NovelToon NovelToon

Dinikahi Dosen Galak

Bab 1

Pletak!!

Lemparan penghapus papan tulis nyaris saja mengenai lengan seorang wanita yang tengah asik tertidur di dalam kelas.

"Aida!"Teriak seorang dosen tampan, tetapi galak bukan marah.

Bukannya terbangun, wanita bernama Aida itu justru semakin nyenyak mengarungi mimpi.

"Aida!"Dosen tersebut memijat pangkal hidung lalu meletakkan kacamata baca yang dikenakan ke atas meja."Kamu mau tidur atau mau belajar?"

Jangankan suara teriakan dosen tersebut, teman-teman yang mencoba membangunkan wanita itu saja sudah nyaris kehilangan kesabaran karena Aida tidak mau bangun.

"Aida, bangun. Pak Raditya marah tuh, dia ke sini,"bisik teman sebangku Aida."Aida, please bangun nanti dia ngamuk semua orang di kelas bisa kena batunya."

Namun akhirnya, bisikan temannya sukses membangunkan Aida.

Wanita cantik itu mengangkat kepalanya lalu menatap ke depan. "Pak Radit,ma-maaf sa-saya ketiduran,ya?" Aida menyeringai, memasang wajah tanpa dosa.

"Bagus. akhirnya bangun juga." Dengan santainya Pak Radit kembali ke depan. "Tapi kamu jangan senang dulu, setelah pelajaran saya selesai. Saya akan menghukummu karena tidak di jam pelajaran saya!"

"I-iya,Pak,"angguk Aida. "Maaf ya,pak."

Semua teman satu kelas belum melepas pandangan mereka dari Aida.

Aida mengernyit, menatap bingung pada semua teman-temannya. "Ada apa? Hah? Gue ketinggalan berita apa?"

Vika menggelengkan kepala."Cepat kerjain tugas dari Pak Radit, sebelum Lo kena semprot lagi."

"Iya. Iya,"kata Aida lesu.

Pak Radit menjelaskan pelajaran dengan sangat detail, tetapi pandang matanya tak lepas dari Aida yang terlihat sama sekali tidak menyimak penjelasannya.

Pak Radit mengelola nafas panjang, kembali memijat pangkal hidung dan kening.

Terlihat koyo cabe menempel di tengkuk, memang harus diakui menghadapi mahasiswi seperti Aida harus memiliki kesabaran ekstra.

"Hoaaamm."Aida menguap di sela-sela belajar. "Hoaa,,,,"belum sempat menutup mulut, dia sudah diperlihatkan kayu besar yang tengah diayunkan oleh Pak Radit."Maaf, Pak. Hehe,"kekeh Aida.

Pak Radit menggelengkan kepala."Saya bisa tambah tua ngadepin satu mahasiswa seperti kamu,"gumamnya pelan.

...****************...

"APA?!"Raditya berteriak setelah mendengar ucapan sang ayah.

"Bisa nggak kalau ngomong jangan pakai urat leher? Papa ini orang tua kamu, Radit!"

"Ma-maaf Pa, aku keseringan marah-marah di kampus."Raditya mengatur emosi yang tak di sempat meluap karena terkejut. "Tapi yang bener aja dong Pa, masa zaman sekarang masih main jodoh-jodohan. Papa percaya aja sama aku, sebentar lagi aku pasti punya istri."

"Maaf Radit, tapi Papa udah nggak bisa percaya lagi sama kamu. Sudah 2 tahun papa menunggu kamu membawa wanita ke rumah, tapi nyatanya? Sampai detik ini kamu belum juga membawa wanita itu. Papa harus menunggu sampai kapan lagi? Kamu sudah semakin tua, dan Papa sudah semakin renta,"tutur Faisal ayah Raditya.

Raditya menghela nafas panjang,"Papa masih muda, dan aku juga masih setengah tua,"balasnya.

Faisal menggeleng pelan."Pokoknya kamu harus mau menerima perjodohan ini, kalau kamu nggak mau. Ya udah, Papa aja yang nikah lagi."

Raditya membulatkan kedua matanya.

PLAK!

Lemparan korek api mendarat dengan sempurna mengenai kepala Faisal. "Sakit! Siapa yang berani melempar papa?"

Raditya menunjuk seseorang di belakang ayahnya.

"Mama?"tanya Faisal.

Raditya mengangguk.

"Kok kamu nggak bilang kalau ada Mama di rumah kamu?"

Raditya menahan tawa. "Papa nggak nanya,"jawab dosen yang terkenal galak tersebut.

Usianya sudah 35 tahun tetapi dia belum juga menemukan jodoh, hingga akhirnya kedua orang tuanya ingin menjodohkan Raditya dengan seorang wanita.

"Papa ngomong apa tadi?"Sentak wanita di belakang Faisal.

"Nggak Ma, papa nggak ngomong apa-apa. Papa cuma lagi maksa Radit buat nerima perjodohan,"jawab Faisal menatap istrinya.

"Tadi mama dengar papa ngomong, kalau Radit nggak mau biar Papa aja biar Papa aja."

"Mama salah dengar, tanya aja sama Ra,,,"Faisal menggantung ucapan saat melihat Radit keluar dari rumah.

"Astagfirullah, Radit! Tuh kan,Ma. Dia kabur lagi. Terus gimana soal perjodohan itu?"

"Biarin aja dia kabur, nanti juga balik lagi. Ini kan rumahnya,"jawab Mila santai.

Faisal memijat kening."Raditya, cepat terima perjodohannya!"

...****************...

Raditya memilih pergi dari rumah karena dia yakin tidak akan bisa menentang permintaan orang tuanya. Untuk itu dia akan menikmati kesendirian sebelum dia menikah dengan seorang wanita.

"Sore Pak Radit, tumben datang sore? Biasanya datang malam,"sapa seorang wanita penjaga kafe tempat nongkrong paling asik untuk melepas penat.

"Saya pesan kopi seperti biasa, antar kemeja di sana,"ucap pak Radit tak menanggapi sapaan pegawai cafe tersebut.

"Siap pak. Ditunggu, ya."

Raditya berjalan menuju tempat duduknya yang berada di pojok cafe, tempat favorit untuk menyendiri.

BRUK!

Tubuh kekarnya ditabrak oleh seseorang. Terlihat pecahan gelas berserakan di atas lantai.

"Aduh! Pecah deh, kalau jalan hati-hati dong! Jalan tuh pakai mata!"omel seorang wanita yang tengah meratapi minumannya.

Namun tak ada kata maaf atau suara yang terdengar dari lelaki yang ditabrak tadi.

Wanita itu pun penasaran lalu mendongak melihat lelaki tampan yang ditabrak adalah,,,"Pak Radit, ngapain Bapak di sini?"

"Harusnya saya yang bertanya begitu. Ngapain kamu di sini?" cecar Raditya dengan wajah garang.

"Saya di sini, saya di sini, ya ngopilah Pak. Masa bangun rumah,"jawab Aida.

"Oh,ngopi? Ngopi di tempat tongkrongan? Pantas saja otak kamu buntu,"sindir Raditya.

Aida mengangkat kedua alisnya, menatap Raditya dengan mata membulat. "Bapak bilang apa? Otak saya buntu?"

"Iya, lalu saya harus mengatakan apa? Kamu mahasiswi terpintar dengan segala macam prestasi?"

"Ya nggak sih, tapi jangan jujur begitu juga dong. Kan malu."

"Masih punya malu? Kalau begitu, cepat pulang. Atau saya kurangi nilai kamu!"

"Tapi,Pak."

"Minggir!"kata Raditya."Saya mau lewat, cepat menyingkir!"

"Pak, tapi ini gimana kok bisa ya? Ganti dong!"

Raditya mengeluarkan dompet lalu memberikan uang 100.000 pada Aida. "Cepat pulang, atau saya hukum kamu besok."

Aida menggaruk kepala yang tidak gatal. Dia baru ingat kalau jam kuliahnya masih ada, sedangkan jam mengajar Raditya sudah habis.

"Aish! Nyebelin banget sih Pak Raditya itu, kenapa coba pakai ketemu dia di sini?"kesel Aida terpaksa kembali ke kampus karena kepergok bolos mata pelajaran terakhir.

Bab 2

       "Gimana keputusan kamu? Mau kan kamu menerima perjodohan itu? Teman anak Papa itu anak yang baik, dan Papa yakin dia bisa menjadi istri solehah seperti impian para suami, termasuk papa."

         Raditya menatap ayahnya,"jangan bawa-bawa papa, emangnya Papa nggak kapok kemarin kena semprot mama?"

       Faisal celingak celinguk memperhatikan sekitar."Mamamu nggak ada, jadi nggak masalah,"kekeh lelaki paruh baya itu.

        Raditya terdiam memikirkan dia akan dijodohkan dengan seorang wanita. Siapapun wanitanya, dia yakin wanita itu akan merasa menjadi wanita paling beruntung karena berhasil menikah dengan seorang lelaki tampan dan bekerja sebagai seorang dosen.

       Membayangkan itu, tanpa sadar Pak Radit, panggilan kesayangan mahasiswa dan mahasiswinya tengah senyum-senyum sendiri.

          "Kamu kenapa senyum senyum begitu?"Faisal memicingkan kedua mata."Kalau kamu sudah senyum-senyum begitu artinya kamu setuju dengan perjodohan ini?"tanyanya kemudian.

          Pandang mata Faisal tak lepas dari anak pertama dan hanya satu-satunya itu.

          "Aku butuh waktu untuk berpikir, Pa. Menikah itu kan bukan hanya menyatukan dua manusia, tapi dua keluarga. Jadi aku harus benar-benar yakin kalau wanita itu memang terbaik," ucap Raditya.

           "Justru itu Papa menjodohkan mu dengan anak teman Papa, karena papa sudah mengenal keluarga wanita itu, bahkan kami sangat dekat. Papa yakin kelak, suatu saat nanti pernikahan kalian tidak akan ada permasalahan apa-apa," ujar Faisal meyakinkan.

        Raditya terdiam sejenak lalu kembali mengatakan,"aku takutnya justru wanita itu yang menolak perjodohan ini."

      "Tidak mungkin dia menolak pernikahan ini, yang ada dia senang karena dijodohkan dengan lelaki tampan dan seorang dosen sepertimu,"puji Faisal.

         Pujian itu tentu saja sukses membuat seorang Raditya tersenyum lebar, sangking lebarnya dia sampai kesulitan menutup mulutnya karena gigi kering.

        "Gimana? Kamu mau kan? Kalau kamu mau, nanti Papa akan memberitahu keluarga calon istrimu. Tapi kalau untuk bertemu, mereka memintanya kalian bertemu saat ijab kabul nanti," ujar Faisal.

        "Hah? Ketemu saat ijab kabul? Sama aja kayak beli kucing dalam karung dong,Pa. Gimana kalau wanita itu,,,," Raditya menghentikan ucapannya.

         "Wanita itu cantik,tenang aja. Papa sudah melihat orangnya," jawab Faisal tersenyum lebar.

        "Menurut Papa cantik, tapi belum tentu menurutku cantik. Selera kita kan berbeda, kambing dibedakin aja menurut Papa cantik,"gumam Raditya.

          "Hehe,tenang aja,Radit. Wanita itu cantik banget kok, nggak ada obat kalau kata orang jaman sekarang. Percaya aja sama Papa, kalau kamu bakal jatuh hati pas lihat pengantin wanita kamu nanti," ucap Faisal meyakinkan.

         Raditya terdiam sambil menatap wajah ayahnya, sejujurnya ada keraguan di hati kecil. Mengingat, bagi sang ayah tikus pakai bandana saja cantik bukan main, jangan-jangan wanita itu.....

            "Berapa usianya? Tinggi badan dan berat badan. Biar aku bisa menebak kalau wanita itu memang cantik," ucap Raditya penasaran.

           Faisal terdiam sejenak. "Tunggu sebentar,Papa mau bertanya dulu sama temen Papa."

        "Kenapa Papa nggak sekalian aja minta foto wanita itu?" tanya Raditya.

         "Mereka meminta untuk merahasiakan dulu,buat kejutan," ucap Faisal.

      "CK, kejutan apa? Kok aku jadi takut." Raditya memijat kerutan kening. "Jangan-jangan nenek gayung lagi yang mau dijodohkan sama aku."

        "Bukan, yang jelas lebih cantik dari Nenek Gayung."

          Raditya membulatkan kedua matanya lebar.

          "Nah,ini baru dapat balasan. Kata teman Papa, anaknya itu berusia dua puluh satu tahun. Tinggi badan 165 cmn. Berat 50 kilo. Kulit putih, hidung mancung, bentuk wajah bulat. Mata bulat,bibir merah alami. Ideal pokoknya, kamu bisa membayangkan dia seperti apa?" terang Faisal panjang lebar.

          Raditya terdiam mencoba membayangkan wajah wanita yang ingin dijodohkan olehnya, saat mencoba membayangkan wajah wanita tersebut, yang terlintas justru wajah,,,,, Aida?

          Dosen galak tersebut menelan saliva untuk membasahi tenggorokannya.

...****************...

          "Aida nggak mau dijodoh-jodohin! Emangnya Aida cewek apaan? Emangnya kalian pikir, Aida nggak laku? Aida nggak mau nikah sama lelaki pilihan kalian!"

         Aida menolak tegas perjodohan itu dengan alasan yang masuk akal. Zaman sudah canggih kok masih saja ada perjodohan seperti zaman Siti Nurbaya.

       "Tapi Papi kamu yang memintanya, Nak. Kamu tahu kan papi kamu sedang sakit? Kamu harus menikah sebelum Papi nggak ada di dunia ini," ujar Lesti.

       Wanita paruh baya yang tak lain adalah ibu Aida, menata penuh harap agar anaknya mau menikah dengan lelaki pilihan Bram --ayah Aida yang saat ini sedang menjalani pengobatan di rumah sakit karena mengalami komplikasi penyakit mematikan.

          "Tapi,Mi. Kalau soal nikah Aida bisa kok minta Edo nikahin Aida, nggak usah dijodohin segala," ucap Aida tak terima.

        "Tapi Aida, Papi kamu maunya kamu menikah dengan lelaki pilihan Papi. Tolong jangan menolak, kasihan Papimu, Nak,"ucap Lesti menatap penuh harap.

Aida menghela nafas panjang. "Aku akan membicarakan ini sama Edo, kalau dia mau menikahiku. Aku harap Papi dan Mami setuju. Intinya kan menikah dan memberi kalian cucu, meskipun bukan dengan lelaki pilihan Papi."

"Sayang, kamu harus bisa mengabulkan permintaan Papi, ini demi kebaikanmu. Kamu pasti akan bahagia, Papi dan Mami nggak mungkin menjerumuskanmu. Lelaki pilihan Papi itu adalah lelaki terbaik, jadi tolong kamu ikuti dan turuti kemauan Papi. Ya,Nak?" ujar Lesti.

Aida tardiah mematung lalu dia berdiri. "Pokoknya Aida nggak mau. Kalian nggak bisa dong atur aku, aku berhak memilih jalan hidupku sendiri dan aku berhak memilih siapa pasangan untukku. Aku akan tetap meminta Edo untuk menikahiku, kalau kalian nggak merestui. Artinya kalian nggak sayang sama aku."

Gadis itu pergi meninggalkan rumah, meninggalkan ibunya yang masih duduk di ruang keluarga.

Lesti menghela nafas panjang. "Mami yakin kamu akan menerima perjodohan ini,kamu hanya butuh waktu. Iya,kan?"

...****************...

Kini seorang gadis tengah menelpon seseorang dari ponselnya.

"Hallo,Do! Kamu jadi kan jemput aku? Lama banget sampainya," celoteh Aida.

"Iya,Sayang. Memangnya kamu kenapa sih? Kok kayak emosi begitu? Cerita sekarang bisa? Aku dengerin sambil nyetir mobil,"jawab Edo dari seberang telepon.

Aida menghela nafas panjang lalu mengatakan. "Lo jadi kan nikahin gue,Do."

Edo terdiam.

"Do,halo. Edo? Kok Lo diem sih?!"

"Ha,iya. Sorry tadi suara putus,gimana?" tanya Edo mengulangi pertanyaannya.

"Lo bisa kan nikahin gue sekarang? Kita kan udah lama pacaran."

Tut! Tut! Tut!

"Kenapa dimatiin?" kesal Aida.

Ting!

(Maaf,Sayang. Baterai gue lemah. Ini gue masih di jalan, kayaknya bakal lama deh sampainya. Mending kita tunda besok aja jemput kamu. Gimana? Besok gue bakal jemput di tempat biasa).

Aida mendengus kesal,meremas ponsel dengan sangat kencang. "Sialan Lo,Do!" Umpatnya emosi. "Bilang aja Lo nggak mau nikahin gue! Oke,gue bakal terima perjodohan itu."

Bab 3

"Lo kenapa, Aida?"tanya Cantika teman yang duduk di sebelah Aida.

Aida hanya diam sambil melihat papan tulis di depannya.

"Cerita sama gue, Da. Siapa tahu gue bisa bantu,"ujar Cantika memberi saran.

Aida memajukan tubuhnya hingga mentok ke meja, lalu meluruskan kedua tangan ke depan.

"Kalau ada masalah ngomong sama gue. Gue kan teman dekat Lo,"Adel masih berusaha membujuk Aida agar mau bercerita.

Aida tetap diam seribu bahasa, pandang matanya fokus melihat dosen wanita yang sedang memberi materi di depan. Meskipun pikirannya melayang jauh entah ke mana.

"Da, lo lagi ada masalah sama Edo?"tanya Cantika menebak permasalahan sahabatnya tersebut, yang tetap diam seribu bahasa.

"Aida,"desak Cantika. Jiwa keponya semakin meningkat pesat karena sudah dari tadi Aida hanya diam. "Ya udah kalau Lo nggak mau cerita, nanti gue juga nggak mau kasih tahu Lo tentang gosip terpanas."

"Gosip terpanas? Maksud Lo?"tanya Aida penasaran.

Cantika menyeringai."Cerita dulu ada apa sama Lo?"

Aida kembali menghela nafas panjang."Gue mau dijodohin sama kedua orang tua gue."

"What!? Terus Lo mau?"Cantika membulatkan kedua matanya lebar.

"Ya enggak lah, gila kali. Emang sekarang zaman Siti Nurbaya? Gue nggak mau nikah sama lelaki pilihan orang tua gue,"ucap Aida.

"Ya menurut gue,nih. Siapa tahu cowok itu emang bener-bener bisa bikin Lo bahagia,"ujar Cantika.

"Gila Lo, jadi Lo dukung orang tua gue? Nyesel gue cerita sama Lo,"kesal Aida.

"Bukan begitu, gue cuma memposisikan diri menjadi orang tua Lo. Gue yakin mereka udah memikirkan dengan matang dan pilihan mereka memang yang terbaik untuk hidup Lo,"jelas Cantika.

"Ya kali gue mau dijodohin sama cowok yang nggak jelas itu,"ucap Aida.

"Nggak jelas gimana? Emang Lo tahu siapa cowok itu?"tanya Cantika semakin suka dengan pembahasan ini.

Aida menggeleng. "Tapi tetep aja gue nggak mau dijodohin, Can. Emang gue cewek nggak laku pakai dijodohin segala? Gue masih bisa nyari suami sendiri."

"Iya gue tahu, gue yakin kedua orang tua Lo juga nggak mikir begitu. Mereka tahu Lo cantik, dan pastinya bisa mencari jodoh sendiri,,,,,"

"Terus kenapa mereka jodohin gue segala?" sela Aida.

"Yaitu karena mereka tahu mana yang terbaik untuk Lo,"jawab Cantika yakin.

"Gue tetap nggak mau, gue maunya nikah sama Edo!"

"Terus Edo mau nikahin Lo?"tanya Cantika mendengarkan dengan serius.

"Dia belum ngasih jawaban sih, tapi gue yakin dia mau. Apalagi kalau dia tahu gue mau dijodohin sama cowok lain,"jawab Aida yakin.

Cantika menggangguk. "Mending Lo desak dia aja, kalau dia emang cinta sama Lo, ya dia harus mau nikahin Lo."

"Iya, gue juga mikir ke situ. Rencananya siang ini gue mau ketemuan sama dia. Semalam dia nggak bisa datang jemput gue karena jalanan macet parah."

Cantika mengusap punggung sahabatnya."Semoga semua masalah Lo selesai, ya."

Kedua wanita itu kembali fokus memperhatikan dosen di depan mereka.

"Bagaimana dengan materi hari ini? Kalian semua bisa memahami dengan baik, bukan? Penjelasan saya sederhana saja dan pastinya bisa dengan mudah dicerna oleh kalian semua,"tutur dosen wanita tersebut.

"Iya,Bu. Kami semua mengerti,"sahut semua mahasiswa di dalam kelas berbarengan.

Bu Naya tersenyum lebar. "Sebentar lagi Pak Raditya masuk untuk memberi pelajaran lain. Saya permisi."Dosen wanita tersebut keluar dari kelas.

Tak! Tak! Tak!

Suara langkah kaki terdengar memasuki kelas di jam 02.00 siang. Semua mata tertuju pada seorang lelaki tampan yang akan mengajar di jam tersebut.

"Saya pengganti Pak Raditya untuk sementara waktu, karena Pak Raditya sedang menyiapkan diri untuk segera menikah,"ujar lelaki tersebut.

Aida membulatkan kedua matanya, lalu menoleh ke arah Cantika."Yang tadi Lo maksud gosip panas,ini?"

Cantika mengangguk. "Iya, dosen ganteng kita mau nikah. Patah hati deh gue."

Aida tersenyum kecil. "Lo patah hati? yang bener aja dong. Masa Lo suka sama lelaki kayak dia? Gue yakin cewek yang nikah sama tu dosen galak adalah cewek paling gak beruntung sedunia."

"Masa sih? Kok gue mikir cewek itu adalah cewek paling beruntung ya? Secara logika Pak Raditya itu kan ganteng, pintar, terus dia itu pasti lelaki setia. Lo lihat aja, selama bertahun-tahun dia ngajar, dia nggak pernah punya skandal apapun dengan mahasiswi di kampus ini."

Aida mengangkat bahu. "Bagi gue dia itu lelaki paling aneh dan nggak bisa diterima untuk jadi pendamping hidup. Bagusnya dia itu dijadiin satpam di rumah. Cocok tuh, dia kan galak."

Cantika tertawa. "Bisa aja Lo, kalau benci emang susah sih. Padahal Pak Raditya itu gantengnya nggak ada obat."

"Banyak obat di apotek tuh,"balas Aida.

...****************...

Jam pelajaran berakhir, semua mahasiswa dan mahasiswi meninggalkan kampus untuk kembali ke rumah masing-masing.

Sedangkan Aida tengah duduk di halte bus, menunggu jemputan Edo.

"Lo yakin mau nunggu di sini?"tanya Cantika memastikan.

"Iya, Lo pulang aja duluan. Gue mau nunggu Edo di sini,"jawab Aida.

"Ya udah, gue pulang duluan. Kalau ada apa-apa kabarin gue,"ucap Cantika sembari melambaikan tangan pada Aida sebelum naik ke atas bus.

Beberapa menit berlalu, Aida merasa tidak ada tanda-tanda kedatangan Edo. Aida memutuskan untuk menghubungi kekasih yang sudah menjalin hubungan selama satu tahun bersamanya tersebut.

"Hallo,sayang."

"Lama banget,Lo dimana sih?" tanya Aida.

"Sabar,ya. Gue lagi ngisi bensin," jawab Edo.

"Kok bisa ngisi bensin ngangkat telepon gue?" tanya Aida.

"Udah selesai,Gue otw ke sana."

Aida mengakhiri panggilan, memasukkan ponsel ke dalam tas kecil di atas pangkuannya.

Tak berapa lama, sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan gadis tersebut.

"Ngapain kamu di situ? Kenapa belum pulang?"tanya seseorang dari mobil tersebut yang tak lain adalah Pak Raditya.

"Pak Radit? Kenapa Pak Radit ada di mana-mana sih? Serem banget."Aida memalingkan wajah ke samping.

"Ditanya bukannya jawab malah melengos," ucap Raditya dari dalam mobil.

"Bapak siapa? Nggak usah ngatur-ngatur saya deh," ucap Aida ketus.

Raditya terdiam.

"AIDA!" teriak seorang lelaki dari arah belakang mobil Raditya.

Lelaki itu mengeluarkan kepala dari kaca jendela. "Dia pacar kamu?"

"Bukan urusan Bapak!"ujar Aida, gadis itu berlari ke arah mobil yang tak bisa maju ke depan karena ada mobil yang tak bisa maju ke depan karena ada mobil Raditya.

"Ya emang bukan urusan saya,"gumam dosen tampan tersebut.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!