NovelToon NovelToon

Mengukir Cakrawala

1. Mendadak jadi suami istri.

"Sudah kubilang, aku tidak mau menikah sekarang Pa. Aku malas berurusan dengan makhluk berjenis wanita." Tolak Bang Rigo kesal dengan kelakuan adiknya. Tiba di saat hari pernikahannya, Dhofir malah kabur dan meninggalkan acara besar mereka.

"Lihat dulu, masa belum lihat sudah menolak. Apa kau ini mau Papa nikahkan dengan sesama belalai?? Anaknya Om Seno juga cantik." Bujuk Papa Jatmiko.

"Kalau secantik itu, kenapa Dhofir harus kabur??" Protes Bang Rigo. Ia pun akhirnya menutup mulutnya rapat saat sang Mama sudah memelototi dirinya. Terpaksa Bang Rigo menyambar kopi hitamnya demi meredam perasaannya yang keki karena tidak ingin pernikahan ini terjadi.

'B******n si Dhofir. Kenapa dia buat ulah sampai seperti ini. Buat malu keluarga saja.'

Tak lama seorang wanita membuka tirai. Terlihat seorang wanita menggendong anaknya yang masih kecil dengan senyum dari parasnya yang menawan.

"Astaga, pantas Dhofir kabur. Ternyata Papa mau nikahkan dia sama janda??" Gumam Bang Rigo semakin bertambah kesal saja.

"Diam kau Rigo..!! Sudah, mulai saja pernikahan ini..!!" Kata Papa Jatmiko mengarahkan.

:

Tak lama seorang ajudan berbisik di telinga Pak Seno saat pengantin wanita seharusnya duduk bersanding dengan pengantin pria usai ijab qobul.

"Apaaaa?? Kabur???"

Bang Rigo menarik nafas lega. Ia tersenyum penuh kelegaan.

"Buat apa kau masih disini..!!! Cari tau kemana istrimu pergi..!!!" Ucap kesal Papa Jatmiko.

"Apa sih Pa. Kalau memang dia tidak mau nikah ya sudah, jangan di paksa..!!" Jawab Bang Rigo malas. "Mana ada laki-laki yang mau kalau harus di nikahkan dengan cara seperti ini. Sama saja menjualku, memintaku menerima kucing di dalam karung."

"Ini bukan saatnya saling menyalahkan. Adikmu kabur padahal sudah dua kali kita melakukan pertemuan keluarga dan setelah pertemuan keluarga, Dhofir malah kabur dan mengingkari janji. Papa harus bilang apa sama Om Seno??"

"Papa pikir sendiri, jelas Dhofir kaget mau di nikahkan dengan janda anak satu."

"Asal bicara saja kau Rig. Siapa yang bilang???"

"Itu. Siapa dia?" Bang Rigo menunjuk wanita yang sedang menggendong anak tak jauh darinya dengan bibirnya.

Papa Seno menarik nafas panjang lalu membuangnya asal. "Jadi itu masalahnya???? Itu Anggun, sahabatnya Rila. Kalau Rila.......!!" Papa Seno mencari foto yang terpajang di dinding rumahnya. "Naahh.. itu dia..!!"

Mata Bang Rigo mengarah pada telunjuk yang di arahkan Papa Seno.

'Astagfirullah, ini lebih parah dari yang ku bayangkan. Bagaimana bisa Papa mencarikan jodoh anaknya seperti itu. Ini sih sama saja minta aku ketiban gardu induk.'

"Bagaimana?? Cantik atau tidak?" Tanya Papa Seno.

Bang Rigo hanya bisa nyengir kuda, ia sampai tak sanggup menjawab saking syoknya mengetahui bobot istrinya yang tidak bisa di bilang ringan.

"Cepat cari..!! Kamu akan menyesal kalau istrimu ditaksir orang." Kata Papa Jatmiko.

"Di culik pun aku tiada sesal Pa."

//

Seorang gadis menangis di tepi jalan. Kakinya sudah terasa lelah. Ia menangis sejadi-jadinya karena tidak tau bagaimana rupa laki-laki yang akan menikahinya itu, dan setelah dirinya tau laki-laki yang akan menikahinya itu malah kabur, hatinya semakin tidak percaya dengan lelaki manapun. Jika bukan karena Mamanya yang sedang sakit dan menginginkan dirinya segera menikah, tentu ia tidak akan menikah sekarang, apalagi dengan laki-laki yang berprofesi sebagai seorang tentara. Kehilangan kekasihnya dulu sudah membuatnya paham rasa kehilangan dan ia tidak ingin lagi berkenalan dengan pria dengan profesi yang sama.

"Adiknya saja begitu kurang ajar. Mana mungkin aku mau melanjutkan menikah dengan Abangnya. Sudah pasti kelakuan Abang adik itu tak jauh beda." Gumamnya. "Papa sadar nggak sih, masa mau nikahin aku sama laki-laki macam trenggiling, hitam dekil begitu." Gadis itu sampai duduk menghentakkan kakinya sembari menangis meluapkan isi hati yang tidak tersampaikan.

Tak lama sebuah mobil patroli singgah di sekitar tempatnya duduk. Seorang pria gagah turun dari mobil dan beberapa orang yang turun dari mobil setelahnya segera menyebar ke berbagai arah.

"Ijin Dan, kita cari kemana lagi?" Tanya Pratu Rafli, ajudan dari Letnan satu Sangatta Raja Arigo.

"Cari saja di seluruh sudut kota..!!"

"Danton mau minum dulu?" Tanya Pratu Rafli lagi.

"Sudah berapa kali kau tawari saya minum. Sampai kembung perut saya, kau gelonggong terus." Jawab Bang Rigo kesal kemudian mengambil rokok di saku jaketnya.

"Siap, salah Dan."

"Ijin Dan, tidak ada yang lihat perempuan gendut seperti di foto ini." Kata Prada Togar melapor pada Bang Rigo.

"Apa kau bilang?? Perempuan gendut itu istri saya, hati-hati kau bicara..!!"

"Siap, salah Danton."

Bang Rigo mengusap wajahnya, ia tak tau lagi kemana harus mencari istri dadakannya yang hilang.

Karena penasaran, gadis itu mendekati para Om-om tentara yang agaknya sibuk mencari seseorang.

"Maaf.. om-om ini cari siapa ya?" Tanya gadis itu.

Prada Togar langsung menunjukan foto gadis gendut itu pada gadis yang sedang bertanya itu.

"Lhoo.. darimana om-om ini dapat foto itu??"

"Memangnya kenapa? Saya sedang mencari istri saya yang kabur." Jawab Bang Rigo malas melihat lawan bicaranya apalagi mereka sedang berada di bawah lampu jalan yang tidak terlalu terang pencahayaannya.

"Jadi.. kau ini Bang Rigo???" Tanya gadis itu.

"Darimana kau tau nama saya?" Bang Rigo balik bertanya.

Beberapa saat kemudian Bang Rigo menyadari sesuatu, ia mengambil ponselnya lalu menyalakan lampu untuk menerangi jalanan. "Kamu.. Rila????"

"Iya, kenapa????"

"Masya Allah..!!" Bang Rigo mengusap wajahnya, biji matanya melotot melihat Rila mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki. Degub jantungnya berdetak kencang tak karuan.

"Lihat apa???"

"Bukankah di foto ini, kamu gendut? Yang mana yang salah??" Tanya Bang Rigo.

.

.

.

.

2. Pria kaku dan dingin.

Bang Rigo dan Rila duduk berhadapan. Sudah sekitar setengah jam mereka duduk berdua tapi masih tidak ada interaksi apapun di antara mereka.

Akhirnya Bang Rigo membuka percakapan lebih dahulu. "Apa mau diam begini saja tanpa suara?"

"Tidak ada yang ingin pernikahan ini terjadi, Rila juga tidak kenal Abang." Jawab Rila.

"Kau pikir Abang mau menghadapi pernikahan seperti ini?? Pernikahan ini terjadi karena terpaksa."

"Abang kan laki-laki. Kenapa tidak batalkan saja pernikahan kita sejak awal." Gerutu Rila.

"Apa membatalkan pernikahan itu semudah membalikkan telapak tangan??? Ingat orang tua kita..!!" Kata Bang Rigo mengingatkan.

Rila memalingkan wajahnya. Sungguh dirinya begitu malas melihat pria yang duduk di hadapannya itu.

"Kau ikut dengan Abang.. pulang ke rumah dinas." Ajak Bang Rigo.

"Nggak mau. Rila mau kembali ke kost..!!" Tolak Rila tidak mau tau.

"Tak ada yang bisa menyelamatkanmu, sekalipun Abang menyeretmu ke dalam kubangan..!!" Ucap kesal Bang Rigo tidak ingin lagi berdebat dengan Rila.

Rila semakin tidak suka dengan sikap dingin Bang Rigo. Entah bagaimana bisa pria seperti Bang Rigo hidup tenang di tengah masyarakat.

"Kita baru menikah dan Abang sudah merencanakan KDRT. Apa Abang tidak takut kalau Rila laporkan Abang ke pihak polisi militer?" Ancam Rika karena sebagai putri dari seorang anggota militer tentu dirinya sudah jelas paham alur hukum yang ada.

"Laporkan saja, tidak ada bukti yang mengarah kalau Abang melakukan KDRT." Jawab Bang Rigo tetap santai. "Ikut Abang ke rumah dinas..!!"

...

Mau tidak mau Bang Rigo harus membawa Rila bersamanya karena semua orang sudah terlanjur tau tentang pernikahan mereka, hanya saja karena nama pihak pengantin pria berubah, maka pengajuan akan di lakukan dari awal.

Rila masih merasa kesal, dirinya yang tidak pernah merasakan proses pengajuan nikah karena ada campur tangan sang Papa kini terpaksa harus memulai dari awal semua tradisi yang ada sebagai syarat sah menjadi istri seorang tentara.

"Dimana berkasmu, coba Abang lihat..!!" Pinta Bang Rigo.

Rila meletakan setumpuk berkas di hadapan Bang Rigo kemudian meninggalkannya masuk ke dalam rumah dinas.

Bang Rigo memijat pangkal hidungnya, terlihat sekali letnan satu senior itu tampak mulai lelah dengan padatnya kegiatan pagi ini.

"Ijin, Danton..!!" Sapa seseorang dari teras rumah dinas.

"Masuk..!!" Perintah Bang Rigo.

"Ijin.. kami antar koper Danton. Apa masih ada yang di perlukan lagi, Dan?" Tanya Prada Togar.

"Tolong belikan saya nasi goreng donk, sama tolong belikan saya..... Obat masuk angin..!!" Pinta Bang Rigo. Danton galak itu langsung mengambil uang dari saku celananya lalu menyerahkannya pada Prada Togar. "Nasi gorengnya tiga, dengan kau sekalian. Punya saya yang pedas ya Gar..!!"

"Oohh.. siap Danton, segera..!!" Prada Togar segera melaksanakan perintah Dantonnya.

Bang Rigo kembali terfokus pada berkas milik Rila dan memisahkan setiap bagiannya dan akan membawanya ke Batalyon esok hari.

...

Rila menyantap makan malamnya. Semua tak menjadi soal meskipun memang hari ini jam makannya sudah sangat terlewat.

"Besok Rila nggak mau ikut ke kantor." Ucapnya membuka suara.

"Kenapa?"

"Kalau semua orang sudah tau siapa istri Abang, kenapa juga harus ada pengajuan nikah. Bukankah semua itu malah membuang waktu dan tenaga. Sudah jelas khan, Rila istri dari Lettu Sangatta Raja Arigo." Kata Rila.

"Memang benar, tapi alangkah baiknya kita mengikuti aturan yang semestinya. Perkenalan step by step. Kau juga harus mengenal duniamu yang baru, mengenal pengurus cabang dan ranting. Sebentar lagi Abang akan naik pangkat dan jabatan Abang adalah Danki, apakah sikapmu masih sekeras ini dalam mendampingi Abang?" Tanya Bang Rigo.

"Rila tidak pernah inginkan pernikahan ini, apalagi pernikahan dengan seorang tentara." Jawab Rila.

"Abang pun tidak inginkan pernikahan ini terjadi. Sudahlah, jangan banyak kau bermanja jadi istri tentara..!! Jalani apa adanya tanpa banyak mengeluh. Abang tak paksa kau untuk kuat, setidaknya kau jangan menyerah dengan takdir kita..!!" Ucap tegas Bang Rigo.

"Lalu Abang inginkan anak??? Dalam keadaan kita yang tidak saling mencintai???"

"Terlalu banyak pikir kau dek. Jalan untuk hari esok saja belum tentu kau lulus. Sekarang sudah kau pikirkan tentang anak. Kalau memang semua harus terjadi, ya jalani saja apa adanya." Bang Rigo melanjutkan acara makannya kemudian segera minum obat masuk angin miliknya.

Rila memonyongkan bibirnya, setiap kali berbicara dengan Bang Rigo, belum pernah sekalipun pria yang sudah menjadi suaminya itu mengatur tata bahasa yang baik lembut padanya sedangkan dirinya teringat mantan kekasihnya, orang keturunan Jawa yang sama sekali tidak pernah sekalipun bicara kasar padanya.

***

Pagi ini Bang Rigo berjalan berdampingan untuk melaksanakan proses pengajuan nikah. Rila mulai kesal karena langkahnya selalu tertinggal jauh dari Bang Rigo.

"Kenapa lah berjalan seperti keong sawah? Percepat sedikit langkahmu..!!" Kata Bang Rigo terdengar tidak sabar.

"Abang jalan duluan..!! Tidak usah pedulikan Rila." Langkahnya sampai sempoyongan, sesekali wajahnya memercing kesakitan.

Mau tidak mau Bang Rigo menghentikan langkahnya, ia menyulut rokok sembari menunggu Rila berjalan ke arahnya.

"Ada apalagi?" Bang Rigo melangkahkan kaki dan berjalan di belakang Rila dan sedikit mengangkat rok panjang sang istri. "Lecet??" Tanyanya memastikan.

"Makanya Abang jangan terlalu cepat berjalan." Protes Rila kesal.

"Kau punya mulut untuk bicara, kenapa pula tidak katakan sejak awal?" Bang Rigo berjongkok lalu menjepit rokok di sela bibirnya kemudian melepas sepatu Rila. "Pegang bahu Abang..!!" Bang Rigo mengambil korek api lalu sedikit membakar bagian belakang sepatu tersebut dan menariknya agar sepatu Rila tidak lagi terlalu ketat.

Rila pun berpegangan pada bahu Bang Rigo yang sedang melebarkan bagian belakang sepatunya. "Kau coba dulu..!!" Bang Rigo kembali memakaikan sepatu tersebut pada kaki Rila. "Sudah nyaman?"

Rila mengangguk menjawabnya dan Bang Rigo segera melepas sepatu Rila yang satu lagi untuk melakukan hal yang sama.

"Abang nggak malu di lihat anggota???" Tanya Rila.

"Abang urus istri sendiri, bukan urus istri orang." Jawab Bang Rigo santai kemudian memakaikan sebelah sepatu tersebut pada kaki Rila. "Sudah, ayo jalan..!!"

"Hmm.. terima kasih ya Bang..!!" Kata Rila pelan.

"Hmm.." Bang Rigo hanya menjawabnya singkat saja dan hal itu nyatanya masih membuat Rila meradang.

.

.

.

.

3. Emosi jiwa.

Rila menyandarkan punggungnya dengan kasar di ruang kerja Bang Rigo. Dirinya merasa kesal dan lelah setelah melihat barisan hafalan yang harus di pelajarinya.

"Apa gunanya semua ini?? Hymne dan Mars Matra. Panjang dan sulit sekali untuk di hafal." Rila mulai jenuh dengan proses pengajuan nikah ini padahal baru hari pertama dirinya menjalaninya.

"Untuk memberi semangat dalam diri mengingat tujuan hidupmu berada dalam lingkungan yang kita jalani." Jawab Bang Rigo kemudian memberi sebotol minuman dingin untuk Rila.

Rila menyambar minuman yang di sodorkan Bang Rigo. Tubuhnya sudah sedemikian lelah tapi semua harus terus berjalan.

"Kita makan siang dulu, setelah itu kita temui perwira rohani. Yang lain kita temui besok, sekarang kita temui pejabat yang ada." Kata Bang Rigo.

"Abang khan perwira, kita loncati saja prosesnya ya Bang..!!" Pinta Rila.

Bang Rigo tersenyum mendengar permintaan Rila namun kemudian senyum itu menghilang. "Tidak..!!" Jawabnya datar kemudian melangkah meninggalkan Rila.

"Iihh.. dasar sok taat aturan..!!" Gerutu Rila.

"Ayo jalan, tawaran makan hanya satu kali..!!"

Rila yang geram segera mengikuti langkah Bang Rigo.

...

Siang ini Bang Rigo mengajak Rila makan di sebuah rumah makan ternama, Bang Rigo sudah mengarahkan mobilnya masuk ke pelataran parkir rumah makan tersebut tapi agaknya Rila kurang menyukainya.

"Kenapa makan disini?" Tanya Rila.

"Tak apa. Kata teman Abang rumah makan disini enak." Jawab Bang Rigo.

"Abang belum pernah makan disini?" Tanya Rila lagi.

"Tak pernah Abang makan di tempat seperti ini."

"Lalu kenapa Abang ajak Rila makan disini, bagaimana kalau rasanya tidak enak??"

"Mahal sudah pasti enak. Ada harga, ada kualitas." Jawab Bang Rigo.

"Makanan tidak bisa di sama ratakan dengan barang. Makanan itu berasal dari rasa, ada juga makanan yang begitu mahal, tampilannya indah tapi tidak memuaskan perut kita. Rila lebih suka makanan di pedagang kaki lima, rasanya tidak kalah enak."

"Begitu kah? Jangan bilang Abang tidak pernah mengajakmu makan di tempat seperti ini. Kau yang menolaknya mentah-mentah." Kata Bang Rigo.

Rila mengangguk, Bang Rigo pun memutar arah kemudi mobilnya lalu mencari makanan yang mungkin Rila sukai.

:

Bang Rigo melirik Rila yang sedang asyik menikmati sepiring ketoprak dengan lahap. Ia pun mengulum senyumnya, jarang sekali ada gadis yang menyukai makan makanan sederhana seperti ini, jika para tentara sudah biasa makan seadanya, tapi kali ini Rila yang notabene putri seorang yang berada ternyata bisa juga hidup dengan sederhana.

Tak lama ada seorang pria masuk ke dalam tenda kaki lima tersebut. Mata pria tersebut langsung mengarah dan terang-terangan menatap dada Rila. Bang Rigo balik meliriknya, dirinya langsung bergeser dan mengarahkan Rila agar duduk di bagian sudut warung tenda. Bang Rigo duduk membuka kaki dan menggarahkan dirinya untuk duduk menghadap pada Rila. Akhirnya pria tersebut duduk di samping Bang Rigo.

Rila menghela nafas. Entah ada yang ada dalam pikiran Bang Rigo hingga menatap pembeli lain bagai musuh.

~

"Sudah makannya? Mau beli apa lagi?" Tanya Bang Rigo datar.

"Sudah, Rila sudah kenyang." Jawab Rila sambil mengulurkan tangan hendak mengambil tissue.

Entah di sengaja atau tidak, pria yang tadi duduk di samping Bang Rigo ikut menyentuh tangan Rila dan Bang Rigo kembali meliriknya saja sebagai peringatan kedua.

Bang Rigo beranjak dan membayar makanannya, Rila pun ikut berdiri di belakang Bang rigo. Keduanya kemudian berjalan keluar dari warung tenda tersebut namun saat Rila melintas tepat di hadapan pria tersebut, namun siapa sangka pria tersebut berdiri hingga dada Rila tersentuh paksa oleh tangan pria tersebut saat hendak mengambil kerupuk.

"Aaaaaaaaa.. Abaang..!!"

Mendengar teriakan Rila, Bang Rigo yang saat itu sudah menahan diri menjadi naik dan tidak bisa mengendalikan emosi. Matanya pun semoga melihat tangan pria tersebut menyentuh Rila.

buugghhh..

Tangan Bang Rigo melayang menghantam rahang pria tersebut. Rila yang kaget dengan amarah Bang Rigo segera memeluk pria berpangkat Letnan yang garang itu.

"Jangan marah lagi, Abaaang..!! Ayo pergi dari sini..!!" Ajak Rila.

"Ku peringatkan kau b*****t, jangan pernah bermain-main dengan istri orang. Kalau kau tak terima dengan perlakuan saya, saya tunggu kau di kantor Batalyon harimau dahan. Cari saya, letnan Arigo..!!" Bentak Bang Rigo kemudian menggandeng tangan Rila masuk ke dalam mobilnya.

~

"Aarghh.. dasar b******n, beraninya dia ganggu istriku." Bang Rigo sampai menghantam kemudi mobil dengan kuat.

"Abaang, jangan marah lagi..!!" Pinta Rila masih syok melihat amarah Bang Rigo.

"Kau lagi, lain kali pakai jaket..!! Ada Abang saja masih ada laki-laki yang berani kurang ajar, bagaimana kau pergi tanpa Abang??? Mau mati kah dia remas dadamu di depan mata Abang??"

"Yang buat onar mereka, kenapa Rila yang Abang salahkan? Rila mana tau ada orang sekurang ajar itu." Rila menangis menutup kedua wajahnya dengan tangan. "Kenapa juga siang bolong ada orang mabuk??"

"Abang tidak salahkan kau dek, tapi hati Abang tak terima ada laki-laki lain yang memandang tubuhmu penuh nafsu s***w*t selain Abang. Suamimu ini berusaha jaga pandangan, karena Abang sadari kalau Abang sudah punya istri. Sialnya.. kenapa justru orang lain yang kurang ajar." Ucap keras Bang Rigo tak main-main.

"Abang cemburu??" Tanya Rila kemudian mengalihkan pandangan dan menatap wajah Bang Rigo.

"Apa yang begitu masih harus kau tanyakan??" Bang Rigo mengambil rokok dari saku jaketnya lalu menurunkan kaca mobil dan menyulut rokoknya.

"Tinggal jawab saja, apa susahnya."

"Inilah, susah sekali Abang kalau istri sudah merajuk macam ini. Kau pilih Abang perlakukan sebaik-baiknya istri atau Abang gombali?" Bang Rigo mulai gemas menghadapi si cantik Rila.

"Dua-duanya laah Bang."

"Tuhaan.. Rumit Abang pikir kaum kalian. Tak sanggup Abang banyak kata hanya untuk rayuan tak jelas." Bang Rigo menguarkan asap rokok, ia tidak ingin lagi berdebat dengan Rila istrinya.

.

.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!