"Wah.. mbak Airin sebentar lagi akan pensiun dalam misi penyergapan Mafia. Apakah mbak Airin nanti masih menjalankan misi yang lain, misalnya mata - mata dan menjual informasi."
"Tidakkah kau lihat umurku yang sudah masuk kepala empat, lebih baik aku hidup santai menanti anak- anakku membawa menantu, he he he. Jadi aku hanya ingin menimang cucu saja lagi." Dia tersenyum menanggapi ocehan rekan kerjanya itu.
"Wah, tapi sayang loh mbak Airin. Lumayan juga bayaran mata - mata dan menjual informasi." rayu rekan satu teamnya lagi. Walapun jarak umur mereka berbeda jauh, tapi Airin menganggapnya seperti rekan- rekan yang lain.
Bagi dia masalah umur yang tua atau muda sama saja, yang penting kualitas kerjanya, walaupun dia setua ini, pekerjaannya masih sangat rapi dan cepat, malah terkadang kalah dengan orang yang lebih muda darinya.
Saat ini mereka menanti orang yang akan mereka temui, misi ini di berikan bosnya dengan bayaran yang cukup menggiurkan.
Segerombolan orang yang mereka telah tiba, dengan di kelilingi oleh beberapa bodyguard-nya, dia berkacak pinggang melihat ke arah Airin yang memimpin pasukannya.
Mereka sudah meletakkan Bom diposisi yang di tentukan, sekarang gerakan terakhir yaitu membuat para lawan terpojok.
"Hah! Kalian kira bisa menangkapku dengan gampang?!" teriak musuh.
"Kami bukan datang menangkapmu, tapi membunuhmu!" teraik Airin
"Jangan harap!"
Ketua Mafia lawan menekan sebuah tombol dan semua pintu keluar telah di tutup. Airin menoleh kebelakang ingin melihat teman seteamnya, tidak tahunya mereka sudah tidak ada di sana.
"Sial! Mereka menjebakku!"
"Ha ha ha. Airin, kamu sangat bodoh! Terlalu percaya dengan orang lain, ha ha, biarpun mereka temanmu, jangan pernah percaya." Ucap Pria itu yang mengira bahwa Airin sudah masuk perangkap mereka.
"Bajingan! Kau bekerja sama dengan mereka?!"
"mereka membutuhkan uang, siapa yang bisa membayar lebih banyak, maka mereka dengan senang hati akan berpindah." Dia merasa sudah berada di atas awan. Dan mengharap kemenangan yang besar karena bisa menangkap ketua dari penyergap lawan.
"Eagle, jangan senang dulu, jika aku mati maka kamu akan mati juga!" Airin mulai merogo kantongnya untuk menemukan suatu benda yang di sebut remote control.
"Ha ha ha ba..."
Bum.. Bum.. Suara ledakan dimana - mana di dalam gudang itu, api mulai berkobar. Eagle terkejut dan ketakutan, ada beberapa anggotanya telah mati terkena Bom.
Dia memandang Airin, wanita itu berdiri tegak dengan wajah tersenyum.
Keterkejutan dan ketakutan sangat jelas terlihat di mata lelaki itu, dia tidak menyangka, kematian yang di maksud wanita ini adalah menghancurkan semua bisnisnya. Gudang ini adalah tempat yang dia rencanakan bersama rekan satu team Airin.
Agar Airin lenyap di dalam gedung ini dan Eagle yang akan menjadi kambing hitam yang sempurna.
"Aku tidak menginginkan kematianku, karena aku masih memiliki anak- anak yang membutuhkanku, tapi dari pada membiarkanmu lepas, lebih baik aku membawamu bersamaku ke neraka. Penghianat itu akan menerima balasannya, sekalipun aku di dalam neraka, aku akan datang mengambil nyawa mereka."
Dia mengangkat Remot kontrol yang ada di dalam genggamannya.
"Jangaaa....n!" teriak Eagle, tapi
BUM...!
Suara ledakan langsung menghancurkan orang yang berada di ruangan tertutup itu. Begitu juga tubuh Airin dan Eagle, tubuh mereka sudah tidak bisa di kenali lagi.
****
"Aduh..." rintih seorang wanita di atas tempat tidur, tubuhnya yang kurus seakan- akan bisa saja patah jika tersenggol sedikit.
Dengan gemetaran dia turun dari ranjang. Dia memperhatikan tubuhnya yang penuh luka dan bercak darah di mana- mana, dia melangkah tetapi sangat sulit.
Dia memperhatikan lelaki di sebelahnya yang tertidur pulas.
"Bagaiamana laki - laki ini bisa tidur dengan pulas? Dengan bau darah di sebelahnya dia bisa tertidur? Aku... Aku siapa? Mengapa ada di ranjang ini?" gumam wanita itu pelan.
Dia mengingat bahwa dia meledakkan bom dengan remot di tangannya. Apakah dia selamat sehingga darah ini berasal dari luka akibat bom?
Tapi dia masih bingung, karena dia tidak mengenal pria yang tidur itu. Dia melangkahkan kakinya tpi terasa seperti jelly, dia terjatuh dan terduduk di lantai.
"Ahhh.." tiba - tiba kepalanya terasa sakit dan ingatan - ingatan yang belum pernah dia lakukan muncul di kepalanya.
"Ah? Apakah aku masuk ke tubuh orang lain?"
Dia baru ingat wanita ini baru menikah, ini adalah malam pertamanya, tetapi suaminya memiliki kelainan dalam berhubungan dengan wanita.
Badannya terasa sakit bukan karena terkena bom, melainkan karena di cambuk dan di pukul oleh suami barunya.
Selangkangannya terasa sakit dan perih karena suami gilanya ini memasukkan suatu benda yang asing ke dalam.
"Ah.. Sialan! Wanita ini baru mengalami pertama kali tapi malah di masuki benda lain, bukan barang suaminya. Sial..! Sial..! Laki - laki biadab ini sudah membunuh istri yang baru di nikahinya tadi siang." Airin mengutuk lelaki yang tidur di atas ranjang, sementara dia terduduk di lantai dengan bagian bawahnya penuh dengan darah.
Airin Sundari gadis dari desa yang memiliki nama yang sama dengan Airin Sandor sang mafia. Hanya saja nama keluarga yang berbeda.
Sifat mereka juga sangat berbeda, Airin Sundari gadis pemalu, pendiam dan penurut. Yang di besarkan oleh neneknya di desa.
Antara Bodoh dan penurut hampir- hampir mirip, contohnya saja, Airin Sundari yang kini berusia 20 tahun, dan sudah 2 tahun tinggal bersama mertuanya. Dia menurut saja apa yang di ucapkan oleh mertuanya itu, yang berkata bahwa mereka sekarang adalah menjadi orang tuanya yang tidak ada.
Dia juga bingung, orang tuanya meninggal, atau dia yang di buang oleh orang tuanya, neneknya tidak pernah bercerita asal usulnya dari mana. Siapa nama orang tuanya juga dia tidak tahu.
Mertuanya membawa dia dari desa untuk menikah dengan anaknya tapi sayangnya sehari setelah pernikahan, suaminya meninggal sebelum mereka menyempurnakan pernikahan mereka, saat itu usia Airin baru 18 tahun dan dia hanya tamatan SMP.
Walaupun suaminya sudah meninggal, ibu mertuanya menahannya agar bekerja di rumahnya, untuk membuktikan baktinya sebagai menantu. Dia tidak memahami apapun sehingga dia hanya menurut saja.
Ibu mertuanya tidak mengetahui bahwa Airin masih perawan, karena kematian anaknya setelah malam pertama mereka.
Dan beberapa bulan yang lalu Ayah mertua Airin terlilit hutang dan harus mencari pinjaman agar usaha mereka tidak bangkrut. Akhirnya setelah negosiasi dengan Randi Widarta, pemimpin perusahaan Widarta yang sekarang menjadi suami Airin, maka hutang tersebut bisa lunas asalkan Airin menikah dengan duda yang sudah berumur 45 tahun dan memiliki putra yang sudah berumur 25 tahun.
Dengan kata lain, mertuanya ini menjual dia kepada Bapak Tua yang Maniak ini. Oh, sunggu Sial! Umpat Airin.
Saat ini Airin menjadi istri yang ke 3, kedua mantan istri laki- laki itu telah meninggal semua, dan meninggalnya juga saat masih bersama suaminya. Ya.. Saat di ranjang bersamanya.
Airin Sandor yang masuk kedalam tubuh Airin Sundari merasa sangat kesal. Binatang tua ini, menyiksa Airin sampai mati, coba aku tidak masuk ke raganya, mungkin saat dia bangun esok pagi dia pasti sudah tidur dengan mayat.
Dengan badan yang gemetar Airin mulai merangkak ke arah pintu kamar itu, tubuhnya hanya di tutupi sehelai handuk dengan bercak darah di mana- mana.
Dari pahanya masih merembes darah, 'hah.. Darah ini banyak sekali, apakah tubuh ini pendarahan? Bajingan tua! Aku akan menyiksamu suatu saat!" teriak Airin yang kasihan melihat tubuh gadis muda ini.
Airin mulai berdiri saat sudah di pintu, dia meraba handel pintu dan membukanya. Dia berjalan keluar dengan tertatih - tatih dan memegang dinding tembok sebagai penopangnya.
"Mom?"
Airin terkejut mendengar seseorang memanggilnya, dia menoleh 'Ho? Siapa ini, oh anak tiriku' batinnya yang ingatannya masih merem melek.
Pria itu juga sangat terkejut melihat kondisi Airin, dia mengepalkan tangannya. Walaupun dia anak tiri wanita ini, tapi umurnya lebih tua dari dia.
"Apakah papa yang melakukan ini?"
"Hmm" ucap Airin yang masih berjalan terseok dengan bersandar di dinding.
"Biarkan aku membantu" ucap pria itu karena melihat darah yang masih mengalir dari selangkangan ibu tirinya.
"ahh.." Airin menghindar dan makin merapatkan dirinya ke dinding, 'Ah.. Ternyata itu refleks pemilik tubuh ini, dia sangat ketakutan dengan sentuhan pria' pikir Airin.
"Aku tidak apa - apa, aku hendak kembali kekamarku" ucap Airin Lirih, ya sebenarnya dia dan suami barunya, memiliki kamar masing - masing, hanya saja tadi malam suaminya membawa dia kekamarnya untuk malam pertama.
Tapi tanpa di duga, dia akhirnya mati, sunggu naas kau Airin Sundari, batin Airin.
"mom? Kalau begitu aku telepon dokter ya"
"hmm" jawab Airin dan kembali berjalan pelan - pelan namun tiba - tiba dia seperti tidak merasakan kakinya dan dia terjatuh.
Tapi sebelum dia sampai di lantai Arya Widarta dengan cepat sudah menopangnya. Dia melihat ibu tirinya yang lemas, dia langsung menggendongnya ala bridal masuk kekamarnya dan membaringkan di atas tempat tidur.
Arya menutupi tubuhnya dengan selimut, karena dia juga tidak tega melihat darah dan luka - luka di sekujur tubuh wanita itu.
Tidak berapa lama dokter keluarga Widarta datang dengan seorang dokter wanita di sampingnya. Arya memang sengaja menelpon dokter keluarga mereka untuk mengutus asistennya yang perempuan ikut datang. Dokter Charles tahu bahwa pasien yang akan di tangani adalah seorang wanita.
"Silahkan" ucap Arya kepada dokter wanita itu agar masuk kedalam kamar Airin. Wajah Arya saat ini terlihat pucat, bukan karena lapar atau apa, tapi dia kuatir bahwa wanita yang di kamar itu akan meninggal lagi sperti ibunya dan ibu lainnya yang pernah masuk kekamar papanya.
"Tolong bawakan air hangat" teriak dokter wanita itu setelah beberapa detik di dalam kamar tersebut.
Dia sangat terkejut dengan kondisi wanita di dalam kamar itu. Bagaimana mungkin wanita ini masih bisa hidup? Pikirnya.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Arya ketika dokter wanita itu keluar untuk menerima air hangat itu. Tapi dokter wanita itu malah menatapnya dengan sinis, seakan keinginan untuk membunuh tergambar di wajahnya.
"Brengsek kalian!" malah itu yang terucap dari mulut dokter wanita itu. Dan kembali masuk lagi untuk membersihkan tubuh wanita itu.
Dia sudah menjahit bagian yang luka di kelamin wanita tersebut, pendarahannya akibat luka sobek di bagian bawah. Keringat dingin membasahi kening dokter sebut. Ini pasti sangat sakit ketika robek, gumamnya.
Dia sebagai perempuan merasa ngilu juga di selangkangannya melihat kejadian ini. Bagi wanita ini sungguh tragis. Dia bisa membayangkan bagaimana kalau dia yang mengalami, mungkin saat ini dia sudah tidak bernyawa lagi.
Saat ini dia juga menjahit bagian dada wanita itu, ternyata ada sayatan di bagian itu, tapi tidak terlalu dalam. Dalam otaknya sedang berfikir, apakah di dalam kamar tidur itu ada sebilah pisau..? Sayatan didadanya seperti pisau, atau bisa jadi juga beling...
Selesai bagian dada, dia beralih lagi kebagian punggung wanita yang tidak sadarkan diri itu. Wajah dan kulitnya terlihat pucat seperti tidak ada darah. Hanya saja saat ini tubuhnya lemas sehingga tidak seperti mayat, jika kaku dia sudah sama persis seperti mayat.
Bagian punggung bekas cambuk juga dia bersihkan dengan telaten karena serabut - serabut halus menempel di lukanya. Mungkin cambuk yang di gunakan pria tua itu berserabut.
Dokter itu juga membersihkan bagian pergelangan kaki dan tangan wanita itu yang memerah dan luka bekas gesekan tali. Dia berfikir, mungkin wanita ini di ikat dan di siksa sampai sebegini rupa.
'Ah.. Kelaurga Widarta ini sangat biadab' umpatnya, dia memang sempat mendengar berita dari Dokter charles akan menangani pasien yang seperti apa. Dia juga berkata, wanita ini jangan sampai meninggal seperti puluhan tahun lalu.
Dia awalnya tidak percaya, dan menganggap keluarga Widarta sultan yang royal, karena dia tahu bagaimana keluarga Widarta dengan gampang mengeluarkan uang jika seseorang meminta sumbangan atau bantuan kepada mereka.
Tapi melihat keadaan wanita ini, dia langsung menyingkiran sebutan Sultan Dermawan bagi kediaman Widarta. Malah lebih cocok menjadi psikopat sadis.
Setelah Iren selesai mengobati dan membersihkan tubuh Airin, dia hanya menutupnya dengan kain seprai. Dia sengaja tidak memakaikannya pakaian, agar lukanya mengering dan tidak lengket dengan pakiannya, bisa lebih sakit melepasnya nanti.
Model luka yang tidak bisa di tutupi, bisa semakin berair nanti bekas cambuk itu. Lebih baik menaburkan bubuk obat dan biarkan mengering di lukanya.
Dia keluar dan langsung menatap sinis ke wajah Arya. Dia mau membuka mulut dan memaki Arya tapi di potong oleh Arya.
"Bukan, bukan aku pelakunya, itu papaku." Arya mengangkat tangannya sampai kedadanya dan melambai yang pertanda bukan.
"ho, dia istri baru papamu itu?" Tanya Iren sinis.
"Iya benar." ucapnya dengan menunduk.
"Sungguh bajingan, pantasan saja kedua istrinya yang dulu mati di tangannya. Dia sangat kejam, Dokter, apa perlu memberinya sianida?"
"Dokter Iren, tolong tahan emosi anda, dia donatur terbesar di rumah sakit kita." Dokter charles menenangkan Iren dari emosinya yang sudah naik ke ubun- ubun.
"hah.. Sial! Walaupun dia seorang Dermawan tapi bukan berarti dia bisa seenaknya menyiksa anak orang." Maki Iren lagi.
"Bagaimana keadaan sebenarnya wanita itu?" Tanya Dokter Charles.
"Dia mengalami pendarahan akibat robekan di selaput kewanitaannya, aku rasa akan lama menyembuhkannya."
"Juga dia mengalami luka sayatan di dada, cambukan di punggungnya, dan juga pergelangan kaki dan tangannya luka gesekan dari tali, kulitnya sampai terkelupas." iren menceritakan luka - lukanya sambil meneteskan air mata.
Bagaimana juga sesama wanita akan menangis membayangkan kekejian yang terjadi di dalam kamar itu, apa lagi dia hanya sendirian di kota ini...
"Jika wanita ini, melapor kepolisi, saya yakin akan langsung di jebloskan kedalam sel." ucap Iren.
"Siapa yang di jebloskan kedalam sel?" tiba - tiba suara bariton mengejutkan mereka.
"Papa, kamu sudah sunggu keterlaluan!" bentak Arya.
"keterlaluan apa? Mana istriku?" Dia seperti orang linglung yang terbangun.
"kenapa papa mencarinya? Apakah belum puas menyiksanya?" Arya naik pitam
"ho.. Dia melaporkan kepada kalian."
Wajah dokter Iren menghitam mendengar itu, "Bukan melaporkan tuan! Istri anda hampir mati, apakah anda tidak mengetahuinya?" ucap Iren yang mulai emosi dengan tuduhan tua bangka ini.
Kemudian Randi mematung, mengingat kejadian tadi malam, yang dia lakukan seperti kesetanan terhadap istri barunya. Dia baru tersadar dan terburu- buru masuk ke dalam kamar istrinya.
Dia menyingkapkan kain yang menutupi tubuh istrinya. Dia sangat terkejut, wanita itu tidak memakai sehelai benangpun, hanya di tutup kain seprai tadi.
Dia mundur kebelakang, apakah ini hasil perbuatannya? Ah.. Aku sungguh biadab saat tidak sadar, gumamnya. Kemudian dia menutup tubuh wanita itu dan berlalu meninggalkan ruangan itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!