NovelToon NovelToon

Terpikat Cinta Mantan Ipar

Awal Bertemu

Elvina yang saat itu ikut sang sopir menjemput kakaknya di kampus saat itu masih berusia 16 tahun.Kakaknya yang masih di bangku kuliah dengan segudang kegiatan sebagai seorang mahasiswi itu harus pulang sore karena tugas yang harus dikerjakannya.

"Hai,Kak!"sapa Elvina.

"Kamu ikutan,Vi?"tanya Reana.

Elvina hanya manggut-manggut menjawab sang kakak.

"Langsung pulang khan?"tanya Elvina.

"Tunggu bentar deh aku mau ketemu temen dulu."ujar Reana.

"Bentaran doang khan?"tanya Elvina.

"Iya bawel."sahut Reana.

Reana bergegas meninggalkan adiknya dan kembali memasuki gedung kampus untuk berkumpul bersama teman-temannya.Elvina beberapa kali melihat jam di layar ponselnya tetapi Reana tak kunjung kembali hingga 30 menit berlalu.

"Kemana sih Kak Rea kok belum balik juga."keluh Elvina.

Elvina mulai merasa bosan menunggu Reana yang tak kunjung kembali hingga pada akhirnya dia turun dari mobil dan menyusul Reana masuk ke dalam kampus.

Saat ia sampai di depan pintu masuk ke gedung kampus,ia termenung sejenak di sana.

"Dimana Kak Rea berada?Gedung ini gedhe banget trus aku cari mulai darimana nih."batin Elvina.

Elvina mengambil ponsel di sakunya dan segera menekan nomor ponsel sang kakak sambil melangkahkan kakinya semakin masuk ke dalam kampus.Tanpa sengaja ia menabrak seseorang karena tak melihat jalannya dan lebih fokus ke ponselnya.

"Ups,sorry Kak aku ga sengaja!"seru Elvina sambil menyatukan kedua telapak tangannya.

"Anak baru ya!"seru salah seorang pria di samping orang yang ia tabrak.

"Ehm,bukan Kak aku lagi cari kakakku yang kuliah disini."jawab Elvina sambil menatap kepada pria yang bertanya padanya lalu beralih pada pria yang ia tabrak barusan.

Ketika melihat pria yang ia tabrak itu,Elvina terpukau karena wajahnya yang tampan dan tubuh kekar serta pesonanya yang luar biasa berhasil membuat Elvina terpaku sesaat.

Saat sadar dari lamunannya,Elvina segera pamit untuk mencari Reana.

"Permisi Kak aku nyari kakakku dulu!"pamit Elvina.

"Sekali lagi aku minta maaf udah nabrak Kakak!"seru Elvina pada pria yang hanya diam membisu itu.

Kembali Elvina melangkahkan kaki melanjutkan perjalanan untuk mencari sang kakak dan saat ia akan menaiki tangga menuju lantai atas gedung,Reana memanggilnya hingga Elvina urung menaiki tangga tersebut.

"Vi,mau kemana?"tanya Reana.

"Kakak kemana aja sih?Di telepon ga di angkat juga.Sampe aku nabrak kakak itu tadi!"seru Elvina terdengar mengeluh karena kakaknya.

"Andrew!"seru Reana saat melihat ke arah pria yang di tunjuk sang adik.

"Kenapa Kak?"tanya Elvina.

Tanpa menjawab Elvina,Reana menghampiri pria bernama Andrew dan meminta maaf padanya.

"Maaf ya soal kecerobohan adikku."ujar Reana.

"No problem."sahut Andrew lalu beranjak pergi meninggalkan Reana bersama dengan Edward temannya.

Reana tampak kecewa karena sikap Andrew yang begitu dingin padanya.Meskipun bukan hanya dia yang merasakan sikap dingin Andrew tapi juga beberapa orang yang pernah mencoba mendekatinya.

Elvina yang melihat sang kakak berwajah muram langsung mengajaknya pulang karena tak ingin sang kakak semakin sedih ketika berada di sana.

"Pulang yuk!"ajak Elvina sambil meraih tangan kakaknya.

Reana hanya pasrah saat Elvina menggandengnya menuju mobil mereka dan mobil segera beranjak pergi dari kampus menuju rumah mereka.

Sepanjang perjalanan menuju rumahnya,Reana hanya terdiam dan enggan bicara.Tak seperti sebelumnya ia begitu semangat tetapi setelah bertemu dengan pria bernama Andrew itu ia tampak murung.

"Ada masalah,Kak?"tanya Elvina pada kakaknya.

"Ah,enggak kok biasa aja."jawab Reana.

"Oh ya udah kalo gitu."balas Elvina.

Elvina tak ingin memaksa kakaknya untuk bercerita padanya.Ia pikir mungkin ada hal yang tak ingin Reana ceritakan padanya.

Tak lama kemudian mobil mereka telah sampai di rumah dan segera mereka turun dan masuk ke dalam rumah.Elvina berjalan lebih dulu memasuki rumah di susul dengan Reana di belakangnya yang berjalan lemah.Elvina masuk ke dalam kamarnya dan berbaring di atas ranjang sambil mendengarkan musik kesukaannya.Sesaat kemudian ia bangkit dari atas ranjangnya dan duduk di bangku tempatnya biasa belajar untuk mengerjakan tugas sekolahnya.Sebagai siswi kelas 10 tugasnya juga tak kalah banyak dari sang kakak yang berstatus mahasiswi semester 6 di kampusnya.Kedua kakak beradik itu sama-sama pandai di bidang akademik tapi mereka berbeda sifat dan tingkah laku.Reana bersifat lembut dan perhatian namun tertutup sedangkan Elvina bersifat cuek,blak-blakan dan perasa.Ia lebih sensitif terhadap sekitarnya dan juga lebih mengalah meski sifatnya kekanak-kanakan.

Saat sedang fokus dengan tugas sekolahnya,mendadak ada telepon dari salah seorang teman sekolahnya saat itu.Dengan malas ia mengangkatnya dan segera menjawab teleponnya.

"Halo,Dri!"seru Elvina.

"Cepet keluar aku udah di depan rumah kamu,Vi!"titah Adrian.

"Emang mau ngapain sih?Kamu lupa kalo kita ada tugas dari Bu Agni?"tanya Elvina.

"Udah cepet ganti baju lalu temuin aku di luar.Tugas mah entar aja juga bisa khan."pinta Adrian.

"Iya,iya tunggu bentar."sahut Elvina lalu menutup sambungan teleponnya.

Segera Elvina berganti pakaian seadanya lalu ia berlari kecil keluar untuk menemui Adrian.

Saat sampai di depan rumahnya dan melihat Adrian berada di sana,ia menghentikan langkahnya lalu berjalan santai ke arah Adrian.

"Mau kemana sih?"tanya Elvina.

"Udah deh ikutin aku aja.Kita healing sebentar daripada pusing mikirin tugas mulu."jawab Adrian.

"Kamu ya,ganggu aja orang belajar bukannya ngerjain tugas malah mampir ke rumah orang."ujar Elvina.

Adrian yang merasa bahwa Elvina tengah menceramahinya saat itu mirip dengan mamanya segera menghampiri Elvina dan menarik tangannya untuk ia bawa masuk ke dalam mobilnya.

"Eits...mau apa nih!"seru Elvina.

"Udah di bilang mau di ajak healing masih aja nanya."ujar Adrian.

Elvina pun pasrah saat ia di bawa masuk ke dalam mobil Adrian lalu Adrian beralih menuju kursi pengemudi dan mengemudikan mobil pergi dari rumah Elvina.

Perjalanan sore itu cukup singkat karena nyatanya Adrian mengemudikan mobilnya cukup leluasa terlebih tidak ada kemacetan selama perjalanan.Elvina hanya melihat jalanan kota saat itu yang tak sepadat biasanya hingga tanpa sadar mobil berhenti dan Adrian mengajaknya keluar dari mobil.

"Keluar yuk!"ajak Adrian.

"Hah,udah sampe?"tanya Elvina kaget.

Adrian hanya mengangguk lalu Elvina keluar dari mobil dan melihat diluar sana mereka telah sampai di sebuah rumah dengan nuansa villa sedikit ke pinggiran kota.

"Kita...cuma berdua disini?"tanya Elvina ragu.

"Ga kok ada temen lain juga.Febi,Nuri dan Fiska juga ada.Aku juga ajak Ferdi,Arga dan Fabian kesini."jawab Adrian menjelaskan.

"Emang ada acara apaan ya,kok aku sama sekali ga tau?"tanya Elvina.

"Kita masuk aja dulu biar kamu tau semua!"ajak Adrian.

Elvina ragu untuk melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah tersebut karena ia takut Adrian membohonginya dan mereka hanya berdua saja di sana.

"Kita masuk dan temui mereka!"ajak Adrian lagi.

"Sorry tapi rasanya ga etis aja kalo kita berada di dalam tanpa ada yang lain."ujar Elvina curiga.

Sesaat kemudian Adrian mengirim pesan singkat dan semua teman-teman mereka keluar dan menyambut kedatangan mereka.

Takut Kecewa

Saat melihat keberadaan mereka semua,Elvina baru percaya pada Adrian dan ia berjalan menghampiri teman-temannya.Mereka saling berpelukan dan membuat teman-teman Adrian iri melihat kedekatan geng cewek di sekolah mereka itu.

"Boleh kali kita di peluk!"seru Arga.

"Tuh pohon pisang masih ada,jadi pelukan sana sama dia."jawab Nuri.

"Tega bener kamu sama aku."ujar Arga.

"Abis genit bener jadi cowok.Kayak Adrian tuh biasa aja kalem dan ganteng.Ya ga girls!"seru Nuri.

"Iya,khan Adrian favorit cewek-cewek di sekolah kita."ujar Febi.

"Iya karena ga genit kayak kalian bertiga!"seru Fiska.

"Ya elah gara-gara Arga kita di bilang genit juga,Yan."ujar Ferdi tak terima.

"Udah ya mending kita masuk aja diluar lagi dingin banget udaranya!"ajak Adrian.

Pandangan Adrian tak lepas dari Elvina tetapi Elvina seolah acuh saja meski Adrian selalu memperhatikannya.

Rumah itu dilengkapi fasilitas yang dibutuhkan dan Adrian bisa menggunakannya sesuai keinginannya.Apalagi di dalam ada dua orang pelayan yang siap melayani mereka.Jamuan makan malam telah disiapkan juga dengan berbagai makanan pencuci mulut yang tersaji di atas meja.

"Kenapa kayak ada pesta gini sih?"tanya Elvina.

"Ini khusus Adrian siapin buat kamu,Vi."ujar Febi.

"Ada apa ya?"tanya Elvina.

"Entar juga kamu tau sendiri."jawab Febi.

Elvina yang merasa janggal dengan kondisi itu kembali mengingatkan teman-temannya bahwa ia tak bisa pulang larut malam.

"Sorry ya guys aku ga tau kalo hari ini kalian mau pesta tapi aku ga bisa pulang malam-malam,jadi kayaknya aku harus pulang duluan."ujar Elvina.

Mendadak semua orang menatap Elvina lalu mereka satu-persatu beralasan keluar rumah tersebut menyisakan Elvina dan Adrian berdua.

Lama mereka hanya berdua dan karena kecanggungan itu Elvina bangkit dari duduknya hendak menyusul teman-temannya tapi seketika Adrian meraih tangannya dan membuat Elvina kembali terduduk di atas sofa.

"Vi,aku..."ucapan Adrian terputus.

"Hmm...ada apa,Dri?"tanya Elvina penasaran.

Adrian menangkup kedua pipi Elvina dan saat Adrian mendekatkan wajahnya dengan wajah Elvina sesaat kemudian ia melepaskan tangannya dari wajah Elvina lalu berganti memeluknya.

"Sorry,aku cuma mau meluk kamu aja."ujar Adrian.

Elvina yang awalnya terkejut lalu mulai bisa mengerti lalu membalas pelukan Adrian dengan usapan lembut di punggung pria tampan tersebut.

"Kayaknya udah malem deh mending kita pulang!"ajak Elvina.

Adrian melepaskan pelukannya dan ia menyesal karena tak bisa menyampaikan apa yang ingin ia ucapkan pada Elvina karena ia takut Elvina menolaknya.

"Iya aku akan anter kamu pulang."sahut Adrian.

Setelah itu mereka berdua keluar rumah dan berjalan menuju mobil Adrian dengan pertanyaan yang keluar dari mulut sahabat Adrian.

"Gimana,Bro?"tanya Fabian antusias.

Adrian hanya menggeleng lemah lalu perubahan keceriaan Fabian memudar setelah melihat Adrian menggelengkan kepalanya.Tak hanya Fabian saja tapi kelima teman mereka yang lain juga merasakan kekecewaan yang sama seperti Fabian.

"Aku anter Elvina pulang dulu ya."pamit Fabian.

"Trus kamu balik lagi khan kesini?"tanya Arga.

"Hmm,iya."jawab Adrian.

Setelah itu Adrian dan Elvina masuk ke dalam mobil dan segera berlalu dari hadapan teman-temannya.

Sesampainya di rumah,Elvina keluar dari mobil Adrian dan sebelum masuk ke dalam rumahnya tak lupa ia ucapkan terima kasih atas ajakan Adrian barusan.

"Makasih ya udah ajak aku jalan-jalan!"ujar Elvina pada Adrian.

"Iya,sama-sama."sahut Adrian.

"Sampai jumpa besok di sekolah."ucap Elvina.

"Oke."sahut Adrian singkat.

Elvina berbalik dan berjalan masuk ke dalam rumah meninggalkan Adrian sendiri.Adrian menatap kepergian Elvina dengan tatapan sendu lalu saat Elvina tak terjangkau oleh matanya lagi,ia melajukan mobilnya keluar dari halaman rumah Elvina.

Adrian kembali menemui teman-temannya di rumah miliknya dan saat ia baru saja sampai di sana,Adrian di berondong pertanyaan dari teman-temannya.

"Dri,Vina nolak kamu?"tanya Arga.

"Aku...belum ungkapin perasaanku,Ga."jawab Adrian.

"Kamu gimana sih,Dri.Bukannya kamu ajak kita kesini biar bisa nyatain perasaan kamu sama Vina."ujar Febi.

"Aku ga berani,Feb.Aku takut kecewa kalo Vina nolak cintaku."sahut Adrian.

"Sejak kapan sih kamu jadi pengecut gini,Dri?"tanya Ferdi.

"Iya biasanya kamu paling gentle ungkapin semua keinginan kamu."sambut Fabian.

"Ga semudah yang kalian kira karena aku pasti mematung waktu di depan Vina."sahut Adrian.

"Terserah kamu aja,Dri.Kita cuma mau kamu nyatain perasaanmu sebelum Vina menemukan orang lain yang lebih berani ungkapin perasaannya."sahut Fiska.

"Iya sebagai cewek kita juga ngerti bakal milih cowok yang jelas-jelas ungkapin perasaannya daripada cowok yang menyukai dalam diam."sahut Nuri.

Semua perkataan teman-temannya menjadi sebuah pertimbangan bagi Adrian hingga ia mencoba memikirkan kembali dan mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan perasaannya pada Elvina.Cewek yang ia taksir sejak awal mereka masuk sekolah menengah atas dengan kesederhanaannya dan sifat keterbukaannya juga baik hati dan bersahabat dengan siapa saja.

Adrian pun akhirnya mengajak teman-temannya untuk pulang dengan dirinya yang mengantar mereka satu-persatu karena memang dirinya yang membawa mereka ke tempat tersebut.Setelah mengantar semua teman-temannya pulang ke rumah masing-masing,Fabian yang merupakan sepupu Adrian ikut menginap di rumah Fabian malam itu.

"Aku nginep di rumah kamu aja ya,Dri!"seru Fabian.

"Jangan bilang kamu mau nyeramahin aku soal Vina."tebak Adrian.

"Kamu udah gedhe,Dri.Ngapain juga nyeramahin kamu kayak orang ga ada kerjaan aja."sahut Fabian.

Setelah itu mereka pulang ke rumah Adrian.Sebenarnya jarak rumah Adrian dan Fabian tidak terlalu jauh tetapi Fabian memang sering menginap di rumah Adrian hanya sekedar belajar bersama atau menghabiskan waktu dengan mengobrol.Meskipun Fabian memiliki kakak kandung tapi hubungan mereka tak begitu dekat seperti dirinya dengan Adrian yang memang seumuran.

Ketika mereka sampai di rumah dua lantai dengan kesan elegan dan klasik itu,keduanya turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah langsung menuju kamar Adrian.

"Dri,Yan,udah makan?"tanya mama Adrian ketika mereka melewati ruang makan menuju kamar Adrian.

"Udah,Tan.Biyan udah makan kalo Adri sih kayaknya mogok makan tuh!"seru Fabian lalu kembali melangkah menuju kamar Adrian.

"Dasar tuh bocah ember bener mulutnya."batin Adrian.

"Emang ada apa sama kamu,Dri?"tanya sang mama.

"Ga papa kok,Ma.Biyan aja yang asal ngomong."jawab Adrian.

"Kalo gitu kamu makan gih sama kami!"ajak papanya.

"Adri masih kenyang,Pa.Adri masuk ke kamar dulu ya."pamit Adrian.

"Oke kalo gitu."sahut sang papa.

Setelah itu Adrian beranjak meninggalkan kedua orang tuanya menuju kamarnya dan saat ia sampai di kamarnya,ia melihat Fabian tengah rebahan di atas ranjang sambil memainkan ponselnya.

Adrian mendekat ke arah ranjang lalu mengambil sebuah bantal dan melemparkannya tepat di wajah Fabian.

"Sialan!"umpat Fabian pada Adrian.

"Salah apalagi aku?"tanya Fabian.

"Lain kali tuh mulut ga usah lemes lagi."ujar Adrian lalu masuk ke dalam toilet untuk membersihkan dirinya.

"Lama-lama punya sepupu dia ngeselin juga."gumam Fabian.

Kembali ia fokus pada ponselnya dan mengabaikan apa yang Adrian ucapkan padanya.Sesaat kemudian Adrian kembali dan duduk di meja belajarnya untuk mengerjakan tugas sekolahnya.

Tak Peka

Fabian menatap ke arah Adrian singkat lalu kembali menatap layar ponselnya.

"Kamu yakin ga mau jujur aja sama Vina soal perasaanmu itu?"tanya Fabian membuka obrolan dengan Adrian.

"Aku ga bisa di jauhi sama Vina.Kamu tau sendiri khan kalo Vina beberapa kali pernah menolak cowok dan akhirnya menghindari mereka.Aku ga siap untuk itu."jawab Adrian sambil terus mengerjakan tugasnya.

"Bukannya kamu belum tau responnya nanti tapi kenapa kamu ga coba jujur aja sama Vina."saran Fabian.

"Mudah buat kamu ngomong gitu,Yan karena kamu belum pernah merasakan perasaan yang aku rasain ini."sahut Adrian.

"Seenggaknya jika aku mencintai seseorang,aku akan terang-terangan menunjukkan perasaanku dengan mendekatinya dan jika ada kesempatan,maka aku akan segera mengungkapkan perasaanku,Dri."ujar Fabian.

Adrian menghentikan kegiatannya sejenak dan menghela napas singkat sebelum kembali dirinya melanjutkan mengerjakan tugasnya.

Malam itu setelah menyelesaikan tugasnya,Adrian bergegas merebahkan diri di atas ranjangnya lalu menemui mimpinya sedangkan Fabian masih sibuk dengan ponselnya.

"Cepet tidur besok kita harus sekolah!"seru Adrian pada Fabian sambil memejamkan matanya.

"Kamu kayak mamiku aja,Dri."keluh Fabian.

"Emang kamu mau bangun telat terus bolos sekolah.Mau jadi apa anak muda kayak kamu,Yan."ujar Adrian.

"Iya,iya bentar lagi juga aku tidur.Bawel banget kayak emak-emak."sahut Fabian.

Tak beberapa lama setelahnya Fabian meletakkan ponselnya di atas nakas lalu menutup mata untuk menyusul Adrian yang lebih dulu terlelap malam itu.

Keesokan paginya,Adrian telah bangun lebih dulu dan segera mandi lalu memakai seragam sekolahnya kemudian menuju ruang tengah untuk menunggu sarapan pagi bersama.Beberapa saat setelah Adrian meninggalkan kamarnya,Fabian terbangun dan melihat jam di ponselnya lalu beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.Usai dengan ritual mandinya dan siap dengan seragamnya,Fabian menyusul Adrian menuju ruang tengah dan duduk di sebelah Adrian.

"Kemana yang lain?"tanya Fabian.

"Mungkin masih di kamar lagi dandan."jawab Adrian santai.

"Kamu ga jemput Elvina dan ajak berangkat bareng gitu?"tanya Fabian.

"Kalo aku jemput dia terus kamu gimana ke sekolahnya,hmm."jawab Adrian sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Khan aku bisa pulang dan ambil motorku dulu."sahut Fabian.

"Udahlah ga usah bahas Elvina lagi."ujar Adrian.

Tak lama kemudian kedua orang tua Adrian berkumpul bersama kedua pemuda itu dan menyapa Fabian.

"Yan,kamu disini!"seru mama Adrian.

"Iya,Tan.Lagi pengen ngobrol berdua sama Adri aja kok."sahut Fabian.

"Gimana kabar papi,mami kamu?"tanya papa Adrian.

"Baik,Om tapi ya gitu deh suka keluar kota dan jarang pulang ke rumah daripada Biyan sendirian mending Biyan nginep aja disini."jawab Fabian menjelaskan.

"Tapi mereka ngelakuin itu juga demi kamu dan kakakmu,Yan."ujar papa Adrian.

"Iya,Om.Biyan juga ngerti tapi bukan cuma uang yang Biyan butuhin tapi juga perhatian mereka,Om."sahut Fabian.

Papa dan mama Adrian menghela napas panjang mendengar ungkapan hati Fabian.Tapi di sisi lain mereka yang memahami sifat orang tua Fabian tak bisa banyak berkata lagi.

Orang tua Fabian berawal dari nol membangun kerajaan bisnisnya sendiri dengan sama-sama berjuang untuk berdua hingga kini mereka memiliki semuanya hanya untuk kesejahteraan anak-anaknya agar sang anak tidak mengalami hal yang sama seperti mereka merasakan kehidupan yang pas-pasan.Tak seperti kedua orang tua Adrian yang memang langsung bisa mendapatkan pekerjaan dengan posisi yang baik karena keberuntungan mereka terlebih mama Adrian berasal dari keluarga berada.Karena kerja keras serta ketekunan dari papa Adrian,ia bisa segera mencapai jabatan yang bagus di tempatnya bekerja hingga bisa mengumpulkan uang untuk menikahi mama Adrian dengan restu kedua orang tua masing-masing.Keharmonisan keluarga mereka pun berlanjut hingga Adrian beranjak dewasa tetapi Adrian yang merupakan anak tunggal terkadang merasa kesepian tanpa saudara di sampingnya hingga pada akhirnya Fabian sering bermain bersamanya sejak kecil sehingga mereka layaknya seorang saudara kandung.

Sesaat kemudian seorang pelayan memberitahukan kepada mereka bahwa sarapan telah siap sehingga mereka berbondong-bondong menuju ruang makan untuk sarapan pagi bersama.Saat mereka duduk di sana dengan dihadapkan oleh hidangan yang cukup banyak serta semaraknya sarapan pagi itu membuat Fabian seperti mendapatkan keluarga baru dari keluarga Adrian.Sebagai seorang ibu dan istri yang baik,mama Adrian melayani suami dan anaknya dengan penuh kasih sayang tak terkecuali Fabian.Ketika perhatian dari sang tante ia dapatkan,ia begitu merindukan kehangatan keluarga seperti keluarga Adrian.Sejenak ia termenung dan hanya menatap makanan di depannya yang telah disiapkan mama Adrian untuknya hingga suara Adrian menyadarkan lamunannya.

"Kenapa ga di makan,Yan?"tanya Adrian.

Fabian yang tersadar dari lamunannya langsung meraih sendok di atas piring dan menyuapkan makanan di atas piringnya ke dalam mulutnya.

Kembali Adrian melanjutkan makannya sedangkan Fabian makan sambil ada rasa sedih yang terselip di dalam hatinya.Usai makan Adrian dan Fabian berpamitan untuk berangkat sekolah tetapi Fabian berjalan melewati mobil Adrian menuju keluar halaman rumah Adrian.Saat Adrian telah mengendarai mobilnya dan bisa menyusul Fabian,Adrian menghentikan mobilnya di sisi Fabian dan membunyikan klakson mobilnya.Seketika Fabian berhenti dan menoleh ke arah Adrian.

"Mau kemana kamu,Yan?"tanya Adrian.

"Mau balik ambil motor dulu."jawab Fabian.

"Naik gih kita berangkat bareng!"titah Adrian.

"Ga deh,Dri.Kamu jemput Elvina aja dan ajak dia bareng."tolak Fabian.

"Hey,kita satu sekolah dan pergi sendiri-sendiri.Kamu ga takut kalo orang pikir kita lagi berantem dan ga bisa jadi sodara yang akur?"tanya Adrian.

"Tapi Elvina?"tanya Fabian singkat.

"Kita bisa jemput sama-sama khan.Lagian...aku masih ga ada keberanian buat jalan berdua sama dia."ujar Adrian menjeda kalimatnya.

Tanpa pikir panjang lagi Fabian masuk ke dalam mobil Adrian dan duduk di sebelahnya.

"Aku bakal bantu kamu dapetin Elvina!"seru Fabian yakin.

"Udahlah jangan maksain juga.Aku ga bisa terima cinta yang cuma karena terpaksa,Yan."ujar Adrian getir.

"Kita belum coba khan.Makanya aku bakal bantuin kamu dapetin cewek yang kamu mau.Tenang aja kita khan sodara."sahut Fabian.

Mendengar ucapan Fabian,Adrian mengembangkan senyumnya lalu kembali menjalankan mobilnya menuju ke rumah Elvina.

Sesampainya di depan rumah Elvina,Fabian menelepon Elvina dan mengatakan jika dirinya dan Adrian telah berada di depan rumahnya untuk menjemputnya.

"Halo,Vi.Aku sama Adri udah diluar rumah kamu buat berangkat sekolah bareng sama kamu."ujar Fabian.

"What?Kenapa ga ngabarin dulu sih?"tanya Elvina.

"Ga ada rencana soalnya kita dadakan jemputnya kayak orang lagi jual tahu bulet yang di goreng dadakan,ahahaha."jawab Fabian diakhiri tawanya.

"Ish...garing banget bercandanya.Ya udah aku keluar sekarang."sahut Elvina.

Elvina bergegas menyelesaikan makannya lalu berpamitan untuk berangkat sekolah.

"Ma,Pa,Vina berangkat sekolah dulu ya!"pamit Elvina.

"Sama siapa,Vi?"tanya mamanya.

"Sama temen,Ma.Tuh udah nunggu diluar."jawab Elvina.

"Ya udah ati-ati ya,Sayang."sahut sang mama.

"Oke,Ma."sambut Elvina.

Setelah itu Elvina beranjak keluar rumah menemui Fabian dan Adrian.Ya,Elvina sudah menduga jika Adrian akan ada di sana bersama Fabian karena keduanya memang seringkali berangkat sekolah bersama-sama.Dengan langkah santai Elvina mendekat ke arah mobil Adrian berada dan berdiri tepat di samping mobil Adrian.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!