itu meraih nya cepat. "Serahkan pada saya, Nona. Kandungan nya akan saya pantau dengan baik selama dua puluh empat jam."

***

Sembilan bulan lebih kemudian.

Nabella saat ini tengah proses persalinan di dalam ruangan sama yang merampas kebebasannya. Hanya dibantu oleh wanita tua mantan perawat tersebut dengan peralatan kesehatan yang tidak memadai.

Jeritan Nabella yang saat ini berusaha melahirkan anaknya, menggema di seluruh ruangan yang kedap suara tersebut.

"Ayo, kepalanya sudah terlihat. Terus mengejang lebih kuat. Ya, terus! lagi ... lagi...!"

Oeee ... Oeee...

Akhirnya keluar juga bayi nya.

"Auh, sakit."

"Astaga, masih ada kepala bayi lain. Ayo, kembali mengikuti instruksi."

Lima menit berjibaku dengan penuh darah persalinan, akhirnya bayi kedua keluar selamat dari rahim. Kedua bayi itu menangis pertanda sehat semuanya.

"Nona Zoya, bayi nya kembar. Laki-laki semua nya."

Dari pembaringannya, Nabella melihat sosok wanita asing berpenampilan modis namun wajah nya terhalang oleh tubuh wanita tua tersebut yang saat ini memberikan laporan di ambang pintu yang terbuka lebar.

"Aaarghhh, sakit...!"

Jeritan susulan Nabella membuat si perawat tua kembali memeriksa. "Astaga, ternyata masih ada satu."

Nabella yang sudah menerima kehamilannya, tetap berusaha melahirkan bayi ketiga nya dengan suka rela penuh sakit dan penuh rasa perjuangan antara mati dan hidup nya.

Hingga kembali terdengar suara tangisan bayi ke tiganya.

"Kembar tiga, Nona Zoya."

"Dia manusia apa kucing yang bisa beranak banyak dalam sekali melahirkan? Saya tidak mau tahu, ambil bayi yang paling sehat. Berikan padaku dan dua bayi bersama ibunya, lenyapkan saja."

Wanita tua itu memberikan random bayi lelaki yang merupakan anak kedua Nabella. Masih penuh lendir dan darah karena belum sempat dibersihkan dengan ketiganya hanya diselimuti kain asal asalan.

"Nona, yakin mereka akan dilenyapkan?"

"Tentu saja." Zoya menjawab enteng. Ia sudah tidak butuh Nabella lagi.

"Lenyapkan dengan cara apa, Nona?" Meski serakah, wanita tua itu tidak kuasa membunuh orang.

"Dengan cara apa saja. Asal jangan di tempat ini. Setelah mendapat laporan pekerjaan mu yang terakhir, maka uang satu M yang saya janjikan akan saya transfer. Ingat, kau dan Hen tidak boleh muncul lagi di hadapanku. Kalau semua ini bocor, sumpah demi apapun kau akan saya kejar sampai ke manapun. Paham?"

"Baiklah, Nona."

Dalam setengah kesadarannya setelah berjuang melahirkan, Nabella sempat mendengar percakapan keji itu. Apalah daya, sewaktu tenaganya normal pun, ia tidak bisa kabur dari Hen, apalagi saat ini yang sedang di titik terendahnya.

***

"Hen, kita buang saja ke sungai, bagaimana?"

"Ish, kau mencari bibit masalah. Jasadnya akan mengambang yang bisa berujung di temukan orang."

"Lalu? Membakar nya, bagaimana?"

"Ide buruk juga."

"Terus apa dong?"

"Tinggal duduk manis saja. Saya sudah punya cara bagus. Tapi lokasinya bukan di kota melainkan di pedesaan. Kita akan sampai tengah malam atau paling lambat pada waktu dini hari. Aduh, itu bayinya jangan kau biarkan menangis. Kita bisa saja diberhentikan oleh petugas lalu lintas atau pengguna jalan lainnya."

"Untung saya membawa susu. Bayi-bayi manis, cup ... cup ... jangan nangis dong. Ayo minum susunya."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!