NovelToon NovelToon

Ogah Kawin

Kawin paksa

Lilin mau dikawinkan sama Aqi Firdaus. Seseorang yang belum dikenalnya. Sama sekali tidak tahu, bagaimana rupa dan wujud orang yang katanya tersohor itu. Tentu saja menolak. Meskipun katanya ganteng, kaya, juga keren.

Tapi orang tuanya terus membujuk dan merayu, supaya dia mau menerima pinangan si orang pilihan, yang sudah sangat cocok buat keluarganya.

Antara bimbang serta jenuh, mendengar kata-kata orang yang selama ini bersamanya, namun kali ini tak ada kecocokan atas kemauan.

Makanya mending naik ke atas genting. Diatas sini bisa memandang jauh ke rerimbunan pepohonan yang mampu menjernihkan pikiran serta hati galaunya.

“E... jangan!“ ujar sang ibu khawatir. Dia melihat anaknya itu, dengan tatapan yang ngeri. Kalau-kalau jatuh bagaimana. Kalau dia meluncur diantara genting yang genting, maka keadaannya bakalan lebih genting lagi. Sebisa mungkin dia merayu. Agar anaknya jangan main-main dengan atap. Apalagi dengan nyawa. Itu taruhannya nyawa. Bisa melayang seiring melayang nya tubuh dari genting. Tinggi soalnya. Genting jatuh saja bisa retak. Apalagi kepala yang tak sekeras genting. Bakalan berkeping-keping nantinya.

“Kenapa?“ ujar Lilin yang bersedia menjawab, meskipun sedikit sekali. Dia masih jengkel, pada keputusan sepihak kedua orangtuanya.

“Nanti bisa jatuh.“

“Biar!“

“Kalau begitu terus, orang tuamu jadi khawatir. Turunlah!“

“Tidak.“

“Wah nekat.“

Sang ibu terus membujuk anak gadisnya agar jangan bertindak nekad, untuk membiarkan diri terjun dari atap rumah yang bakalan sengsara di kehidupan nanti.

Lama kelamaan dia bersedia turun setelah orang tuanya tiada henti membujuknya. Tentu saja dalam hati dia tetap menolak. Apalagi setelah melihat calon suaminya. Orangnya jelek, tua, keriput dan tak seberapa besar. Maka keinginan pergi sudah menjadi jalan terakhirnya.

Namun apa daya. Semua telah berkumpul. Semua hendak melihat pernikahan anehnya.

“Akan kita nikahkan Si Lilin dan si Aqi Firdaus.“

Tapi.....

“Tidak!“ begitu Lilin berteriak dengan keras ditengah keheningan ucapan, antara kedua mempelai didepan saksi dan orang yang menikahkan pernikahan.

“Lo kok?“

“Biar....“

“Ini sudah mau peresmian.“

“Kalau begitu dibatalkan saja,” ujar Lilin.

Pas kawin dia lari. Meninggalkan semua. Semua undangan, sanak keluarga dan kerabat lainnya. Hanya memakai baju pengantin yang sedianya bakal sebagai pesta paling meriah

Dia pergi. Kabur. Pikirannya kacau. Dia tak mau melihat laki-laki yang begitu berbeda dan tak ada kemiripannya sama sekali. Serta selisih usia yang begitu jauh.

“Lo mau kemana?“ ujar ibu.

“Aku mau pergi!“ katanya nekad. Meskipun baju pengantin begitu ribet, tapi tak menyurutkan niatannya untuk menjauhi rumah kesayangan ini.

“E... jangan lewat jendela,“ ujar ibu sangat khawatir, apalagi sangat tinggi jangkauannya, takut kainnya nyerimpet, takut terbanting di tanah yang sebelumnya bergulingan apalagi dalam kondisi yang licin.

“Suruh lewat mana? “ katanya keheranan.

“Atap.“

“Ogah tinggi.“

Tak berapa lama sudah berhasil melompati tempat tersebut serta berlari dengan mengangkat sedikit kain bagian bawahnya.

“Tolong!!“ sang ibu berteriak-teriak. Tak berapa lama berkumpul lah banyak orang.

“Kenapa?“

“Pengantin kabur.“

Ibu menunjuk-nunjuk tempat dimana si Lilin berlari.

“Gawat!“

“Kabur... Aduh istriku!“ serasa gelap, terjengkang, Aqi Firdaus menghadapi kenyataan kalau istri yang bakalan dinikahinya itu mau meninggalkan dirinya. padahal dia sudah rela potong gundul. demi upacara nikah yang syahdu.

“Ayo terus disusul. Jangan sampai jauh,“ perintahnya kemudian pada para anak buah. Sebagai juragan gula terkaya di kampung itu tentu saja banyak memiliki anak buah.

Lilin dikejar. Semua orang keluar dari ruangan yang sedianya mau dipakai buat acara perkawinan antara dua mempelai yang unik dan istimewa itu.

Tidak jadi kawin

Kejaran para pencari yang kebanyakan laki-laki dan perkasa tak menyulitkan langkahnya hanya untuk mengejar wanita dengan kain ribet begitu.

Sehingga dengan mudahnya dapat menemukan calon pengantin untuk dibawa kembali ke pelaminan.

“Aku kan nggak mau pulang.“

“Terus mau kemana?“

“Sudah mantap mau pergi,“ ujarnya sembari mengibaskan tangan dan langsung pergi begitu saja.

“E... lari. Tangkap!“ perintah Aqi. Pengantin sudah keburu menjauh.

Tapi ketangkap lagi. Laki-laki pengejar dengan cepat menghalangi dari segala penjuru untuk mencegat sang pengantin wanita yang berusaha lari.

“Lepaskan!"

“Tidak akan.“

“Kamu akan kulaporkan sama pak polisi,“ ancam Aqi Firdaus supaya si calon istri bersedia menuruti kemauannya dengan tak perlu bersusah susah.

“Waduh..... Kenapa begitu?“

“Berusaha kabur. Kan orang tuamu sudah menyetujui perkawinan kita, demi melunasi hutang-hutangnya serta hubungan baik antar kami.“

“Waduh..“

“Makanya kamu nurut. “

Setelah tertangkap, si Lilin mau dipaksa untuk kembali ke pesta yang sudah susah-susah dibuat serta mengadakan undangan sedemikian banyaknya.

“Pak Aqi, aku kan nggak mau pulang,“ ujar Lilin terus berusaha berontak agar terlepas dari penangkapan orang-orang suruhannya juragan Aqi itu.

“Tapi kau tak boleh pergi. Kita kawin dulu,“ ujar Aqi.

“Aku masuk ke kali nih,“ ancam Lilin. Dia sudah siap memanjat tepian jembatan kecil untuk menjatuhkan diri pada sungai yang dalam dan berarus deras.

“Oke.. oke.. jangan lakukan.“ Aqi bertambah panik. Jangan sampai istri yang disayanginya itu justru didapatkan hanya berujud bangkai saja. Maka keinginannya akan musnah untuk menyandingkannya dan berbahagia bersama dalam menghadapi hidup.

“Aku mau pergi ke Jakarta mencari pengalaman hidup dulu,“ kata Lilin beralasan.

“Wah jauh.“

“Biarin.“

“Jangan gitu aku kan takut kehilanganmu. Atau aku akan ikut denganmu,“ ujar Aqi yang sudah ompong itu sangat khawatir kehilangan sang bidadari pujaan.

“Enak saja. Aku tak mau diikuti sama kamu yang tidak aku cintai.“

“Kalau tidak akan aku laporin,“ ujar Aqi mengancam lagi.

“Lo ya sana!“ kata Lilin sudah nekat.

Lilin sudah nekat. Daripada kehidupannya hancur. Mendingan dia minggat saja.

“Oke, oke kau boleh pergi, tapi aku ikut.“

“Mana mau aku!”

“Terserah.”

“Baik akan aku seret pulang dengan paksa.”

Aqi sekarang juga sudah kehilangan akal. Mau tidak mau dia akan memaksa si perempuan agar kembali ke pangkuan ayah bundanya. Nanti kalau sudah dipangku, kan ayah bunda tersebut akan memberikan padanya lagi.

“Baik, baik. Tapi bayarin ya.“

“Oke. Tak masalah kalau cuma untuk membayari 195 ribu saja kecil. Aku kan juragan gula paling kaya di desa kita ini,“ ujar Aqi Firdaus tak keberatan.

Akhirnya keduanya pergi bersama untuk menuju cita-cita dan mengkandaskan kepentingan pentingnya yang hanya dijalani sekali selama hidup.

“Jangan cepat cepat dong,“ ujar Aqi yang terus berusaha mengimbangi langkah si gadis yang tak merasa beban dengan tubuh langsingnya.

“Makanya jangan ikut.“

“Tapi...."

“Kenapa?“

“Khawatir."

“Atau aku bawa mobil mewahku saja?“

“Bak terbuka juga!“

“E....“

“Buat tempat gula kan?“

“Iyalah.“

“Tapi kan mewah. Ada AC sama TV nya juga lo,“ ujar Aqi sembari sedikit berpromosi, mumpung gratis katanya.

“Ngojek aja bagaimana?“

“Tidak.“

“Sebentar lagi ini.“

“Aku juga belum pegang duit.“

“Ada ATM ini.“

Keduanya tetap pergi dengan jalan kaki. Padahal jaraknya lebih dari tiga kilo meter yang cukup membuat kaki tua si Aqi rasanya mau copot saja.

Ke kota

“Nah sampai kan,“ ujar Lilin saat telah tiba di pool mobil atau stasiun kereta yang jaraknya memang tak terlalu jauh antara dua tempat tersebut. Perjalanan itu tak terlampau menyenangkan. Aqi tak suka pergi jauh, namun dia berusaha menyenangkan istrinya. Sedangkan Lilin inginnya hanya ingin bebas dari lelaki yang tak disukainya itu.

“Tapi capek tahu,“ ujar Aqi Firdaus dengan nafas megap-megap serasa mau putus di ujung leher saja, yang sebentar lagi mau hengkang.

“Katanya cinta.“

“Jadi... kalau cinta kenapa?“

“Tetap semangat dong.“

Mereka duduk di bangku panjang dekat pertigaan jalan yang sangat ramai. Mereka berusaha merilekskan diri agar tak terlalu capek nantinya.

“Beli baju dulu.“

“Kenapa.“

“Risih. Masa pakai baju pengantin begini. Jadi pusat perhatian orang kan,“ kata Lilin memperlihatkan bajunya yang bagus namun kotor akibat berlarian dikejar sama anak buah si Aqi.

“Ya sana.“ ujar Aqi. “Tapi. Gesek dulu ya.“

“Oke.“

Mereka kemudian masuk ke mini market buat nggesek kartu si Aqi yang uangnya belipet didalamnya. Tapi karena cuma boleh mengambil dua juta, maka uang itu yang dipakai.

Setelah mengambil duit yang ngepas itu, lalu ke toko pakaian yang sangat ramai dan kebetulan berada di satu tempat dengan adanya ATM itu.

Mereka beli baju. Cukup lama memilih. Mencari yang sangat pas dan nyaman namun tak terlampau mencolok.

“Ini saja bagus,“ ujar Aqi sembari memegang patung yang bodinya seksi sekali. Nampak sangat sesuai dengan pandangannya yang mendamba kalau gadis pujaannya ini memakai demi dirinya.

“Wah..“

“Ya kan.“

“Ogah. “

“Kenapa?“

“Ga cocok.“

Akhirnya mereka cuma membeli dua pasang pakaian buat Lilin sembari menggadaikan baju pengantinnya, dan Aqi kaya itu membeli sepasang. Katanya takut disana tidak cukup uangnya nanti.

“Terus minta tiket dong.“ Mereka menuju stasiun.

“Abis karcisnya.“

“Lo, lalu?“

“Naik bis paling kalau mau.“

Mereka kemudian jalan ke pool bis dan mencari tiket. “Mahal kan, Rp 195.000,00.“

“Kalau kereta api cuma 35 ribu rupiah.“

Merekapun membeli tiket bis dengan harga mahal namun fasilitasnya tak mengecewakan dengan armada baru yang cerah mengkilat. Dengan naik kendaraan itu terasa nyaman, hingga sampai tujuan, dibandingkan dengan bus murah lainnya yang pasti jauh dibawah, rasanya.

Mereka akhirnya naik bus. Membeli tiket dengan harga yang lumayan mahal. Ada AC dan sangat nyaman. Armadanya juga baru baru.

Berangkat tak lama kemudian. Terutama setelah penumpang penuh dan waktu menunjukkan pukul enam tepat sesuai agenda keberangkatan.

“Aku tidur dulu,“ kata Aqi Firdaus. Mereka duduk di bangku paling depan dari bus baru itu dengan warna menyala.

“Ya.“

Sesaat berikutnya terdengar dengkuran dari si Aqi yang langsung pulas. Sementara Lilin masih belum mampu terpejam. Kursi itu terasa sempit meskipun cukup lega sebenarnya.

“Lo kok main peluk saja,“ kata Lilin dengan risih nya pada kelakuan lelaki tua di dekatnya itu. Dia dorong kepala yang bersandar dibahu nya tanpa disadari.

“Ngantuk sih,“ ujar Aqi sembari mengusap muka dari peluh dan air liur.

“Eh toko bagaimana?“ tanya Lilin.

“Biar diurus sama keluargaku di kampung.“

“Nanti bangkrut lo.“

“Biar aku marahin mereka kalau begitu. Tenang saja mereka sudah berpengalaman.“

Kendaraan berjalan dengan lancar. Apalagi jalanan halus mulus mulai dari awal hingga ke kota ramai, Jakarta yang sangat gemerlap dengan suasana meriah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!