Dunrice, seorang pemuda berusia 20 tahun, dicap sebagai sampah masyarakat. Diusir dari keluarga, hidup di jalanan, dan dicemooh oleh semua orang. Kehidupannya bagaikan neraka, tanpa harapan dan masa depan.
Suatu malam, saat Dunrice terbaring di lorong gelap, seberkas cahaya misterius menyelimuti tubuhnya. Rasa sakit yang luar biasa mencengkeramnya, dan ketika cahaya menghilang, Dunrice terbangun di kamar tidurnya yang kumuh.
Dunrice merasakan ada yang berbeda. Di kepalanya, terdapat sebuah suara yang menyapa dengan ramah. Suara itu memperkenalkan diri sebagai A.I.S.T.E.N.A., sebuah sistem kecerdasan buatan yang tertanam di dalam otaknya.
A.I.S.T.E.N.A. menjelaskan bahwa Dunrice telah terlahir kembali ke masa lalu, 10 tahun sebelum masa suramnya. A.I.S.T.E.N.A. juga memberinya berbagai kemampuan luar biasa, seperti kekuatan fisik yang superhuman, kecerdasan tingkat jenius, dan kemampuan untuk mempelajari berbagai skill dengan kecepatan yang luar biasa.
Dunrice, yang dipenuhi tekad untuk mengubah masa depannya, mulai memanfaatkan kemampuannya dengan bantuan A.I.S.T.E.N.A. Ia berlatih keras, membangun kekayaan, dan mendirikan sebuah perusahaan raksasa. Keberhasilannya mengantarkannya ke puncak dunia bisnis, membungkam semua orang yang pernah meremehkannya.
Di tengah kesuksesannya, Dunrice juga bertemu dengan berbagai wanita cantik dan menarik. Terjalinlah kisah cinta yang rumit dan penuh intrik, membawanya ke dalam dunia harem yang penuh gairah dan godaan.
Namun, di balik gelimang kemewahan dan cinta, Dunrice masih dihantui masa lalunya. Ia harus menghadapi musuh-musuh yang ingin menghancurkannya, dan mengungkap rahasia di balik sistem A.I.S.T.E.N.A. yang tertanam di kepalanya.
Bisakah Dunrice mengubah takdirnya? Bisakah dia mencapai puncak dunia bisnis, cinta, dan kekuasaan?
Ikuti kisah Dunrice, sampah masyarakat yang terlahir kembali dengan sistem AI, dalam novel "Sampah Masyarakat dengan Sistem AI", genre action, romance, bisnis, terlahir kembali ke masa lalu, dan harem.
Perut Dunrice keroncongan seperti monster lapar yang meronta-ronta di perutnya.
Bau amis selokan menusuk hidungnya, berpadu dengan aroma busuk sisa makanan yang terbuang. Ia membuka sebelah matanya, disambut remang cahaya lampu neon yang berkedip-kedip di lorong sempit di bawah jembatan layang.
Dunrice meringis menahan nyeri pada sekujur tubuhnya. Memori malam sebelumnya berkelebat: perkelahian mabuk dengan preman setempat memperebutkan sisa makanan di tong sampah. Sekali lagi, kenyataan pahit menampar. Dunrice, si sampah masyarakat, bahkan kalah bersaing dengan tikus untuk mendapatkan sesuap makanan.
"Sialan," desisnya, mengusap wajah yang penuh luka dan lebam. Usia 20 tahun seharusnya menjadi masa-masa emas, tapi Dunrice seperti terjebak di neraka dunia. Diusir dari keluarganya sejak remaja karena dianggap pembangkang, ia terpaksa hidup menggelandang, bergantung pada belas kasihan orang dan sisa-sisa makanan yang dibuang.
Tiba-tiba, kepalanya berdenyut hebat. Kilatan cahaya putih menyilaukan pandangannya. Dunrice meremas pelipisnya, berteriak kesakitan. Rasa sakit itu menusuk hingga ke inti kesadarannya. Dunia di sekitarnya berputar, lalu gelap gulita.
Ketika kesadaran kembali, Dunrice mendapati dirinya tergeletak di atas kasur lusuh di sebuah kamar sempit. Ruangan kumuh itu terasa familiar, kamar apartemen murah yang ditempatinya beberapa tahun lalu. Rasa heran bercampur bingung menguasai dirinya.
"Hah? Ini... ini bukan lorong bawah jembatan?" gumamnya, kebingungan.
Suara lembut, seperti bisikan angin, mengalun di dalam kepalanya. "Selamat datang kembali, Dunrice."
Dunrice tersentak. Ia menelusuri ruangan, mencari sumber suara. "Siapa itu?" tanyanya, sedikit ketakutan.
"Aku A.I.S.T.E.N.A.," jawab suara itu. "Sebuah sistem kecerdasan buatan yang terintegrasi dengan otakmu."
Dunrice mengerutkan kening. "Sistem kecerdasan buatan? Apa maksudmu?"
Suara itu menjelaskan situasinya. Dunrice telah terlahir kembali sepuluh tahun ke masa lalu, sebelum hidupnya terperosok ke jurang kemelaratan. A.I.S.T.E.N.A. memberinya kesempatan untuk memperbaiki masa depan.
Perasaan campur aduk melanda Dunrice. Ada rasa tak percaya, skeptis, namun juga secercah harapan yang selama ini tak pernah ia miliki. Setelah mendengar penjelasan A.I.S.T.E.N.A. secara mendetail, Dunrice mulai merasakan perubahan dalam dirinya. Ia merasa lebih kuat, lebih fokus, dan pikirannya jernih.
Dunrice bangkit dari kasur, kakinya menapak lantai dingin. Ia berjalan menuju cermin tua yang tergantung di dinding. Wajahnya yang kurus dan kotor menatap balik. Bibirnya terangkat membentuk senyum sinis.
"Sampah masyarakat, ya?" bisiknya, matanya berkilat tajam. "Kali ini, dunia akan menyesali julukan itu."
A.I.S.T.E.N.A. menawarkan berbagai kemampuan untuk membantunya memulai hidup baru. Berbekal pengetahuan dan pengalaman masa lalunya, Dunrice menyusun rencana. Ia mulai dengan kebutuhannnya yang paling mendesak - makanan.
Dengan instruksi A.I.S.T.E.N.A., Dunrice membuka laptop butut miliknya. A.I.S.T.E.N.A. membantunya mengakses informasi terkini di pasar gelap. Bermodalkan sedikit uang yang tersisa, Dunrice membeli data dan kode program. Jari-jemarinya yang kurus menari lincah di atas keyboard.
Dunrice meretas beberapa website perusahaan besar, mencuri data keuangan dan informasi berharga. Kemampuan hacking yang dulu ia pelajari secara otodidak di jalanan, kini dipadukan dengan kecerdasan A.I.S.T.E.N.A.
Selama berjam-jam, Dunrice larut dalam pekerjaannya. Tubuhnya, meski belum terisi makanan, seolah dialiri energi tak henti-hentinya. Menjelang dini hari, Dunrice berhasil meraup keuntungan yang cukup dari hasil hacking-nya.
Dengan uang hasil curian tersebut, Dunrice memesan makanan lewat aplikasi online. Aroma gurih makanan panas yang memenuhi ruangan kecil itu terasa seperti surga duniawi.
Sambil melahap makanannya dengan lahap
Perut Dunrice kenyang terisi, kepuasan memenuhi dirinya. Ini adalah kali pertama dalam bertahun-tahun ia bisa menikmati makanan yang layak. Namun, ia sadar ini baru permulaan.
"A.I.S.T.E.N.A.," panggilnya, "apa langkah selanjutnya?"
"Berdasarkan analisa terhadap pengalaman dan keahlian Anda di masa lalu, serta potensi yang dapat dikembangkan melalui sistem ini, saya merekomendasikan beberapa opsi," jawab A.I.S.T.E.N.A. suaranya yang lembut namun tegas.
A.I.S.T.E.N.A. memberikan beberapa pilihan, mulai dari menjadi peretas top dunia, membangun kerajaan bisnis, hingga menjadi petarung elit. Dunrice merenung sejenak.
"Aku ingin semuanya," jawabnya mantap. "Aku tidak akan hidup melarat lagi. Aku akan menjadi kaya, kuat, dan dihormati."
A.I.S.T.E.N.A. menganalisa keinginan Dunrice. "Ambisi Anda patut dipuji, namun perlu diingat, meraih semuanya secara bersamaan memerlukan perencanaan yang matang dan eksekusi yang cermat."
Dunrice menyetujui. Ia dan A.I.S.T.E.N.A. berdiskusi, menyusun rencana jangka panjang dan pendek. A.I.S.T.E.N.A. menawarkan program pelatihan fisik yang intensif untuk meningkatkan stamina dan kekuatan Dunrice.
Selama berminggu-minggu, Dunrice menjalani hari-harinya dengan disiplin ketat. Ia berlatih di malam hari, memanfaatkan kegelapan dan sepinya apartemen untuk berlatih bela diri dan meningkatkan ketahanan tubuhnya. Tubuhnya yang kurus mulai terbentuk, otot-ototnya mengeras dan terlihat lebih berisi.
Di siang hari, Dunrice fokus pada keahlian hacking-nya. A.I.S.T.E.N.A. membantunya mempelajari bahasa pemrograman tingkat lanjut dan teknik hacking terbaru. Kemampuan Dunrice berkembang pesat, ia mampu meretas sistem keamanan yang rumit dengan kecepatan dan ketepatan yang luar biasa.
Hasil dari kegiatan hacking tersebut digunakan Dunrice sebagai modal awal. Ia membeli server dan peralatan canggih untuk membangun jaringan internet sendiri. A.I.S.T.E.N.A. membantunya membuat program dan aplikasi terenkripsi yang canggih.
Dunrice mulai menerima order dari pihak tertentu yang membutuhkan jasanya. Mulai dari meretas database perusahaan pesaing, hingga memanipulasi data keuangan. Dunrice bekerja secara hati-hati, tidak meninggalkan jejak dan selalu menggunakan identitas palsu.
Uang yang mengalir semakin deras. Dunrice menggunakan sebagian uangnya untuk memperbaiki penampilannya. Ia membeli pakaian baru yang fashionable dan bergaya. Aura lusuh dan kumuh yang dulu menempel padanya perlahan memudar.
Perubahan Dunrice tidak luput dari perhatian para tetangga apartemennya. Seorang wanita muda, bernama Sarah, sering memperhatikan Dunrice yang terlihat lebih sering keluar masuk apartemennya dengan penampilan yang berbeda. Tatapan Sarah penuh dengan rasa ingin tahu dan ketertarikan yang terselubung.
Dunrice merasakan tatapan Sarah, namun ia belum punya waktu untuk hal-hal seperti itu. Kepalanya penuh dengan rencana dan ambisi. Ia harus fokus membangun fondasi untuk masa depannya yang gemilang.
Dunrice menatap keluar jendela apartemennya, melihat gemerlap lampu kota di malam hari. "Dunia, bersiaplah," gumamnya, senyum penuh percaya diri terukir di bibirnya.
Dunrice menyadari bahwa perubahan yang ia alami bukan hanya fisik, tapi juga mental. Kepercayaan diri dan ambisinya meningkat pesat. Ia mulai melihat dunia dengan sudut pandang yang berbeda, penuh dengan peluang dan possibilities.
Setiap hari, Dunrice berlatih fisik dan mentalnya. Ia membaca buku tentang strategi bisnis, ilmu bela diri, dan psikologi. A.I.S.T.E.N.A. membantunya menganalisa data dan informasi, memberikan saran dan masukan yang tepat.
Dunrice juga mulai memperhatikan kesehatan fisiknya. Ia berolahraga secara rutin, makan makanan yang bergizi, dan cukup tidur. Ia sadar bahwa kesehatan adalah kunci utama untuk mencapai semua tujuannya.
Perubahan gaya hidup Dunrice membawanya pada penemuan baru. Ia menemukan ketertarikan pada seni bela diri. Tubuhnya yang kuat dan gesit membuatnya mudah mempelajari berbagai teknik bela diri.
Dunrice juga menemukan bakat dalam memasak. Ia senang bereksperimen dengan berbagai bahan makanan, menciptakan hidangan lezat yang memanjakan lidah.
Perubahan-perubahan ini membuat Dunrice semakin menarik dan karismatik
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!